PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Batasan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
- Tinjauan Tentang Jamur
- Defenisi Jamur
- Morfologi Jamur
- Reproduksi Jamur
- Sifat Jamur
- Cara Penularan Jamur
- Pertumbuhan Jamur
- Penyakit Pada Jamur
- Penyakit Jamur Mikosis Superfisial
- Definisi Tentang Kukul
- Infeksi Terhadap Jamur Kuku
- Dermatomikosis
- Onikomikosis
- Kandidosis
- Tanda Dan Gejala Infeksi Pada Kuku
- Pemeriksaan Laboratorium Kuku
Selain itu ada juga jamur yang hidup secara simbiosis yaitu hidup bersama dengan organisme lain untuk saling menguntungkan (mutual simbiosis), misalnya jamur yang hidup bersama dengan alga membentuk lumut kerak (Kumala, 2016). Sebagian besar pertumbuhan jamur yang menginfeksi manusia dapat beradaptasi dengan panas, meskipun jamur tumbuh pada suhu optimal 125-35ºC. Infeksi jamur disebut dengan mikosis, yang bervariasi mulai dari infeksi superfisial hingga infeksi sistemik, dimana infeksi superfisial merupakan penyakit jamur yang mengenai lapisan kulit yaitu stratum korneum, rambut dan kuku.Mikosis superfisial terbagi menjadi dua kelompok yang disebut jamur non-dermatofita. yaitu Tinea valsicolor, otomycosis, piedra hitam, piedra putih, onikomikosis dan tinea nigra serta yang disebabkan oleh jamur dermatofita yang disebut dermatomikosis.
Patologi dan gejala klinis jamur ini lebih sering menyerang kulit dan rambut kepala pada anak-anak. Penyakit ini belum pernah ditemukan di Indonesia, gejalanya berupa kelainan kulit disertai polikulitis (radang folikel rambut). Jamur tidak sempurna merupakan jamur yang bentuknya berbeda-beda dan belum diketahui masa hidupnya. Cara reproduksi mereka adalah seksual. Ketiga genera ini mempunyai sifat keratinofilik (Kurniawati, 2010).
Namun, terkadang infeksi jamur kuku dapat menyebabkan nyeri dan penebalan kuku sehingga memerlukan pengobatan dan penanganan. Tinea unguium atau istilah lainnya. Onikomikosis adalah infeksi pada lempeng kuku yang disebabkan oleh dermatofita, non-dermatofita, atau jamur. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa 80-90% kasus tinea unguium disebabkan oleh dermatofita khususnya Trichophyton Rubrum dan Trichophyton Mentagrophytes, 5-17% lainnya disebabkan oleh jamur khususnya Candida sp, dan 35% oleh nondermatofita seperti Aspergillus atau Scopulariopsis (Arianti, 2015).
Infeksi jamur dapat meningkatkan infeksi bakteri, selulitis, ultrikaria kronis dan menjadi reservoir jamur yang kemudian menginfeksi bagian tubuh lain dan dapat menular atau menular ke individu lain (Arianti, 2015). Dermatofit adalah jamur hidup dan penyebarannya bergantung pada inang (hewan atau manusia) yang diinfeksinya. Faktor predisposisi yang menyebabkan seseorang tertular jamur adalah suhu, kelembaban, trauma, kondisi sosial, kebersihan diri yang kurang, pakaian ketat yang tidak menyerap keringat, gizi buruk, penggunaan antibiotik dalam jangka panjang dan adanya sumber infeksi. terdekat (Anra dkk, 2017).
Trichophyton rubrum adalah jamur paling umum yang menyebabkan infeksi kronis pada kulit dan kuku manusia. Spesies jamur ini merupakan penyebab infeksi oportunistik akibat kandidiasis pada mukosa kulit dan organ dalam manusia. Onikomikosis adalah penyakit menular jamur kuku yang disebabkan oleh jamur Dermatophytosis, Candida, kadang disebabkan oleh jamur lain seperti Fusarium, Chephalosporium, Scopulariopsis dan Aspergillus.
Penyakit jamur yang menyerang kuku disebabkan oleh dermatofita yang disebut Tinea ungium, dan yang disebabkan oleh Candida disebut kondiosis kuku (Anugrah, 2016). Infeksi yang disebabkan oleh Candida bersifat superfisial atau akut, subakut atau kronis, dengan manifestasi klinis yang beragam.
METODE PENELITIAN
- Jenis Penelitian
- Waktu Dan Tempat Penelitian
- Populasi Dan Sampel
- Persiapan Penelitian
- Prosedur Kerja
- Prosedur Pembuatan SDA
- Prosedur Pembuatan Aquadest Steril
- Teknik Isolasi Jamur
- Prosedur Identifikasi Jamur
- Penyajian dan Analisa Data
Pengamatan dilakukan secara makroskopis untuk mengidentifikasi koloni jamur yang tumbuh pada media Sabouraraud Dextrose Agar, yaitu dengan melihat: bentuk klon, warna koloni, permukaan koloni. Pengamatan mikroskopis dilakukan dengan mengidentifikasi koloni yang diduga terdapat jamur pada kuku tukang batu, yaitu dengan membersihkan peralatan gelas agar bebas dari minyak. Pada pemeriksaan 8 sampel kuku pengrajin batu bata di Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman Timur, hasilnya negatif jamur dermatofita namun positif infeksi jamur Aspergillus sp sebanyak 2 orang. Hasil pemeriksaan tidak langsung (kultur).
