• Tidak ada hasil yang ditemukan

karya ilmiah akhir ners ( kian )

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "karya ilmiah akhir ners ( kian )"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

Tujuan penulis membuat karya tulis tugas akhir untuk perawat ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar perawat pada program studi keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Perintis Indonesia. Selaku ketua program studi keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis untuk memperoleh syarat-syarat guna menyelesaikan karya ilmiah akhir Nes ini.

KARYA ILMIAH AKHIR NERS ( KIAN )

JUDUL

PENERAPAN PENGATURAN POSISI SEMI FOWLER PADA TN.I PADA PASIEN ASMA DI RUANG RAWAT

OLEH

HARTATI SUKMA NIM : 1914901811

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TAHUN AJARAN 2020/2021

Latar Belakang

Prevalensi asma di Indonesia meningkat dari 5,4% pada tahun 2003 menjadi 5,7% pada tahun 2013 (dari total penyakit tidak menular) dan sebagian besar penderita asma di Indonesia berusia <40 tahun (RISKESDAS, 2013). Kasus asma terbesar di Sumatera Barat terdapat di Kota Dharmasraya, jumlah penderita asma tahun 2018 di Dhamasraya sebanyak 17.670 kasus.

Tujuan

  • Definisi
  • Anatomi fisiologi dan sistem pernafasan
  • Klasifikasi dan derajat asma
  • Etiologi
  • Patofisiologis
  • Manifestasi klinis
  • Komplikasi
  • Penatalaksanaan

Bronkus terdiri dari bronkus utama kanan dan bronkus utama kiri. e) Paru-paru.. paru-paru merupakan salah satu organ terpenting dalam sistem pernafasan. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini hemoglobin 95 persen teroksigenasi.

Tabel 2.1  Pengobatan sesuai berat asma (Nurarif, 2015)  Berat
Tabel 2.1 Pengobatan sesuai berat asma (Nurarif, 2015) Berat

Defisit nutrisi

Definisi Posisi Semi Fowler

Menurut Aziz Alimul (2008), posisi semi bird catcher adalah posisi dimana kepala tempat tidur ditinggikan 45 derajat dan lutut klien sedikit dinaikkan tanpa tekanan untuk membatasi sirkulasi pada ekstremitas bawah. Posisi semi fowler atau posisi setengah duduk adalah posisi di tempat tidur dengan kepala dan badan ditinggikan dan lutut dapat ditekuk atau tidak ditekuk.

Tujuan posisi semi fowler

Prosedur pengaturan posisi semi fowler

Indikasi pemberian posisi semi fowler

Kontrak indikasi pemberian posisi semi fowler a. Klien dengan pembedahan spinal

Menurut hasil penelitian Mera Delima, Kalpana Kartika dan Dewi Deswita (2018) dalam penelitiannya “Pengaruh posisi terhadap waktu pemulihan pasien pasca operasi dengan anestesi umum di ruang pemulihan RSAM Bukittinggi” Diketahui rata-rata lama pemulihan pasien yaitu setiap 15-30 menit. Dari hasil evaluasi tersebut, ditemukan bahwa 95% menganggap rata-rata waktu pemulihan untuk pasien yang diposisikan setiap 15–30 menit adalah 1,02–2,32.

Implementasi Keperawatan

Evaluasi

Identitas Klien

Pasien masuk rumah sakit melalui unit gawat darurat pada 4 Maret 2021 pukul 23:35 WIB dengan keluhan sesak nafas, batuk sejak 2 hari yang lalu, sulit tidur malam dan sering terjaga saat tidur serta tidak nafsu makan dan berat badan menurun. Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan klien. Pasien mengatakan orang tuanya sudah lama meninggal, tetapi orang tua istrinya masih hidup.

Obat-obatan: pasien mengatakan bahwa ia tidak minum obat secara teratur, hanya saja ketika demam dan sakit kepala klien membeli obat seperti paracemol dari toko.

Pengkajian Fisik umum a. Kepala

Mulut tampak bersih, gigi seri masih lengkap, tetapi gigi geraham bawah sudah rontok, bibir agak kecokelatan, tidak ada stomatitis, dan tidak ada kesulitan menelan. Inspeksi: dada tampak simetris, tidak ada lesi pada thorax, ritme pernapasan tidak teratur dan pola pernapasan cepat dan dangkal, dan terdapat retraksi ringan pada dada. Palpasi : tidak teraba benjolan di dada, suhu terasa sama antara kiri dan kanan, saat di palpasi kanalis premetus bergetar sedikit lemah di dada kanan.

Perkusi : pada perkusi terdengar bunyi vesikular di daerah jantung Auskultasi : bila diauskultasi, jantung berbunyi teratur. Pemeriksaan : perut tampak rata, tidak ada benjolan atau bengkak yang terlihat di perut, tidak ada bekas operasi atau bekas luka di perut. Palpasi : tidak teraba massa/bengkak, hati dan limpa tidak teraba, tidak ada nyeri tekan atau sekret di daerah perut. J.

Kondisi alat kelamin baik, tidak dipasang kateter, klien BAK menggunakan pispot yang disediakan pihak rumah sakit.

Hasil Pemeriksaan Diagnostik

Penggunaan viccillin (ampici llin) adalah untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang peka terhadap ampisilin seperti infeksi saluran pernapasan: otitis media akut, faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus, faringitis, sinusitis.

Tabel 4: Terapi Yang Diberikan
Tabel 4: Terapi Yang Diberikan

ANALISA DATA

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan benda asing di jalan nafas, sekret yang tertahan, proses infeksi, dibuktikan dengan batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk, sputum berlebihan. Kekurangan gizi yang berhubungan dengan asupan makanan yang tidak cukup, dibuktikan dengan penurunan berat badan minimal 10% di bawah batas ideal, bunyi usus hiperaktif, otot pengunyahan lemah, otot menelan lemah, selaput lendir pucat, sariawan, penurunan serum albumin, rambut rontok berlebihan, diare. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan, kurang kontrol tidur yang dibuktikan dengan keluhan sulit tidur, keluhan sering terbangun, keluhan tidak puas tidur, keluhan pola tidur berubah, keluhan kurang istirahat.

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan benda asing di jalan nafas, dibuktikan dengan batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk, sputum berlebihan/sumbatan jalan nafas/mekonium jalan nafas, mengi, mengi dan krekels kering, ansietas, sianosis, penurunan frekuensi nafas, perubahan pola nafas, perubahan pola nafas. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan memiringkan kepala dan mengangkat dagu (rahang dorong jika diduga trauma. Serviks. 2 Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan, didokumentasikan dengan penurunan berat badan minimal 10% di bawah kisaran ideal, bunyi usus hiperaktif, otot pengunyahan lemah, otot menelan lemah, rongga mulut melemah, selaput lendir melemah, rambut mulut melemah, diare.

Pelajari faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (misalnya psikologis, gaya hidup, kerja shift yang sering). 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan benda asing di jalan nafas, dibuktikan dengan batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk, sputum berlebihan/sumbatan jalan nafas/mekonium jalan nafas, mengi, mengi dan ronki kering, gelisah, sianosis, perubahan frekuensi nafas, perubahan, pernafasan.

Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan benda asing di jalan napas, dibuktikan dengan batuk tidak efektif atau ketidakmampuan batuk, sputum berlebihan/obstruksi jalan napas/mekonium dalam perjalanan. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur, dibuktikan dengan keluhan sulit tidur, keluhan sering terbangun, keluhan tidak puas tidur, keluhan pola tidur berubah, keluhan istirahat kurang. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur, dibuktikan dengan keluhan sulit tidur, keluhan sering terbangun, keluhan tidak puas tidur, keluhan pola tidur berubah, keluhan istirahat kurang.

Analisis pengkajian, diagnosis, intervensi, imlementasi, evaluasi dan penerapan posisi semi fowler dengan Konsep Kasus terkait

  • Pengkajian
  • Diagnosis keperawatan
  • Intervensi keperawatan
  • Implementasi
  • Evaluasi
  • Penerapan posisis semi fowler

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan benda asing di jalan nafas, retensi sekret, proses infeksi yang dibuktikan dengan batuk yang tidak efektif atau ketidakmampuan untuk mengeluarkan dahak, sputum berlebihan/sumbatan jalan nafas. Masalah keperawatan yang pertama pada klien adalah bersihan jalan nafas tidak efektif dan tindakan yang dilakukan adalah manajemen jalan nafas. Secara teoritis diagnosis yang sering terjadi pada pasien asma dengan gangguan sistem pernafasan adalah bersihan jalan nafas tidak efektif (Nurarif & Kusuma, 2015).

Diagnosa keperawatan yang berfokus pada masalah ini adalah bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang tertahan. Dalam Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, bersihan jalan napas tidak efektif termasuk dalam kategori fisiologis dengan subkategori respiratori (PPNI, 2016). Saat diagnosis Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan benda asing di jalan napas, retensi sekret, proses infeksi, dibuktikan dengan batuk tidak efektif atau ketidakmampuan batuk, sputum berlebihan/sumbatan di saluran napas.

Untuk masalah bersihan jalan nafas : Pada hari pertama klien masih mengatakan sesak nafas, masih menggunakan otot bantu lubang hidung untuk bernafas, nafas masih cepat dan dangkal, dan pada hari kedua klien masih mengatakan sesak nafas, dan pada hari ketiga klien mengatakan sesak nafas mulai berkurang sehingga masalah bersihan jalan nafas klien teratasi sebagian. Dari ketiga masalah keperawatan di atas, penulis menerapkan Posisi Semi-Fowler dalam Pemberian Asuhan Keperawatan pada pasien ASMA dengan bersihan jalan napas tidak efektif.

Analisis Intervensi Inovasi dengan Konsep dan Penelitian Terkait Intervensi inovasi yang di lakukan pada kasus diatas adalah penerpan Intervensi inovasi yang di lakukan pada kasus diatas adalah penerpan

Menurut Aziz Alimul (2008), posisi semi fowler bertujuan untuk memberikan kenyamanan pasien, memudahkan fungsi pernafasan, mobilitas, memberikan rasa lega pada pasien yang sesak nafas. Posisi semi fowler dengan kemiringan 45° yaitu dengan menggunakan gravitasi untuk membantu mengembangkan paru-paru dan mengurangi tekanan lambung pada diafragma sehingga oksigen di dalam paru-paru meningkat (Supadi, dkk., 2008). Salah satu intervensi mandiri yang dapat dilakukan pada pasien asma untuk memaksimalkan ventilasi paru dan mengurangi dispnea adalah dengan memberikan posisi semi fowler.

Posisi Semi-Fowler mengandalkan gaya gravitasi untuk membantu melunakkan saluran udara di paru-paru sehingga oksigen dapat masuk dengan mudah. Pemberian posisi semi fowler pada pasien asma telah dilakukan sebagai salah satu cara untuk membantu mengurangi mengi. Posisi Semi Fowler biasanya diberikan pada pasien sesak nafas yang beresiko mengalami penurunan saturasi oksigen, seperti pasien tuberkulosis paru, asma,

Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Majampoh, Randonuwu dan Onibala (2013) dengan judul pengaruh posisi semi fowler terhadap kestabilan pola nafas pada penderita tuberkulosis paru. Hasil penelitiannya terdapat perubahan setelah pemberian posisi half fowler terhadap stabilitas pola nafas pada pasien tuberkulosis paru yang dirawat inap, hal ini menunjukkan adanya pengaruh pemberian posisi half fowler terhadap penurunan laju pernafasan (RR).

Alternatif Perencanaan yang dapat dilakukan

Setelah melakukan tindakan asuhan keperawatan langsung pada Bapak H dengan Azma pada tanggal 5-8 Maret 2021, dapat ditarik beberapa kesimpulan dan dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pemberi asuhan keperawatan pada pasien Azma. Asuhan keperawatan pada pasien Tn H dengan asma diawali dengan asesmen yang komprehensif, yang diawali dengan data yang akan dinilai seperti data pasien, riwayat kesehatan : riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu dan riwayat kesehatan keluarga, selanjutnya dilakukan pemeriksaan head to toe mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah. Sesuai dengan data subjektif dan data objektif yang ditemukan pada Bapak H, ditemukan adanya ketidaksesuaian antara konsep teoritis dan kenyataan.

Seperti pada keperawatan teoritis didapatkan 8 diagnosa keperawatan, namun pada kasus diagnosa keperawatan hanya didapatkan 3 diagnosa keperawatan sesuai dengan data objektif dan data objektif yang diperoleh dari pasien, keluarga pasien dan buku status pasien. Pembersihan jalan napas terkait dengan benda asing di saluran udara, sekresi yang tertahan, proses infeksi, didokumentasikan dengan batuk. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan, kurang kontrol tidur yang dibuktikan dengan keluhan sulit tidur, keluhan sering terbangun, keluhan tidak puas tidur, keluhan pola tidur berubah, keluhan kurang istirahat.

H konsisten dengan diagnosa keperawatan yang diterima dan salah satu intervensi yang diterapkan pada masalah bersihan jalan nafas tidak efektif adalah dengan memberikan posisi semi fowler dalam mengurangi dispnea klien d. Implementasi yang dilakukan pada klien selama perawatan di ruang paru menunjukkan kemajuan, sehingga masalah yang ditemukan pada pasien dalam waktu 4 hari pelaksanaan menunjukkan perubahan dan masalah dapat teratasi.

Saran

Gambar

Tabel 2.1  Pengobatan sesuai berat asma (Nurarif, 2015)  Berat
Gambar 2.2 Gambar Posisi Semi Fowler
Tabel 3 : Data Laboratorium         Tanggal 05 Maret 2021
Tabel 4: Terapi Yang Diberikan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Berapa besar biaya produksi, pendapatan dari usaha pengolahan kopi arabika dan untuk menganalisis nilai tambah yang