• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Magister Pendidikan Matematika

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Jurnal Magister Pendidikan Matematika"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

PENGGUNAAN LKS PADA HASIL BELAJAR SISWA UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH CERITA TENTANG MATERI SEKITAR DAN DAERAH LINGKARAN. EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PEER TUTOR MENGGUNAKAN LKS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH CERITA PADA MATERI SEKITAR. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran peer-tutor menggunakan LKS hasil belajar siswa untuk menyelesaikan soal cerita keliling dan luas lingkaran.

Melalui wawancara, kami mengetahui hambatan siswa dalam menyelesaikan tugas teks tentang volume dan luas permukaan lingkaran, serta reaksi siswa terhadap model peer mentoring menggunakan LKS.

Gambar 1. Tahapan alur penelitian
Gambar 1. Tahapan alur penelitian

PROSES BERPIKIR PESERTA DIDIK DALAM PEMECAHAN SOAL CERITA MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF

THE THINKING PROCESS OF STUDENTS IN SOLVING THE PROBLEM OF MATHEMATICAL STORIES VIEWED FROM COGNITIVE STYLE

  • Pendahuluan
  • Metode Penelitian
  • Hasil dan Pembahasan
    • Subjek S1 dalam Pemecahan Soal Cerita Indikator proses berpikir dalam pemecahan
    • Subjek S1 dalam Pemecahan Soal Cerita Subjek S2 merupakan subjek dengan gaya
    • Subjek S3 dalam Pemecahan Soal Cerita Subjek S3 merupakan salah satu peserta
    • Subjek S4 dalam Pemecahan Soal Cerita Berdasarkan hasil tes pemecahan masalah,
  • Kesimpulan

Hal ini memenuhi indikator proses berpikir konseptual sebagai berikut, yaitu mampu menyatakan apa yang ditanyakan dalam tugas dengan bahasa sendiri atau mengubahnya ke dalam kalimat matematika (B1.2). Subjek S1 dengan gaya kognitif bidang Mandiri dengan demikian memiliki semacam proses berpikir konseptual dalam menyelesaikan soal cerita, karena karyanya menunjukkan bahwa subjek mampu mengungkapkan dengan kata-katanya sendiri apa yang diketahui (B1.1) dan apa yang akan ditanyakan. (B1.2) dalam soal. Siswa cenderung kurang mampu atau tidak menyebutkan apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal.

Proses berpikir siswa dengan gaya kognitif field-dependent dalam menyelesaikan masalah matematika cenderung lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan gaya kognitif field-dependent.

Tabel 2. Proses berpikir dalam memecahkan soal cerita  kelompok field independent
Tabel 2. Proses berpikir dalam memecahkan soal cerita kelompok field independent

LITERASI MATEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PROGRAMME FOR INTERNATIONAL STUDENT ASSESSMENT (PISA)

STUDENT MATHEMATICS LITERACY IN SOLVING PROGRAMME FOR INTERNATIONAL STUDENT ASSESSMENT (PISA) PROBLEMS

Hasil dan Pembahasan 1. Hasil

  • Literasi Matematika PISA Subjek Untuk Soal Nomor 1
    • Proses Merumuskan (Formulate) Pada proses merumuskan, Subjek
    • Proses Menerapkan (Employ)
    • Proses Menafsirkan (Interpret)
  • Literasi Matematika PISA subjek untuk soal nomor 2
    • Proses Merumuskan (Formulate) Pada proses merumuskan, Subjek
    • Proses Menerapkan (Employ)
    • Proses Menafsirkan (Interpret)
  • Pembahasan

Hasil analisis indikator literasi matematika yang dilakukan subjek dalam menyelesaikan soal tes literasi PISA nomor 1 adalah sebagai berikut. Proses perumusan Selama perumusan topik. Pada saat perumusan subjek menyebutkan informasi penting terkait permasalahan yang ingin dipecahkan yaitu: pintu putar yang berbentuk lingkaran, diameter pintu dan ruang pintu putar yang terbagi menjadi 3 bagian sama besar. Uraian ini menunjukkan bahwa dalam merumuskan topik, mereka dapat mengidentifikasi aspek matematika yang digunakan dalam pemecahan masalah dan menunjukkan apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal.

