Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kandungan Mikroplastik pada Siput Gonggong (Strombus sp.) di Perairan Bintan Timur adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun ke perguruan tinggi manapun. Hasil penelitian ini adalah total kelimpahan mikroplastik tertinggi di stasiun Teluk Bakau yaitu pada Strombus sp. Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi kandungan mikroplastik pada Strombus sp.
Hasil penelitian ini adalah total kelimpahan mikroplastik tertinggi di stasiun Teluk Bakau yaitu pada Strombus sp. Penulis menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul “Kandungan Mikroplastik pada Siput Gonggong (Strombus sp.) di Perairan Bintan Timur”. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi tentang kandungan mikroplastik pada siput gonggong (Strombus sp.) di perairan Bintan Timur.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah memberikan informasi kepada mahasiswa, dosen dan masyarakat untuk memahami kandungan mikroplastik siput gonggong (Strombus sp.) di perairan Bintan Timur, sebagai wujud tanggung jawab dalam menjalankan kegiatan skripsi. dilaksanakan pada program sarjana sains di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji.
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
- Rumusan Masalah
- Tujuan
- Manfaat
Selain itu, akumulasi mikroplastik yang tertelan oleh fauna laut dapat menimbulkan dampak kesehatan yang berbahaya, seperti gangguan sekresi hormon, gangguan pertumbuhan, perubahan konsentrasi hormon, gangguan reproduksi, cedera dan penyumbatan saluran pencernaan (zai et al., 2020; Critchell dan Hoogenboom, 2018;Hanif et al., 2021). Siput gonggong merupakan salah satu makanan yang populer di kalangan masyarakat sekitar Pulau Bintan (Viruly et al., 2020). Kawasan pesisir di bagian timur Pulau Bintan merupakan kawasan pemukiman, kawasan wisata, aktivitas perikanan, dan dapat mengakibatkan masuknya sampah dalam jumlah besar dari daratan (Rosady et al., 2016).
Tingginya aktivitas manusia di wilayah pesisir berdampak pada pencemaran perairan sehingga dapat mengancam kelestarian Strombus sp. Keunggulan penelitian ini adalah tersedianya data keberadaan mikroplastik dan informasi pencemaran mikroplastik di Strombus sp.
TINJAUAN PUSTAKA
- Mikroplastik
- Sumber Mikroplastik
- Tipe Mikroplastik
- Dampak Mikroplastik Terhadap Biota
- Siput Gonggong (Strombus sp.)
- Kebiasaan Makan Strombus sp
- Sistem Pencernaan Strombus sp
- Habitat Strombus sp
- Sedimen
Hal ini berasal dari degradasi plastik menjadi potongan-potongan kecil kemudian masuk ke lingkungan perairan melalui proses fotodegradasi dan proses pelapukan sampah seperti jaring sampah dan jaring ikan (Eriksen et al., 2014). Bagian-bagian tersebut juga berasal dari beberapa barang yang digunakan dalam aktivitas manusia seperti alat pancing, pakaian, peralatan rumah tangga dan kantong plastik itu sendiri (Browne et al., 2011). Ukurannya yang kecil membuat banyak ikan kecil atau kopepoda (zooplankton) dan hewan laut lainnya seperti polychaetes, krustasea, echinodermata, dan bivalvia menemukannya sebagai makanan (Moos et al., 2012).
Menurut penelitian Dai dkk (2018) jenis fragmen mempunyai bentuk yang tidak beraturan dan mempunyai tekstur yang tajam pada bagian sudutnya. Lalu ada jenis film yang berupa lembaran plastik kemasan tipis (Ayuningtyas et al., 2019). Film merupakan salah satu jenis mikroplastik dengan kepadatan paling rendah karena berasal dari polimer plastik sekunder yaitu fragmentasi plastik kemasan sehingga mudah terbawa arus (Frere et al., 2017; Zhao et al., 2018).
Rusaknya organ biota seperti terganggunya saluran pencernaan, terganggunya produksi enzim, terhambatnya pertumbuhan dan terganggunya reproduksi dapat disebabkan oleh paparan mikroplastik adiktif yang mempunyai sifat toksik (Wright et al., 2013). Kontaminasi mikroplastik dapat masuk ke dalam rantai makanan dan dimakan oleh hewan laut seperti ikan, kerang dan akhirnya dikonsumsi oleh manusia (Abdli et al., 2017). Permasalahan yang ditimbulkan oleh mikroplastik ini adalah dapat merusak rantai makanan di laut (Abdli et al., 2017).
Bahan-bahan terkontaminasi yang masuk ke dalam tubuh spesies ini membuat spesies tersebut menjadi tidak toleran sehingga tidak dapat bertahan hidup, sehingga bekicot dapat digunakan sebagai bioindikator (Saleky et al., 2019). Sumber bahan organik seperti detritus pada usus bekicot gonggong berasal dari makanan yang dimakannya (Nezaputri et al., 2021). Suhana et al., (2016) menyatakan bahwa secara umum jenis sedimen pantai timur Pulau Bintan didominasi oleh pasir, dan hasil analisis karakteristik sedimen juga didominasi oleh pasir halus.
METODE PENELITIAN
- Waktu dan Tempat
- Alat dan Bahan
- Metode dan Prosedur Penelitian
- Penentuan Lokasi Penelitian
- Tahap Persiapan
- Pengambilan Sampel Strombus sp
- Pengambilan Sampel Sedimen
- Identifikasi Mikroplastik Pada Strombus sp
- Identifikasi Mikroplastik Pada Sedimen
- Analisis Data
- Kelimpahan Mikroplastik Pada Strombus sp. dan sedimen
- Analisis Index of Attractiveness
Hal pertama dalam penelitian ini adalah melakukan survei lokasi untuk menentukan lokasi survei dan kemudian menentukan lokasi sampel. Pengolahan data dilakukan dengan analisis statistik untuk mengetahui kelimpahan, jenis dan warna mikroplastik pada Strombus sp. Metode purposive sampling adalah pengambilan sampel dengan cara menentukan lokasi pengamatan berdasarkan kondisi yang dapat mewakili sebaran kondisi lokasi secara lengkap dan seragam (Satriadi, 2012).
Berdasarkan survei awal, tiga stasiun ditentukan berdasarkan perbedaan kondisi lingkungan dan aktivitas di sekitar pantai berbeda di pesisir pantai bagian timur Pulau Bintan. Desa Teluk Bakau dipilih sebagai Stasiun 1 karena merupakan kawasan yang banyak terdapat aktivitas masyarakat lokal seperti pariwisata, kawasan padat dan pemukiman pesisir, aktivitas penangkapan ikan nelayan lokal, serta keberadaan kelong. Desa Malang Rapat berada di stasiun 2 karena merupakan wilayah yang aktivitas masyarakatnya tidak terlalu tinggi, hanya terdapat aktivitas penangkapan ikan oleh nelayan seperti terumbu karang, dan juga terdapat ikan kelong.
Tahap ini terdiri dari studi literatur dan penyiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan penelitian untuk mendeskripsikan kandungan mikroplastik pada Strombus sp., di perairan Bintan bagian timur. Pengambilan sampel sedimen dilakukan pada garis pasang surut (break line) dengan cara mengukur jarak garis transek sampai dengan 100 m dan menempatkan 3 kuadran transek berukuran 50 cm2 pada garis transek. Setelah itu dilakukan identifikasi mikroplastik meliputi jumlah, jenis dan warna (Coppock et al., 2017) menggunakan mikroskop dengan perbesaran 1000x.
Kemudian sampel dimasukkan ke dalam botol kaca dan ditambahkan 50 ml larutan H2O2 30% untuk menghilangkan bahan organik pada sampel (Schubert dan Forster,. Mikroplastik kemudian diidentifikasi meliputi jumlah, jenis dan warna (Coppock et al., 2017) ) menggunakan mikroskop dengan perbesaran 1000 kali. Jumlah mikroplastik pada Strombus sp. dan sedimen dapat dinyatakan dalam satuan jumlah partikel per berat pada setiap sampel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
- Identifikasi Tipe Mikroplastik
- Kelimpahan Total Mikroplastik pada Strombus sp
- Kelimpahan Total Mikroplastik pada Sedimen
- Kelimpahan Tipe Mikroplastik pada Strombus sp
- Tipe Mikroplastik pada Sedimen
- Kelimpahan Warna Mikroplastik pada Strombus sp
- Kelimpahan Warna Mikroplastik pada Sedimen
- Indeks Attractiveness pada Mikroplastik
Jenis fragmen yang paling umum ditemukan di situs Teluk Bakau sebesar 109,4 partikel/g, Malang Rapat sebesar 104 partikel/g, dan Berakit sebesar 50,7 partikel/g. Jenis busa yang paling umum ditemukan di lokasi Teluk Bakau sebesar 1,4 partikel/g, Malang Rapat dan Berakit sebesar 1 partikel/g. Jenis fragmen yang paling umum ditemukan di situs Teluk Bakau sebesar 644,17 partikel/g, Malang Rapat sebesar 585,83 partikel/g, dan Berakit sebesar 563,33 partikel/g.
Jenis film yang paling banyak ditemukan di lokasi Teluk Bakau sebesar 255,83 partikel/g, Malang Rapat sebesar 210,83 partikel/g dan Berakit sebesar 168,33 partikel/g. Warna putih terdapat di lokasi Teluk Bakau sebesar 647 partikel/g, Malang Rapat sebesar 505 partikel/g dan Berakit sebesar 286,1 partikel/g. Warna hitam terdapat di lokasi Teluk Bakau sebesar 282 partikel/g, Malang Rapat sebesar 272,1 partikel/g dan Berakit sebesar 163,9 partikel/g.
Warna coklat terdapat pada lokasi Teluk Bakau sebanyak 132 partikel/g, Malang Rapat sebanyak 128,57 partikel/g dan Berakit sebanyak 34. Warna merah pada lokasi Teluk Bakau sebanyak 32 partikel/g, Malang Rapat sebanyak 20,7 partikel/g dan komposisi 11,7 partikel/g. Warna putih terdapat di lokasi Teluk Bakau sebanyak 132,3 partikel/g, Malang Rapat sebanyak 114,8 partikel/g dan Berakit sebanyak 80,3 partikel/g.
Warna hitam terdapat di lokasi Teluk Bakau sebanyak 100,9 partikel/g, Malang Rapat sebanyak 85,4 partikel/g dan Berakit sebanyak 64,8 partikel/g. Warna coklat terdapat di lokasi Teluk Bakau sebesar 110,29 partikel/g, Malang Rapat sebesar 94,1 partikel/g dan Berakit sebesar 92,7. Warna merah pada lokasi Teluk Bakau sebesar 11 partikel/g, Malang Rapat sebesar 9,08 partikel/g dan Berakit sebesar 2,03 partikel/g.
Pembahasan
Melimpahnya mikroplastik di perairan dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain aktivitas manusia, hidrodinamika, dan geografi (Hiwari et al., 2019). Mikroplastik yang masuk ke dalam tubuh organisme dapat mengiritasi saluran pencernaan, menimbulkan rasa kenyang yang salah dan mempengaruhi penurunan berat badan, menghambat pertumbuhan, mengganggu sistem produksi, menurunkan mobilitas dan dapat menyebabkan kematian (Wang et al., 2019). Seperti pada penelitian Azizah dkk. 2020) yang juga mempunyai hasil serupa yaitu lokasi pengambilan sampel yang dekat dengan pemukiman sehingga memiliki kelimpahan mikroplastik paling tinggi dibandingkan lokasi yang jauh dari pemukiman.
Pergerakan arus dan gelombang di dalam air juga dapat menggerakkan partikel-partikel sampah, sehingga dapat terbawa ke pantai dan mengendap (Hiwari et al., 2019). Sampah yang terdampar di darat kemudian diuraikan oleh sinar matahari (fotodegradasi), oksidasi dan abrasi hingga membentuk partikel plastik (Thompson et al., 2009). Sumber sekunder ini diperkirakan menjadi sumber utama mikroplastik di lingkungan dan kawasan laut (Hidalgo-Ruz et al., 2012).
Fragmen merupakan salah satu jenis mikroplastik yang berbentuk lembaran-lembaran kecil dan tipis yang dihasilkan dari penguraian kemasan plastik dan kantong kemasan (Mauludy et al., 2019). Karena bentuk ujungnya lebih mudah terbawa pergerakan air dan terendap di sedimen (Ayuningtyas dkk., 2019). Film jenis ini berasal dari fragmentasi kantong plastik atau kemasan plastik dan mempunyai kepadatan yang rendah (Hastuti et al., 2014).
Biota laut mungkin mencurigai mikroplastik sebagai makanan, sehingga mikroplastik tertelan dan menembus jaringannya (Browne et al., 2008; Nor dan Obbard, 2014). Warna mikroplastik dapat memberikan informasi tentang sumber sampah laut atau kondisi mikroplastik tersebut (Ryan et al., 2019). Hasil yang diperoleh sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidalgo-Ruz et al. 2012), yang menyatakan bahwa warna mikroplastik yang paling banyak ditemukan pada sedimen dan air laut adalah putih atau bernuansa putih.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
First assessment of microplastics in sediments from the Lagoon-Channel complex of Bizerte (Northern Tunisia). Analysis of feeding behavior and stomach contents of Laevistrombus canarium (Linnaeus, 1758) from Merambong Shoal, Johor, Malaysia. Occurrence of microplastics in the water column and sediment of an inland sea affected by intensive anthropogenic activities.
Prevalence of microplastics in the beaches of Puducherry, India and its correlation with recreational fishing and tourism activities. Plastic pollution in the world's oceans: More than 5 trillion pieces of plastic weighing over 250,000 tons in the sea. The Influence of Environmental and Anthropogenic Factors on the Composition, Concentration and Spatial Distribution of Microplastics: A Case Study of the Bay of Brest (UK, France).
Occurrence of microplastics in the gastrointestinal tract of pelagic and demersal fish from the English Channel. Uptake and Effects of Microplastics in Cells and Tissues of the Blue Mussel Mytilus Edulis L. Guidelines for Monitoring and Assessing Plastic Litter in the Ocean Reports and Studies.
The detection of microplastics in beach sediments (extraction methods, biases and results) from samples along the German Baltic coast. High levels of microplastic pollution in the sediments and benthic organisms of the South Yellow Sea, China. Anthropocene the geological cycle of plastics and their use as a stratigraphic indicator of the Anthropocene.