PERANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENDIDIKAN SEKSUALITAS UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN
ORANGTUA MENGENAI PERKEMBANGAN SEKSUAL
Imam Teguh Aji Saputro, Program Studi Sistem Informasi
Universitas Bina Sarana Informatika Bandung, Indonesia Email : [email protected]
Abstrak
Pendidikan Seksual pada saat ini sangat dibutuhkan, peran orang tua tentunya sangat dibutuhkan dalam perkembangan seksual anak namun, masih banyaknya orang tua yang menutup pembicaraan dengan anak-anak mereka mengenai pendidikan seksualitas karena masih dianggap tabu disisi lain anak-anak tersebut telah disuapi kebohongan-kebohongan yang tersebar di berbagai media dan internet setiap harinya. Penggunaan media informasi multimedia dalam bentuk animasi pembelajaran pendidikan seksual di dunia pendidikan dapat digunakan sebagai media yang dapat membantu dalam proses belajar. Tujuan dari penelitian ini adalah dibuatnya media pembelajaran animasi interaktif berbasis multimedia sebagai alternatif media pembelajaran yang lebih efisien. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan dalam perancangan ini adalah pengamatan, wawancara serta studi pustaka. Metode pengembangan sistem yang digunakan merupakan model waterfall dimana dalam metode ini terdiri dari 5 tahapan yaitu analisa kebutuhan, desain, pengkodean, pengujian, serta pengembangan. Sebagai metode rancangan menggunakan storyboard dan aplikasi yang digunakan dalam membuat rancangan media pembelajaran animasi interaktif ini menggunakan software adobe flash professional CS6 serta software pengolah grafis CorelDraw x7 untuk pembuatan rancangan layout aplikasi.
Kata Kunci : Pendidikan Seksual, Media Pembelajaran Animasi, Adobe Flash , Peran Orang tua Abstract
Sexual education is currently urgently needed, the role of parents is certainly very necessary in the sexual development of children, however, there are still many parents who close the conversation with their children about sexuality education because it is still considered a taboo on the other hand these children have been fed with lies which is spread in various media and internet every day. The use of multimedia information media in the form of animated sexual education learning in the world of education can be used as a medium that can help in the learning process. The purpose of this research is to create interactive multimedia-based interactive learning media as a more efficient alternative learning media. The method used to collect data that will be used in this design is observation, interview and literature study. The system development method used is the waterfall model where in this method consists of 5 stages, namely requirements analysis, design, coding, testing, and development. As a design method using storyboard and application used in making this interactive animation learning media design using Adobe Flash Professional CS6 software and CorelDraw x7 graphics processing software for making application layout designs.
Keywords: Sexual Education, Animation Learning Media, Adobe Flash, Role of Parents
A. Pendahuluan
Dizaman sekarang dengan semakin majunya perkembangan teknologi memudahkan orang untuk menggunakan berbagai teknologi yang ada, termasuk salah satunya adalah teknologi komunikasi yang mana membawa pengaruh positif untuk setiap orang. Namun, dengan kemudahan tersebut membawa juga beberapa dampak negatif salah satunya adalah pornografi. .
Menurut Jonathan Mckee dalam bukunya More than just talk:becoming your kids go to person about sex (Mckee, 2015) Peran orang tua tentunya sangat dibutuhkan dalam perkembangan seksual anak. Namun, masih banyak orang tua yang menganggap jika pembicaraan mengenai seksualitas adalah hal yang salah dan menganggap seksualitas adalah hal yang tabu untuk dibicarakan, hanya sebagian kecil dari orang tua yang mau membicarakan tentang seksualitas walaupun hanya beberapa kali, sebagian kecil dari para orang tua tersebut terbuka untuk membicarakan tentang seksualitas anak mereka, pembicaraan antara orang tua dengan anak mereka mengenai seksualitas tentunya tidak cukup hanya dengan sekali pembicaraan karena informasi yang akan didapat anak tentunya tidak akan memuaskan rasa penasaran serta ingin tahu mereka.
