JURNAL REFLEKSI MODUL 2.3
AGUS YANUAR CGP ANGKATAN 9
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Jurnal Refleksi Model 5R
1. Reporting (Menceritakan ulang peristiwa yang terjadi)
Beberapa aktivitas yang sudah saya lakukan pada modul ini adalah :
a. Dimulai dari alur mulai diri . Pada kegiatan ini CGP ditugaskan untuk menuliskan refleksi diri mengenai kegiatan supervisi akademik yang pernah dilaksanakan (ketika CGP disupervisi kepala sekolah) serta menuliskan harapan yang ingin dicapai sebagai seorang pendidik setelah mempelajari modul 2.3 ini.
b. Kegiatan dilanjutkan dengan alur eksplorasi konsep. Materi yang
diberikan mengenai konsep, paradigma dan prinsip, kompetensi inti
dan TIRTA, supervisi akdemik dengan paradigma coaching. Kemudian
dilanjutkan dengan forum diskusi di eksplorasi konsep.
Kemudian kami semua melaksanakan kegiatan ruang kolaborasi bersama fasilitator kami yaitu Ibu Megawati dan teman-teman CGP yang lain. Di alur ini saya secara berpasangan dengan Ibu Isni Resita melakukan praktek coaching. Praktik berlangsung sangat seru dan menyenangkan.
Selanjutnya kami memasuki alur demonstrasi kontekstual. Pada alur ini kami berpasangan dengan 4 CGP yaitu saya, Pak Kusnadi, Bu Isni Resita, dan Bu Lia Anggar Pratiwi yang akan berperan sebagai coach, coachee, supervisor, dan pengamat secara bergantian. Kami berempat melaksanakan proses coach, coachee, supervisor dan
pengamat secara bergantian dan di rekam, lalu rekaman kita upload ke LMS.
Alur berikutnya adalah elaborasi pemahaman, yang akan dipandu
oleh Instruktur.
Alur berikutnya adalah mengerjakan koneksi antar materi. Pada alur ini kami ditugaskan untuk membuat kaitan antara materi coaching dengan materi
sebelumnya yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosional. Kami juga diminta untuk menuliskan keterkaitan keterampilan
coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran.
Berikutnya kami akan melaksankan aksi nyata implementasi coaching untuk supervisi akademik di sekolah kami dengan melibatkan rekan sejawat sebagai coachee kami.
Sebagai penutup kami juga akan melaksanakan refleksi dwi mingguan dan post test.
Kami memulai alur pembelajaran modul 2.3 ini dengan melakukan refleksi mengenai kegiatan supervisi akademik yang telah dilakukan.
Kemudian kami mempelajari materi-materi diantaranya mengenai konsep, paradigma dan prinsip, kompetensi inti dan TIRTA, supervisi akdemik
dengan paradigma coaching.
Pemahanan saya diperkuat dengan adanya penugasan untuk berpendapat mengenai apa itu (coaching)
Saya sebagai calon guru penggerak, saya akan mempersiapkan dan terus belajar agar menguasai keterampilan coaching yang akan membantu saya dalam proses kolaborasi baik dengan rekan sejawat atau dengan siswa.
Harapan saya dengan menguasai keterampilan coaching saya dapat membantu menyelesaikan masalah seorang coachee sampai ia benar-benar bisa menemukan solusi dari masalahnya secara mandiri.
Saya juga ingin meningkatkan kompetensi coaching saya dengan melakukan : a. kehadiran penuh
b. mendengarkan aktif
c. mengajukan pertanyaan berbobot
Sebagai implementasi di masa depan, diharapkan dapat menerapkan konsep dasar
coaching untuk proses supervisi akademik maupun permasalahan yang dihadapi
murid.
Selama mempelajari modul 2.3 alur penugasan merdeka sangat membantu saya dalam memahami materi coaching ini, saya harus memiliki keterampilan dalam memahami
coachee.
Saya mulai dalam menjalin kemitraan, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang berbobot untuk menggali
permasalahan yang terjadi, serta belajar kesadaran penuh
dalam mendengarkan coachee ketika bercerita sampai ia
bisa menemukan sendiri solusi masalah yang ia hadapi.
4. Reasoning (Menganalisis dengan detail mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi)
●
Sebagai seoarang coach, kita harus mampu menuntun
coachee, membuat tindakan serta alternatif jalan yang mungkin dipraktekkan coachee. Dorongan yang diberikan coach dalam menyusun rencana
penyelesaiaan dengan waktu yang tepat, jelas, dan spesifik sesuai kebutuhan.
●
Coach juga harus mampu mendorong coachee untuk memilih orang yang akan dipercaya dalam
menyelesaikan masalah, coach juga harus
memberikan dorongan kepada coachee untuk
mempertanggung jawabkan aksi nyata yang akan diambil dan dijalankan sesuai
rencana capaian berdasarkan
jadwal yang sudah dibuatnya.
● Hal yang tidak kalah penting
yang harus diperhatikan seorang coach adalah meyakinkan
coachee bahwa setiap masalah pasti terselesaikan dengan
menciptakan keakraban dan kenyamanan sehingga coachee dapat menceritakan masalahnya dengan detail.
● Mendengarkan aktif harus dibangun oleh coach dengan merasakan apa yang dirasa coachee dengan situasi saling menghragai dan menghormati (seorang coach harus mampu masuk dalam cerita masalah Couchee, agar si couchee
merasa berharga dan dihargai)
● Seorang coach berperan sebagai patner bagi seorang coachee
agar memiliki kerangka berpikir yang tepat dalam menemukan solusi melalui pertanyaan
strategis. Pertanyaan berbobot yang tepat dapat menggarahkan coachee menemui solusi tepat.
Seorang coach yang baik
percaya setiap coachee selalu memiliki jawaban atas setiap masalah yang dimiliki, tetapi mereka butuh bantuan untuk menemukan jawabannya.
● Dalam proses coaching kita
belajar tanpa mengajari sehingga coachee pun merasa nyaman.
5. Reconstructing (Menuliskan rencana alternatif jika menghadapi kejadian serupa di masa mendatang)
● Rencana alternatif yang akan saya lakukan agar perencanaan berjalan dengan lancar adalah menggunakan model TIRTA pada proses coaching.
Peran kita sebagai coach dapat mendampingi murid maupun rekan sejawat dalam mengeksplorasi dirinya dalam menemukan kebutuhan belajar dan strategi dalam memecahkan masalah pada dirinya.
● Melalui proses coaching menggunakan alur TIRTA, coache akan lebih
percaya diri dan dapat menemukan kekuaatannya yang ada dalam dirinya.