• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Transformasi Volume 7 Nomor 2 Edisi September 2021 PLS FIPP UNDIKMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2025

Membagikan "Jurnal Transformasi Volume 7 Nomor 2 Edisi September 2021 PLS FIPP UNDIKMA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

97

PENERAPAN KEGIATAN MENARI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR DAN HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN

Ni Made Sulastri

Fakultas Ilmu Pendidikan Dan Psikologi UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA

Email: [email protected]

Abstrak: Kegiatan menari memiliki manfaat yang besar dalam membantu meningkatkan motorik kasar dan halus anak. Dalam kemampuan dasar fisik anak dapat dikenali dari kemampuannya melakukan gerakan keseimbangan, lokomotor, kecepatan, perubahan, ekspresi, teknik mengendalikan tubuh, gerakan energik, dan koordinasi anggota tubuh.

Tujuan penelitian Untuk mengetahui penerapan kegiatan menari yang dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar halus anak usia 5-6 tahun. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang bersifat kolaboratif Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data, yaitu observasi dan dokumentasi. Dalam penelitian ini menggunakan tari kreasi baru dengan jenis tari yang tradisonal modern. Dari hasil penelitian ini, peneliti menggunakan tiga tahap pengembangan dengan kesimpulan pada tahap pengembangan ke I mendapatkan hasil yang kurang optimal karena peneliti menggunakan 8 anak dengan persentase 38,55% sehingga pada pengembangan ke II peneliti membagi anak menjadi 2 kelompok dan mengalami peningkatan dengan persentase 68,18%. Pada tahap pengembangan ke III mengalami peningkatan secara optimal dengan persentase 79,34%. Hal tersebut menunjukkan bahwa melalui kegiatan menari dapat meningkatkan perkembangan motorik kasar dan halus anak usia 5-6 tahun secara optimal.

Kata Kunci: Perkembangan Motorik Kasar dan Halus Anak, Kegiatan Menari

Abstract: Dancing activities have great benefits in helping to improve children's gross and fine motor skills. In basic physical abilities, children can be recognized from their ability to perform balance, locomotor, speed, change, expression, body control techniques, energetic movements, and coordination of limbs. The purpose of the study was to determine the application of dance activities that can improve the fine motor skills of children aged 5-6 years. The type of research used is collaborative development research. The data analysis used in this research is descriptive qualitative. The method used in collecting data, namely observation and documentation. In this study, we use a new creation of dance with modern traditional dance types. From the results of this study, researchers used three stages of development with the conclusion that in the first development stage the results were less than optimal because the researchers used 8 children with a percentage of 38.55% so that in the second development the researchers divided the children into 2 groups and increased by a percentage of 68 .18%. At the third development stage, it increased optimally with a percentage of 79.34%. This shows that dance activities can improve gross and fine motor development of children aged 5-6 years optimally.

Keywords: gross and fine motor development of children, dancing activities

(2)

98 PENDAHULUAN

PAUD sebagai pendidikan yang diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak usia 0-6 tahun yang sering disebut sebagai masa emas perkembangan.

Di samping itu, pada usia ini anak-anak masih sangat rentan, yang apabila penanganannya tidak tepat justru dapat merugikan anak itu sendiri. Oleh karena itu, penyelenggaraan PAUD harus memperhatikan dan sesuai dengan tahap- tahap perkembangan anak (Depdiknas:

2009: 1). Pembentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang optimal, baik sehat secara fisik, maupun psikologis sangat bergantung dari proses tumbuh dan berkembang pada anak usia dini.

Perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada anak yang meliputi seluruh perubahan baik perubahan fisik, kognitif, emosi, maupun perkembangan psikologi, motorik kasar dan motorik halus.

Gerakan motorik kasar seutuhnya dikontrol oleh otot besar. Otot besar inilah yang nantinya akan mengatur perkembangan jasmani anak. Pada setiap usia, perkembangan gerakan motorik kasar semakin berkembang dan kompleks.

