• Tidak ada hasil yang ditemukan

jurnal riset kefarmasian indonesia

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "jurnal riset kefarmasian indonesia"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

Penelitian meliputi jahe merah segar, diolah menjadi ekstrak etanol, dikeringkan, hasilnya dibuat suspensi, kemudian ekstrak tersebut diberikan secara in vitro pada sel makrofag (uji fagositosis) dan sel limfosit (uji proliferasi) untuk uji efek imunomodulator. Rimpang jahe merah mengandung cadangan minyak atsiri berupa lemonin, kamfena, zingiberin, gingerol, shogool dan gingeral. Gingerol pada jahe merah menimbulkan rasa jahe yang panas dan efektif sebagai anti inflamasi yang sangat baik bagi tubuh.

Pembuatan ekstrak etanol jahe merah. Ekstrak etanol jahe merah dibuat dengan cara maserasi menggunakan pelarut alkohol 96%. Tempatkan 300 gram jahe merah yang sudah dihaluskan ke dalam wadah dan tuangkan 2764 ml ekstrak cair ke atasnya. Tuang enap, lalu evaporasi maserasi menggunakan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental jahe merah.

Setelah itu dimasukkan ke dalam botol maserasi yang telah diberi etanol dan dibiarkan selama 5 hari dan dipekatkan untuk mendapatkan ekstrak etanol jahe merah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol jahe merah dapat meningkatkan aktivitas fagositosis sel makrofag pada konsentrasi 500 ppm.

PENGENDALIAN PENGELOLAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI

SUATU RUMAH SAKIT SWASTA KOTA BANDUNG

DRUG MANAGEMENT CONTROL

IN THE PHARMACY OF A PRIVATE HOSPITAL BANDUNG CITY

Apotek rumah sakit sebagai unit pelaksana teknis merencanakan dan pengadaan obat sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, seperti dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga obat. Frekuensi pengadaan tiap item obat Obat dibeli di apotek rumah sakit dengan cara pembelian langsung. Pengadaan obat yang berulang juga menggambarkan bahwa yang tersedia di apotik rumah sakit adalah obat yang cepat laku.

Tingginya frekuensi pembelian obat membuat peredaran obat di rumah sakit berjalan lancar dan dapat mencegah turunnya persediaan obat. Persentase dead stock Adanya dead stock pada persediaan obat di rumah sakit sangat erat kaitannya dengan proses perencanaan. Semakin tinggi persentase hewan yang mati, maka akan semakin berdampak pada pelayanan kefarmasian di rumah sakit.

OPTIMASI CAMPURAN AVICEL PH 101 DAN LAKTOSA SEBAGAI BAHAN PENGISI PADA TABLET EKSTRAK BUNGA

ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) DENGAN METODE GRANULASI BASAH

OPTIMIZATION OF AVICEL PH 101 AND LACTOSE AS A FILLER IN TABLET OF ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.)

FLOWER EXTRACT WITH WET GRANULATION

Berdasarkan latar belakang di atas, telah dilakukan penelitian untuk mengoptimalkan campuran Avicel PH 101 dan laktosa sebagai bahan pengisi pada tablet ekstrak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dengan cara granulasi basah. Setelah diperoleh campuran Avicel PH 101, laktosa dan ekstrak bunga rosella yang telah dihaluskan, kemudian ditambahkan 0,5 ml gelatin yang dilarutkan dalam air sebagai pengikat. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) yang diperoleh dari desa Karanglo, Argomulyo Sedayu, Daerah Istimewa Bantul Yogyakarta.

Sampel yang diperoleh terlebih dahulu melalui proses determinasi di laboratorium biologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan ternyata sampel yang digunakan adalah bunga Hibiscus sabdariffa L. Rosella dikeringkan dengan tujuan untuk mengurangi kadar air yang terdapat pada bunga rosella itu sendiri. Metode pengeringan yang digunakan untuk mengeringkan bunga rosella adalah sinar matahari selama 3-5 hari (Rita et al, 2011).

Hal ini dikarenakan senyawa antosianin yang terkandung dalam bunga rosella tidak tahan terhadap pemanasan di atas 50oC dan metode maserasi merupakan metode yang mudah dan sederhana. Pelarut yang digunakan dalam maserasi ini adalah etanol 70% karena etanol 70% memiliki kepolaran yang mendekati kepolaran senyawa yang terdapat pada bunga rosella yaitu senyawa. Hasil penghitungan rendemen ekstrak bunga rosella terhadap bunga rosella adalah 3 kg bubuk kering menghasilkan 319 gram ekstrak kental bunga rosella.

Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa uji keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur pada tablet ekstrak bunga rosella memberikan hasil yang tidak berbeda nyata antara uji dan prediksi pada program Design Expert 10 digunakan dengan baik. Hasil uji kerapuhan menunjukkan bahwa formula tablet ekstrak bunga Rosella memiliki kerapuhan sebesar 0,345% yang merupakan parameter prediksi hasil. Berdasarkan hasil uji kekerasan yang diperoleh menunjukkan bahwa kekerasan tablet ekstrak bunga rosella memenuhi persyaratan uji kekerasan 5,08 kg.

Perbandingan antara Avicel PH 101 dan Laktosa sebagai penghancur pada sediaan tablet ekstrak Bunga Rosella (Hibiscuss sabdariffa L.) menghasilkan formula yang optimal dengan.

PERIODE JANUARI-MEI 2020

DRUG INVENTORS IN NIAS MEDIKA OVERVIEW WITH ABC ANALYSIS BASED ON PRESCRIPTIONS FOR THE PERIOD D.

DRUG INVENTORIES IN NIAS MEDIKA OVERVIEW WITH ABC ANALYSIS BASED ON RECIPES FOR THE PERIOD OF

JANUARY-MAY 2020

Metode analisis ABC adalah metode pembuatan kelompok atau klasifikasi berdasarkan sekumpulan nilai dari nilai tertinggi sampai terendah dan dibagi menjadi 3 kelompok besar yang disebut kelompok A (nilai investasi tinggi), B (nilai investasi sedang), dan C (nilai investasi rendah) Apotek Yuhistira telah memasok 203 item obat dengan 135 obat resep dan 68 obat non resep selama enam bulan biaya pengadaan Rp dari total biaya tetapi dengan jumlah obat paling sedikit dibandingkan dengan Uswatun Hasanah Linnisaa, 2014 ) Apotek Nias Medika belum memiliki pengaturan khusus untuk pengadaan obat dengan metode tertentu, sehingga sering terdapat obat yang kosong karena pemeriksaan obat rutin tidak pernah dilakukan setiap bulan, sehingga jika ada obat yang tertinggal sedikit, itu tidak diketahui.

Dari hasil uji pendahuluan yang berlangsung pada bulan Oktober hingga Desember di Apotek Nias Medika, di Apotek Nias Medika terdapat 12 obat yang stoknya saat ini sedang kosong, sehingga perlu dilakukan penggandaan resep untuk pemesanan. untuk membeli obat-obatan. di apotek lain. Berdasarkan hal tersebut di atas maka akan dilakukan survey gambaran stok obat di apotek nias medika berdasarkan resep yang diterima dengan analisis ABC periode Januari-Mei 2020. Dengan demikian golongan A adalah barang dengan jumlah fisik kecil dengan nilai investasi tinggi. , sehingga pengendalian stok obat perlu lebih ketat, pencatatan perlu lebih akurat dan lebih banyak.

Sukralfat merupakan obat antiulceran yang bermanfaat untuk mengobati tukak lambung dan duodenum, mengobati gastritis akut dan mencegah perdarahan saluran cerna. Obat selanjutnya adalah obat dengan urutan terakhir di golongan B obat bernama krim scanovir. Golongan B adalah obat dengan investasi sedang, sehingga obat golongan B membutuhkan perhatian yang cukup setelah golongan A dapat dipantau dengan komputer.

Obat kelompok C merupakan kelompok dengan nilai penjualan terendah dari total penjualan obat di Apotek Nias Medika. Golongan C adalah barang dengan kuantitas fisik besar tetapi nilai omzetnya kecil yang masuk ke Apotek Nias Medika. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: Berdasarkan analisis ABC berdasarkan resep masuk di Apotek Nias Medika diperoleh hasil sebanyak 160 jenis obat.

Pengendalian Persediaan Obat Kemoterapi dengan Pendekatan Analisis Indeks Kritis ABC di Mixing Room Instalasi Farmasi RSUP Dr.

PENGARUH KOMUNIKASI TENAGA FARMASI DALAM UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN LANSIA TERHADAP DAGUSIBU

OBAT (DAPATKAN, GUNAKAN, SIMPAN, BUANG) DI DESA KOPEN KABUPATEN BOYOLALI

THE EFFECT OF PHARMACEUTICAL COMMUNICATIONS IN EFFORTS TO IMPROVE THE UNDERSTANDING OF THE

KOPEN VILLAGE, BOYOLALI DISTRICT

Saat kami melakukan tanya jawab, banyak warga yang tidak mengerti bahkan tidak mengetahui cara penggunaan obat luar dan juga cara penyimpanan obat luar. Contoh permasalahannya adalah saat menggunakan obat tetes dan salep, masih banyak warga yang menyimpan obat tetes mata selama beberapa bulan dan juga menggunakan obat tetes tersebut secara bersamaan. Karena obat tetes mata merupakan sediaan steril maka penyimpanan obat tetes mata tidak lebih dari 1 bulan setelah kemasan dibuka, jika disimpan terlalu lama maka obat tetes mata tersebut akan terkontaminasi bakteri.

Setelah kami sosialisasikan pentingnya dagusibu dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari, kami mendapatkan hasil pengisian kuesioner yaitu 27% yang masih belum paham, 64%. Melalui hasil kuisioner dan juga sosialisasi ini, peran apoteker dalam memberikan informasi dan edukasi tentang obat yang akan diterima pasien menjadi sangat penting. Sebelum menyerahkan obat kepada pasien, pastikan pasien mendapat informasi kejelasan cara penggunaan dan penyimpanan obat, serta sampaikan juga cara membuang obat atau kemasan obat yang benar.

Jika ada pasien lanjut usia, anak-anak atau pasien cacat, pastikan pasien memiliki pengasuh yang menemaninya selama penggunaan obat. Kejelasan tulisan pada etiket dan etiket yang tertera pada kemasan obat juga harus dipahami dan dimengerti oleh pasien atau wali pasien. Pastikan informasi yang diberikan kepada pasien dan juga keluarga pasien dipahami agar pengaplikasian obat Dagusibu bekerja maksimal dan rasional.

Misalnya dengan adanya posyandu atau penyuluhan kesehatan, petugas kesehatan atau aparat setempat dapat memfasilitasi penyuluhan tentang pentingnya Dagusibu. Simpulan dari penelitian ini adalah: Berdasarkan kegiatan sebelum selesai sosialisasi, diperoleh hasil 73% lansia kurang paham, 18% lansia kurang paham dan 9%. Hal ini dapat dikategorikan warga dan juga sesepuh di desa Kopen Boyolali kurang memahami pengelolaan narkoba dengan Dagusibu, namun setelah dilakukan sosialisasi pemahaman warga desa Kopen Boyolali mengalami peningkatan yaitu menjadi 27% masih belum paham, 64% sudah paham , dan juga 9% adalah lansia yang didampingi wali saat menggunakan narkoba.

Hal ini membuktikan bahwa apoteker berperan penting dalam meningkatkan pemahaman para lansia tentang pentingnya Obat Dagusibu, karena apoteker memiliki kewenangan dan kewajiban untuk menyampaikan informasi dan edukasi tentang obat tersebut agar penggunaannya dikalangan masyarakat umum tetap normal.

UJI IN VIVO TAHAP PREKLINIS TERHADAP EKSTRAK BATANG PISANG (Musa paradisiaca L.) SEBAGAI

ANTIINFLAMASI TOPIKAL

Penelitian Ogofure et al., (2016) menyatakan bahwa batang pisang mengandung alkaloid, tanin, flavonoid dan steroid. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah batang pisang (Mussa paradisiaca L.), pelarut etanol, aquadest, Na-CMC (Aloin Labora), propilen glikol (Technichem), metilparaben (Zayn Chemical), gel natrium diklofenak (Voltaren), karagenan, Etanol 90% (Sigma Aldrich), HCL 2N (Sigma Aldrich), reagen dragendorff (Sigma Aldrich), reagen mayer (Sigma Aldrich), kloroform (Sigma Aldrich), anhidrida asetat (Sigma Aldrich), asam sulfat pekat (Sigma Aldrich) ) , larutan besi(III) klorida 10%. Sigma Aldrich), reagen aseton (Sigma Aldrich), reagen asam borat (Sigma Aldrich), reagen asam oksalat (Sigma Aldrich), reagen eter (Sigma Aldrich). Batang pisang (Mussa paradisiaca L.) dikoleksi dari Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali.

Gel ekstrak batang pisang dibuat dengan mendispersikan basis gel Na-CMC dengan sebagian air suling yang dipanaskan, dibiarkan mengembang dan digerus hingga homogen. Kemudian tambahkan ekstrak batang pisang yang telah dilarutkan dengan propilen glikol, aduk rata dan tambahkan metil paraben yang telah dilarutkan dalam sisa aquadest, aduk hingga homogen. Keterangan: Formula 0 = Gel tanpa ekstrak batang pisang, Formula 1 = Gel 5% dengan ekstrak batang pisang, Formula 2 = Gel 10% dengan ekstrak batang pisang, Formula 3 = Gel 15% dengan ekstrak batang pisang.

Batang pisang yang telah dipanen disiapkan untuk dipotong kecil-kecil, hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan proses ekstraksi. Berdasarkan hasil uji fitokimia terhadap ekstrak batang pisang kepok (Musa paradisiaca L.), menunjukkan bahwa uji flavonoid, alkaloid, saponin dan triterpenoid memberikan hasil positif. Dari gambaran hasil penelitian dapat dikatakan bahwa ekstrak batang pisang dapat mengurangi peradangan yang terjadi pada tikus.

Kemampuan gel ekstrak batang pisang untuk mengurangi peradangan tidak dapat dipisahkan dari kandungan metabolit dalam ekstrak https://doi.org/10.33759/jrki.v3i2.129. Berbagai jenis kandungan metabolit sekunder pada ekstrak batang pisang dapat membantu mengurangi peradangan yang terjadi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ekstrak batang pisang (Musa paradisiaca L.) memiliki kemampuan sebagai antiinflamasi topikal.

Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Marhamah & Putri, IW., 2018, Efektivitas Ekstrak Batang Pisang Kepok (Musa x paradisiaca Linn.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus pyogenes.

Referensi

Dokumen terkait

Numerical algorithm for solving the inverse problem for the Helmholtz equation // Communications in Computer and Information Science, // 9th International Conference on CITech 2018..