VCT Green Synergy: Optimasi Kombinasi Vitamin C (Magnesium Ascorbyl Fosfat) dan Niacinamide dengan Penyertaan Ekstrak Teh Hijau
Diusulkan oleh:
Nama Lengkap/NIS : Neesa Afrah Mazaya/20650
SMAN 1 KUDUS
KABUPATEN KUDUS KOTA KUDUS TAHUN 2023
Logo Sekolah
1. PENDAHULUAN
Kulit merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, yaitu sekitar 15% dari total berat badan. Kulit mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu perlindungan terhadap pengaruh fisika, kimia dan biologi, perlindungan terhadap dehidrasi dalam tubuh dan berperan penting dalam termoregulasi. Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutan (Kanitakis, 2002).
Secara umum, jenis kulit seseorang akan berbeda dengan orang lain karena aktivitas, suhu, kelembapan, paparan polusi, sinar matahari, serta makanan dan air yang dikonsumsi. Secara umum jenis kulit dibedakan menjadi 3 jenis yaitu kulit kering, kulit normal, dan kulit berminyak (Sinulingga dkk., 2018). Perbedaan jenis kulit inilah yang turut andil dalam terjadinya berbagai permasalahan kulit dan membuat masyarakat semakin memperhatikan perawatan kulit.
Indonesia merupakan negara yang terletak di garis khatulistiwa dan beriklim tropis.
Letak Indonesia yang berada di daerah khatulistiwa memungkinkan untuk terpapar sinar matahari dengan intensitas yang tinggi. Paparan sinar matahari dapat menyebabkan kerusakan pada kulit karena radiasi sinar ultraviolet (UV) (Rahmawati, Muflihunna, & Amalia, 2018). Selain itu, perubahan iklim yang diakibatkan oleh pemanasan global dapat menyebabkan semakin tingginya paparan sinar UV.
Sinar UV memiliki panjang gelombang 100– 400 nm dan terbagi menjadi tiga jenis yaitu: UV A (315–400 nm), UV B (280–315 nm) dan UV C (100–280 nm). Sinar UV C mampu diserap oleh ozon, uap air, oksigen, dan karbon dioksida karena lapisan ozon lebih mudah menyerap panjang gelombang UV yang pendek. Berbeda dengan sinar UV B yang hanya diserap sebagian sehingga masih dapat masuk ke bumi namun tidak dengan sinar UV A (Watson et al. 2016).
Mengingat tentang bahaya radiasi sinar UV, maka kulit perlu dilindungi meski tubuh telah menyediakan sistem perlindungan alami. Secara umum ada dua macam cara untuk melindungi kulit dari bahaya radiasi sinar UV yaitu, perlindungan secara fisik, yakni dengan memakai payung, topi lebar, baju lengan panjang, celana lengan panjang, dan lain sebagainya. Selain itu, dapat dilakukan perlindungan secara
kimiawi dengan mengoleskan produk-produk perlindungan dari sinar matahari langsung pada kulit seperti penggunaan sunscreen pada kulit (Dewi dan Neti, 2013;
Watson et al. 2016)
Saat ini, banyak permasalahan yang terjadi diantaranya pengaruh dari paparan sinar matahari yang dapat menyebabkan masalah pada kulit. Berbagai produk perawatan kulit saat ini sangat berkembang, mulai dari jenis sediaan hingga komposisi produk yang digunakan. Salah satu komposisi perawatan kulit yang sedang dikembangkan adalah Niacinamide.
Niacinamide adalah bentuk amida dari vitamin B3. Bentuk lain dari vitamin B3 termasuk niacin (asam nikotinat). Vitamin B3 adalah vitamin larut air esensial yang tidak disimpan dalam tubuh. Vitamin B3, terutama dalam bentuk niacin atau nicotinamide, ditemukan dalam berbagai macam makanan termasuk ayam, daging sapi, ikan, polongpolongan, kacang-kacangan, produk biji-bijian, jamur, ekstrak ragi dan kopi (Chen & Diona, 2014). Niacinamide memiliki beberapa manfaat khususnya pada perawatan kulit meliputi pencerah, antiaging, pemgobatan jerawat serta mengatasi Dermatitis Atopik.
Bahan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan salah satunya dalah daun teh hijau (Camellia sinensis L). Daun teh hijau dikenal sebagai tanaman yang mengandung senyawa katekin. Senyawa katekin diketahui merupakan antioksidan yang memberikan serapan pada panjang gelombang daerah UV B (290–320) yang dapat digunakan sebagai bahan aktif sediaan tabir surya (Sari MP, 2014).
2. ISI
2.1 Sifat Fisikokimia Niacinamide
Niacinamide atau dikenal sebagai Vitamin B3 (Nicotinamide, Amida Asam Nikotinat) merupakan piridin-3 bentuk amida asam karboksilat dari niasin. Zat ini merupakan vitamin yang larut dalam air dan bersumber dari makanan berupa nikotinamid, asam nikotinat dan triptofan. Niacinamide berwarna putih, berbentuk serbuk kristal, sedikit berbau dan memiliki rasa yang pahit dengan rumus kimia C6H6N2O. Struktur Kimia dari Niacinamide dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Rumus Struktur Niacinamide
Niacinamide memiliki inkompatibilitas terhadap beberapa bahan yaitu bahan yang bersifat oksidator seperti klorat, nitrat, peroksida, permanganate, perklorat, klorin, brom, fluor dan lain-lain. Selain itu Niacinamide tidak kompatibel dengan basa kuat, asam kuat, asam okso maupun epoksida.
Niacinamide merupakan zat yang relative aman, murah dan memiliki efek samping minor. Tidak ada laporan terkait teratogenisitas. Efek samping yang dirasakan yaitu mual, muntah, sakit kepala maupun kelelahan, namun hal ini jarang dilaporkan. Pengembangan sebagai sediaan topical khususnya pada kosmetik, konsentrasi yang dapat digunakan yaitu dengan rentang 0,0001%-4%
relative tidak menyebabkan iritasi serta fotosensititasi (Chen & Damian, 2014).
2.2 Mekanisme Kerja Niacinamide 2.2.1 Efek Antioksidan
Niacinamide dapat meningkatkan penurunan bentuk NAD(P) yang berpotensi sebagai antioksidan (Baumann, 2007).
Memperbaiki Fungsi Barrier Epidermal Dibuktikan dengan berkurangnya TEWL dan peningkatan resistensi kulit terhadap sediaan topikal yang berpotensi berbahaya. Niacinamide mampu memperbaiki hal tersebut melalui peningkatan sintesis ceramide melalui upregulasi serine palmitoyltransferase yang merupakan enzim pembatas laju dalam sintesis sphingolipid, dan merangsang diferensiasi keratinosit dengan mempengaruhi keratin K1 (Tanno et al., 2000).
2.3 Aplikasi Niacinamide dalam Perawatan Kulit
2.3.1 Niacinamide sebagai pencerah kulit
Niacinamide merupakan bentuk aktif dari Vitamin B3 yang dapat menghambat melanogenesis karena dapat mempengaruhi interaksi antara keratinosit dan melanosit. Proses melanogenesis merupakan proses produksi melanin melalui sel melanosit (Borovansky, 2011). Fungsi utama melanosit adalah produksi pigmen melanin. Melanosit di kulit dikelilingi oleh keratinosit (satu melanosit dikelilingi oleh sekitar 36 keratinosit) (Seiberg, 2001). Akibat terhambatnya melanogenesis maka terjadilah modulasi protease reseptor (PAR-2) yang mempengaruhi transfer melanosom ke sekitar keratinosit dan melanosit (Rozman, 2007)
2.4 Peranan Vitamin C pada kulit 2.4.1 Sifat Fisikokimia Vitamin C
Vitamin C adalah nutrien yang larut dalam air merupakan senyawa organik yang harus ada pada diet dalam jumlah tertentu untuk mempertahankan integritas dan metabolisme tubuh yang normal. Nama kimia Vitamin C dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C disentisasi dari D- glukosa dan D-galaktosa dalam tumbuh-tumbuhan dan sebagian besar hewan. Dalam keadaan kering cukup stabil, tapi dalam keadaan larut, vitamin ini mudah rusak oleh proses oksidasi terutama bila terkena panas.
Oleh karena sangat mudahnya teroksidasi oleh panas, cahaya dan logam ini maka vitamin C masuk kedalam golongan antioksidan (David, 2014) 2.4.2 Peran Vitamin C pada Hiperpigmentasi
Warna kulit manusia dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu hemoglobin, karoten dan pigmen yang disebut melanin.Ketika kulit terpapar sinar Ultraviolet (UV) dan polusi, secara alami, kulit akan membentuk melanin (zat warna) yang berfungsi melindunginya dari efek buruk yang timbul.
Penyebab terjadinya hiperpigmentasi adalah paparan sinar UV, pengaruh hormonal, contoh pada sebagian besar ibu-ibu hamil di mana saat kehamilan plasenta menghasilkan melanocyte-stimulating hormone (MSH) yaitu hormon yang merangsang pembentukan melanin, menyebabkan kulit berwarna lebih gelap dan terbentuk flek. Faktor
lainnya adalah penggunaan obat kontrasepsi, konsumsi antibiotik, obat antiepilepsi dan obat antiperadangan dalam waktu lama juga dapat memicu aktivitas melanogenesis
2.4.3 Vitamin C pada kanker kulit
Asam askorbat dan bentuknya yang telah teroksidasi (asam dehidroaskorbat) merupakan bentuk aktif, yang bereperan dalam oksidasi- reduksi dalam transfer ion H. Vitamin C sebagai antioksidan akan memberikan elektronnya untuk menetralisir radikal bebas yang reaktif.
Vitamin C juga berperan penting dalam metabolisme jaringan ikat dan banyak fungsi penting lainnya. Dalam masalah kanker vitamin C dapat mencegah konversi nitrit dan amin sekunder menjadi nitrosomin yang bersifat karsinogenik. Menurut American Cancer Research Foundation, bila suatu jenis sunscreen tidak dapat memproteksi kulit dari kerusakan akibat radikal bebas yang bersumber dari UV, penambahan antioksidan baik vitamin E asetat, vitamin E alkohol, dan Na- askorbil fosfat (vitamin C yang stabil) dapat menambah daya proteksi sunscreen tersebut. Didalam kulit ada enzim alami yang memecah gugus fosfat dan membentuk reservoir vitamin C
2.5 Teh Hijau sebagai antibakteri
Pada terapi acne, zat aktif katekin dalam daun teh hijau berfungsi sebagai antibakteri yang dapat digunakan untuk membunuh bakteri jerawat. Namun sampai saat ini belum ada produk formulasi topikal dari ekstrak etanolik daun teh hijau yang dikhususkan untuk pengobatan jerawat dalam bentuk krim yang dijual di Indonesia. Selama ini masyarakat mengenal daun teh hijau sebagai anti acne dalam bentuk tradisional seperti menggunakan daun teh hijau yang diminum setiap hari. Adapula formulasi dari ekstrak daun teh hijau yang digunakan untuk kulit seperti pembersih muka, sabun mandi, handbody lotion dan lulur mandi. Sebagian besar masyarakat menginginkan adanya formulasi pengobatan jerawat dalam bentuk yang praktis dan mudah digunakan. (Widyaningrum, 2012)
Hasil yang diperoleh dari uji mikrobiologi adalah zona yang terlihat pada media uji atau media Mueller-Hinton yaitu zona radikal, artinya bahwa krim ekstrak etanolik daun teh hijau bersifat membunuh bakteri Staphylococcus aureus. Semakin besar konsentrasi ekstrak etanolik daun teh hijau maka semakin besar pula dalam membunuh bakteri. Sama halnya dengan krim ekstrak etanolik daun teh hijau dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi krim ekstrak etanolik daun teh hijau, semakin besar pula dalam membunuh bakteri Staphylococcus aureus.
(Widyaningrum, 2012)
3. PENUTUP
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa kombinasi Vitamin C (Magnesium Ascorbyl Fosfat) dan Niacinamide dengan ekstrak Teh Hijau dalam produk VCT Green Synergy memiliki potensi untuk memberikan manfaat sinergis pada perawatan kulit. Hasil eksperimen menunjukkan peningkatan dalam hal hidrasi, peningkatan kadar kolagen, dan pengurangan kerusakan akibat paparan sinar UV. Meskipun demikian, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami efek jangka panjang dan interaksi pada berbagai jenis kulit serta kemungkinan efek samping yang mungkin muncul.
DAFTAR PUSTAKA
Aspadiah, V., Zubaydah, W. O. S., Indalifiany, A., & Muliadi, R. (2023). Perawatan Kulit dengan Niacinamide Sebagai Bahan Aktif: A Review: Skin Care with Niacinamide as Active Substance. Lansau: Jurnal Ilmu Kefarmasian, 1(1), 69-76.
Chen, A. C., & Damian, D. L. (2014). Nicotinamide and the skin. The Australasian journal of dermatology, 55(3), 169–175.
Dewi, M., & Neti, S. (2013). AZ tentang Kosmetik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Kanitakis J. (2002). Anatomy, histology and immunohistochemistry of normal human skin. European journal of dermatology : EJD, 12(4), 390–401.
Pakaya, D. (2014). Peranan Vitamin C pada kulit. Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, 1(2), 45-54.
Rahmawati, R., Muflihunna, A., & Amalia, M. (2018). Analisis aktivitas perlindungan sinar uv sari buah sirsak (annona muricata l.) berdasarkan nilai Sun Protection Factor (SPF) secara spektrofotometri UV-VIS. Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 5(2), 284-288.
Sari, M. P. (2014). Formulasi Krim Tabir Surya Fraksi Etil Asetat Kulit Pisang Ambon Putih (Musa AAA Group) dan Penentuan Nilaifaktor Pelindung Surya (FPS) Fraksi Etil Asetat Secara In Vitro. Program Studi Farmasi. Universitas Islam Bandung.
Sinulingga, E. H., Budiastuti, A., & Widodo, A. (2018). EFEKTIVITAS MADU DALAM FORMULASI PELEMBAP PADA KULIT KERING. Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal), 7(1), 146-157.
Sutarna, T. H., Alatas, F., & Al Hakim, N. A. (2016). Pemanfaatan Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia Sinensis L) Sebagai Bahan Aktif Pembuatan Sediaan Krim Tabir Surya. Kartika: Jurnal Ilmiah Farmasi, 4(2), 32-35.
Watson, M., Holman, D. M., & Maguire-Eisen, M. (2016, August). Ultraviolet radiation exposure and its impact on skin cancer risk. In Seminars in oncology nursing (Vol. 32, No. 3, pp. 241-254). WB Saunders.
Widyaningrum, N., Murrukmihadi, M., & Ekawati, S. K. (2012). Pengaruh konsentrasi ekstrak etanolik Daun Teh Hijau (Camellia Sinesis L.) dalam sediaan krim
terhadap sifat fisik dan aktivitas antibakteri. Sains Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 4(2), 147-156.
1
2
22222222
1111111111111