• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)1 UPAYA BUNDO KANDUANG DALAM MELESTARIKAN ADAT ISTIADAT PADA MASYARAKAT DI NAGARI AIE ANGEK KECAMATAN X KOTO KABUPATEN TANAH DATAR Anisa Khaira1, Maihasni2, Adiyalmon2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "(1)1 UPAYA BUNDO KANDUANG DALAM MELESTARIKAN ADAT ISTIADAT PADA MASYARAKAT DI NAGARI AIE ANGEK KECAMATAN X KOTO KABUPATEN TANAH DATAR Anisa Khaira1, Maihasni2, Adiyalmon2"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

UPAYA BUNDO KANDUANG DALAM MELESTARIKAN ADAT ISTIADAT PADA MASYARAKAT DI NAGARI AIE ANGEK

KECAMATAN X KOTO KABUPATEN TANAH DATAR Anisa Khaira1, Maihasni2, Adiyalmon2.

1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

2 Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat anisakhaira090695@gmail.com

ABSTRACT

This research is motivated by the customs that gradually abandoned the society caused by the influence of foreign culture, so that there are violations of customs in society. To explain the problem of this research theory used in this research is Functional Structural theory proposed by Robert K. Merton. This research uses qualitative approach with descriptive type. The technique of selecting informants is done by purposive sampling. The number of informants in this research is 13 people. The type of data used in the form of primary data and secondary data, with data collection techniques of observation, interview and document studies. The unit of analysis used is interactive data (Miles and Huberman). Based on the result of the research, it can be concluded that the effort of bundo kanduang in preserving the customs in society in Nagari Aie Angek Sub X Koto Tanah Datar regency consists of 3 things, namely: 1. Conducting socialization about customs, enforcing customs rules, 3. Familiarize wearing custom clothing every event.

Keywords: Bundo Kanduang and Customs

PENDAHULUAN

Istilah budaya atau kebudayaan oleh masyarakat sering kali diartikan sebagai kebiasaan atau adat istiadat yang menyangkut aturan dan kaidah-kaidah yang berlaku di lingkungan masyarakat. Menurut E.B Taylor kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain

kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Soekanto, 2001:188- 189).

Adat istiadat adalah adat-adat yang dibiasakan dalam suatu nagari atau daerah dan tidak tetap seperti itu saja dari masa ke masa (Ibrahim, 2009:152). Sedangkan menurut

(2)

2 Soeyono (1985: 4) adat istidat adalah kebiasaan yang bersifat magis religius dari kehidupan penduduk asli, yang meliputi antara lain nilai- nilai budaya, norma-norma dan aturan-aturan saling berkaitan yang kemudian menjadi suatu sistem atau peraturan tradisional.

Dalam masyarakat, kebudayaan dan adat istiadat memiliki peran yang sangat penting, karena biasanya masyarakat dikenal karena kebudayaan dan adat istiadat yang dimilikinya. Oleh karena itu kebudayaan dan adat istiadat itu harus dijaga dan diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya.

Kebudayan dan adat istiadat masing- masing daerah memiliki ciri khas masing-masing dan salah satunya adalah Minangkabau. Minangkabau mempunyai keunikan tersendiri yaitu sistem kekeluargaan matrilineal dengan nasab ibu. Disana sosok perempuan ideal yang mempunyai peranan penting dan sangat dihormati kedudukannya disebut dengan Bundo Kanduang (Nizar, 2004:97).

Adat Minangkabau dalam ajarannya telah menanamkan rasa hormat dan memuliakan kaum

wanita, sebagai keagungan di dalam hidup berkaum dan berkeluarga yang menjadi lambang keturunan di Minangkabau (matrilineal) dengan panggilan Bundo Kanduang.

(Hakimy, 2006:66).

Menurut Ibrahim (2009:155) pada dasarnya peran Bundo Kandung secara keseluruhan dapat dilihat dalam pepatah petitih yang berbunyi sebagai berikut:

Bundo kanduang dalam kaum Limpapeh rumah nan gadang Amban puruak pagangan kunci Pusek jalo kumpulan tali,

Ka pai tampek batanyo

Kok pulang tampek babarito Sumarak dalam nagari

Hiasan dalam kampuang Nan gadang basa batuah Kok iduik tampek baniat Kok mati tampek banazar

Ka unduang-unduang ka Madinah Ka payuang panji ka sarugo.

Selain peran di atas Bundo Kanduang juga memiliki peranan yang menentukan dalam pelestarian budaya. Bahkan boleh dikatakan dia menjadi tempat bertanya dan minta pertimbangan oleh para niniak mamak atau kaum laki-laki di Minangkabau. Segala macam prosesi adat istiadat tidak bisa dilepaskan dari peran Bundo Kanduang (Nizar, 2004:98). Oleh karena itu, kaum

(3)

3 wanita yang tergabung di dalam organisasi “Bundo Kanduang” harus mengembangkan dan mengamalkan ajaran adat basandi sayarak, syarak basandi kitabullah serta melestarikan budaya dan adat istiadat kepada masyarakat.

Masyarakat merupakan kelompok atau kolektivitas manusia yang melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama (Setiadi, 2005:77).

Sedangkan menurut J.L. Gillin dan J.P Gillin dalam Ahmadi, 1975:36 masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama.

Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokkan yang lebih kecil. jadi, masyarakat adalah suatu kelompok yang menjalin hubungan dalam waktu yang relatif lama yang memiliki kebiasaan tradisi, sikap dan perasaan yang sama. Masyarakat selalu berkembang dari waktu ke waktu seiring dengan perkembangan zaman.

Perkembangan zaman yang terus berubah membawa dampak

bagi masyarakat itu sendiri, salah satunya adalah semakin memudarnya kebudayaan dan adat istiadat yang dianut oleh masyarakat. Untuk itu, peran Bundo Kanduang sebagai perangkat adat sangat dibutuhkan untuk mengembalikan lagi adat istiadat yang sudah mulai pudar pada masyarakat yang sudah terpengaruh oleh kebudayaan asing.

Berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Tanah Datar tentang nagari, menegaskan salah satu tugas Kerapatan Adat Nagari (KAN) adalah membentuk lembaga unsur Bundo Kanduang. Bundo Kanduang yang memilki peran salah satu perannya yaitu melestarikan budaya dan adat istiadat pada masyarakat dan generasi penerus bangsa.

Masyarakat Nagari Aie Angek juga sama dengan masyarakat di daerah lain yang tidak luput dari pengaruh kebudayaan asing, mereka bahkan mulai melupakan budayanya sendiri, untuk itu diperlukan peran Bundo Kanduang sebagai perangkat adat dalam melestarikan adat istiadat pada masyarakat.

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor KAN Nagari

(4)

4 Aie Angek Bundo Kanduang yang aktif dalam berbagai kegiatan yang diadakan baik di dalam dan di luar Nagari Aie Angek seperti rapat dan acara Nagari. Kegiatan yang diadakan di dalam dan di luar Nagari Aie Angek bertujun untuk mendukung Bundo Kanduang dalam menjalankan perannya di masayarakat termasuk peran melestarikan budaya dan adat istiadat kepada masyarakat.

Pada saat sekarang ini mayarakat sudah banyak terpengaruh oleh kebudayaan asing termasuk masyarakat di Nagari Aie Angek.

Berdasarkan observasi awal fenomena yang terjadi dalam masyarakat akibat pengaruh asing yaitu hilangnya pemahaman masyarakat tentang adat istiadat yang ada, sehingga banyak terjadi pelanggaran adat istiadat di tengah masyarakat seperti kawin sesuku, cara berpakaian yang meniru budaya barat yaitu pakaian yang kurang sopan dan sempit. Pakaian ini terkadang mereka pakai ketika ada acara adat seperti acara resepsi pernikahan. Fenomena selanjutnya akibat pengaruh asing yaitu

memudarnya adat istiadat yang ada, karena masyarakat lebih tertarik dengan budaya asing (barat).

Sejak adanya upaya kembali ke nagari, maka nilai-nilai adat istiadat digali dan diplementasikan kembali di tengah masyarakat, artinya pemerintah nagari dan tokoh masyarakat dituntut agar dapat berperan dalam melestarikan nilai- nilai adat istiadat yang ada dalam mengatasi permasalahan yang ada.

Dalam hal ini salah satu organisasi yang berperan di Nagari Aie Angek adalah organisasi bundo kanduang.

Berdasarkan wawancara awal dengan ketua Bundo Kanduang Nagari Aie Angek pada Bulan Agustus 2017 mengatakan bahwa perkembangan zaman dan teknologi yang sangat cepat menyebabkan pelesterian budaya dan adat istiadat pada masyarakat terlihat sulit, karena masyarakat pada saat ini lebih cenderung mengikuti perkembangan tenologi dan budaya yang masuk dari negara lain, selain itu masyarakat juga disibukkkan dengan aktivitas sehari-hari sehingga masyarakat di Nagari Aie Angek tidak memiliki waktu untuk mengetahui lebih

(5)

5 banyak tentang budaya dan adat istiadat yang ada di Nagari Aie Angek. Fenomena inilah yang membuat peneliti tertarik dan ingin meneliti lebih dalam lagi mengenai Bundo Kanduang. Peneliti tertarik meneliti lebih lanjut dengan judul

Upaya Bundo Kanduang dalam Melestarikan Adat Istiadat Pada Masyarakat Di Nagari Aie Angek Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar”.

