Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, taufiq, ni'mah dan kebaikannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “TAFSANA AYAT-AYAT HIJAB (PERBANDINGAN) KAJIAN TAFSIRAN MUHAMMAD TERHADAP QURAJ MUHAMMAD SHIHABA DAN TAFSIRA ALI ASH-SHABUNI Ali Ash-Shabuni menggunakan beberapa langkah penafsiran yang benar mengenai penafsiran ayat hijab dengan tafsirnya terhadap Safwat al-Tafasir, demikian beliau dikenal dengan penguasaan disiplin hijab ulumul tafsir.Ali Ash-Shabuni berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi gaya penafsiran kedua tafsir tersebut, yaitu faktor internal dan eksternal.
Latar Belakang Masalah
Jilbab Menurut Syariat Islam (koreksi pandangan M. Quraish Shihab), meliputi penjelasan gamblang sejumlah kelemahan keilmuan M. 18 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur'an, Tafsir Tematik berbagai permasalahan umat , (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2007), hal. Dalam Ensiklopedia Tematik Dunia Islam yang membahas tentang Pemikiran dan Peradaban ditemukan bahwa mengenai hijab, M. Quraish Shihab juga mengatakan tidak perlu memakainya.20 Karena hukum Hijab yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah itu timbul, namun tidak merinci batasan-batasan secara jelas dan rinci.-batas aurat wanita (bagian tubuh yang tidak boleh terlihat karena rentan terhadap rangsangan).
Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Rumusan Masalah
Identifikasi Masalah
Pembatasan dan Rumasan Masalah
Suatu penelitian atau kajian tentunya mempunyai tujuan yang mendasari dibuatnya artikel ini, yaitu sebagai berikut. Kegunaan Penelitian : Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan pokok yaitu pengetahuan tentang Tafsir Ayat Jilbab di kalangan Tafsir M. Kegunaan Akademik : untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Ushuluddin ( S.Ud) di Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta.
Tinjauan Pustaka
UIN Sunan Kalijaga (2010) Dalam skripsi ini membahas mengenai pendapat dua tokoh masa kini yang berbeda pandangan tentang hijab namun tidak membahas tafsir ayat Alquran tentang hijab dari pendapat masing-masing. angka-angka tersebut. Nurul Huda, dengan judul skripsi “Konsep hijab dalam Al-Qur’an (kajian surah an-Nur dan al-Ahzab)” IAIN Kalijaga (1995). Dalam tulisannya, ia mengungkap tafsir ayat hijab yang terdapat pada kedua surat tersebut dengan mengutarakan pendapat tokoh tafsir berdasarkan riwayat hadis. Dengan demikian menurut pengamatan penulis setelah melakukan tinjauan pustaka, tidak ada bentuk kajian khusus berupa Tafsir Ayat Jilbab dalam studi banding.
Metodologi Penelitian dan Penulisan
Dalam tulisannya, beliau secara khusus mengungkapkan tafsir hijab dalam Al-Qur'an (Kajian Surah An-Nur: 31 dan Al-Ahzab: 59). Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teknik penelitian dokumenter (documentary Research), yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dan menganalisis dokumen-dokumen baik tertulis, gambar, maupun elektronik 32 4. Jadi metode analisis deskriptif adalah metode diskusi untuk menjelaskan data . yang telah dipersiapkan dengan melakukan kajian terhadap data tersebut.33.
Teknik dan Sistematika Penulisan
Bab kedua menyajikan kerangka teori hijab dalam masyarakat Islam, dulu dan sekarang. Sebagai bab pengantar pembahasan utama pada bab kedua, ketiga, dan keempat. Bab lima, bab penutup yang berisi kesimpulan dari uraian skripsi ini, kemudian memberikan beberapa saran mengenai permasalahan yang dibahas.
Pengertian dan Sejarah Jilbab 1. Pengertian Jilbab
Khimar , Kerudung, Jilbab dan Hijab
Banyak istilah yang dikenal dalam kamus (kamus) bahasa Arab pada zaman Rasulullah. Kata humur merupakan bentuk jamak dari kata himar yang berarti penutup atau penutup kepala” dan untuk jenis-jenis pakaian wanita, seperti pakaian yang khusus menutupi kepala, dir, pakaian yang khusus menutupi dada, niqab dan burqa, yaitu pakaian yang menutupi terutama wajah kecuali rongga mata, rida yaitu pakaian luar yang menutupi tubuh bagian atas hingga bawah di atas izar dan.Chador berasal dari bahasa Persia yang berarti tenda dan dalam tradisi Iran, chador berarti pakaian (pakaian) yang menutupi seluruh tubuh wanita dari ujung kepala sampai ujung kaki. Di Pakistan, India dan Bangladesh lebih dikenal dengan istilah Purdah yang berasal dari kata Pardeh yang berarti tirai.