Dalam proses penerapannya, Subjek merancang strategi untuk menemukan solusi dengan mengutip pengetahuan yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan. Dari uraian tersebut terlihat bahwa dalam proses ini Subjek mengimplementasikan strategi sesuai dengan desain yang dibuat dengan menggunakan fakta, aturan, dan konsep matematika yang diperlukan. Dalam proses interpretasi, subjek memperhatikan hasil penyelesaian yang dilakukan dan menafsirkannya untuk digunakan dalam konteks permasalahan dunia nyata dengan menarik kesimpulan dan menjelaskan hubungan antara hasil yang diperoleh dengan permasalahan yang diberikan, yaitu luas daerah yang dibatasi. oleh kedua lengan pintu, masing-masing 10466.6 𝑐𝑚2.

Dari uraian tersebut terlihat bahwa dalam proses ini subjek dapat menafsirkan kembali hasil solusi yang diperolehnya. Dalam proses interpretasi, subjek memperhatikan hasil penyelesaian yang dilakukan dan menafsirkannya untuk digunakan dalam konteks permasalahan dunia nyata dengan menarik kesimpulan dan menjelaskan hubungan antara hasil yang diperoleh dengan permasalahan yang diberikan, yaitu udara tidak dapat masuk. melalui lubang-lubang atau celah-celah, artinya panjang pintu masuk yang dibuat harus sama dengan panjang busur suatu lingkaran. Dari uraian tersebut terlihat bahwa dalam proses ini Subjek dapat menafsirkan kembali hasil penyelesaian yang diperoleh dalam konteks permasalahan dunia nyata dan menjelaskan alasan mengapa hasil atau kesimpulan tersebut sesuai atau tidak sesuai dengan konteks permasalahan. masalah. diberikan.

Berdasarkan hasil dan analisis data tes literasi matematika PISA diketahui bahwa dalam proses perancangan peserta ujian mengidentifikasi aspek matematika yang digunakan dalam penyelesaian tugas dengan beberapa cara, yaitu (1) dengan menyebutkan informasi penting dalam tugas; (2) menyatakan kembali permasalahan dalam bahasa sendiri; (3) penjelasan materi matematika yang digunakan untuk menyelesaikan masalah. Selain itu, dalam proses interpretasi, subjek menuliskan kesimpulan dari hasil pekerjaan yang diperoleh pada lembar jawaban dan menjelaskan hubungan antara hasil yang diperoleh dengan permasalahan yang diberikan dari dunia nyata.

Gambar 1.  Hasil tes literasi matematika pisa nomor 1
Gambar 1. Hasil tes literasi matematika pisa nomor 1

Kesimpulan

Jadi panjang maksimal yang harus dibuat agar udara tidak bisa masuk dari pintu masuk sampai keluar adalah 104,65 𝑐𝑚. Subjek juga menjelaskan alasan mengapa hasil atau kesimpulan yang diperoleh tepat dan benar serta bermakna karena dihitung ulang dan diperiksa hasilnya. Subjek hanya menyebutkan informasi penting saja pada soal, padahal ada informasi penting yang tidak tertulis pada soal dan informasi tersebut dapat diketahui dari informasi yang tertulis pada soal apabila subjek memahami soal yang diberikan dengan baik.

Subjek juga mencatat apa yang diketahui dan ditanyakan mengenai pertanyaan tersebut dengan cara (1) menuliskan informasi apa saja yang diketahui dan ditanyakan mengenai pertanyaan tersebut pada lembar jawaban; (2) menggambar objek dari informasi yang diketahui dalam soal. Subjek mengimplementasikan strategi yang telah dirancangnya dengan menerapkan fakta, aturan dan konsep matematika yang diperlukan dalam proses pencarian solusi. Namun subjek tidak menuliskan rumus yang digunakan dan langkah-langkah yang dilakukan secara lengkap dan runtut, melainkan menggambar beberapa objek untuk menjelaskan langkah-langkah yang dilakukannya.

Selain itu subjek menyatakan bahwa hasil perhitungan yang diterimanya benar dan yakin bahwa hasil perhitungan tersebut benar dengan cara mengecek kembali hasil perhitungan tersebut. Subjek juga menyatakan bahwa jawaban yang diterimanya masuk akal jika diberikan penjelasan, namun penjelasan yang diberikan belum mampu menjelaskan dengan baik mengapa jawaban yang diterimanya masuk akal atau tidak dengan pertanyaan yang diberikan.

