• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN UROLITHIASIS DI RUANG FLAMBOYAN B RSUD Dr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "(1)KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN UROLITHIASIS DI RUANG FLAMBOYAN B RSUD Dr"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

  • Tujuan umum
  • Tujuan khusus

Manfaat Penelitian

  • Bagi peneliti
  • Bagi tempat penelitian
  • Bagi perkembangan ilmu keperawatan

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Etiologi

Anatomi

Ureter memiliki panjang sekitar 20 – 30 cm dengan diameter rata-rata sekitar 0,5 cm dan diameter maksimum sekitar 1,7 cm, terletak di dekat kandung kemih. Kandung kemih adalah organ berongga yang terletak di rongga panggul di belakang simfisis pubis. Ketika kandung kemih terisi dengan urin, maka akan berkembang menjadi bentuk buah pir yang menonjol ke arah rongga perut.

Fisiologi

Tugas utama ginjal adalah mengatur jumlah air dalam darah, menyaring bahan sisa atau sisa metabolisme tubuh, memproduksi hormon yang mengontrol tekanan darah dan produksi sel darah merah, serta mengatur pH atau tingkat keasaman tubuh. darah. Jika kandung kemih terisi penuh dengan urin, maka akan timbul keinginan untuk buang air kecil. Uretra atau saluran kemih merupakan saluran yang menghubungkan kandung kemih dengan bukaan saluran kemih di ujung penis atau vagina (Adrian, 2020).

Patofisiologi

PH urin yang rendah diduga menyebabkan kalsifikasi asam urat melalui kimia asam basa dan kelarutan asam urat. Konsentrasi urat yang tinggi dapat menyebabkan pengendapan asam urat dan monosodium urat akibat terbatasnya kelarutan asam urat. Urine mengandung faktor yang menghambat terbentuknya kristal, yaitu kristalisasi asam urat dan pembentukan batu.

Meskipun DNA ini mengkode empat jenis protein penyambungan alternatif, ini hanya satu petunjuk perkembangan batu asam urat (Abou-Elela, 2017).

Manifestasi klinis

Studi menunjukkan kadar GAG yang jauh lebih rendah dalam urin pembentuk asam urat. Nyeri kolik terjadi akibat stagnasi batu di saluran kemih sehingga mengakibatkan resistensi dan iritabilitas pada jaringan di sekitarnya. Nyeri kolik juga disebabkan oleh peningkatan aktivitas peristaltik otot polos sistem kelopak atau ureter dalam upaya mengeluarkan batu di saluran kemih.

Hematuria tidak selalu terjadi pada penderita urolitiasis, namun bila lesi terjadi pada saluran kemih, terutama ginjal, seringkali menyebabkan hematuria.

Komplikasi

Pielonefritis kronis ditandai dengan peradangan dan fibrosis pada ginjal yang disebabkan oleh infeksi ginjal berulang atau persisten, refluks vesikoureteral (aliran urin yang mengalir kembali ke ginjal), atau penyebab lain dari penyumbatan saluran kemih. Gagal ginjal akut adalah suatu kondisi di mana ginjal tiba-tiba tidak mampu menyaring produk limbah dari darah. Pielonefritis emfisematous (EPN) adalah infeksi nekrotikans yang ditandai dengan gas di parenkim ginjal, demam tinggi, leukositosis, dan nyeri pinggang.

Pencegahan dan penanganan

Tindakan promosi yang dapat dilakukan adalah dengan mengedukasi keluarga untuk hidup sehat, menjaga pola makan, mengubah lingkungan dan berperilaku atau gaya hidup sehat. Sementara itu, upaya preventif yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi faktor risiko penyebab Urolitiasis, pentingnya pola makan vegetarian secara umum dengan mengurangi asupan daging dan lemak, mengurangi konsumsi makanan yang mengandung purin untuk mengurangi risiko pembentukan batu. terhadap penumpukan asam urat, mengonsumsi air lebih dari 2 liter per hari, aktif secara fisik dan menjalani gaya hidup sehat berpotensi mencegah urolitiasis dan kekambuhan (Boarin, et al., 2018). Pasien yang didiagnosis menderita urolitiasis dapat menjalani prosedur bedah atau non-bedah.

Sedangkan pengobatan non bedah adalah pelarutan batu empedu dengan menggunakan extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL), ureteroscopic lithotripsy (URS), perkutan nephrolithotripsy (PNL) dan retrograde intrarenal Surgery (RIRS).

Pemeriksaan diagnostik

Ada banyak pemeriksaan penunjang yang membantu memastikan diagnosis urolitiasis, salah satunya adalah pemeriksaan radiologi dengan CT. Menurut European Society of Urogenital Radiology, CT-Scan Urography (CTU) merupakan alat transparan dengan hasil pencitraan yang lebih baik dibandingkan dengan alat lain seperti foto konvensional dan USG. CTU dapat dilakukan dengan atau tanpa kontras, namun untuk membantu diagnosis urolitiasis, pemeriksaan biasanya tidak memerlukan kontras karena batu sudah terlihat jelas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil CT scan tanpa kontras pada pasien batu saluran kemih.

