• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)7 2.1 Kajian Tentang Pneumonia 2.1.1 Definisi Pneumonia Pneumonia adalah radang parenkim paru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "(1)7 2.1 Kajian Tentang Pneumonia 2.1.1 Definisi Pneumonia Pneumonia adalah radang parenkim paru"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

Klasifikasi pneumonia berat, selain batuk dan/atau kesulitan bernapas, gejala penyerta lainnya adalah tertariknya dinding dada bagian bawah (kontraksi dada). Klasifikasi pneumonia, selain ditandai dengan batuk dan/atau kesulitan bernapas, gejala penyerta lainnya adalah napas cepat, tergantung kelompok umur. Klasifikasi non-pneumonia ditandai hanya dengan batuk dan/atau kesulitan bernapas, tidak ada gejala lain yang menyertai yaitu tidak ada napas cepat dan tidak ada retraksi dinding dada bagian bawah.

Klasifikasi pneumonia berat pada usia < 2 bulan ditandai dengan pernapasan cepat > 60 kali atau lebih/menit atau dada bagian bawah tertarik ke dalam secara kuat, disertai batuk dan/atau sesak napas. Klasifikasi non pneumonia pada kelompok umur < 2 bulan hanya ditandai dengan batuk dan/atau sesak napas, tidak ada napas cepat, dan tidak ada tarikan pada dada bagian bawah (Depkes: 2009). Pneumonia berat/penyakit sangat parah ditandai dengan tanda-tanda bahaya umum atau dinding dada tertarik atau stridor.

Patofisiologi

Manifestasi Klinis

Namun pada kondisi sesak nafas, pernafasan tambahan menyebabkan dinding dada meregang sehingga terlipat cekung ke dalam. Infeksi yang sudah ada menyebabkan saluran udara kecil di paru-paru membengkak dan menghasilkan banyak lendir.

Penularan

Menurut Shaleh (2013), beberapa kasus pneumonia terjadi karena penderitanya menghirup udara yang mengandung organisme penular pneumonia yang dihembuskan oleh seseorang yang terinfeksi kuman atau bakteri pneumonia pada saat ia batuk atau bersin. Beberapa kasus lainnya terjadi karena bakteri atau virus yang biasanya terdapat di mulut, tenggorokan, atau hidung secara tidak sengaja masuk ke paru-paru. Begitu organisme ini memasuki paru-paru, mereka menetap di kantung udara di paru-paru, di mana mereka tumbuh dengan sangat cepat dan jumlahnya menjadi sangat besar.

Jika anak selalu terpapar asap rokok (perokok pasif), hal ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan (bronkial) yang pada akhirnya menyebabkan keluarnya lendir. Anak juga dapat terkena dampaknya jika pada saat hamil dan menyusui ibu gemar mengkonsumsi minuman beralkohol, karena alkohol dapat mempengaruhi sel darah putih dan menyebabkan melemahnya sistem imun tubuh dalam melawan infeksi (Shaleh, 2013). Karena hal ini akan menimbulkan iritasi dan menimbulkan peradangan pada paru sehingga mudah terkena pneumonia (Shaleh, 2013).

Pasien yang menjalani operasi besar yang menyebabkan gangguan mobilisasi juga berisiko tinggi terkena pneumonia, dimana tidur dengan posisi statis kemungkinan besar akan menyebabkan riak atau lendir menumpuk di rongga paru dan menjadi media pertumbuhan bakteri (Shaleh, 2013 ). Jika proses ini mengandung bakteri dan sampai ke rongga pernapasan (ventilator), maka kemungkinan besar orang tersebut terkena pneumonia (Shaleh, 2013).

Penegakan Diagnosis

MTBS (Manajemen Terpadu Anak Sakit) merupakan suatu pendekatan pelayanan menyeluruh dan terpadu terhadap anak kecil yang sakit sampai ke akar penyebab suatu penyakit dan merupakan suatu penatalaksanaan terpadu terhadap anak kecil yang sakit, yang meliputi upaya pengobatan, pelaksanaan preventif seperti imunisasi, pemberian vitamin A, sebagai. serta layanan promosi perawatan dan pengobatan anak di rumah. Cara menilai dan mengklasifikasikan anak sakit adalah dengan memeriksa tanda-tanda bahaya secara umum, kemudian menanyakan keluhan utama: apakah anak mengalami batuk atau kesulitan bernapas.

Penatalaksanaan Medis

Selain itu, penatalaksanaan dan pengobatan penderita pneumonia bergantung pada tingkat keparahan gejala akibat infeksi pneumonia itu sendiri. Terdapat dua vaksin yang tersedia, yaitu vaksin konjugat pneumokokus (PCV7; Prevnar) dan vaksin polisakarida pneumokokus (PPV23; pneumovax). Vaksin konjugat pneumokokus adalah vaksin yang merupakan bagian dari imunisasi bayi dan direkomendasikan untuk semua anak di bawah usia 2 tahun dan anak berusia 2-4 tahun.

