MAKALAH
KARAKTER JATIDIRI BANGSA INDONESIA
Makalah ini diajukan sebagai salah satu pemenuhan tugas pada mata kuliah PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SISTEM PENDIDIKAN ISLAM
Dosen Pengajar: Dr. Abdul Khoir
Disusun Oleh:
Muhammad Fauzi & Totok Fuby P.
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI
2023
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim.
Puji dan syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan keselamatan dan kemudahan bagi hambaNya. Serta shalawat juga salam bagi baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang telah memberi petunjuk bagi ummat, menerangi dengan cahaya Islam dan menjauhkan dari kekafiran.
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin kami ucapkan, atas selesainya pembuatan makalah yang berjudul “KARAKTER JATI DIRI BANGSA INDONESIA”. Makalah ini merupakan sebuah kajian dalam mata kuliah PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SISTEM PENDIDIKAN ISLAM pada Program Pasca Sarjana di Unisma Bekasi.
Dalam kajian tersebut, kami uraikan terkait tiga hal yang menjadi urgensi dan layak untuk dibahas; yaitu: SEJARAH SINGKAT PERADABAN BANGSA INDONESIA; ESENSI KARAKTER BANGSA INDONESIA; dan RELEVANSI JATI DIRI BANGSA DAN PENDIDIKAN ISLAM.
Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah lengkap dan sempurna. Diyakini masih terdapat berbagai kekurangan, baik dari segi penulisan, susunan kalimat maupun kutipan. Oleh karena itu, dengan lapang hati, kami menerima segala saran, kritik maupun ide-ide cemerlang, sehingga kajian ini menjadi lebih baik lagi pada nantinya.
Tidak lupa juga, kami sampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah berpartisipasi, sehingga makalah ini selesai; khususnya kepada dosen, teman sejawat serta kerabat. InsyaAllah setiap budi baik, akan mendapatkan balasan berlipat ganda dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Bekasi, 16 November 2023
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG...1 B. RUMUSAN PENULISAN...3 C. TUJUAN PENULISAN...3 BAB II PEMBAHASAN
A. SEJARAH SINGKAT PERADABAN BANGSA INDONESIA...4 B. ESENSI KARAKTER BANGSA INDONESIA...5 C. RELEVANSI JATI DIRI BANGSA DAN PENDIDIKAN ISLAM...7 BAB III PENUTUP
A. SIMPULAN...9 B. SARAN...9 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bangsa Indonesia adalah kelompok masyarakat yang berasal dari beragam asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarah, serta memiliki pola berpemerintahannya sendiri. Mulanya pengukuhan Bangsa Indonesia tercetus dalam Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 pada acara Kongres Pemuda II di Batavia (sekarang: Jakarta). Dalam sumpah para pemuda tersebut diuraikan 3 poin penting, yaitu terkait tanah air, bangsa dan bahasa Indonesia.
Lahirnya bangsa yang baru dan berasal dari berbagai unsur tentunya menghasilkan banyak kompleksitas terkait karakter dan jati diri kebangsaan. Mempersatukan keragaman adat, bahasa, sejarah dan hirarki pemerintahan, nantinya akan memunculkan catatan-catatan sejarah baru yang menghiasi peradaban.
Secara tidak langsung, karakter sebagian besar rakyat Indonesia, dipengaruhi oleh landasan pemahaman terhadap ketuhanan ataupun agama, yaitu Islam. Pengamalan ajaran Islam yang menyeluruh dan mendalam, menumbuhkan rasa persatuan dalam keberagaman tersebut. Mengeliminir egoisme kesukuan serta derajat kemanusiaan, sehingga tumbuh nilai-nilai persaudaraan untuk mempersatukannya dalam kebangsaan.
Ayat AlQuran yang berpengaruh besar terhadap terbentuknya kesepemahaman tersebut, termaktub dalam Surah Al-Hujarat Ayat 13, sebagaimana berikut:
َ اا انإإ ْمُكاَقْتَأ إ اا َدنإع ْمُكَمَرْكَأ انإإ اوُفَراَعَتإل َلإئاَبَقَو اًبوُعُش ْمُكاَنْلَعَجَو ىَثنُأَو ٍرَكَذ نّم مُكاَنْقَلَخ اانإإ ُساانلا اَُهّيَأ اَي
ٌريإبَخ ٌميإلَع Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.[CITATION Kem79 \l 1033 ]
Selain itu, kesamaan nasib dan penderitaan masyarakat Nusantara yang terjajah, juga menjadi dasar dari kesediaan pemuda-pemudi diberbagai wilayah untuk bersatu. Bersama-sama menyatukan persepsi tentang perjuangan dan kemerdekaan, menghasilkan deklarasi pembentukan bangsa yang baru, yaitu Bangsa Indonesia. Bangsa dengan masyarakatnya yang beranekaragam karakter dan jati diri, menjadi kesatuan untuk meleburkan asa dan harapannya menjadi bangsa merdeka dan berdaulat.
Karakter Dan Jati Diri Bangsa Indonesia dipengaruhi oleh kesamaan cara pandang serta konsensus pendiri bangsa. Guna menumbuhkan kesepemahaman seluruh masyarakat, para penggagas merumuskan berbagai hal terkait karakter dan jati diri bangsa dalam bentuk falsafah, undang-undang dasar, maupun regulasi-regulasi terkait.
Namun demikian, tentunya tidak mudah untuk menyamakan mindset atau pola fikir dalam upaya penyeragaman tersebut. Hingga saat ini pemerintah masih terus berupaya untuk menumbuhkan transendensi setiap masyarakat terkait pentingnya karakter dan jati diri bangsa. Tentunya pendidikan memiliki peran penting dalam menumbuhkan hal itu.
Pada Pendidikan Islam, diajarkan bahwa melalui iman (keyakinan) terhadap kuasa Sang Pencipta, akan membentuk atau membangun cara berfikir dalam memahami diri dan alam sekitar. Dari suatu mindset, akan terungkap argumentasi, dan kemudian tergambar dalam tingkah laku maupun sikap, yang selanjutnya menjadi kebiasaan-kebiasaan, sehingga akhirnya membentuk karakter.
Dengan demikian, karakter seorang muslim dipengaruhi oleh keimanannya, yang nantinya melalui hal tersebut akan tumbuh serta terbentuklah jati diri.
Pembahasan terkait Karakter Dan Jati Diri Bangsa Indonesia tentunya memiliki penjabaran yang luas namun dapat pula menjadi spesifik.
Banyak problematika yang dapat diuraikan, dan juga narasi-narasi yang dilontarkan. Guna mempesempit ruang bahasan, alangkah bijak jika kajian
Sejarah Singkat Peradaban Bangsa Indonesia dibahas terlebih dahulu. Dengan demikian, nantinya Esensi Karakter Bangsa Indonesia dapat terungkap dengan nyata. Yang kemudian, tergambarlah Relevansi Jati Diri Bangsa Dan Pendidikan Islam. Oleh karenanya, hal-hal diatas diangkat untuk dibahas, karena dianggap penting guna memberikan gambaran yang lebih menyeluruh terhadap kesemuanya. Gambaran yang dimaksud, bukan hanya sebatas pemahaman, akan tetapi nantinya dijabarkan terkait dalil, filosofis serta kajian lainnya yang saling terkait.
B. RUMUSAN PENULISAN
1. Bagaimana Sejarah Singkat Peradaban Bangsa Indonesia?
2. Apa Esensi Karakter Bangsa Indonesia?
3. Seperti Apa Relevansi Jati Diri Bangsa Dan Pendidikan Islam?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Merumuskan Sejarah Singkat Peradaban Bangsa Indonesia.
2. Menganalisa Esensi Karakter Bangsa Indonesia.
3. Mengsintesis Relevansi Jati Diri Bangsa Dan Pendidikan Islam.
BAB II PEMBAHASAN
A. SEJARAH SINGKAT PERADABAN BANGSA INDONESIA
Kata indonesia pertama sekali dikenali oleh dunia, berdasarkan konten The Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia yang terbit pada tahun 1847 karya James Logan Richardson. Kemudian dipopulerkan oleh Prof.
Adoft Bastian dalam buku Indonesian Oder Die Inseln Des Malayaschen Archipel tahun 1884 dan buku karya Sir William Maxwell berjudul The Island of Indonesia, tahun 1897. Catatan-catatan tersebut kemudian meluas ke ruang lingkup akademik dan menjadi aspirasi bagi pelajar-pelajar dari kepulauan- kepulaun jajahan Belanda guna memperkenalkan nama Indonesia sebagai sebutan bagi sebuah bangsa baru.
Setelah nama Indonesia mulai diperkenalkan dan menyebar luas ke seluruh penjuru dunia, menyebabkan nama Hindia Belanda menjadi kurang populer. Tersebarnya penggunaan nama Indonesia di kepulauan kita ini ternyata turut menumbuhkan kesadaran kebangsaan dari penduduk bumi-putera, terutama mereka yang bernaung di bawah organisasi pergerakan kebangsaan, sehingga tidak sedikit organisasi pergerakan kebangsaan yang muncul di awal abad XX telah menambah nama Indonesia, seperti Indische Partij pada tahun 1912 telah mengganti nama Nederlandsch-Indie dengan nama Indonesia. Pada tahun 1922 nama Indonesia dipakai oleh pelajar-pelajar yang menuntut ilmu di Negeri Belanda. tahun 1927 Ir. Soekarno mendirikan partai politik dengan nama Persyarikatan Nasional Indonesia kemudian berganti nama menjadi Partai Nasional Indonesia. Penggunaan nama Indonesia secara tegas digunakan oleh organisasi pergerakan kebangsaan setelah diadakannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta. Adapun Pemerintah Kolonial Belanda saat itu memberikan batasan penggunaan nama Indonesia karena dapat merongrong kewibawaan pemerintahan yang resmi, sehingga secara hukum bahwa nama Indonesiers hanya boleh dipakai dalam surat menyurat saja (menurut Surat Edaran
10 Oktober 1940), Setelah Undang-Undang Dasar Belanda mengalami perubahan, yang mulai diberlakukan sejak 20 September 1948, maka sebutan Nederlansch Indie secara resmi diganti dengan nama Indonesia.[ CITATION Pro12 \l 1033 ]
Tentunya sebuah bangsa yang baru ini, terangkum dari berbagai adat, suku maupun bangsa, melebur menjadi satu secara resmi setelah adanya ikrar para pemuda mewakili seluruh masyarakat awam pada masanya. Pada saat itu, belum dirumuskan terkait karakter maupun jadi diri bangsa. Kemudian, setelah perjuangan panjang membebaskan diri dari penjajahan, para pendiri bangsa mulai menggubah formulasi karakter dan jati diri bangsa Indonesia.
B. ESENSI KARAKTER BANGSA INDONESIA
Pembangunan karakter bagi bangsa merupakan hal mendasar yang harus dilalui untuk mencapai tujuan dari berbangsa maupun bernegara. Penggagas Bangsa Indonesia memahami betul kebutuhan tersebut, sehingga kemudian merumuskan konsep dengan detail dari karakter tersebut. Urgensi dari pembangunan karakter sebagai landasan dan arah atas kehidupan berbangsa dan bernegara yang berdaulat. Nantinya melalui hal itu, akan terbentuk jati diri bangsa yang diakui oleh dunia dan kehidupan bangsa yang berperadaban.
Secara filosofis, pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah kebutuhan asasi dalam proses berbangsa karena hanya bangsa yang memiliki karakter dan jati diri yang kuat yang akan eksis. Secara ideologis, pembangunan karakter merupakan upaya mengejawantahkan ideologi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Secara normatif, pembangunan karakter bangsa merupakan wujud nyata langkah mencapai tujuan negara, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;
memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Secara historis, pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah dinamika inti proses kebangsaan yang terjadi tanpa henti dalam kurun sejarah, baik pada zaman penjajahan maupun pada zaman kemerdekaan. Secara
sosiokultural, pembangunan karakter bangsa merupakan suatu keharusan dari suatu bangsa yang multikultural.[ CITATION DrT18 \l 1033 ]
Secara umum terdapat 4 hal yang menjadi alasan, setiap bangsa membangun karakternya: (a) Keinginan untuk mencapai kesatuan nasional yang terdiri atas kesatuan sosia, ekonomi, politik, agama, kebudayaan, komunikasi, dan solidaritas; (b) Keinginan untuk mencapai kemerdekaan dan kebebasan nasional sepenuhnya, yaitu bebas dari dominasi dan campur tangan bangsa asing terhadap urusan dalam negerinya; (c) Keinginan dalam kemandirian, keunggulan, individualitas, keaslian, atau kekhasan. Misalnya, menjunjung tinggi bahasa nasional yang mandiri; dan (d) Keinginan untuk menonjol (unggul) di antara bangsa-bangsa dalam mengejar kehormatan, pengaruh, dan prestise.
Buku Nationality In History and Politics karya Hertz Frederick mengungkapkan bahwa: The four national aspirations, their forms and antinomies national aspirations are composed of four elements, namely:
(1) The striving for national unity comprising political, economic, social, religious, and cultural unity, community and solidarity.
(2) The striving for national freedom, which comprises independence from foreign domination or interference, and internal freedom from forces regarded as un-national or derogatory to the nation.
(3) The striving for separateness, distinctiveness, individuality, originality, or peculiarity. The most significant example is the value attributed to a separate national language.
(4) The striving for distinction among nations, for honour, dignity, prestige and influence, which easily becomes a striving for domination. The striving for distinction is, probably, the strongest of all four aspirations, and seems to underlie them all.[ CITATION Fre44 \l 1033 ]
Esensi dari nilai-nilai karakter Bangsa Indonesia, tercantum secara umum pada falsafahnya. Lima sila yang dicetuskan oleh para pendiri bangsa ini, menjadi acuan dalam segenab dinamika kehidupan masyarakat. Didalamnya
Dalam konteks ke-Indonesiaan, karakter harus bertumpu pada kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa dan negara dengan Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai pilarnya. Pilar-pilar karakter bangsa yang harus dibangun dan menjadi tanggung jawab pendidikan dalam upaya menanamkan semangat kebangsaan dan jati diri bangsa bisa dilihat dari nilai-nilai yang terangkum dalam rumusan Pancasila.
Nilai-nilai yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila, seperti dinyatakan Anwar (2010:4), adalah: (a) Nilai transendensi, yaitu menyadari bahwa manusia merupakan ciptaan Tuhan; (b) Nilai humanisasi, bahwa setiap manusia pada hakekatnya setara di mata Tuhan kecuali ilmu dan ketakwaan yang membedakannya. Manusia diciptakan sebagai subjek yang memiliki potensi; (c) Nilai kebhinekaan, yaitu kesadaran akan ada sekian banyak perbedaan di dunia, akan tetapi mampu mengambil kesamaan untuk menumbuhkan kekuatan; (d) Nilai liberasi, yaitu pembebasan atas penindasan sesama manusia; (e) Nilai keadilan. Keadilan merupakan kunci kesejahteraan. Adil tidak berarti sama, tetapi proporsional.[ CITATION NiP20 \l 1033 ]
C. RELEVANSI JATI DIRI BANGSA DAN PENDIDIKAN ISLAM
Landasan awal dari terbentuknya jati diri suatu bangsa adalah karakter. Dengan terpenuhinya karakter-karakter yang telah disepakati, maka terbentuklah jati diri bangsa, yang natinya akan bermuara pada tersusunnya peradaban dalam catatan sejarah. Pancasila sebagai nilai-nilai dasar karakter Bangsa Indonesia memposisikan religiusitas pada urutan utama. Hal demikian, karena kesadaran yang mendalam bahwa kehidupan manusia yang dinamis dan beraneka ini tidak lain dan tidak bukan, karena eksistensi Sang Maha Pencipta.
Religiusitas ummat Islam sebagai penduduk mayoritas, memberikan konstribusi karakter terbaik bagi Bangsa Indonesia. Dasar-dasar karakter bangsa, seluruhnya termuat dalam kitab suci AlQuran sebagai pedoman hidup. Pedoman bagi setiap insan sebagai langkah awal dari setiap manusia dalam mencapai kesadaran diri guna menumbuhkan kematangan karakter dan aktualisasi
jati diri. Contohnya sila pertama Pancasila, sebagaimana terungkap dalam Surah Al Baqarah Ayat 163:
ُميإحارلا ُنَم ْحارلا َوُه الإإ َهَلإإ ال ٌدإحاَو ٌهَلإإ ْمُكُُهـَلإإَو Artinya: Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Mengacu kepada Socrates (2500) dalam buku Saefurrahman, terdapat Sembilan pilar karakter nilai-nilai luhur yang akan membentuk jati diri suatu bangsa, yaitu:
1. Cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya.
2. Tanggungjawab, kedisiplinan dan kemandirian 3. Kejujuran.
4. Hormat dan santun
5. Kasih sayang, kepedulian dan kerjasama.
6. Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah.
7. Keadilan dan kepemimpinan.
8. Baik dan rendah hati.
9. Toleransi, cinta damai dan persatuan.[ CITATION Irs20 \l 1033 ]
Guna menumbuhkan jati diri, diperlukan karakter-karakter yang terbentuk, dan hal itu bisa dicapai melalui pendidikan. Tentunya karakter-karakter yang baik merupakan ekstraksi dari ajaran yang baik pula. Demikian halnya dengan Pendidikan Islam, ajaran AlQuran, Hadist, Ijma’ dan Qiyas, dipastikan dapat menjadi solusi menumbuhkan jati diri bangsa berpondasikan pedoman- pedoman kehidupan dari Allah Azza Wa Jalla.
BAB III PENUTUP
A. SIMPULAN
Indonesia secara resmi menjadi suatu bangsa sejak 28 Oktober 1928, dalam ikrar Sumpah Pemuda. Pada awal tercetusnya Bangsa Indonesia, belum dirumuskan karakter maupun jati diri bangsa. Namun demikian, hal ini menjadi tonggak awal tumbuhnya nilai-nilai cinta bangsa dan tanah air, persatuan, menerima dan menghargai perbedaan, sikap rela berkorban, mengutamakan kepentingan bangsa, nilai semangat persaudaraan dan semangat gotong royong.
Esensi dari karakter Bangsa Indonesia tercantum secara umum pada falsafahnya. Lima sila yang dicetuskan oleh para pendiri bangsa ini, menjadi acuan dalam segenab dinamika kehidupan masyarakat. Didalamnya terrangkum agama, norma, adat, budaya serta tujuan berbangsa serta bernegara.
Jati diri Bangsa Indonesia memeiliki keterkaitan yang erat dengan nilai-nilai religius keIslaman mayoritas masyarakatnya. Pondasi karakter masyarakat yang berketuhanan yang Maha Esa, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan secara adil dan beradab, memiliki rasa persatuan, memprioritaskan permusyawatan, serta berkeadilan.
B. SARAN
Indonesia sebagai bangsa yang besar, pluralisme berbaur antar multidimensi kehidupan, membutuhkan pendidikan karakter bagi setiap individu
masyarakat. Melalui pendidikan karakter, akan terbentuk jati diri bangsa yang unggul. Kemajemukan merupakan fithrah hidup manusia, yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dan keberagaman karakter maupun jati diri, hanya dapat dipersatukan dengan nilai-nilai yang telah dirumuskan oleh penciptanya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Departemen Agama RI, “QS: 49/13,” dalam AL QURAAN DAN TERJEMAHNYA, Jakarta, PT. Bumi Restu, 1977.
[2] Prof. Dr. R. Gurniwan Kamil Pasya, M. Si, Studi Masyarakat Indonesia, Bandung:
Universitas Pendidikan Bandung, 2012.
[3] Dr. Tedi Priatna, M.Ag, Membangun Karakter Bangsa: Internalisasi Nilai-nilai Pancasila Dalam Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: CV. Insan Mandiri, 2018.
[4] Frederick Hertz, textsNationality In History and Politics, London: London Kegan Paul, Trench, Trubner and Co., Ltd., 1944.
[5] Ni Putu Suwardani, "QUO VADIS" Pendidikan Karakter: Dalam Merajut Harapan Bangsa Yang Bermartabat, Bali: UNHI PRESS, 2020.
[6] Irsan, “PENDIDIKAN KARAKTER DAN PEMBENTUKAN JATI DIRI,” MEDIKOM: Jurnal Ilmu Pendidikan dan Dakwah, vol. 2 (1), no. STAIS Lan Taboer, p. 69, 2020.