Sedangkan motoric halus adalah Gerakan yang dikontrol oleh otot kecil yang akan mengatur kemampuan anak dalam kesiapan melakukan Gerakan seperti menulis. Dari hasil observasi kelemahan yang dapat dilihat seperti pada kegiatan anak masih belum bisa menjaga keseimbangan tubuhnya seperti saat melakukan gerakan meloncat, sedangkan pada perkembangan motorik halus anak belum optimal dalam menggerakan jari-jari tangan masih kaku sehingga perlu adanya variasi kegiatan untuk meningkatkan motorik kasar dan halus anak yaitu melalui kegiatan menari.

Merujuk pada uraian tersebut harus perlu upaya untuk meningkatkan kemampuan fisik motorik anak usia 5-6

tahun melalui kegiatan menari, adapun kegiatan menari ini memiliki manfaat yang besar dalam membantu perkembangan fisik motorik anak, dengan adanya kegiatan menari untuk meningkatkan motorik kasar dan halus anak diharapkan pada kegiatan motorik halusnya anak dapat memegang pensil dengan benar dan melalui motorik kasarnya anak dapat berjalan lurus dengan seimbang, karena dalam kemampuan dasar fisik anak dapat dikenali dari kemampuannya melakukan gerakan keseimbangan, lokomotor, kecepatan, perubahan, ekspresi, teknik mengendalikan tubuh, gerakan energik, dan koordinasi anggota tubuh, kemampuan dasar estetik anak usia dini salah satunya dapat dikenali melalui kegiatan menari (tari). Dari beberapa uraian pokok pikiran diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan pengkajian dan penelitian tentang:

Penerapan Kegiatan Menari Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Dan Halus Anak Usia 5-6 Tahun di TK Mutiara Hati Tahun 2021.

TINJAUAN PUSTAKA

Tari sebagai bagian dari kebudayaan manusia dengan mudah dapat dijumpai diberbagai belahan bumi ini, dalam berbagai bentuk dan fungsinya dengan mengamati bentuk dan gerak, kita dapat belajar mengenali keragaman budaya tari dari berbagai kelompok masyarakat. Tari merupakan ungkapan rasa melaui gerak tubuh yang berkesinambungan dalam irama dan ruang tertentu. Dapat dikatakan juga bahwa tari merupakan busana gerak sedangkan medianya adalah tubuh (Dedi Rusala : 1999 : 12). Ada dua aspek pokok tari, yakni gerak dan irama sedangkan Tari menurut sachs (dalam Soedarsono : 1972 : 15 ) adalah gerak tubuh yang ritmis. Dalam tari, gerak tubuh manusia di pakai sebagai sarana mengungkapkan gagasan, perasaan dan pengalaman seniman kepada orang lain maka tidak mengherankan apabila di katakan bahwa tari menjadi salah satu bahasa komunikasi seniman.

(3)

99 Tubuh menjadi alat utama dalam menari, dan gerak tubuh merupakan media dasar untuk mengungkapkan ekspresi diri, Soedarsono menjelaskan bahwa tari merupakan komposisi gerak yang telah mengalami penggarapan. Senada dengan Soedarsono Susanne k. Langer diterangkan tari sebagai sesuatu yang memberi kepuasaan batin manusia. Jadi bukan hanya gerak-gerak yang halus saja yang indah, tetapi gerak-gerak yang keras, kasar, kuat, penuh dengan tekanan-tekanan serta anehpun dapat merupakan gerak yang indah.

Hakekat Perkembangan Motorik merupakan sesuatu yang berkembang secara terus menerus sesuai dengan tingkat perkembangan. Keterampilan gerak dasar harus dimiliki oleh seorang sejak usia dini.

Dengan penguasaan gerak dasar memudahkan seseorang untuk menguasai gerak selanjutnya. proses keterampilan gerak dasar tersebut dimulai dengan penguasaan kontrol tubuh dan kemampuan untuk meraih benda disekelilingnya dengan tangan (Mutohir dan Gusril : 2004 : 1).

Perkembangan motorik mencerminkan perubahan dalam diri seseorang anak dan perubahan-perubahan didalam bagaimana mereka berinteraksi dengan lingkungannya.

Perubahan perilaku motorik yang terjadi pada anak bersama bertambahnya waktu yang mencerminkan interaksi diantara seseorang dan lingkungannya dimana mereka hidup. Khususnya perubahan- perubahan yang menggambarkan hubungan timbal balik diantara pertumbuhan dan perkembangan. Ada dua jenis perkembangan fisik motorik anak yakni motorik kasar dan motorik halus gerak motrik kasar bersifat gerakan utuh sedangkan gerak motorik halus lebih bersifat keterampilan detail. Gerak motorik kasar adalah gerak anggota badan secara kasar atau keras. Menurut Laura E. Berk (dalam Suyadi, 2009: 69), semakin anak bertambah dewasa dan kuat tubuhnya, maka gaya geraknya semakin sempurna.

Hal ini mengakibatkan tumbuh kembang

otot semakin membesar dan menguat.

Dengan membesar dan menguatnya otot tersebut, keterampilan baru selalu bermunculan dan semakin bertambah kompleks.

Perkembangan gerak motorik halus adalah meningkatnya pengoordinasian gerak tubuh yang melibatkan otot dan syaraf yang jauh lebih kecil atau detail.

Kelompok otot dan syaraf inilah yang nantinya mampu mengembangkan gerak motorik halus, seperti meramas kertas, menyobek, menggambar, menulis, dan lain sebagainya. Hurlock, E. Berk menjelaskan gerak motorik halus ini dengan membandingkannya dengan gerak motorik kasar. Dengan kata lain, E. Berk memahami bahwa gerak motorik halus sebagai bentuk kebalikan dari gerak motorik kasar. Ia menyatakan bahwa pada usia anak pra sekolah telah terjadi perubahan besar (giant) pada motoriknya.

Sekedar contoh, gerakan tangan dan jari yang meningkat. Bahkan pada tahap ini anak sering mencoba makan dengan tangannya sendiri, tetapi orang tua sering kali mencegah dengan alasan tangan akan kotor sehingga tidak boleh makan dengan tangan. Melihat fenomena ini, E. berk me1nyatakan, “but parents must be patient about these abilities: when tired and in a hurry,young children often revert to eating with their fingers.” (tetapi orang tua harus bersabar terhadap ketangkasan ini: ketika anak mulai bosan dan terburu-buru anak sering makan dengan tangannya.)

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah pengembangan. Penelitian ini menyelediki pola-pola dan perurutan perkembangan dan pertumbuhan, dan bagaimana variabel berhubungan dengan satu sama lain dan mempengaruhi sifat-sifat pertumbuhan dan perkembangan itu. Penelitian ini bersifat kolaboratif, kolaboratif adalah bentuk kerja sama yang memungkinkan lahirnya kesamaaan pemahaman dan kesepakatan

(4)

100 terhadap suatu permasalahan, pengambilan kesimpulan yang demokrasi yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan, penelitan ini bersifat kolaboratif bersifat pendamping atau konsultatif lapangan, yaitu adanya kerja sama antara peneliti dan guru dalam upaya pengembangan anak didik. Metode Pengumpulan Data dalam bentuk Observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra atau yang disebut juga dengan pengamatan langsung (Arikunto, 2006: 156) dan metode Dokumentasi yaitu catatan-catatan peristiwa yang sudah lalu yang berupa tulisan, gambar, atau karya-karya dokumen dari seseorang (Sugiono, 2008:329).

Analisis data yang digunakan berkaitan dengan mengembangkan peningkatan kemampuan anak dilakukan dengan menggunakan analisis deskripsi persentase.

Analisis deskripsi persentase ini akan dapat dilihat secara jelas tingkat kemampuan anak yang ada pada kelompok yang dijadikan subjek penelitian itu, baik pada putaran I maupun putaran II. Adapun rumus yang digunakan :

P = Dimana :

P = Persentil

X = Skor yang dicapai SMI = Skor Maksimal Ideal

Langkah langkah analisis data model Miller and Huberman (dalam Sugiyono:

2010: 337) :Data Reduction (Reduksi Data), Data Display (Penyajian Data), Conelusion Drawing Inverfication (Kesimpulan).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Proses pembelajaran pengembangan kemampuan motorik kasar dan halus halus melalui kegiatan menari pada pengembangan I masih belum optimal, terdapat beberapa kekurangan atau kelemahan. Maka pada tahap selanjutnya

peneliti akan lebih memperhatikan masalah-masalah yang ada dan akan diperbaiki pada tahap pengembangan berikutnya. Berdasarkan hasil observasi kegiatan siswa pada tahap pengembangan I kemampuan motorik kasar dan halus anak belum mendapatkan hasil yang optimal dan ketuntasan perkembangan motorik halus anak rata-rata mencapai 38,55% (indikator yang nampak nilai rata-rata). Kelemahan- kelemahan yang ada dalam proses pembelajaran pengembangan kemampuan motorik kasar dan halus melalui kegiatan menari pada tahap pengembangan I akan diperbaiki pada pengembangan ke II dan kelebihan yang ada tetap dipertahankan agar kemampuan motorik halus anak dapat meningkat secara optimal.

Proses pembelajaran pengembangan kemampuan motorik kasar dan halus halus melalui kegiatan menari pada pengembangan II sudah meningkat walaupun belum optimal. Berdasarkan hasil observasi kegiatan siswa pada tahap pengembangan II, kemampuan motorik halus anak belum mendapatkan hasil yang optimal dan ketuntasan perkembangan motorik halus anak rata-rata mencapai 68,18% (indikator yang nampak nilai rata- rata). Kelemahan-kelemahan yang ada dalam proses pembelajaran pengembangan kemampuan motorik halus melalui kegiatan menari pada tahap pengembangan II akan diperbaiki pada pengembangan ke III dan kelebihan yang ada tetap dipertahankan agar kemampuan motorik halus anak dapat meningkat secara optimal.

Pada proses pembelajaran tahap pengembangan III terlaksana dengan baik, peneliti melakukan kegiatan yang sama seperti pada tahap pengembangan II yaitu peneliti membagi anak menjadi 2 kelompok dan melakukan perbaikan-perbaikan dimana waktu yang digunakan sudah cukup maksimal pada setiap pijakan. Anak sudah mampu menggerakkan kaki dengan cara melangkah ke depan dengan posisi telapak kaki di jinjit, anak dapat memutar badan

(5)

101 sesuai dengan musik, anak mampu melangkah ke depan dengan posisi badan tegak, anak dapat menyilangkan tangan didepan dada, anak dapat mengayunkan tangan ke kanan dan ke kiri, anak dapat menggerakkan kepala ke kanan dan ke kiri, anak dapat menggerakkan tangan dan pergelangan tangan secara luwes dengan lurus, anak dapat menyilang kaki ke belakang ke kanan dan ke kiri, anak dapat memegang bakul dengan tangan kiri, anak dapat melambaikan ke dua tangannya, anak dapat menggerakkan jari-jari tangan ke arah samping kiri dan kanan, anak mampu menari dengan posisi pandangan lurus ke depan dan kegiatannya sudah optimal.

Berdasarkan analisis observasi perkembangan motorik kasar dan halus anak pada tahap III sudah optimal. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata perkembangan motorik kasar dan halus anak yang mencapai nilai indikator yang nampak nilai rata-rata 78,73%.

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

Dalam kegiatan menari untuk meningkatkan motorik kasar dan halus anak usia 5-6 tahun perlu memperhatikan beberapa hal baik dari segi jumlah anak, maupun tempat yang akan digunakan. Dari segi jumlah anak lebih efektif apabila menggunakan 4 anak dibandingkan dengan menggunakan 8 anak sekaligus karena akan mempengaruhi konsentrasi anak ketika melakukan kegiatan menari dan juga tempat dalam melakukan kegiatan menari perlu diperhatikan dari segi kebersihan, aman, nyaman dan luas sehingga anak leluasa dalam melakukan gerakan-gerakan tari, dalam penelitian ini menggunakan tempat yang berukuran 10x4m. Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian dalam pembahasan diketahui bahwa Pada pengembangan tahap pertama diperoleh rata-rata perkembangan motorik kasar dan halus anak yaitu 38,55% dengan keberhasilan pelaksanaan proses

pembelajaran 50%. Pada pengembangan tahap kedua rata-rata perkembangan motorik kasar dan halus anak yaitu 68,18%

dengan keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran 67,85%. Pada pengembangan tahap ketiga rata-rata perkembangan motorik kasar dan halus anak mengalami peningkatan sebesar 11,16% sehingga diperoleh rata-rata perkembangan motorik kasar dan halus anak pada pengembangan tahap ketiga berkembang secara optimal yaitu 79,34% dengan keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran 91,07%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan menari yang dilakukan secara berulang-ulang telah terlaksana dengan hasil yang optimal sehingga melalui kegiatan menari dapat meningkatkan perkembangan motorik kasar dan halus anak usia 5-6 tahun di PAUD Aini Terpadu Dasan Geres Gerung Tahun Pelajaran 2012/2013.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian maka disarankan sebagai berikut Kepala sekolah, diharapkan agar selalu memberikan motivasi dan kesempatan kepada guru serta menyediakan tempat yang aman dan nyaman bagi anak sehingga dapat mengembangkan aspek perkembangan motorik kasar dan halus anak. Kepada guru, diharapkan dapat memberikan kesempatan dan kebebasan kepada anak untuk bermain melalui pembelajaran yang dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak khususnya pada perkembangan motorik kasar dan halus anak melalui kegiatan menari. Kepada peneliti, selanjutnya diharapkan untuk meneliti lebih lanjut tentang perkembangan motorik kasar dan halus anak dengan menggunakan kegiatan yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

(6)

102 Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta.

Dedi Rusala. 1999. Buku Tarian Khas Jawa Barat. Jakarta : Bung Rampai

Depdiknas. 2009. Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Biro Hukum dan Organisasi Depdiknas.

Hurlock, Elisabeth. 1978. Perkembangan Anak jilid 1. Jakarta : Erlangga

Isjoni. 2009. Model Pembelaajran Anak Usa Dini. Bandung : Alfabeta

Jajuli, M. 1994. Telaah Teoritis Seni Tari.

Semarang : Ikip Semarang

Mudjito. 2010. Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran Ditaman Kanak-Kanak

Mutohir dan Gusril. 2004. Perkembangan Motorik Pada Masa Kanak-Kanak Jakarta : Depdiknas

Nurkencana. 1990. Evalusi Hasil Belajar.

Surabaya : Usaha Nasional

Riyanto, Yatim. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : SIC Sedyawati, Edi. 1984. Tari.Jakarta :

Pustaka Jaya

Soedarsono. 1972. Tari-Tari Tradisional.

Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Sudjarwo. 2009. Pendekatan Sentra Dan Lingkaran Dalam Pendidikan Anak Usia Dini Jakarta : Depdiknas

Sudono, Anggani. 2006. Sumber Belajar dan Alat Permainan.Jakarta : Grasindo Sugiyono. 2010. Metode Penelitian

Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta

Sumantri. 2005. Model Pembelajaran Keterampilan Motorik Anak Usia Dini.

Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Suyadi. 2009. Psikologi Belajar PAUD.

Yogyakarta : PT Bintang Pustaka Abadi (BIPA)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah angket, yaitu untuk memperoleh data tentang tingkat kejujuran siswa dengan memberikan Konseling Realita Terhadap

Ini menunjukkan bahwa komponen product sudah berjalan secara optimal karena masyarakat memiliki rasa kebersamaan yang tinggi dalam melaksanakan desa membangun

Pada komponen proses, berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan maka dapat disimpulkan efektivitas dari model kemitraan sekolah dengan orang tua dalam pembelajaran

SIMPULAN Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan analisis regresi, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah: “Terdapat pengaruh minat baca terhadap hasil

Berdasarkan hasil penelitian bahwa kemandirian belajar siswa diluar sekolah adalah sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, individu akan terus belajar untuk

Simpulan Berdasarkan kajian teori dari berbagai sumber dan dicocokan dengan data-data yang ada di lapangan yaitu khususnya di melalui proses pengumpulan data yang selanjutnya data

Setelah itu pada tahap refleksi ini pendidik akan dapat merefleksikan diri dengan melihat data hasil observasi kegiatan yang dilakukan, yaitu apakah telah terjadi peningkatan minat

Adapaun alternatif yang harus dilaksakan dalam pengelolaan kelas adalah dengan menerapkan, metode, model dan strategi pembelajaran yang variatif, dengan demikian seorang guru dapat