Antibiotik yang berguna dalam kasus ini termasuk sefalosporin generasi kedua dan ketiga, amoksilin dan asam klavulanat, fluoroquinolones (lefofloxacin), maxifloxacin oral, gatifloxacin oral dan sulfamethoxazole dan trimethoprim. Dengan pemberian antibiotik makrolida (eritromisin, klaritromisin, azitromisin, dan fluorokuinolon), antibiotik ini sering diresepkan untuk mengatasi pneumonia mikoplasma (Shaleh, 2013). Namun yang lebih ditekankan dalam menangani pneumonia adalah istirahat yang cukup dan memastikan nutrisi yang tepat untuk membantu memulihkan sistem imun tubuh.

Konsep Ibu .1 Definisi Ibu

  • Peran Ibu
  • Kewajiban Ibu
  • Konsep Pengetahuan
    • Tingkat pengetahuan 1. Tahu
  • Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 1. Faktor Internal

Dari perumpamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa kedudukan ibu sebagai figur sentral sangat penting bagi terwujudnya kehidupan. Pentingnya seorang ibu terlihat terutama sejak kelahiran anaknya, ibu harus memberikan ASI agar sang anak dapat bertahan hidup. Seorang ibu yang sabar mengajarkan sikap dan kebiasaan kepada anak, tidak panik menghadapi gejolak dalam maupun luar diri anak, akan memberikan rasa tenang dan rasa akomodasi dari unsur keluarga.

Sebagai seorang pendidik yang mampu mengelola dan mengendalikan anak, ibu juga berperan dalam pendidikan anak dan perkembangan kepribadiannya. Dalam perkembangan kepribadian anak dan pembentukan sikap anak, seorang ibu harus memberikan teladan dan teladan yang dapat diterima. Sejak bayi, pendekatan dan percakapan ibu dengan ibu memberikan rangsangan bagi perkembangan anak dan kemampuan lainnya.

Sintesis mengacu pada kemampuan untuk merakit atau menghubungkan bagian-bagian menjadi satu kesatuan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah sintesis yaitu menyusun rumusan, mampu merencanakan, mampu merangkum, mampu mengadaptasi, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang sudah ada. Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk membenarkan atau menilai suatu materi atau pokok bahasan. Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang menyatakan isi materi yang diukur oleh peneliti atau responden.

Menurut Notoadmojo dalam Wawan dan Dewi, pendidikan dapat mempengaruhi seseorang, termasuk perilaku seseorang dalam gaya hidup, terutama dalam memotivasi sikapnya untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Semakin tua usia seseorang, maka semakin matang pula tingkat kematangan dan kekuatan seseorang dalam berpikir dan bekerja.

Pencegahan Pneumonia

Pencegahan Pneumonia Melalui Imunisasi

Vaksinasi terhadap penyakit ini telah lama dimasukkan dalam program imunisasi nasional di Indonesia, diberikan dalam bentuk sediaan DPT, bersama dengan difteri dan tetanus. Saat ini, telah tersedia vaksin pneumokokus untuk bayi dan anak di bawah usia 3 tahun yang dikenal dengan nama vaksin pneumokokus konjugasi (PCV). Hasil penelitian di Amerika setelah penggunaan vaksin secara rutin pada bayi menunjukkan adanya penurunan angka kejadian pneumonia pada anak dan keluarganya secara signifikan, terutama pada lansia.

Saat ini sudah beredar vaksin PCV 7 yang artinya vaksin tersebut mengandung 7 serotipe bakteri pneumokokus dan dalam waktu dekat akan tersedia vaksin PCV 10. Hasil penelitian di Gambia (Afrika), dengan imunisasi PCV 9 terjadi penurunan kasus pneumonia sebesar 37%, penurunan jumlah pasien yang memerlukan rawat inap sebesar 15%, dan penurunan kematian anak sebesar 16%. Hal ini membuktikan bahwa vaksin sangat efektif dalam menurunkan kematian anak akibat pneumonia.

Pencegahan Pneumonia Non Imunisasi

Pendidikan kesehatan kepada berbagai komponen masyarakat khususnya ibu anak dan balita tentang besarnya masalah pneumonia dan dampaknya terhadap kematian anak. Makanan dan nutrisi merupakan unsur pembangun yang membantu pembentukan gigi, tulang dan otot yang kuat, jaringan yang sehat, perkembangan saraf otak dan daya tahan tubuh. Tidak ada satu jenis makanan yang dapat memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan anak, yang terbaik adalah memberikan makanan yang bervariasi untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan zat gizi (Supariasa, 2002 dalam Sari, 2012).