Di Libya dikenal dengan sebutan miliyat, di Bagdad disebut abaya, sedangkan di Indonesia, Malaysia, Thailand Selatan, dan Brunei Darussalam lebih dikenal dengan jilbab atau kudung. Secara umum pakaian penutup wanita di negara-negara Arab-Afrika seperti Mesir, Sudan dan Yaman dikenal dengan istilah Hijab yang secara bahasa berarti dinding. Selain itu, penulis juga akan mengembalikan pilihan kepada pembaca, untuk memaknai makna Hijab dan Hijab bagi setiap individu.
Hijab: Tudung yang wajib dipakai oleh semua wanita berdikari setiap kali ingin keluar rumah untuk membayar.
Sejarah Jilbab
Dahulu, wanita menutupi tubuhnya dengan pakaian agar tidak terlihat oleh pria lain. Dalam Alkitab, pasal Kejadian, ayat 65, bagian 24, dikatakan: "Dia berkata kepada hambanya, 'Siapakah orang yang berjalan di taman melawan kita?' Pelayan itu menjawab, 'Dialah tuanku.' Kemudian Maria mengambil kerudung dan menutupi dirinya”.53 Begitu pula dengan pendapat mereka bahwa hijab hanya dikenakan oleh wanita muslim, meskipun para biarawati biasa memakai kerudung dan selendang di gerejanya, mengenakan kebaya panjang yang menutupi tubuh agar tidak menutupi tubuh mereka. merangsang pria.
Pada tahun 500 SM, hijab menjadi pakaian kehormatan bagi wanita bangsawan di kerajaan Persia.56. Di kalangan Yahudi, jilbab pertama kali dikenakan oleh wanita yang sedang menstruasi untuk menutupi mata dari sinar matahari dan sinar bulan. Menatap mata wanita saat haid dipercaya berbahaya karena dapat menimbulkan bencana alam atau bencana di masyarakat.
Mereka tidak perlu lagi menjalani isolasi khusus bagi wanita yang sedang menstruasi, melainkan cukup berhijab. Mengenakan hijab bagi orang Yahudi merupakan simbol status sosial yang tinggi, memakainya bukanlah suatu penderitaan bagi wanita, melainkan suatu kebanggaan. Bagi laki-laki wajib menutup kepalanya, karena ia adalah bayangan Tuhan, sedangkan perempuan adalah kebanggaan laki-laki.61.
Maka tidak ada syariat lain setelah Islam, tidak ada kitab lain setelah Al-Qur'an, dan tidak ada nabi lain setelah Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa risalahnya adalah yang terakhir dan tidak ada nabi lain setelahnya.
Jilbab dalam Al-Qur’an dan Hadis
Ketika Al-Qur’an datang dan memberikan batasan, maka ia melarang segala sesuatu yang bertentangan dengan agama, etika, dan kemanusiaan. Islam kemudian membolehkan perempuan melakukan hal-hal yang penting bagi mereka, seperti memperlihatkan wajah dan telapak tangan. Perintah Allah SWT mengenai hijab (jilbab) yang terkandung dalam Al-Qur'an selalu diawali dengan kata-kata.
Kecuali telapak tangan dan wajah, yang menurutnya tidak termasuk dalam kategori alat kelamin.72 Begitu pula Imam Malik juga berpendapat bahwa wajah dan telapak tangan tidak termasuk dalam kategori alat kelamin. oleh karena itu mereka dapat ditampilkan. Menurutnya, perempuan merdeka tanpa terkecuali seluruh anggota tubuhnya, hanya untuk shalat dan untuk keperluan tertentu diperbolehkan membuka wajah dan kedua telapak tangan. Pertama-tama, para ilmuwan sepakat bahwa perempuan wajib menutupi seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan, tentu saja termasuk rambut dan segala hal lainnya.
Kedua, mengenai apakah muka dan tangan itu intim atau tidak, yaitu wajib atau tidaknya menutupnya, ada perbedaan pendapat. Namun, mereka yang menganggap wajah dan tangan tidak intim hanya menganjurkan (sunnah) atau membolehkan wanita menutup wajah dan tangannya juga, apalagi jika khawatir akan menimbulkan banyak fitnah. Ketiga, tidak ada satupun ulama yang membiarkan batasan aurat pada keadaan atau keadaan masing-masing, karena tidak ada seorang pun yang berpendapat bahwa selain telapak tangan dan wajah, misalnya rambut, betis, leher, tidak termasuk aurat.
Hadis - hadis yang menunjukkan bahawa seluruh tubuh wanita adalah aurat, kecuali muka dan tapak tangan.
Jilbab dalam Pandangan Para Ulama
76 Syaikh Imad Zaki Al-Barudi, Tafsîr Al-Qur‟an Al-Azhîm li An-Nisâ, terj. Quraish Shihab, Asas Al-Quran: Fungsi dan peranan wahyu dalam kehidupan bermasyarakat, (Bandung: Mizan, 1998), hlm.269. Pada usia 6-7 tahun, oleh ayahnya, dia terpaksa mengikuti pengajian al-Quran yang dipegang oleh ayahnya sendiri.
91. Federspeil, Kajian Al-Qur'an di Indonesia dari Mahmud Yunus hingga Kuraish Shihab, (Bandung: Mizan, 1997), hal. Shihab Quraisy ini disebut al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Harmoni Al-Qur'an (yang kemudian biasa disebut al-Mishbah).