METODE PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan dan kajian teori yang diuraikan pada bab I dan bab II, maka jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Sitorus, 1998:205). Pendekatan kualitatif memahami masyarakat secara personal dan memandang mereka sebagaimana mereka sendiri mengungkapkan pandangan dunianya (Bodgan dan Taylor, 1993:30).

Penelitian ini bertipekan deskriptif, yang berupaya untuk menjelaskan dan menggambarkan fenomena tertentu. Menurut Nazir (2003: 16) penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mendalam, sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Adapun alasan menggunakan tipe deskriptif ini adalah peneliti berusaha mendeskripsikan upaya Bundo Kanduang dalam melestarikan budaya dan adat istiadat pada remaja di Nagari Aie Angek Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah datar.

Informan penelitian adalah orang yang memeberikan informasi baik tentang dirinya maupun orang lain atau suatu kejadian kepada peneliti atau pewawancara, Afrizal (2014:139). Dalam penelitian ini informan ditetapkan sebagai subjek sesuai dengan karakteristik penelitian proposive sampling (penunjukkan), yaitu berdasarkan pertimbangan tertentu. Artinya orang-orang yang ditunjuk hanya mereka yang benar- benar mengerti secara pasti akan masalah apa yang sedang dikaji.

(6)

6 Adapun informan penelitian dalam penelitian ini berjumlah 15 orang orang.

Unit analisis pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti objek penelitian. Unit analisis dapat merupakan individu, rumah tangga (kepala), kelompok (sosial atau organisasi) dalam suatu penelitian atau studi (Ngurah, 1992:12). Unit analisis dalam penelitian ini adalah kelompok.

Analisis data adalah proses menarik dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dan hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain (Sugiyono, 2013:244).

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Upaya Bundo Kanduang Dalam

Melestarikan Adat Istiadat Pada Masyarakat

1.1 Melakukan Sosialisasi Tentang Adat Istiadat

Sosialisasi merupakan proses penanaman atau transfer kebiasaan, nilai, norma dan aturan serta adat istiadat yang mengatur masyarakat dari satu generasi ke generasi lainnya dalam masyarakat. Dalam hal ini bundo kandung sebagai tempat pewarisan budaya dan adat istiadat melakukan sosialisasi terhadap adat istiadat yang ada di Nagari Aie Angek. Adapun adat istiadat yang ada di Nagari Aie Angek ini adalah adat perkawinan, adat turun mandi, sunat rasul dan batagak rumah (membuat rumah). Kebiasaan yang dibuat oleh nenek moyang ini seakan telah dilupakan oleh masyarakat sekitar. Hal itu dikarenakan masuknya pengaruh yang dibawa oleh budaya luar.

1.2 Menegakkan Peraturan Adat Istiadat

Di dalam kehidupan bermasyarakat banyak sekali peraturan. Termasuk peraturan

(7)

7 dalam organisasi bundo kanduang. Peraturan dilingkungan masyarakat maupun dalam organisasi dibuat untuk menciptakan ketertiban warga masyarakat. Setiap anggota masyarakat harus taat pada peraturan yang berlaku. Peraturan yang digunakan untuk mewujudkan lingkungan yang tertib, aman dan nyaman.

Peraturan yang dibuat dalam masyarakat maupun dalam organisasi dibuat secara bersama- sama. Penerapan peraturan di dalam organisasi lebih kompleks karena di dalamnya terdapat beragam kepentingan. Apabila semua anggota menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku maka hubungan antar anggota pun akan terjalin dengan baik.

Sehingga akan mampu

mewujudkan tujuan bersama.

1.3 Membiasakan Mengenakan Pakaian Adat di Setiap Acara

Pakaian adat adalah simbol sandang pada suatu daerah yang memiliki identitas dan diciri khas kan sebagai simbol budaya yang relavan. Seperti acara

perkawinan, anak daro memakai suntiang sedangkan untuk marapulai memakai baju kebesaran adat yang terdiri dari baju gadang basiba, sarawa guntiang ampek dan beta atau hiasan kepala dilengkapi serong serta keris.

Untuk pakaian,

Minangkabau termasuk Nagari Aie Angek hanya mengenal dua jenis baju yaitu baju kurung basiba dan baju kurung melayu atau kebaya panjang. Baju-baju adat Minangkabau bercirikan baju kurung yang longgar, tidak transparan, sopan, tertutup mulai dari leher sampai ke mata kaki dan memadukannya dengan jilbab tanpa menghilangkan unsur budaya aslinya. Tetapi pada saat sekarang ini akibat masuknya pengaruh budaya asing, masyarakat banyak memakai pakaian yang ketat, transparan serta memakai baju yang tidak sopan pada saat menghadiri acara pernikahan atau pun acara adat lainnya.

(8)

8 Dari penjelasan di atas maka teori yang digunakan yaitu teori struktural fungsional oleh Robert K Merton. Teori ini berkaitan erat dengan struktur yang tercipta dalam masyarakat. Teori ini juga beranggapan bahwa semua peristiwa dan semua struktur adalah fungsional bagi semua masyarakat. Salah satu struktur sosial yang fungsionl pada masyarakat Nagari Aie Angek adalah Bundo Kanduang

Robert K. Merton dalam teorinya mengungkapkan 2 fungsi yaitu fungsi manifes dan fungsi laten.

Adapun cara yang diberikan oleh bundo kanduang dalam melestarikan budaya dan adat istiadat di Nagari Aie Angek Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar kepada masyarakat termasuk ke dalam fungsi manifes yaitu fungsi yang diharapkan dan disadari oleh lapisan masyarakat. Fungsi manifest pada lembaga dipandang dan diharapkan akan dipenuhi oleh lembaga itu sendiri. Agar para remaja dapat melestarikan kebudayaan serta adat istiadat di Nagari Aie Angek Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar, Bundo Kanduang akan

memberikan sanksi sesuai prosedur kepada para masyarakat yang melanggar nilai dan aturan adat istiadat

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang upaya Bundo Kanduang dalam melestarikan budaya dan adat istiadat pada remaja di Nagari Aie Angek Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Melakukan sosialisasi tentang adat istiadat yang terkait dengan sikap dan perilaku masyarakat dengan cara mengumpulkan masyarakat di kantor wali nagari.

Yang dihadiri oleh pemerintah nagari seperti wali nagari, ketua KAN dan perangkat nagari lainnya.

2. Menegakkan peraturan adat istiadat yang sudah disepakati tentang aturan dan larangan terhadap masyarakat. Peraturan dalam Bundo Kanduang Nagari Aie angek dibuat secara bersama- sama dengan anggota Bundo Kanduang yang bertujuan agar setiap kegiatan terlaksana dengan

(9)

9 baik. Cara agar aturan ini terlaksana adalah dengan menerapkan pada diri masing- masing individu.

3. Membiasakan mengenakan pakaian adat bagi masyarakat dan generasi muda dalam kegiatan- kegiatan atau acara-acara adat, sosial dan agama dalam masyarakat. Pakaian adat adalah simbol pada suatu daerah yang memiliki identitas dan ciri-ciri khas sebagai simbol budaya yang relevan. Pakaian adat untuk pakaian, Minangkabau termasuk Nagari Aie Angek hanya mengenal dua jenis baju yaitu baju kurung basiba dan baju kurung melayu atau kebaya panjang. Baju-baju adat Minangkabau bercirikan baju kurung yang longgar, tidak transparan, sopan, tertutup mulai dari leher sampai ke mata kaki dan memadukannya dengan jilbab tanpa menghilangkan unsur budaya aslinya.

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. 2014. Penelitian Kualitatif Dari Pengantar Sampai Membuat Laporan. labor

sosiologi. Fisip UNAND, Padang.

Ahmadi, Abu. 1975. Pengantar Sosiologi, Semarang:

Ramadhani.

Bodgan, Robert dan Steven J. Taylor, 1993. Kualitatif Dasar-Dasar Penelitian. Surabaya: Usaha Nasional.

Hakimy. Idrus. 2006. Pegangan Penghulu, Bundo Kanduang dan Pidato Pasambahan Adat di Minangkabau. Bandung:

Rosda Karya.

Ibrahim. 2009. Tambo Alam Minangkabau Tatanan Adat Warisan Nenek Moyang Orang Minang. Bukittinggi: Kristal Multimedia.

Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia.

Ngurah, Gusti Agung. 1992. Metode Penelitian Sosial. Jakarta:

PT.Gramedia.

Nizar, Hayati. 2004. Bundo Kanduang Dalam Kajian Islam dan Budaya. Padang: Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau.

Setiadi, M Elly Dkk. 2005. Ilmu Sosial & Budaya Dasar.

Bandung.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D. Bandung: Alfabeta.

Soekanto, Soerjono. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:

Rajawali.

Sitorus, MT Felix. 1998. Penelitian Kualitatif Suatu Pengantar Kelompok Dokumentasi Ilmu Sosial. Institut Pertanian Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

HIGH SCHOOL, SATKHIRA Selected Students for Admission-2020 Merit List for Class Three 3, Morning Shift SL NO USER ID ROLL NO APPLICANT NAME QUOTA RANK 95 HS7QU2B2 3100187