Menurut Marmi (2013), anak dibawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan tubuh yang cepat sehingga memerlukan zat gizi dalam jumlah tinggi per kilogram berat badan. Beri makan keluarga 3 kali sehari sebanyak 1/3-2/3 porsi makan orang dewasa yang terdiri dari nasi, sayur mayur, lauk pauk, buah 2. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia (2015), ASI mengandung kolostrum yang bersifat kaya akan antibodi karena mengandung protein untuk sistem imun tubuh dan membunuh kuman dalam jumlah banyak, sehingga pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan resiko kematian pada bayi.

Mencegah polusi udara dalam ruangan dari bahan bakar rumah tangga dan perokok pasif di lingkungan rumah. Hal ini dapat terjadi pada rumah yang tidak memiliki ventilasi dan dapur di dalam rumah menyatu dengan kamar tidur, tempat bermain bayi dan balita (Maryunani, 2010). Kurangnya ventilasi menyebabkan kekurangan oksigen dan peningkatan kadar karbon dioksida di dalam rumah, yang bersifat racun bagi penghuninya karena menghambat afinitas oksigen terhadap hemoglobin dalam darah.

Selain itu, ventilasi yang buruk membuat aliran udara tidak lancar sehingga bakteri penyebab penyakit sulit keluar karena aliran udara yang tidak cukup untuk membawa bakteri keluar rumah. Fungsi ventilasi adalah menjaga aliran udara di dalam rumah tetap segar sehingga keseimbangan oksigen yang diperlukan tetap terjaga.

Tabel 2.3 Pemberian asupan makanan sesuai umur balita  Sampai  umur  6
Tabel 2.3 Pemberian asupan makanan sesuai umur balita Sampai umur 6

Konsep Pendidikan Kesehatan .1 Definisi Pendidikan Kesehatan

  • Tujuan Pendidikan Kesehatan
  • Teori Precede-Proceed
  • Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Pendidikan Kesehatan Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan kesehatan dapat
  • Metode Pendidikan Kesehatan

Bentuk promosi kesehatan ini dilakukan sedemikian rupa sehingga masyarakat dapat memberdayakan masyarakat dalam menyediakan sarana dan prasarana kesehatan dengan cara menyediakan fasilitas dengan bantuan teknis, memberikan arahan dan cara mencari dana untuk pengadaan sarana dan prasarana. Tujuan promosi kesehatan pada faktor ini adalah untuk memberikan pelatihan bagi para tokoh agama, tokoh masyarakat dan petugas kesehatan itu sendiri, dengan tujuan agar sikap dan perilaku aparat kepolisian dapat menjadi teladan, teladan atau acuan bagi masyarakat mengenai hidup sehat. Dikutip dari Ahmad Kholid (2012) bahwa model PRECEDE-PROCEED memberikan kerangka komprehensif untuk menilai kesehatan dan kualitas hidup serta kebutuhan untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi promosi kesehatan dan program kesehatan masyarakat lainnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Pada fase keempat, diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi, memperkuat dan memungkinkan perilaku dan gaya hidup. Fase kelima mencakup dan memastikan bahwa promosi kesehatan, pendidikan kesehatan dan/atau intervensi terkait kebijakan paling sesuai untuk mendorong perubahan yang diinginkan dalam perilaku atau lingkungan dan faktor-faktor yang mendukung perilaku dan lingkungan tersebut. Fase kedelapan melibatkan evaluasi dampak intervensi terhadap faktor-faktor yang mendukung perilaku tersebut, dan terhadap perilaku itu sendiri.

Fase kesembilan dan terakhir yang terdiri dari evaluasi hasil adalah penentuan dampak akhir intervensi terhadap kesehatan dan kualitas hidup penduduk. Jadi dapat dikatakan semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin mudah seseorang menerima informasi yang diperolehnya. Cara ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk mengembangkan perilaku baru, atau untuk mengembangkan seseorang yang mulai tertarik pada perubahan perilaku atau inovasi.

Ketika melaksanakan promosi kesehatan dengan menggunakan metode ini, kita harus mempertimbangkan besarnya kelompok sasaran dan tingkat pendidikan formal sasaran. Oleh karena itu tujuan metode ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan kelompok umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan lain-lain, sehingga pesan kesehatan yang ingin disampaikan harus dirancang sedemikian rupa. cara agar mereka dapat ditangkap oleh massa.

Gambar 2.2. PRECEDE-PROCEED Model
Gambar 2.2. PRECEDE-PROCEED Model

Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait