• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN AIR IRIGASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KAJIAN AIR IRIGASI "

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

KAJIAN AIR IRIGASI

DI SUBAK SEMBUNG, KEL. PEGUYANGAN KEC. DENPASAR UTARA, KOTA DENPASAR

Oleh R. Suyarto

Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) LPPM Universitas Udayana

Denpasar

2016

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan... 3

1.3. Tujuan ... 3

BAB II . TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Irigasi... 4

2.2 Sumber dan Bahan Pencemar... 5

2.3. Kualitas Air ... 6

2.4. Kesesuaian Air Irigasir ... 7

2.5. Fitoremediasir ... 8

2.6. Tanamanr... 9

BAB III . METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu ... 13

3.2. Bahan dan Alat ... 13

3.3. Metodologi ... 13

3.4 Tahapan Penelitian ... 14

3.5. Analisis Data ... 15

BAB IV . HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kualitas Air Irigasi ... 16

4.2. Kualitas Air pada Tanaman ... 16

4.3. Pembahasan ... 27

BAB V. KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan ... 29 DAFTAR PUSTAKA

(3)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan.

Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya. Salah satu komponen penting dalam pembangunan pertanian adalah pembangunan irigasi. Hal ini disebabkan keberhasilan pembangunan pertanian khususnya pertanian sawah akan sangat tergantung oleh tersedianya irigasi. Salah satu Subak di Kota Denpasar yang memanfaatkan air irigasi untuk kegiatan pertanian adalah Subak Sembung. Subak Sembung memiliki luas 115 Ha. Subak ini berada di tengah permukiman yang masyarakatnya memiliki kegiatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kegiatan ini secara tidak sengaja telah menambah jumlah bahan anorganik pada perairan dan mencemari air. Misalnya, pembuangan limbah domestik rumah tangga ke saluran irigasi, pembuangan limbah pabrik tempe/tahu, limbah pemotongan ayam, penggunaan pupuk kimia dan residu pestisida yang berasal dari daerah hulu.

Berkaitan dengan hal ini, jika air yang digunakan untuk irigasi banyak mengandung logam-logam berat berbahaya terhadap kesehatan seperti logam Kadmium (Cd), Khromium (Cr), Timbal (Pb), dan Arsenic (As) maka dapat mempengaruhi produksi hasil pertanian. Logam berat yang diserap oleh tanaman akan diakumulasikan ke bagian akar batang dan daun tanaman. Selanjutnya tanaman tersebut dikonsumsi oleh manusia, logam akan terakumulasi pada jaringan tubuh manusia.

Darmono (1995) mengungkapkan, toksisitas logam pada manusia yang dapat menyebabkan timbulnya kerusakan jaringan, terutama jaringan detoksikasi dan ekskresi (hati dan ginjal) serta beberapa logam mempunyai sifat karsinogenik (pembentuk kanker).

(4)

Salah satu teknik dalam memperbaiki kualitas air yang tercemar adalah dengan teknik fitoremediasi. Fitoremidiasi adalah suatu konsep yang memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh tumbuhan untuk menghilangkan polutan dari tanah atau perairan yang telah terkontaminasi (Anonim, 2012). Beberapa jenis tumbuhan yang mampu bekerja sebagai agen fitoremediasi adalah Azolla (Azollaceae), Kayu Apu (Pistia stratiotes L.), enceng gondok (Eichornia Crassipes) dan Teratai (Nymphae sp.), tumbuhan-tumbuhan ini memiliki kemampuan yang disebut dengan hiperakumulator, yaitu tanaman yang dapat menyerap kontaminan dalam jumlah yang tinggi dan dikonsentrasikan pada akar, tajuk dan daun.

1.2. Rumusan Masalah

a. Air irigasi juga sebagai tempat pembuangan limbah baik limbah cair maupun kadang limbah padat

b. Mencari alternative untuk mengurangi atau langkah pemurnian air dengan media tanaman.

1.3 . Tujuan

a. Untuk mengetahui kualitas air irigasi.

b. Untuk mengetahui pengaruh tanaman Azolla (Azollaceae), Kayu Apu (Pistia stratiotes L.), Enceng gondok (Eichornia Crassipes) dan Teratai (Nymphae sp.) terhadap air irigasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Irigasi

Irigasi adalah penambahan kekurangan kadar air tanah secara buatan yakni dengan memberikan air secara sistematis pada tanah yang diolah. Kebutuhan air irigasi untuk pertumbuhan tergantung pada

(5)

banyaknya atau tingkat pemakaian dan efiensi jaringan irigasi yang ada (Kartasaputra, 1991). Menurut (Sudjarwadi,1979) Yang dimaksud dengan irigasi adalah kegiatan - kegiatan yang bertalian dengan usaha mendapakan air untuk sawah, ladang, perkebunan dan lain - lain dalam usaha pertanian. Usaha tersebut terutama menyangkut pembuatan sarana dan prasarana untuk membagi - bagikan air ke sawah secara teratur dan membuang air kelebihan yang tidak diperlukan lagi untuk memenuhi tujuan pertanian.

Di Bali, kelompok yang mengkordinasikan sistem pengaturan dan penggunaan air irigasi dikenal dengan sebutan subak. Cantika (1985) menyatakan bahwa subak merupakan organisasi tradisional yang mampu mengelola air irigasi dari empelan yaitu suatu bangunan dengan pengambilan air di sungai yang dibangun oleh subak secara swadaya, sampai ke petak sawahnya.Keunggulan subak sebagai suatu sistem irigasi yang dikelola petani secara swadaya untuk semusim, khususnya padi, telah banyak diulas dalam berbagai tulisan. Subak tidak hanya terbatas pada organisasi pengelolaan air dan jaringan irigasi, namun berkaitan erat pada produksi pangan, ekosistem lahan sawah beririgasi, dan ritual keagamaan yang terkait dengan budidaya padi. Oleh karena itu subak dikatakan memiliki banyak manfaat (multi functional benefits).

(Sutawan, 2003).

2.2. Sumber dan Bahan Pencemar

Pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar (polutan) yang dapat berupa gas, bahan – bahan terlarut, dan partikulat. Pencemar memasuki badan air dengan berbagai cara, misalnya melalui atmosfer, tanah, limpasan (run off) pertanian, limbah domestik dan perkotaan, pembuangan limbah industry.

(6)

a. Sumber Pencemar

Sumber pencemar (polutan) dapat berasal dari lokasi tertentu (point source) atau tak tentu/tersebar (non point/diffuse source). Sumber pencemar suatu lokasi tertentu, misalnya knalpot mobil, cerobong asap pabrik, dan saluran limbah industri. Pencemar yang berasal dari point source bersifat lokal, dan efek yang ditimbulkan dapat ditentukan berdasarkan karakteristik penggunaan lahannya. Sumber pencemar non – point source dapat berupa point source dalam jumlah yang banyak, misalnya limpasan dari daerah pemukiman (domestik), dan limpasan dari daerah perkotaan (Davis dan Cornwell, 1991).

b. Bahan Pencemar (polutan)

Bahan pencemar (polutan) adalah bahan – bahan yang bersifat asing bagi alam atau bahan yang berasal dari alam itu sendiri yang bisa menggangu tatanan ekosistem perairan. Berdasarkan cara masuknya ke dalam lingkungan, polutan dikelompokan menjadi 2, yaitu polutan alamiah dan polutan antropogenik. Polutan alamiah adalah polutan yang memasuki suatu lingkungan (badan air) secara alami, misalnya akibat letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir, dan fenomena lain (Jeffries dan Mills,1996). Polutan antrogenik adalah polutan yang masuk ke badan air akibat aktivitas manusia, misalnya kegiatan domestik (rumah tangga), kegiatan urban (perkotaan), maupun kegiatan industri. Intensitas polutan antropogenik dapat dikendalikan dengan cara mengontrol aktivitas yang menyebabkan timbulnya polutan tersebut.

c. Jenis – jenis pencemar

Polutan yang memasuki perairan terdiri atas campuran berbagai jenis polutan. Jika di perairan terdiri dari dua jenis polutan, maka kombinasi pengaruh yang ditimbulkan oleh berbagai jenis polutan tersebut dikelompokan dalam tiga bagian, yaitu :

(7)

1. Additive : pengaruh yang ditimbulkan beberapa jenis polutan merupakan penjumlahan dari pengaruh masing – masing polutan.

Misalnya pengaruh kombinasi zinc dan kadmium terhadap ikan.

2. Synergism : pengaruh yang ditimbulkan oleh beberapa jenis polutan lebih besar daripada penjumlahan pengaruh dari masing – masing polutan. Misalnya, pengaruh kombinasi copper dan klorin atau pengaruh kombinasi copper dan surfaktan.

3. Antagonism : pengaruh yang ditimbulkan oleh beberapa jenis polutan saling menggangu sehingga pengaruh secara kumulatif lebih kecil atau mungkin hilang. Misalnya, pengaruh kombinasi kalsium dan timbale atau zinc atau aluminium.

2.3. Kualitas Air

Sebagian bagian dari kepedulian tentang keadaan lingkungan hidup, kualitas air menjadi bagian yang penting dalam pengembangan sumberdaya air. Kualitas air dalam hal ini mencangkup keadaan, fisik, kimia, dan biologi yang dapat mempengaruhi ketersediaan air untuk kehidupan manusia, pertanian, industri, rekreasi, dan pemanfaatan air lainnya. Karakteristik fisik terpenting yang dapat mempengaruhi kualitas air dan dapat berpengaruh pada ketersediaan air untuk berbagai jenis pemanfaatan.

Kualitas air ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kandungan sodium tersuspensi dan bahan kimia yang terlarut dalam air tersebut (Arsyad, 1989). Dikatakan pula bahwa, bahan – bahan kimia yang terkandung dalam air mempengaruhi kesesuaian air bagi pemenuhan kebutuhan manusia.

Baku mutu air pada sumber air adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat dalam air, namun air tersebut tetap dapat digunakan sesuai dengan kriterianya. Baku mutu air untuk pertanian tidak sama dengan baku mutu air untuk dikomsumsi manusia (air minum). Artinya, air untuk keperluan irigasi yang memiliki baku mutu D (klas IV) tidak dapat begitu saja digunakan untuk air

(8)

minum dengan baku mutu A. Penggolongan air menurut Baku Mutu Lingkungan (BML) yang mengacu pada peraturan pemerintah No. 20 Tahun 1990, tentang penggolongan air menurut peruntukannya ditetapkan sebagai berikut:

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa diolah terlebih dahulu,

2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga,

3. Golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan perternakan,

4. Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan perkotaan, industry, dan listrik tenaga air.

2.4 Kesesuaian Air Untuk Irigasi

Menurut U.S.Salinity, (1954 dalam Arsyad 1989), sifat air irigasi yang terpenting yang mempunyai kesesuaiannya untuk irigasi adalah: (1) konsentrasi garam terlarut, (2) perbandingan natrium terhadap kation lainnya, (3) konsentrasi unsur – unsur potensial yang merupakan racun bagi tanaman, (4) konsentrasi kalsium dan magnesium. Menurut Hakim, 1986, pengaruh buruk garam – garam bagi tanaman umumnya secara tidak langsung, yaitu melalui penekanan osmotik pada air tanah sehingga menyulitkan tanaman menyerap air.

Mahida (1993) juga menyatakan bahwa kecocokan air irigasi terutama terpenting pada kadar endapan dan unsur–unsur garam di dalamnya, dimana seluruh konsentrasi garam–garam, perbandingan sodium dengan unsur–unsur lain dan adanya kadar beracun khususnya borak merupakan faktor–faktor yang terpenting. Dikatakan pula air mengandung garam kurang dari 10 meq/1 dianggap sangat memuaskan untuk irigasi. Garam–

garam tersebut umumnya dalam bentuk klorida, karbonat, dan sulfat dari Na, K, Ca, dan Mg (Hakim, 1986).

(9)

2.5 Fitoremediasi

Fitoremediasi (phytoremediation) merupakan suatu sistim dimana tanaman tertentu yang bekerjasama dengan micro-organisme dalam media (tanah, koral dan air) dapat mengubah zat kontaminan (pencemar/polutan) menjadi kurang atau tidak berbahaya bahkan menjadi bahan yang berguna secara ekonomi. Proses dalam sistim ini berlangsung secara alami dengan enam tahap proses secara serial yang dilakukan tumbuhan terhadap zat kontaminan/ pencemar yang berada disekitarnya, antara lain :

1. Phytoacumulation (phytoextraction) yaitu proses tumbuhan menarik zat kontaminan dari media sehingga berakumulasi disekitar akar tumbuhan, proses ini disebut juga Hyperacumulation

2. Rhizofiltration (rhizo= akar) adalah proses adsorpsi atau pengendapan zat kontaminan oleh akar untuk menempel pada akar. Proses ini telah dibuktikan dengan percobaan menanam bunga matahari pada kolam mengandung zat radio aktif di Chernobyl Ukraina.

3. Phytostabilization yaitu penempelan zat-zat contaminan tertentu pada akar yang tidak mungkin terserap kedalam batang tumbuhan.

Zat-zat tersebut menempel erat (stabil ) pada akar sehingga tidak akan terbawa oleh aliran air dalam media.

4. Rhyzodegradetion disebut juga enhenced rhezosphere biodegradation, or plented-assisted bioremidiation degradation, yaitu penguraian zat-zat kontaminan oleh aktivitas mikroba yang berada di sekitar akar tumbuhan. Misalnya ragi, fungi dan bakteri.

5. Phytodegradation (phyto transformation) yaitu proses yang dilakukan tumbuhan untuk menguraikan zat kontaminan yang mempunyai rantai molekul yang kompleks menjadi bahan yang tidak berbahaya dengan dengan susunan molekul yang lebih sederhana yang dapat berguna bagi pertumbuhan tumbuhan itu sendiri. Proses ini dapat berlangsung pada daun, batang, akar atau di luar sekitar akar dengan bantuan enzym yang dikeluarkan oleh

(10)

tumbuhan itu sendiri. Beberapa tumbuhan mengeluarkan enzym berupa bahan kimia yang mempercepat proses degradasi.

6. Phytovolatization yaitu proses menarik dan transpirasi zat contaminan oleh tumbuhan dalam bentuk yang telah menjadi larutan terurai sebagai bahan yang tidak berbahaya lagi untuk selanjutnya di uapkan ke atmosfir. Beberapa tumbuhan dapat menguapkan air 200 sampai dengan 1000 liter perhari untuk setiap batang.

2.6 Tanaman Teratai

Regnum : Plantae (Tumbuhan), Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan

berpembuluh), Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji).

Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil), Sub Kelas: Magnoliidae, Ordo: Nymphaeales, Famili: Nymphaeaceae, Genus: Nymphaea.

Spesies: Nymphaea nouchali Brum .

Teratai adalah salah satu contoh tumbuhan hidrofit. Teratai memiliki struktur anatomis yang berbeda dengan tumbhan lainnya. Struktur tersebut merupakan hasil adaptasi dengan lingkungannya yang memiliki kelebihan dalam hal ketersediaan air dan kelembapan yang tinggi serta keadaan yang kekurangan oksigen. Teratai memiliki lebih banyak ruang- ruang udara untuk membantu pengapungan di permukaan air.

Tanaman Eceng Gondok

Kingdom: Plantae (Tumbuhan). Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh). Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji). Divisi:

Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga). Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil). Sub Kelas: Alismatidae. Ordo: Alismatales.

Famili: Butomaceae

Genus: Eichornia. Spesies: Eichornia crassipes (Mart.) Solm

Merupakan tumbuhan gulma di wilayah perairan yang hidup terapung dalam air yang dalam. Eceng gondok memiliki kecepatan

(11)

tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok berkembangbiak sangat cepat, baik secara vegetative maupun generative.

Perkembangbiakan secara vegetative dapat melipat ganda dua kali dalam waktu 7 – 10 hari (Gunaman, 2007). Percobaan yang dilakukan oleh Madkar dan Kurniadie (2003) menunjukkan bahwa eceng gondok yang tumbuh pada media air limbah tahu mempunyai biomassa yang lebih tinggi dibandingkan dengan eceng gondok yang tumbuh pada air limbah tekstil dan air biasa setelah 4-6 minggu masa tanam. Biomassa yang tinggi pada air limbah tahu disebabkan karena media tersebut mengandung unsur hara yang cocok untuk pertumbuhannya.

Tanaman Azolla (Azollaceae)

Azolla merupakan tumbuhan sejenis paku-pakuan air yang hidupnya mengambang di atas permukaan air. Berukuran kecil, lunak, bercabangcabang tidak beraturan. Helaian daunnya tumpang tindih, tersusun saling menutup. Setiap daun terdiri dari dua helaian, yaitu : helaian bawah dan atas. Helaian atas berupa daun tebal, dan berada di atas air. Berwarna hijau karena mengandung klorofil yang berguna dalam asimilasi (Anonim, 2007).

Azolla memiliki struktur tumbuh yang unik, beradaptasi dengan keadaan basah. Hidup pada daerah yang selalu tergenang seperti sungai, selokan, waduk, dan lain sebagainya. Tumbuhan air ini memiliki keunikan dalam mengolah limbah organik. Kemampuannya dalam mengolah limbah organik tidak diragukan lagi. Azolla mampu tumbuh cepat dengan biomassa besar dan mampu menyerap beberapa jenis logam berat sehingga berpotensi sebagai fitoabsorber limbah yang mengandung logam berat (Stepniewska, 2005).

Taksonomi tumbuhan azolla. Divisio : Pteridophyta. Kelas:

Leptosporangiopsida (heterospous). Ordo : Salviniales. Famili : Salviniaceae. Genus : Azolla. Spesies : Azolla spp. (Arifin,1996)

(12)

Tanaman Kayu Apu ( Pistia stratiotes L.)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan). Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh). Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga).

Kelas : ilicinae. Ordo : Hydropterides. Famili : Salviniaceae. Genus : Pistia. Spesies : Pistia stratiotes L.

Kayu Apu (Pistia stratiotes L.) merupakan familia Salviniaceae dari genus Pistia. Daun yang tumbuh di permukaan air berbentuk cuping agak melingkar, berklorofil sehingga berwarna hijau, dan permukaannya ditutupi rambut berwarna putih agak transparan. Rambut-rambut ini mencegah daun menjadi basah dan juga membantu kayu apu mengapung. Daun tipe kedua tumbuh di dalam air berbentuk sangat mirip akar, tidak berklorofil, dan berfungsi menangkap hara dari air seperti akar. Secara fisiologis, tumbuhan Kayu Apu (Pistia stratiotes L.) memiliki kemampuan untuk menyerap bahan radioaktif sehingga dapat digunakan untuk mengurangi limbah akibat pencemaran bahan radioaktif di lingkungan. Karena kemampuan tersebut, maka tumbuhan ini dapat dikatakan sebagai fitoremediasi. Bahan radioaktif yang ada pada lingkungan tersebut diserap oleh akar, kemudian mengalami translokasi di dalam tumbuhan, dan dilokalisasi pada jaringan.

Selain itu Kayu Apu juga bermanfaat sebagai tumbuhan air memiliki potensi dalam menurunkan kadar pencemaran air oleh limbah. Kayu Apu biasa dimanfaatkan untuk melakukan penjernihan air. umumnya tanaman ini sangat tahan terhadap kadar unsur hara yang sangat rendah dalam air tetapi responnya terhadap kadar hara yang tinggi juga sangatlah besar.

Kayu Apu mampu menyerap logam berat seperti Pb dan Cd dengan waktu Umumnya industri batik di pemaparan 12 hari (Kao et al., 2001) dan Cr di atas 2 mg/kg setelah 1 minggu (Zayed and Terry,2003).

(13)

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Saluran Irigasi di Subak Sembung, Banjar Pulugambang, Kelurahan Peguyangan, Kecamatan Denpasar Utara.

Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yang dimulai pada bulan Agustus 2015 sampai dengan bulan Oktober 2015 terhitung dari tahap persiapan, pengumpulan data, dan pengolahan data.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Alat yang dipergunakan dilapangan adalah peralatan pembuat bak atau kolam, seperti cangkul, skop tanah. Bahan fisik yang digunakan adalah batu, krikil, pasir halus, dan tanaman Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) dan Teratai (Nymphae sp.), Kayu Apu ( Pistia stratiotes L.) dan Azolla (Azollaceae).

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan kolam/bak penampungan yang didalamnya masing-masing ditumbuhkan tanaman Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) dan Teratai (Nymphae sp.), Kayu Apu ( Pistia stratiotes L.) dan Azolla (Azollaceae). Adapun metodenya adalah :

a. Menggunakan 4 macam bak penampung dengan ukuran bak panjang 1,5 meter lebar 1 meter dan dalamnya 1 meter.

b. Air dialirkan ke bak. Melewati saluran pralon yang pada bagian ujungnya diberi kawat kasa supaya sampah tidak ikut masuk ke dalam bak.

(14)

c. Masing – masing bak penampung diberikan tanaman penjernih air yaitu Eceng Gondok (Eichornia Crassipes), Teratai (Nymphae sp.), Kayu Apu ( Pistia stratiotes L.) dan Azolla (Azollaceae)

Gambar 3.1 Sket bak penampung air irigasi

3.4 Tahapan Penelitian

Tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut : a. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah melalui kajian pustaka (research) yang dilakukan dari referensi. Sedangkan dalam kegiatan (field research) yang dilakukan adalah percobaan langsung, penjernihan air menggunakan tanaman

b. Penjernihan Air Irigasi

Air dari sumbernya dialirkan ke bak A, bak B, bak C dan bak D.

Melewati saluran pralon yang pada bagian ujungnya diberi kawat kasa supaya sampah tidak ikut masuk ke dalam bak. Masing-masing bak penampung diberikan tanaman penjernih air yaitu Bak A tanaman Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) dan Bak B tanaman Teratai (Nymphae sp.).

Bak C dengan Kayu Apu ( Pistia stratiotes L.) dan bak D dengan Azolla (Azollaceae)

c. Pengambilan Sampel Air

a. Pengambilan sampel dilakukan sebelum perlakuan

b. Pengambilan sampel dilakukan setelah perlakuan setiap 2 minggu, 4 minggu, dan 6 minggu.

Bak A Bak B

(15)

d. Parameter Air yang Dianalisis

a. Parameter Fisik (TDS, Daya Hantar Listrik)

b. Parameter Kimia (pH, BOD, COD, Boron, Kadmium, Chromium, Timbal, Arsen)

c. Parameter Biologi (Total Coliform , E coliform)

Tabel 3.1. Peraturan Gubernur Bali nomer 8 tahun 2007 tentang baku mutu lingkungan hidup dan kreteria baku kerusakan

lingkungan

hidup untuk air irigasi

No. PARAMETER SATUAN KADAR MAKSIMUM FISIKA

1. Residu Terlarut mg/L 2000 KIMIA ANORGANIK

1. Ph - 5-9

2. BOD mg/L 12

3. COD mg/L 100

4. Arsen (As) mg/L 1

5. Boron (B) mg/L 1

6. Kadmium (Cd) mg/L 0,01

7. Chromium (Cr) mg/L 1

8. Timbal (Pb) mg/L 1

MIKROBIOLOGI

1. Total Coliform Jml/100 ml 10.000

3.5 Analisis Data

Untuk mengetahui hasil dan pengaruh dari tanaman Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) dan Teratai (Nymphae sp.), Kayu Apu ( Pistia stratiotes L.) dan Azolla (Azollaceae) menggunakan analisis fisik, kimia, biologi kemudian dianalisis dengan mengurai fakta – fakta atau data secara berurutan dengan membandingkan perlakuan 1 dengan perlakuan 2 sehingga dapat diperoleh analisis data tersebut.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kualitas Air Irigasi

(16)

Berdasarkan hasil anakisis dilaboratorium diperoleh bahwa kualitas air irigasi masih dibawah standart baku mutu.

Tabel. 4.1. Hasil Analisis Kualitas Air Irigasi

No. Parameter Satuan Hasil Analisis

1 pH - 7,21

2 BOD mg/l 3,875

3 COD mg/l 9,996

4 TDS mg/l 270

5 TSS mg/l 0,60

6 DHL µS/l 422

7 Boron (B) mg/l ttd

8 Arsen (As) mg/l ttd

9 Timbal (Pb) mg/l 0,0345

10 Kadmium (Cd) mg/l 0,110

11 Kromium (Cr) mg/l 0,112

Sumber : Hasil Analisis,Lab. Analitik UNUD, 2015

4.2. Kualitas Air pada Tanaman a. Teratai

Teratai adalah salah satu contoh tumbuhan hidrofit. Teratai memiliki struktur anatomis yang berbeda dengan tumbhan lainnya. Struktur tersebut merupakan hasil adaptasi dengan lingkungannya yang memiliki kelebihan dalam hal ketersediaan air dan kelembapan yang tinggi serta keadaan yang kekurangan oksigen. Teratai memiliki lebih banyak ruang- ruang udara untuk membantu pengapungan di permukaan air.

Hasil analisis air setelah satu minggu adalah :

Tabel. 4.2. Hasil Analisis Kualitas setelah 1minggu No. Parameter Satuan Hasil Analisis

1 pH - 7,21

2 BOD mg/l 3,875

3 COD mg/l 9,996

(17)

4 TDS mg/l 270

5 TSS mg/l 0,60

6 DHL µS/l 422

7 Boron (B) mg/l ttd

8 Arsen (As) mg/l ttd

9 Timbal (Pb) mg/l 0,0345

10 Kadmium (Cd) mg/l 0,110

11 Kromium (Cr) mg/l 0,112

Sumber : Hasil Analisis,Lab. Analitik UNUD, 2015

Tabel. 4.3. Hasil Analisis Kualitas setelah 2 minggu No. Parameter Satuan Hasil Analisis

1 pH - 7,21

2 BOD mg/l 3,875

3 COD mg/l 9,996

4 TDS mg/l 270

5 TSS mg/l 0,60

6 DHL µS/l 422

7 Boron (B) mg/l ttd

8 Arsen (As) mg/l ttd

9 Timbal (Pb) mg/l 0,0345

10 Kadmium (Cd) mg/l 0,110

11 Kromium (Cr) mg/l 0,112

Sumber : Hasil Analisis,Lab. Analitik UNUD, 2015

Tabel. 4.4. Hasil Analisis Kualitas setelah 4 minggu No. Parameter Satuan Hasil Analisis

1 pH - 7,21

2 BOD mg/l 3,875

3 COD mg/l 9,996

4 TDS mg/l 270

(18)

5 TSS mg/l 0,60

6 DHL µS/l 422

7 Boron (B) mg/l ttd

8 Arsen (As) mg/l ttd

9 Timbal (Pb) mg/l 0,0345

10 Kadmium (Cd) mg/l 0,110

11 Kromium (Cr) mg/l 0,112

Sumber : Hasil Analisis,Lab. Analitik UNUD, 2015

Tabel. 4.5. Hasil Analisis Kualitas setelah 6 minggu No. Parameter Satuan Hasil Analisis

1 pH - 7,21

2 BOD mg/l 3,875

3 COD mg/l 9,996

4 TDS mg/l 270

5 TSS mg/l 0,60

6 DHL µS/l 422

7 Boron (B) mg/l ttd

8 Arsen (As) mg/l ttd

9 Timbal (Pb) mg/l 0,0345

10 Kadmium (Cd) mg/l 0,110

11 Kromium (Cr) mg/l 0,112

Sumber : Hasil Analisis,Lab. Analitik UNUD, 2015 b. Tanaman Eceng Gondok

Merupakan tumbuhan gulma di wilayah perairan yang hidup terapung dalam air yang dalam. Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok berkembangbiak sangat cepat, baik secara vegetative maupun generative. Perkembangbiakan secara vegetative dapat melipat ganda dua kali dalam waktu 7 – 10 hari (Gunaman, 2007). Percobaan yang dilakukan oleh Madkar dan Kurniadie (2003) menunjukkan bahwa eceng gondok yang tumbuh pada media air

(19)

limbah tahu mempunyai biomassa yang lebih tinggi dibandingkan dengan eceng gondok yang tumbuh pada air limbah tekstil dan air biasa setelah 4- 6 minggu masa tanam. Biomassa yang tinggi pada air limbah tahu disebabkan karena media tersebut mengandung unsur hara yang cocok untuk pertumbuhannya.

Hasil analisis air setelah satu minggu adalah :

Tabel. 4.6. Hasil Analisis Kualitas setelah 1minggu

No. Parameter Satuan Hasil Analisis

1 pH - 7,21

2 BOD mg/l 3,875

3 COD mg/l 9,996

4 TDS mg/l 270

5 TSS mg/l 0,60

6 DHL µS/l 422

7 Boron (B) mg/l ttd

8 Arsen (As) mg/l ttd

9 Timbal (Pb) mg/l 0,0345

10 Kadmium (Cd) mg/l 0,110

11 Kromium (Cr) mg/l 0,112

Sumber : Hasil Analisis,Lab. Analitik UNUD, 2015 Tabel. 4.7. Hasil Analisis Kualitas setelah 2 minggu No. Parameter Satuan Hasil Analisis

1 pH - 7,21

2 BOD mg/l 3,875

3 COD mg/l 9,996

4 TDS mg/l 270

5 TSS mg/l 0,60

6 DHL µS/l 422

7 Boron (B) mg/l ttd

8 Arsen (As) mg/l ttd

(20)

9 Timbal (Pb) mg/l 0,0345

10 Kadmium (Cd) mg/l 0,110

11 Kromium (Cr) mg/l 0,112

Sumber : Hasil Analisis,Lab. Analitik UNUD, 2015

Tabel. 4.8. Hasil Analisis Kualitas setelah 4 minggu No. Parameter Satuan Hasil Analisis

1 pH - 7,21

2 BOD mg/l 3,875

3 COD mg/l 9,996

4 TDS mg/l 270

5 TSS mg/l 0,60

6 DHL µS/l 422

7 Boron (B) mg/l ttd

8 Arsen (As) mg/l ttd

9 Timbal (Pb) mg/l 0,0345

10 Kadmium (Cd) mg/l 0,110

11 Kromium (Cr) mg/l 0,112

Sumber : Hasil Analisis,Lab. Analitik UNUD, 2015 Tabel. 4.9. Hasil Analisis Kualitas setelah 6 minggu No. Parameter Satuan Hasil Analisis

1 pH - 7,21

2 BOD mg/l 3,875

3 COD mg/l 9,996

4 TDS mg/l 270

5 TSS mg/l 0,60

6 DHL µS/l 422

7 Boron (B) mg/l ttd

8 Arsen (As) mg/l ttd

9 Timbal (Pb) mg/l 0,0345

10 Kadmium (Cd) mg/l 0,110

(21)

11 Kromium (Cr) mg/l 0,112 Sumber : Hasil Analisis,Lab. Analitik UNUD, 2015

c. Tanaman Azolla (Azollaceae)

Azolla merupakan tumbuhan sejenis paku-pakuan air yang hidupnya mengambang di atas permukaan air. Berukuran kecil, lunak, bercabangcabang tidak beraturan. Helaian daunnya tumpang tindih, tersusun saling menutup. Setiap daun terdiri dari dua helaian, yaitu : helaian bawah dan atas. Helaian atas berupa daun tebal, dan berada di atas air. Berwarna hijau karena mengandung klorofil yang berguna dalam asimilasi (Anonim, 2007).

Azolla memiliki struktur tumbuh yang unik, beradaptasi dengan keadaan basah. Hidup pada daerah yang selalu tergenang seperti sungai, selokan, waduk, dan lain sebagainya. Tumbuhan air ini memiliki keunikan dalam mengolah limbah organik. Kemampuannya dalam mengolah limbah organik tidak diragukan lagi. Azolla mampu tumbuh cepat dengan biomassa besar dan mampu menyerap beberapa jenis logam berat sehingga berpotensi sebagai fitoabsorber limbah yang mengandung logam berat (Stepniewska, 2005).

Hasil analisis air setelah satu minggu adalah : Tabel. 4.10. Hasil Analisis Kualitas setelah 1minggu

No. Parameter Satuan Hasil Analisis

1 pH - 7,21

2 BOD mg/l 3,875

3 COD mg/l 9,996

4 TDS mg/l 270

5 TSS mg/l 0,60

6 DHL µS/l 422

7 Boron (B) mg/l ttd

8 Arsen (As) mg/l ttd

9 Timbal (Pb) mg/l 0,0345

(22)

10 Kadmium (Cd) mg/l 0,110

11 Kromium (Cr) mg/l 0,112

Sumber : Hasil Analisis,Lab. Analitik UNUD, 2015

Tabel. 4.11. Hasil Analisis Kualitas setelah 2 minggu No. Parameter Satuan Hasil Analisis

1 pH - 7,21

2 BOD mg/l 3,875

3 COD mg/l 9,996

4 TDS mg/l 270

5 TSS mg/l 0,60

6 DHL µS/l 422

7 Boron (B) mg/l ttd

8 Arsen (As) mg/l ttd

9 Timbal (Pb) mg/l 0,0345

10 Kadmium (Cd) mg/l 0,110

11 Kromium (Cr) mg/l 0,112

Sumber : Hasil Analisis,Lab. Analitik UNUD, 2015

Tabel. 4.12. Hasil Analisis Kualitas setelah 4 minggu No. Parameter Satuan Hasil Analisis

1 pH - 7,21

2 BOD mg/l 3,875

3 COD mg/l 9,996

4 TDS mg/l 270

5 TSS mg/l 0,60

6 DHL µS/l 422

7 Boron (B) mg/l ttd

8 Arsen (As) mg/l ttd

9 Timbal (Pb) mg/l 0,0345

10 Kadmium (Cd) mg/l 0,110

(23)

11 Kromium (Cr) mg/l 0,112 Sumber : Hasil Analisis,Lab. Analitik UNUD, 2015

Tabel. 4.13. Hasil Analisis Kualitas setelah 6 minggu No. Parameter Satuan Hasil Analisis

1 pH - 7,21

2 BOD mg/l 3,875

3 COD mg/l 9,996

4 TDS mg/l 270

5 TSS mg/l 0,60

6 DHL µS/l 422

7 Boron (B) mg/l ttd

8 Arsen (As) mg/l ttd

9 Timbal (Pb) mg/l 0,0345

10 Kadmium (Cd) mg/l 0,110

11 Kromium (Cr) mg/l 0,112

Sumber : Hasil Analisis,Lab. Analitik UNUD, 2015

d. Tanaman Kayu Apu ( Pistia stratiotes L.)

Kayu Apu (Pistia stratiotes L.) merupakan familia Salviniaceae dari genus Pistia. Daun yang tumbuh di permukaan air berbentuk cuping agak melingkar, berklorofil sehingga berwarna hijau, dan permukaannya ditutupi rambut berwarna putih agak transparan. Rambut-rambut ini mencegah daun menjadi basah dan juga membantu kayu apu mengapung. Daun tipe kedua tumbuh di dalam air berbentuk sangat mirip akar, tidak berklorofil, dan berfungsi menangkap hara dari air seperti akar. Secara fisiologis, tumbuhan Kayu Apu (Pistia stratiotes L.) memiliki kemampuan untuk menyerap bahan radioaktif sehingga dapat digunakan untuk mengurangi limbah akibat pencemaran bahan radioaktif di lingkungan. Karena kemampuan tersebut, maka tumbuhan ini dapat dikatakan sebagai fitoremediasi. Bahan radioaktif yang ada pada lingkungan tersebut

(24)

diserap oleh akar, kemudian mengalami translokasi di dalam tumbuhan, dan dilokalisasi pada jaringan.

Selain itu Kayu Apu juga bermanfaat sebagai tumbuhan air memiliki potensi dalam menurunkan kadar pencemaran air oleh limbah. Kayu Apu biasa dimanfaatkan untuk melakukan penjernihan air. umumnya tanaman ini sangat tahan terhadap kadar unsur hara yang sangat rendah dalam air tetapi responnya terhadap kadar hara yang tinggi juga sangatlah besar.

Kayu Apu mampu menyerap logam berat seperti Pb dan Cd dengan waktu Umumnya industri batik di pemaparan 12 hari (Kao et al., 2001) dan Cr di atas 2 mg/kg setelah 1 minggu (Zayed and Terry,2003).

Hasil analisis air setelah satu minggu adalah : Tabel. 4.14. Hasil Analisis Kualitas setelah 1minggu

No. Parameter Satuan Hasil Analisis

1 pH - 7,21

2 BOD mg/l 3,875

3 COD mg/l 9,996

4 TDS mg/l 270

5 TSS mg/l 0,60

6 DHL µS/l 422

7 Boron (B) mg/l ttd

8 Arsen (As) mg/l ttd

9 Timbal (Pb) mg/l 0,0345

10 Kadmium (Cd) mg/l 0,110

11 Kromium (Cr) mg/l 0,112

Sumber : Hasil Analisis,Lab. Analitik UNUD, 2015 Tabel. 4.15. Hasil Analisis Kualitas setelah 2 minggu No. Parameter Satuan Hasil Analisis

1 pH - 7,21

2 BOD mg/l 3,875

3 COD mg/l 9,996

4 TDS mg/l 270

(25)

5 TSS mg/l 0,60

6 DHL µS/l 422

7 Boron (B) mg/l ttd

8 Arsen (As) mg/l ttd

9 Timbal (Pb) mg/l 0,0345

10 Kadmium (Cd) mg/l 0,110

11 Kromium (Cr) mg/l 0,112

Sumber : Hasil Analisis,Lab. Analitik UNUD, 2015

Tabel. 4.16. Hasil Analisis Kualitas setelah 4 minggu No. Parameter Satuan Hasil Analisis

1 pH - 7,21

2 BOD mg/l 3,875

3 COD mg/l 9,996

4 TDS mg/l 270

5 TSS mg/l 0,60

6 DHL µS/l 422

7 Boron (B) mg/l ttd

8 Arsen (As) mg/l ttd

9 Timbal (Pb) mg/l 0,0345

10 Kadmium (Cd) mg/l 0,110

11 Kromium (Cr) mg/l 0,112

Sumber : Hasil Analisis,Lab. Analitik UNUD, 2015

Tabel. 4.17. Hasil Analisis Kualitas setelah 6 minggu No. Parameter Satuan Hasil Analisis

1 pH - 7,21

2 BOD mg/l 3,875

3 COD mg/l 9,996

4 TDS mg/l 270

5 TSS mg/l 0,60

(26)

6 DHL µS/l 422

7 Boron (B) mg/l ttd

8 Arsen (As) mg/l ttd

9 Timbal (Pb) mg/l 0,0345

10 Kadmium (Cd) mg/l 0,110

11 Kromium (Cr) mg/l 0,112

Sumber : Hasil Analisis,Lab. Analitik UNUD, 2015 4.3. Pembahasan

a. Teratai

Teratai adalah salah satu contoh tumbuhan hidrofit. Teratai memiliki struktur anatomis yang berbeda dengan tumbuhan lainnya. Struktur tersebut merupakan hasil adaptasi dengan lingkungannya yang memiliki kelebihan dalam hal ketersediaan air dan kelembapan yang tinggi serta keadaan yang kekurangan oksigen. Teratai memiliki lebih banyak ruang- ruang udara untuk membantu pengapungan di permukaan air.

b. Tanaman Eceng Gondok

Merupakan tumbuhan gulma di wilayah perairan yang hidup terapung dalam air yang dalam. Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok berkembangbiak sangat cepat, baik secara vegetative maupun generative.

Perkembangbiakan secara vegetative dapat melipat ganda dua kali dalam waktu 7 – 10 hari (Gunaman, 2007). Percobaan yang dilakukan oleh Madkar dan Kurniadie (2003) menunjukkan bahwa eceng gondok yang tumbuh pada media air limbah tahu mempunyai biomassa yang lebih tinggi dibandingkan dengan eceng gondok yang tumbuh pada air limbah tekstil dan air biasa setelah 4-6 minggu masa tanam. Biomassa yang tinggi pada air limbah tahu disebabkan karena media tersebut mengandung unsur hara yang cocok untuk pertumbuhannya.

c. Tanaman Azolla (Azollaceae)

(27)

Azolla merupakan tumbuhan sejenis paku-pakuan air yang hidupnya mengambang di atas permukaan air. Berukuran kecil, lunak, bercabangcabang tidak beraturan. Helaian daunnya tumpang tindih, tersusun saling menutup. Setiap daun terdiri dari dua helaian, yaitu : helaian bawah dan atas. Helaian atas berupa daun tebal, dan berada di atas air. Berwarna hijau karena mengandung klorofil yang berguna dalam asimilasi. Azolla memiliki struktur tumbuh yang unik, beradaptasi dengan keadaan basah. Hidup pada daerah yang selalu tergenang seperti sungai, selokan, waduk, dan lain sebagainya. Tumbuhan air ini memiliki keunikan dalam mengolah limbah organik. Kemampuannya dalam mengolah limbah organik tidak diragukan lagi. Azolla mampu tumbuh cepat dengan biomassa besar dan mampu menyerap beberapa jenis logam berat sehingga berpotensi sebagai fitoabsorber limbah yang mengandung logam berat.

d. Tanaman Kayu Apu ( Pistia stratiotes L.)

Kayu Apu (Pistia stratiotes L.) merupakan familia Salviniaceae dari genus Pistia. Daun yang tumbuh di permukaan air berbentuk cuping agak melingkar, berklorofil sehingga berwarna hijau, dan permukaannya ditutupi rambut berwarna putih agak transparan. Rambut-rambut ini mencegah daun menjadi basah dan juga membantu kayu apu mengapung. Daun tipe kedua tumbuh di dalam air berbentuk sangat mirip akar, tidak berklorofil, dan berfungsi menangkap hara dari air seperti akar. Secara fisiologis, tumbuhan Kayu Apu (Pistia stratiotes L.) memiliki kemampuan untuk menyerap bahan radioaktif sehingga dapat digunakan untuk mengurangi limbah akibat pencemaran bahan radioaktif di lingkungan. Karena kemampuan tersebut, maka tumbuhan ini dapat dikatakan sebagai fitoremediasi. Bahan radioaktif yang ada pada lingkungan tersebut diserap oleh akar, kemudian mengalami translokasi di dalam tumbuhan, dan dilokalisasi pada jaringan.

Selain itu Kayu Apu juga bermanfaat sebagai tumbuhan air memiliki potensi dalam menurunkan kadar pencemaran air oleh limbah. Kayu Apu

(28)

biasa dimanfaatkan untuk melakukan penjernihan air. umumnya tanaman ini sangat tahan terhadap kadar unsur hara yang sangat rendah dalam air tetapi responnya terhadap kadar hara yang tinggi juga sangatlah besar.

Kayu Apu mampu menyerap logam berat seperti Pb dan Cd dengan waktu Umumnya industri batik di pemaparan 12 hari (Kao et al., 2001) dan Cr di atas 2 mg/kg setelah 1 minggu (Zayed and Terry,2003).

V. KESIMPULAN 5.1. TanamanTeratai

Teratai adalah salah satu contoh tumbuhan hidrofit. Teratai memiliki struktur anatomis yang berbeda dengan tumbuhan lainnya. Struktur tersebut merupakan hasil adaptasi dengan lingkungannya yang memiliki kelebihan dalam hal ketersediaan air dan kelembapan yang tinggi serta keadaan yang kekurangan oksigen. Teratai memiliki lebih banyak ruang- ruang udara untuk membantu pengapungan di permukaan air.

5.2. Tanaman Eceng Gondok

Merupakan tumbuhan gulma di wilayah perairan yang hidup terapung dalam air yang dalam. Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok berkembangbiak sangat cepat, baik secara vegetative maupun generative.

Perkembangbiakan secara vegetative dapat melipat ganda dua kali dalam waktu 7 – 10 hari (Gunaman, 2007). Percobaan yang dilakukan oleh Madkar dan Kurniadie (2003) menunjukkan bahwa eceng gondok yang tumbuh pada media air limbah tahu mempunyai biomassa yang lebih tinggi dibandingkan dengan eceng gondok yang tumbuh pada air limbah tekstil dan air biasa setelah 4-6 minggu masa tanam. Biomassa yang tinggi pada air limbah tahu disebabkan karena media tersebut mengandung unsur hara yang cocok untuk pertumbuhannya.

5.3. Tanaman Azolla (Azollaceae)

Azolla merupakan tumbuhan sejenis paku-pakuan air yang hidupnya mengambang di atas permukaan air. Berukuran kecil, lunak,

(29)

bercabangcabang tidak beraturan. Helaian daunnya tumpang tindih, tersusun saling menutup. Setiap daun terdiri dari dua helaian, yaitu : helaian bawah dan atas. Helaian atas berupa daun tebal, dan berada di atas air. Berwarna hijau karena mengandung klorofil yang berguna dalam asimilasi. Azolla memiliki struktur tumbuh yang unik, beradaptasi dengan keadaan basah. Hidup pada daerah yang selalu tergenang seperti sungai, selokan, waduk, dan lain sebagainya. Tumbuhan air ini memiliki keunikan dalam mengolah limbah organik. Kemampuannya dalam mengolah limbah organik tidak diragukan lagi. Azolla mampu tumbuh cepat dengan biomassa besar dan mampu menyerap beberapa jenis logam berat sehingga berpotensi sebagai fitoabsorber limbah yang mengandung logam berat.

5.4. Tanaman Kayu Apu ( Pistia stratiotes L.)

Kayu Apu (Pistia stratiotes L.) merupakan familia Salviniaceae dari genus Pistia. Daun yang tumbuh di permukaan air berbentuk cuping agak melingkar, berklorofil sehingga berwarna hijau, dan permukaannya ditutupi rambut berwarna putih agak transparan. Rambut-rambut ini mencegah daun menjadi basah dan juga membantu kayu apu mengapung. Daun tipe kedua tumbuh di dalam air berbentuk sangat mirip akar, tidak berklorofil, dan berfungsi menangkap hara dari air seperti akar. Secara fisiologis, tumbuhan Kayu Apu (Pistia stratiotes L.) memiliki kemampuan untuk menyerap bahan radioaktif sehingga dapat digunakan untuk mengurangi limbah akibat pencemaran bahan radioaktif di lingkungan. Karena kemampuan tersebut, maka tumbuhan ini dapat dikatakan sebagai fitoremediasi. Bahan radioaktif yang ada pada lingkungan tersebut diserap oleh akar, kemudian mengalami translokasi di dalam tumbuhan, dan dilokalisasi pada jaringan.

Selain itu Kayu Apu juga bermanfaat sebagai tumbuhan air memiliki potensi dalam menurunkan kadar pencemaran air oleh limbah. Kayu Apu biasa dimanfaatkan untuk melakukan penjernihan air. umumnya tanaman ini sangat tahan terhadap kadar unsur hara yang sangat rendah dalam air

(30)

tetapi responnya terhadap kadar hara yang tinggi juga sangatlah besar.

Kayu Apu mampu menyerap logam berat seperti Pb dan Cd dengan waktu Umumnya industri batik di pemaparan 12 hari (Kao et al., 2001) dan Cr di atas 2 mg/kg setelah 1 minggu (Zayed and Terry,2003).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Azolla dan Multi Fungsinya. Gajah Mada University Press.

Yogyakarta.

Arifin,Z. 1996. Azolla. Pembudidayaan dan Pemanfaatan Pada Tanaman Padi. PT Pmebar Swadaya, Jakarta

Darmono,1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup, UI Press, Jakarta.

Hardyanti, 2007. Fitoremediasi Phospat Dengan Pemanfaatan Enceng gondok (Eichhornia Crassipes) (Studi Kasus Pada Limbah Cair Industri Kecil Laundry). (diakses pada tanggal 20 Juni).

http://eprints.undip.ac.id

Khan, M. M. 1988. Azolla Agronomi. University of The Phillipines at Los Baros and SEARCA. Laguna Phillipines.

Kuswono.2001. Sistem Monitoring Pencemaran Lingkungan Sungai dan Teknologi Pengelolaannya. Pusat Penelitian Indonesia (PPET LIPI) Bandung.

Kao, C.M., J.Y. Wang, H.Y. Lee, and C.K. Wen. 2001. Appl icat ion of a constructed wetland for non-point source pollution control. Journal Water Science & Technology 44(11-12): 585-590.

Stepniewska, Z. 2005. Potential of Azolla Caroliniana for The Removal of Pb and Cd from Wastewaters. International Agrophysics ISSN 0236- 8722 CODEN INAGEX 2005, vol. 19, no3, pp. 251-255 [5 page(s) (article)] (25 ref.).

http://cat.inist.fr/?aModele=afficheN&cpsidt=16964570

(31)

Sutrisno,T dan Eni Suciastuti.1987. Teknologi Penyediaan Air Bersih. PT Rineka Cipta Jakarta

Zayed, A. and N. Terry. 2003. Chromium in the environment: Factors affecting

Gambar

Gambar 3.1 Sket bak penampung air irigasi
Tabel 3.1. Peraturan Gubernur Bali nomer 8 tahun 2007 tentang baku                         mutu lingkungan hidup dan kreteria baku kerusakan

Referensi

Dokumen terkait

2 collaborative learning education approach can improve the quality of teaching Islamic education in junior high school students of class VII Muhammadiyah Pandan.. This study applies

Unlike the existing relations extraction approaches, ours fol- lows the below-mentioned steps: the inference of general relations based on the rules defined according to the internal