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh KOMINFO dalam situsnya kominfo.go.id, Indonesia mendapat peringkat ke-3 sebagai Negara dengan pengaksesan pornografi terbanyak didunia ada juga survey yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang dikutip oleh idntimes.com dalam 2 bulan awal pada tahun 2018 terdapat 223 aduan kasus mengenai kekerasan seksual, dimana kasus-kasus tersebut kebanyakan terjadi pada anak.
Dengan banyaknya kasus tersebut harusnya menyadarkan akan pentingnya pendidikan seksualitas.
Penggunaan media informasi multimedia merupakan salah satu media yang dapat membantu dalam proses belajar, penggunaan media informasi multimedia tersebut salah satunya adalah animasi.
Pendidikan seksual dalam bentuk animasi
lebih memvisualisasikan pembelajaran dalam bentuk gambar bergerak serta lebih menarik pengguna karena media pembelajaran animasi merupakan sebuah media interaktif dimana dalam animasi tersebut memuat gambar teks serta suara dan pengguna akan lebih cepat memahami isi bahasan dari sebuah pembelajaran (Hanafri et al., 2016).
Identifikasi masalah yang akan dijadikan bahan penilitian adalah :
1. Rendahnya kesadaran orang tua mengenai perkembangan seksual anak.
2. Pengaruh konten pornografi pada perilaku seksual anak.
3. Adanya indikasi penyimpangan seksual.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan edukasi mengenai pendidikan seksualitas yang dimaksudkan Agar orang tua lebih terbuka mengenai pembicaraan tentang seksualitas, Meningkatkan kesadaran orang tua akan perkembangan seksual anak serta untuk meningkatkan norma anak tentang seksualitas sesuai norma yang ada yang dikemas dalam media pembelajaran secara interaktif menggunakan Adobe Flash CS 6 dengan antar muka yang menarik dan disertai dengan gambar, audio dan video.
Batasan masalah yang akan dibahas adalah mengenai contoh penyimpangan seksual serta peran orang tua dalam perkembangan seksual anak yang dibagi menjadi pengenalan anak laki-laki, anak perempuan, mastrubasi, serta pertanyaan- pertanyaan yang sering diajukan mengenai seks dalam pembuatan animasi interaktif ini juga menggunakan beberapa program seperti adobe flash CS6 untuk aplikasi untuk membuat animasi dengan action script sebagai bahasa programnya selain itu juga menggunakan program grafis seperti Coreldraw untuk aplikasi pembuatan user interface serta beberapa tombol yang ada pada program animasi yang akan dibuat, penjabaran animasi juga terbatas dalam bentuk animasi 2D serta dibuatnya animasi dalam versi lain sehingga tidak hanya bersifat desktop.
B. Tinjauan Pustaka 1. Animasi Interaktif
Menurut Sari dan Sasongko dalam (Wijayanto, 2014) berpendapat jika, Media pembelajaran merupakan wahana dan penyampaian informasi atau pesan pembelajaran pada siswa. Dengan adanya media dalam proses belajar mengajar diharapkan dapat membantu guru dalam meningkatkan prestasi siswa.
Media pembelajaran selalu mengalami perkembangan seiring dengan adanya perkembangan teknologi, sebagai contohnya
dengan adanya media
pembelajaran interaktif dalam proses belajar mengajar.
Menurut M.Suyanto dalam (Purnama & Sucipto, 2014) mengatakan bahwa “Animasi merupakan penggunaan komputer untuk menciptakan gerak pada layar”.
Sedangkan definisi animasi menurut Tay Vaughan dalam (Purnama & Sucipto, 2014) adalah
“Animasi merupakan sebuah presentasi statis menjadi hidup”.
2. Pendidikan Seksualitas
Menurut David L. Scherrer dan Linda M. Klepacki dalam (Dewi, dkk 2018) Berpendapat jika :
Pendidikan seksual di negara- negara sekuler lebih memfokuskan pada perilaku seks aman dan sehat dan tidak melarang anak-anak melalukan perzinahan. Salah satu organisasi pendidikan seks komprehensif di Amerika - Sex Information and Education Council of the United States (SIECUS) misalnya, memberi panduan agar orang tua yang memilki anak kategori 5-8 tahun memahamkan, antara lain: kebanyakan wanita dan pria adalah heteroseksual, yang berarti mereka akan tertarik dan
jatuh cinta terhadap seorang dari jenis kelamin yang berbeda;
sebagian wanita dan pria adalah homoseksual yang berarti mereka akan tertarik dan jatuh cinta terhadap seseorang dari gender yang sama; homoseksual dikenal sebagai lesbian pada wanita dan homo pada laki-laki.
National Guidelines Task Force dalam (Indonesian Of Journal Science, 2017) mengemukakkan bahwa :
Pendidikan seksual merupakan kunci dari upaya pencegahan kekerasan seksual pada anak.
Tujuan utama dari pendidikan seksualitas adalah untuk meningkatkan kesehatan seksual pada masa dewasa. Ini harus membantu anak-anak dan remaja dalam mengembangkan pandangan positif dari seksualitas, menyediakan mereka dengan informasi yang mereka butuhkan untuk menjaga kesehatan seksual mereka, dan membantu mereka memperoleh keterampilan untuk membuat keputusan sekarang dan di masa depan.
3. Adobe Flash Professional
Menurut Setijo dalam (Wijayanto, 2014) berpendapat jika :
Adobe Flash merupakan sebuah program yang didesain khusus oleh Adobe dan program aplikasi standar authoring tool professional yang digunakan untuk membuat animasi dan bitmap yang sangat menarik untuk keperluan pembangunan situs web yang interaktif dan dinamis. Flash didesain dengan kemampuan untuk membuat animasi 2 dimensi yang handal dan ringan sehingga flash banyak digunakan untuk membangun dan memberikan efek animasi pada website, CD Interaktif dan yang lainnya. Selain itu aplikasi ini juga
dapat digunakan untuk membuat animasi logo, movie, game, pembuatan navigasi pada situs web, tombol animasi, banner, menu interaktif, interaktif form isian, e- card, screen saver dan pembuatan aplikasi-aplikasi web lainnya.
4. CorelDRAW
Menurut Hendratman dalam (Okki Mauludin Syah, Mardianai, 2018) bahwa “Coreldraw adalah software editor grafis vektor yang dikembangkan untuk sistem operasi Windows 2000 dan seterusnya.
Coreldraw dikembangkan oleh Corel. Coreldraw memiliki kegunaan mengolah gambar karena itu banyak digunakan pada pekerjaan bidang publikasi dan percetakan”.
5. Storyboard
Perancangan storyboard berisi pembahasan mengenai alur dari media pembelajaran animasi yang akan dibuat.
6. Blackbox Testing
Menurut (Wijayanto, 2014) pengujian blackbox terfokus pada spesifikasi fungsional dari perangkat lunak, pengujian blackbox merupakan pelengkap untuk menguji hal-hal yang tidak dicakup oleh pengujian whitebox.
7. Whitebox Testing
Menurut (Wijayanto, 2014)
Pengujian White Box
mengasumsikan bahwa speifikasi logika adalah penting untuk menjamin apakah sistem atau perangkat lunak berfungsi dengan baik.
8. State Transition Diagram
Menurut (Faris & Lestari, 2016)
“state transition diagram menggambarkan bermacam- macam keadaan sebuah komponen sistem yang terdapat dalam relasi pada kejadian-kejadian atau kondisi-kondisi yang menyebabkan sebuah perubahan dari sebuah
keadaan satu keadaan lainnya”.
Diagram ini penulis gunakan untuk menjelaskan alur-alur yang berjalan pada media pembelajaran animasi.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data meliputi pengamatan, wawancara dan studi pustaka. Dalam pengembangan sistem menggunakan model waterfall dengan tahapan sebagai berikut :
Gambar II.1 Model Waterfall
1. Analisa Kebutuhan Sistem
Tahapan pertama dalam pengembangan ini adalah analisa kebutuhan dimana dalam tahap ini harus memiliki tujuan serta kegunaan dari sistem yang akan dibangun dimana informasi tersebut akan digunakan untuk tahap selanjutnya.
2. Desain
Merupakan tahap kedua dari pengembangan sistem model waterfall dimana pada tahap ini merupakan tahap sebelum melakukan pengkodingan dalam tahap ini bertujuan untuk memberikan gambaran dari perancangan sistem yang akan berjalan.
3. Pengkodean
Pada tahap ini merupakan tahap pembuatan atau implementasi, dimana data yang didapatkan dari tahap sebelumnya dituangkan dalam kode program yang nantinya akan disusun menjadi sebuah sistem.
4. Testing
Merupakan tahapan pengujian, dimana pada tahap ini sistem yang sudah dibuat pada tahap sebelumnya akan diuji apakah sudah memiliki kendala atau sudah berjalan dengan sempurna.
5. Support
Merupakan tahap terakhir dalam pengembangan sistem model waterfall ini, pada tahap ini disebut juga tahap perawatan dimana sistem yang sudah berjalan masih harus diawasi dan diperbaiki apabila masih adanya kesalahan yang pada tahap sebelumnya tidak ditemukan.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Analisa Kebutuhan Pemakai Dalam analisa kebutuhan pemakai, penulis menganalisa hal-hal apa saja yang akan dibutuhkan oleh pemakai dari aplikasi ini, analisa yang penulis dapat antara lain:
a. Pemakai dapat lebih mengetahui peran dari orangtua terhadap perkembangan seksual anak.
b. Pemakai lebih terbuka dan intensif dalam melakukan pembahasan mengenai seksualitas dengan anak mereka karena pembahasan ini tidak cukup jika dilakukan dalam satu kali pembahasan.
2. Analisa Kebutuhan Sistem Kebutuhan Keterangan Sistem
Operasi
Windows 7 Professional 64 bit
Processor Intel Celeron 1.10Ghz
RAM Minimum 2GB
(Recommended 3GB)
VGA Intel UHD Graphics 600 128 MB
Harddisk 10 GB
Software Adobe Flash Professional CS6, CorelDRAW x7
E. Perancangan Animasi Interaktif 1.1 Karakteristik Software
Dalam merancang sebuah aplikasi harus berpedoman pada
karakteristik dan unsur-unsur sebagai berikut :
a. Format
Animasi interaktif pendidikan seksualitas ini terdiri dari 4 elemen penting yaitu, menu utama, tujuan, materi, dan profil. Pada menu utama terdapat 3 sub menu yakni tujuan, materi, dan profil. Dalam menu materi juga terdapat penyimpangan seksual, pengenalan anak perempuan, pengenalan anak laki-laki, masturbasi, serta pertanyaan yang sulit dijawab.
Selanjutnya terdapat menu profil yang berisi profil dari pembuat animasi
b. Rules
Pada pembelajaran media interaktif ini, user harus mempelajari dahulu semua materi yang terdapat pada media pembelajran animasi ini, agar user mengetahui dan bisa menjawab semua soal pada menu evaluasi.
c. Policy
Setelah user mempelajari isi dari media pembelajaran animasi ini user diharapkan mendapat dorongan untuk lebih terbuka untuk membahas mengenai seksualitas.
User juga akan dianggap sudah cukup menguasai materi ketika user dapat menjawab soal dengan benar lebih dari setengah soal yang diberikan, jika user jumlah soal yang dijawab user kurang dari setengah maka user akan dianggap belum menguasai materi dan dapat mengulang soal evaluasi
d. Scenario
Pertama kali user akan dihadapkan pada menu awal dimana user diminta menekan tembol masuk untuk dapat berpindah ke menu utama, dalam menu utama user diberi 3 pilihan menu yaitu menu tujuan, materi, dan profil. Dalam menu utama juga terdapat tombol keluar dan tombol untuk
menjalankan atau menghentikan background musik.
e. Roles
Dalam media pembelajaran animasi ini user berperan sebagai orang yang masih belum menguasai materi mengenai pendidikan seksualitas, dimana dalam media pembelajaran ini user akan diberi penjelasan mengenai pendidikan seksualitas.
f. Event
Event yang terdapat pada media pembelajaran animasi ini user akan diberikan pilihan ganda, soal yang akan diberikan merupakan pengetahuan mengenai pendidikan seksualitas, jika semua soal dapat dijawab oleh user dan mendapatkan nilai lebih dari setengah soal yang diajukan maka akan dianggap sudah menguasai materi yang diberikan
g. Decision
Contoh dari keputusan yang dapat user lakukan dalam media pembelajran animasi ini adalah user dapat memilih materi yang diinginkan user, user juga dapat melakukan pemilihan keputusan dalam mengerjakan soal-soal evaluasi.
h. Levels
Level yang akan diberikan kepada user terdapat pada materi yang diberikan dimana materi yang akan diberikan dimulai dari pembahasan ringan sampai dengan pembahasan yang lebih eksplisit serta dalam soal-soal yang diberikan dalam evaluasi.
i. Score Model
Score model yang digunakan dalam media pembelajaran animasi ini berupa setiap soal yang dijawab dengan benar maka akan mendapatkan 10 poin. Dengan poin tertinggi adalah 100.
j. Indicator
Indikator jika user sudah menguasai materi yang diberikan bisa dilihat dari jumlah soal yang dijawab dengan benar melebihi setengah
dari soal yang diberikan pada menu evaluasi.
k. Symbols
Pentunjuk yang bisa gunakan oleh user agar bisa memilih menu-menu yang ada dalam media pembelajaran animasi ini adalah tombol, dimana beberapa tombol yang bisa user gunakan dalam media pembelajaran animasi ini adalah tombol next dan previous yang ada pada menu materi dan evaluasi yang disimbolkan dengan arah panah ke kanan dan ke kiri, lalu ada tombol menu utama yang terdapat dalam menu materi yang disimbolkan dengan gambar rumah, selanjutnya tombol mute dan sound yang disimbolkan dengan lambang speaker.
1.2 Rancangan Storyboard a. Storyboard halaman masuk
Tabel 1 Storyboard halaman masuk
b. Storyboard menu utama
Tabel 2 Storyboard menu utama
c. Storyboard menu tujuan Tabel 3 Storyboard menu
tujuan
d. Storyboard pemilihan materi Tabel 4 Storyboard pemilihan
materi
e. Storyboard isi materi
Tabel 5 Storyboard isi materi
f. Storyboard materi video
Tabel 6 Storyboard materi video
g. Storyboard menu masuk evaluasi
Tabel 7 Storyboard menu masuk evaluasi
h. Storyboard soal evaluasi
Tabel 8 Storyboard soal evaluasi
i. Storyboard hasil evaluasi
Tabel 9 Storyboard hasil evaluasi
j. Storyboard menu profil
Tabel 10 Storyboard menu profil
1.3 State Transition Diagram
1.4 Rancangan Antar muka a. Rancangan halaman masuk
Gambar 1. Rancangan halaman masuk
b. Rancangan menu utama
Gambar 2. Rancangan menu utama c. Rancangan menu tujuan
Gambar 3. Rancangan menu tujuan d. Rancangan pemilihan materi
Gambar 4. Rancangan pemilihan materi
e. Rancangan isi materi
Gambar 5. Rancangan isi materi f. Rancangan materi video
Gambar 6. Rancangan materi video g. Rancangan menu masuk
evaluasi
Gambar 7. Rancangan masuk evaluasi
h. Rancangan soal evaluasi
Gambar 8. Rancangan soal evaluasi
i. Rancangan hasil evaluasi
Gambar 9. Rancangan hasil evaluasi j. Rancangan menu profil
Gambar 10. Rancangan menu profil 1.5 Pengujian Sistem
a. Whitebox Testing
Dibawah ini merupakan bagan alir dan grafik alir dari menu evaluasi media pembelajaran animasi pendidikan seksualitas:
Gambar 11. Bagan alir menu evaluasi
Gambar 11. grafik alir menu evaluasi
Kompleksitas siklomatik dari grafik alir
Keterangan:
E = Jumlah edge N= Jumlah simpul
Basis set yang dihasilkan dari jalur independen secara linier adalah jalur sebagai berikut:
1-2-3-4-5-6-7-9-10-11-12 1-2-3-4-5-6-7-8-10-11-12 1-2-3-4-5-6-7-8-10-11-3
Ketika aplikasi dijalankan , maka terlihat bahwa salah satu basis set yang dihasilkan adalah 1-2-3-4-5-6-7- 9-10-11-12. Simpul telah dieksekusi sekali berdasarkan ketentuan tersebut dari segi kelayakan software, sistem telah memenuhi syarat. Adapun untuk menu materi, alurnya jalannya sama dengan menu evaluasi jadi bisa dikatakan bahwa hasil pengujian untuk menu materi juga telah memenuhi syarat.
b. Blackbox Testing
Dibawah ini merupakan pengujian blackbox media pembelajaran animasi pendidikan seksualitas:
Tabel 11 Storyboard menu utama
F. Kesimpulan
Kesimpulan dari perancangan animasi interaktif mengenai pendidikan seksualitas Secara umum adalah sebagai berikut:
1. Media pembelajaran perancangan animasi interaktif pendidikan seksualitas merupakan media edukasi yang tepat untuk melakukan pembelajaran yang efektif, karena media pembelajaran animasi interaktif menampilkan materi pembahasan yang dinamis yang membuat media pembelajaran semakin menarik.
2. Pengaruh pornografi terhadap perilaku anak membawa pengaruh yang cukup besar, namun dengan adanya bimbingan dari orang tua untuk menjaga dan membatasi kemungkinan anak untuk bisa mendapatkan akses pada pornografi dengan kegiatan positif maka pengaruh dari pornografi dapat diatasi.
3.
Dibuatnya perancangan animasi interaktif berupa media pembelajaran animasi interaktif dimana dalam media pembelajaran ini membahas tentang pentingnya peran orang tua dalam perkembangan seksual anak disertai dengan kuesioner, dimana dalam kuesioner tersebut menyatakan kemudahan serta manfaat dari dibuatnya aplikasi media pembelajaran animasi interaktif. .Beberapa saran yang bisa menjadi acuan apabila dikemudian hari aplikasi ini akan dikembangkan, diantaranya :
1. Menambahkan lagi materi terkait pendidikan seksualitas seperti menambahkan materi tentang bagaimana pendidikan seksualitas dalam pandangan agama islam.
2. Menjadikan aplikasi online agar bisa diakses oleh banyak orang kapanpun dan dimanapun.
3. Menjadikan aplikasi ini berbasis mobile agar lebih memudahkan pengguna untuk menggunakan media pembelajaran ini.
G. Daftar pustaka
Dewi, R. L., Rahman, I. K., &
Supraha, W. (2018). 25 Psikoedukasi Islami Pendidikan Seks Sebagai Medium Alternatif Pencegahan Kekerasan Seks Pada Anak.
Prosiding Bimbingan Konseling, 220–
231. Retrieved from http://pkm.uika- bogor.ac.id/index.php/PSBKI/article/vi ew/146
Faris, A., & Lestari, A. F. (2016).
Perancangan Animasi Interaktif Pengenalan Huruf Alfabet Untuk Pendidikan Anak Usia Dini. Teknik Komputer Amik Bsi, 59–67.
Hanafri, M. I., Mariana, A. R., Suryana, C., Stmik, D., Sarana, B., Stmik, M., & Sarana, B. (2016).
Animasi Sex Education Untuk
Pembelajaran dan Pencegahan Pelecehan Seksual Pada Anak Usia Dini ( Studi Kasus di TK Kartini ).
6(1).
Indonesian, T. H. E., Of, J., &
Science, H. (2017). Gambaran Pemahaman Anak Usia Sekolah Dasar Tentang Pendidikan Seksual Dalam Upaya Pencegahan
Kekerasan Seksual Pada Anak. 9(1), 9.
Mckee, J. (2015). More than just the talk: Go-to person about sex.
minnesota.
Okki Mauludin Syah, Mardianai, H.
(2018). Komparasi Coreldraw Dan Photoshop Pembuatan Pola Batik Tulis Di Trenggalek. 1239–1243.
Purnama, B. E., & Sucipto. (2014).
Pembuatan Animasi 3D Penyuluhan Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru- Paru Pada Kecamatan Karang Tengah. Journal Speed – Sentra Penelitian Engineering Dan Edukasi, 6(1), 61–68. Retrieved from
http://speed.web.id/ejournal/index.ph p/Speed/article/view/192
Wijayanto, R. (2014). Perancangan Animasi Interaktif Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Kelas 2 pada MI Nurul Falah Ciater. Evolusi, 2(1), 1–11.