Pada sampel H berinisial AS, 65 tahun, perempuan, bekerja sebagai tukang batu. Dari foto kuku pekerja batako di bawah ini terlihat kuku kaki pekerja batako rusak dan rapuh serta warna kuku berubah menjadi kuning kecoklatan, hal ini disebabkan adanya infeksi jamur pada kuku. Dari ciri-ciri yang ditemukan dapat dilaporkan bahwa kapang yang diamati termasuk dalam jenis kapang Aspergillus fumingatus.
Pada sampel G berinisial Af, 52 tahun, laki-laki, bekerja sebagai tukang batu. Pekerjaan yang bersentuhan langsung dengan tanah dan air dapat menimbulkan risiko tinggi terjadinya infeksi jamur, salah satunya pada kuku. Pengambilan sampel tukang batu dilakukan dengan cara menggores dan memotong kuku tukang batu, sehingga penelitian ini mengambil sampel dengan cara memotong dan mengikis secara aseptik, termasuk bagian kuku yang rapuh dan berubah warna.
Setelah dilakukan isolasi selanjutnya dilakukan identifikasi yaitu untuk mengetahui jenis jamur yang terdapat pada kuku pengrajin batu bata. Tidak ditemukan jamur dermatofita pada delapan sampel paku batu, namun ditemukan dua spesies jamur Asspergillus sp, yaitu Aspergillus fumigatus dan Aspergillus flavus. Dermatofit dapat disebabkan karena kerokan dan guntingan kuku yang ditanam tidak mengandung jamur dermatofita, atau karena selama pekerja bersentuhan dengan tanah dan spora jamur lain masuk ke dalam kuku, serta kuku telah dirawat dan kuku telah terkelupas. diperlakukan. tetap bersih.
Menurut peneliti, infeksi jamur pada kuku pembuat batu bata yang terjangkit kedua jenis jamur tersebut disebabkan karena lingkungan tempat pembuatan batu bata yang kurang bersih dan tanah yang digunakan untuk pembuatan batu bata terkontaminasi dengan kotoran hewan atau bangkai hewan serta kurangnya menjaga kebersihan. Di tangan dan kaki, kedua jenis jamur Aspergillus ini pada dasarnya dapat ditemukan pada sisa-sisa tumbuhan dan hewan, lingkungan, udara dan tanah. Dari penelitian yang dilakukan oleh Naomi Sinanga dengan judul “Identifikasi Jamur pada Kuku Gudang di Desa Gajah Dusun Kecamatan Meranti Kabupaten Asahan” diperoleh hasil positif 100% terdapat pada 20 sampel jamur dan hasil yang diperoleh adalah Aspergillus sp. jamur jenis ragi (Naomi, 2019). Bekerja sebagai tukang batu dapat membuat pekerja profesional terkena air dan tanah, yang dapat menyebabkan kuku terendam air dan menyebabkan kerusakan kuku.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
- Hasil Pemeriksan Tidak Secara Langsung
Pada gambar di atas terlihat kepala konidia berbentuk kolom, koniofor pendek, dinding halus, dan berwarna hijau. Pada gambar di atas terlihat kepala konidia berwarna hijau kekuningan sampai hijau kekuningan tua, hifa bersepta, mempunyai konidiafor yang panjang, dan dari ciri-ciri yang ditemukan dapat diketahui bahwa jamur yang diamati termasuk dalam genus Aspergillus flavus.
Pembahasan
Aspergillus sp merupakan organisme saprofit yang hidup bebas dan terdapat dimana-mana, Aspergillus tersebar luas di alam, ditemukan di tanah, pada tumbuhan yang membusuk dan berbagai bahan organik. Empat jenis organisme yang berasosiasi dengan manusia: Aspergillus fumigatus, Aspergillus niger, Aspergillus flavus, dan Aspergillus terreus. Ditemukan di alam pada tumbuhan yang membusuk, membentuk cetakan dengan hifa septum dan konidia yang tersusun dalam barisan radial.
Jamur jenis ini terdapat dimana-mana, misalnya pada tanaman yang membusuk. Aspergillus fumigatus mempunyai koloni berwarna putih ketika masih muda dan cepat berubah menjadi hijau seiring terbentuknya konidia. Konidia berbentuk bulat sampai setengah lingkaran berwarna hijau, berdinding kasar, pada Mutela konidia berbentuk setengah lingkaran, berwarna hijau muda (Kumala, 2016).
Aspergillus flavus merupakan salah satu jenis kapang saprofit yang hidup di dalam tanah, mempunyai peranan penting yaitu sebagai pendaur ulang unsur hara sisa tumbuhan atau hewan. Jamur ini mudah ditemukan pada biji-bijian yang membusuk, selain menyerang semua jenis substrat organik dimanapun dan kapanpun jika kondisi pertumbuhannya terpenuhi. Kepala konidia berwarna kuning kehijauan sampai kuning kehijauan tua, berbentuk bulat dan konidiospora panjang, konidiofor berdinding kasar, hialin.
Oleh karena itu, pedagang sebaiknya menggunakan APD yang lengkap seperti sarung tangan dan sepatu bot. Berdasarkan hasil penelitian yang positif, jamur non dermatofita yaitu Aspergillus fumigatus dan Aspergillus flavus memberikan informasi mengenai kurangnya disiplin dalam menggunakan sepatu bot, dalam penyiapan dan pencampuran tanah, pencucian kaki yang tidak bersih dan faktor lingkungan yaitu iklim panas. 2015. Prevalensi, Agen Penyebab dan Analisis Faktor Risiko Infeksi Tinea Ungurium pada Peternak Babi di Kecamatan Tarah Siang Provinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Buski, 156.
PENUTUP
Kesimpulan
Saran