Yunan Yusuf, Ciri-ciri Tafsir Al-Qur'an di Indonesia Abad Kedua Puluh, Majalah Ulumul Qur'an, Vol. Berdasarkan pandangan ini, sering terdengar kaum Quraisy menekankan konteks ayat-ayat dalam penafsiran Al-Qur'an. Quraysh Shihab berpendapat bahwa setiap orang tidak bisa dihalangi untuk bermeditasi, memahami dan menafsirkan Al-Qur'an.
Basuni Faudah, Tafsir-tafsir al-Qur'an, Pengantar Metodologi Tafsir, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1987), Cet. Hal ini ia manfaatkan untuk memudahkan pembaca mengetahui dan memahami Al-Quran dari berbagai pendapat. 129Kata Agil Husain al-Munawwar, Metodologi I'jaz al-Qur'an dan Tafsir, (Semarang: Dani Utama, 1994), Cet.
Penafsiran M. Quraish Shihab Terhadap Ayat tentang Jilbab
Surat al-Ahzab ayat 59 merupakan salah satu ayat Al-Quran yang berbicara tentang wanita. Dari tafsir tersebut terlihat bahwa Ash-Shabuni telah mengartikan kalimat ههبيب لاج هم ههيلع هيودي (wanita membentangkan jilbabnya ke seluruh tubuh). Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi penafsiran Asy-Shabun terhadap surat al-Ahzab: 59 adalah faktor eksternal yaitu faktor sosial budaya yang ada disekitarnya.
Ali Ash-Shabuni pada ayat-ayat yang telah dijelaskan di atas yaitu ayat-ayat tentang hijab yang meliputi surat Al-Ahzab [33] 59 dan surat An-Nuur [24] 31. Jelas dari penjelasan tersebut bahwa Ash-Shabuni menjelaskan kalimat tersebut. ههبيب لاج هم ههيلع هيودي (perempuan merentangkan jilbab hingga menutupi badan) dengan ungkapan memakai hijab yang longgar dan luas sehingga menutupi keindahan tubuh dan perhiasannya. Berbeda dengan tafsir Ash-Shabuni yang mengutip tafsir al-Tabari dari riwayat Ibnu Abbas dan tafsir Ibnu Kasir dari Muhammad bin Sirin.
Dari penafsiran Ash-Shabuni di atas terlihat bahwa uraian yang diberikan Ash-Shabuni terhadap surat al-Ahzab: 59 dalam kitab Safwât al-Tafasir sangat sederhana, berbeda dengan yang diberikan dalam Rawa'i al-Bayan. dijelaskan. . Tafsir Ash-Shabuni terhadap Surat al-Ahzab: 59 hanya menyentuh sebagian kecil dari aspek sosial budaya, dimana hijab dan penggunaannya merupakan salah satu tradisi lokal masyarakat Arab pada masa itu. Sedangkan dalam kitab Safwât al-Tafasir, 'Ali Ash-Shabuni menafsirkan Surah al-Ahzab [33] 59 lebih ringkas dan sederhana dibandingkan penafsirannya terhadap ayat yang sama dalam kitab Rawâ'i al-Bayân Tafsîr Ayat al-Ahkâm. .
Menurut penulis, hasil penafsiran surah al-Ahzab [33] 59 karya Ali Ash-Shabuni belum bisa sepenuhnya diterapkan di Indonesia, melainkan harus dimaknai kembali.
Saran
Al-Barudi, Syaikh Imad Zaki, Tafsir Al-Qur'an Al-Azhim li An-Nisa, terj. Al-Jashshash, Imam Abi Bakar Ahmad Ibn „Ali ar-Razi, Ahkam al-Qur‟an, Bejrut Libanon: Dar al-Kutub. Al-Munawwar, Said Agil Husain, jaz "jaz al-Qur" in Metodologi Tafsir, Semarang: Dani Utama, 1994.
Bin Ya'kub al-Fairuz Abady, Muhammad, Al-Qur'an al-Muhit, Bejrut: Dar al-Kutub al-„ilmiyah, 2004. Ibnu Taimiyah, Syaikh, dkk, Jilbab in Cadar Dalam Al-Qur'an dan As-sunnah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1994. Ibn Ahmad al-Anshari al-Qurthubi, Imam Abi „Abdillah Muhammad, Al-Jami‟ li Ahkam al-Qur'an, Jilid.
Ibn al-„Arabi, Imam Abi Bakar Muhammad Ibn Abdillah al-Ma‟ruf, Ahkam al-Qur‟an, Beiroet Libanon: Dar al-Ma‟rifah, 1987. Quraish, dalam “History of Life”, Menyingkap Tabir Ilahi : Asma‟al-Husna in die Al-Qur‟an Perspektief, 2005.
Yusuf, M. Yunan, Ciri-ciri Tafsir Al-Qur'an di Indonesia Abad Kedua Puluh, Jurnal Ulumul Qur'an, Vol.