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA CALON GURU DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI

TIPE KEPRIBADIAN

MATHEMATICAL COMMUNICATION SKILLS OF PROSPECTIVE TEACHER STUDENTS IN SOLVING MATHEMATICAL PROBLEMS IN

TERMS OF PERSONALITY TYPES

  • Kemampuan Komunikasi Subjek SA Dalam Menyelesaikan Masalah Penerapan
  • Kemampuan Komunikasi Subjek SI Dalam Menyelesaikan Masalah Penerapan
  • Kemampuan Komunikasi Subjek SG Dalam Menyelesaikan Masalah Penerapan
  • Kemampuan Komunikasi Subjek SR Dalam Menyelesaikan Masalah Penerapan

Indikator kemampuan komunikasi tertulis matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) menulis hal-hal yang berkaitan dengan masalah, (2) memotret yang berkaitan dengan masalah, (3) melakukan perhitungan, dan (4) menulis simbol dan aturan matematika. Hal ini bertujuan agar kemampuan komunikasi matematis siswa dapat ditemukan dan dideskripsikan secara mendalam dan runtut. Dikatakan eksploratif karena penelitian ini ingin mengeksplorasi kemampuan komunikasi matematis calon guru siswa dalam menyelesaikan soal integral secara alami berdasarkan tipe kepribadiannya.

Berikut pembahasan kemampuan komunikasi matematis tertulis mata pelajaran dalam menyelesaikan masalah aplikasi integral tentunya tergantung tipe kepribadiannya. Dari hasil analisis hasil kerja dan hasil wawancara terhadap siswa tipe kepribadian ini, subjek pada indikator pertama komunikasi matematis yaitu menulis hal-hal yang relevan dengan permasalahan dapat menuliskan informasi yang ada. diketahui dan ditanyakan sesuai dengan pertanyaan yang dinyatakan secara singkat dan jelas. Dari hasil analisis hasil kerja dan hasil wawancara SI, SI dapat menuliskan secara lengkap dan benar informasi yang diketahui pada indikator komunikasi matematis yang pertama yaitu pencatatan hal-hal yang relevan dengan permasalahan.

Dari hasil analisis hasil kerja dan hasil wawancara dengan SG, pada indikator komunikasi matematis yang pertama yaitu menulis hal-hal yang relevan dengan permasalahan, SG hanya mampu menuliskan informasi yang diketahui secara singkat. Dari hasil analisis hasil kerja dan hasil wawancara SR, pada indikator pertama komunikasi matematis yaitu menuliskan hal-hal yang relevan dengan permasalahan, SR mampu menuliskan informasi yang diketahui dan ditanyakan. sesuai dengan pertanyaan yang diajukan secara rinci dan jelas. Dari empat indikator komunikasi matematis, SI memenuhi empat indikator yaitu mampu menuliskan informasi yang diketahui dan ditanyakan, membuat gambar, melakukan perhitungan dan menerapkan simbol dan kaidah matematika sesuai permasalahan yang dimaksud; (c) Keterampilan komunikasi matematis siswa Wali SG untuk menyelesaikan permasalahan aplikasi terpadu tertentu mempunyai ciri cenderung mengungkapkan gagasannya secara lisan dibandingkan dengan tulisan.

Sedangkan pada indikator menuliskan informasi yang relevan dengan permasalahan, SG secara umum kurang mampu menulis secara lengkap; (d) Keterampilan komunikasi matematis Rational, SR siswa dalam menyelesaikan masalah penerapan integral tentu, mempunyai ciri cenderung mengungkapkan gagasannya secara tertulis dibandingkan lisan. Kemampuan komunikasi matematis siswa SMA Kelas IX dalam menyelesaikan masalah matematika berdasarkan tipe kepribadian siswa.

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI PERBANDINGAN UNTUK

SISWA KELAS VII SMP IT ASSALAM AMBON

DEVELOPMENT OF LEARNING DEVICES BASED ON STAD TYPE COOPERATIVE MODEL ON RATIO MATERIALS OF GRADE SEVENTH

AT IT ASSALAM AMBON JUNIOR HIGH SCHOOL

Hasil Dan Pembahasan

  • Kevalidan Perangkat Pembelajaran Kevalidan perangkat yang dikembangkan
  • Kepraktisan Perangkat Pembelajaran
  • Keefektifan Perangkat Pembelajaran Suatu perangkat pembelajaran dikatakan

Data praktik penerapan perangkat diperoleh dari analisis data penerapan perangkat pembelajaran hasil uji coba oleh dua orang pengamat. Hasil analisis observasi keterlaksanaan perangkat pembelajaran dilakukan dengan menghitung reliabilitas instrumen sehingga data hasil uji coba layak digunakan untuk menilai keterlaksanaan penerapan perangkat pembelajaran. Analisis reliabilitas hasil observasi keterlaksanaan perangkat pembelajaran secara keseluruhan adalah R = 77% atau 0,77 yang berarti reliabel (dapat dipercaya).

Rata-rata hasil observasi 2 orang pengamat M = 3,63 yang berarti pelaksanaan sumber belajar secara keseluruhan masuk dalam kategori dilaksanakan sepenuhnya (M > 2). Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman dan minat belajar siswa secara umum dikembangkan secara optimal dengan menggunakan perangkat pembelajaran kooperatif tipe CITY. Data lengkap yang diperoleh di atas menunjukkan bahwa hasil pengujian perangkat pembelajaran kooperatif tipe STAD secara umum memenuhi kriteria validitas, kegunaan dan efektivitas.

Penelitian Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Materi Program Linier Pada Kelas XII IPA. Penelitian Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Realistik STAD Cooperative Setting Kompetensi Dasar Pecahan. Kualitas perangkat pembelajaran kooperatif tipe STAD (RPP, buku siswa, LKS dan THB) memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif.

Pengembangan perangkat pembelajaran kooperatif tipe STAD terkait teorema Pythagoras untuk kelas VIII SMA. Pengembangan perangkat pembelajaran kooperatif tipe Studentendt Teams Achievement Divisions (STAD) pada materi persamaan kuadrat pada kelas X SMA.

Tabel  1. Hasil validasi perangakat pembelajaran
Tabel 1. Hasil validasi perangakat pembelajaran

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD NEGERI 40 AMBON PADA MATERI BANGUN DATAR

ANALYSIS OF MATHEMATICAL CREATIVE THINGKING SKILLS OF STUDENTS AT SD NEGERI 40 AMBON ON FLAT MATERIAL

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat berpikir kreatif matematis siswa pada jenjang pendidikan yang sama. Dimungkinkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis dalam menyelesaikan masalah, termasuk geometri benda datar. Beberapa peneliti menggunakan tes berpikir kreatif seperti TTCT (Torrance Test of Creative Thinking), CAMT (Creative ability in Mathematical Test), Guilford Alternative Uses Task dan instrumen pengukuran lainnya, sedangkan Getzel dan Jackson menggunakan tugas yang mempunyai jawaban ganda atau banyak penyelesaian. (Fardah, 2012).

Silver menjelaskan, penilaian kemampuan berpikir kreatif matematika (mathematical creative thinking) dilakukan dengan menggunakan The Torance Tests of Creative Thinking (TTCT). Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VI SD Negeri 40 Ambon pada materi platform. Penelitian ini mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dalam menyelesaikan tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VI SD Negeri 40 Ambon pada materi bangun datar.

Selanjutnya siswa dikategorikan ke dalam tingkat kemampuan berpikir kreatif yang terdiri dari lima tingkatan, yaitu Tingkat 4 (sangat kreatif), Tingkat 3 (kreatif), Tingkat 2 (cukup kreatif), Tingkat 1 (kurang kreatif) dan Tingkat 0 (tidak kreatif). kreatif). Akhirnya ditarik kesimpulan untuk mengetahui kemampuan berpikir matematis siswa kelas VI SD Negeri 40 Ambon pada materi bangun datar. Oleh karena itu, berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif matematis, S4 belum menunjukkan indikator kebaruan, karena S4 belum mampu memberikan bentuk rencana yang baru dan berbeda dari biasanya.

Berdasarkan tingkat Tingkat Berpikir Kreatif Matematis (MBKM) hasil penelitian Siswono (2008), S5 masuk pada level 0 (tidak kreatif) karena S5 tidak dapat menghasilkan ketiga indikator kemampuan berpikir kreatif matematis. Analisis kemampuan berpikir kreatif siswa SMA dalam menyelesaikan masalah matematika pada materi pola deret bilangan.

Gambar 1.  Jawaban tertulis indikator kefasihan S 1
Gambar 1. Jawaban tertulis indikator kefasihan S 1

Gambar

Gambar 1. Tahapan alur penelitian
Tabel 2. Proses berpikir dalam memecahkan soal cerita  kelompok field independent
Tabel 3. Proses berpikir dalam memecahkan soal cerita  kelompok field Dependent
Gambar 1.  Hasil tes literasi matematika pisa nomor 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

2 Frequency Distribution of Readiness to Learn of Neonatal Midwifery Care Based on table.2 the distribution of Learning Readiness is divided into two low and high categories, based

Dalam memecahkan masalah kontekstual, salah satu siswa bertipe kepribadian melankolis, mampu memahami masalah kontekstual sehingga memenuhi komponen kefasihan, fleksibilitas, dan