Pathway

Konsep masalah keperawatan

  • Pengertian diagnosa keperawatan
  • Kriteria mayor dan minor
  • Kondisi klinis terkait

Konsep asuhan keperawatan

  • Pengkajian
  • Diagnosa keperawatan
  • Intervensi keperawatan
  • Implementasi keperawatan
  • Evaluasi keperawatan

Namun, peningkatan tekanan darah bersifat sementara dan tekanan darah akan kembali normal setelah rasa sakitnya hilang. Menurut (Afif, 2018), tekanan arteri rata-rata adalah rata-rata tekanan arteri selama satu siklus detak jantung yang diperoleh dari pengukuran tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Pada perhitungan MAP akan diperoleh gambaran penting tekanan darah yaitu tekanan sistolik adalah tekanan maksimum pada saat darah dipompa dari ventrikel kiri, batas normal tekanan sistolik adalah 120 mmHg, tekanan diastolik adalah tekanan darah pada saat relaksasi, normalnya batas tekanan diastolik adalah 80 mmHg.

Intervensi keperawatan yang umum terjadi pada pasien urolitiasis pasca operasi menggunakan standar keperawatan Indonesia (TIM POKJA SIKI DPP PPNI, 2018). Jika perlu, konsultasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan. Dalam pelaksanaannya terdapat struktur dan tatanan pelaksanaan yang akan mengatur kegiatan pelaksanaan sesuai dengan diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan tertentu.

Penilaian formatif ini dilakukan segera setelah perawat melaksanakan rencana keperawatan untuk mengevaluasi efektivitas tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.Rumusan penilaian formatif ini mencakup 4 komponen yang dikenal dengan SOAP yaitu subjektif, objektif, analisis data dan perencanaan. Evaluasi merupakan suatu tindakan intelektual untuk menyelesaikan proses keperawatan yang menunjukkan sejauh mana diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan telah berhasil dicapai. Tujuan pengkajian adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan, hal ini dapat dilakukan dengan menciptakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan.

Tabel 2.1 Intervensi Nyeri Akut pre operatif
Tabel 2.1 Intervensi Nyeri Akut pre operatif

Pendekatan atau desain penelitian

Pasien mengatakan bahwa dia datang ke IRD dari klinik urologi dengan mengatakan bahwa dia merasakan nyeri di pinggang sebelah kanan, nyeri BAK. Q : Pasien mengatakan nyerinya terasa seperti berdenyut R : Lesi pada ureter S : Dengan skala nyeri 5 T : Nyeri datang dan pergi A. P : Pasien mengatakan nyeri setelah operasi Q : Pasien mengatakan nyeri terasa seperti berdenyut R : Lesi pada ureter S : Skala nyeri 5 T : Pasien mengatakan nyeri datang dan pergi b.

P: Kata pasien ada nyeri pasca operasi. Q : Kata pasien nyerinya seperti berdenyut-denyut R : Lesi pada ureter S : Skala nyeri 5 T : Pasien mengatakan nyeri datang dan pergi Do. P : Pasien mengatakan ada nyeri pasca operasi Q : Pasien mengatakan nyeri seperti berdenyut R : Lesi pada ureter S : Skala nyeri 3 T : Pasien mengatakan nyeri datang dan pergi. P: Kata pasien ada nyeri pasca operasi. Q : Kata pasien nyerinya seperti berdenyut-denyut R : Lesi pada ureter S : Skala nyeri 1 T : Pasien mengatakan nyeri datang dan pergi Do.

S : Skala nyeri 3 T : Pasien mengatakan nyeri datang dan pergi 2) Pasien mengatakan. Dapat mengontrol nyeri dengan teknik relaksasi nafas dalam. S : Skala nyeri 1 T : Pasien mengatakan nyeri datang dan pergi 2) Pasien mengatakan.. sedikit nyeri/nyeri saat disuntik obat pereda nyeri. Pertanyaan : Pasien mengatakan nyerinya seperti diketuk R : Lesi pada ureter S : Skala nyeri 5 T : Pasien mengatakan nyeri datang dan pergi 2) Pasien mengatakan mengerti.

Q : Pasien bilang nyerinya seperti berdenyut R : Lesi di ureter S : Skala nyeri 3 T : Pasien bilang nyerinya datang dan pergi 2) Pasien bilang sedikit...nyeri/nyeri bila diberi obat pereda nyeri disuntikkan. Q : Pasien mengatakan nyerinya seperti berdenyut R : Lesi pada ureter S : Skala nyeri 1 T : Pasien mengatakan nyeri datang dan pergi 2) Pasien mengatakan tidak.

Subjek penelitian

Batasan istilah (Definisi operasional)

Definisi operasional menjelaskan segala istilah yang digunakan dan batasannya terkait dengan judul penelitian “ASUHAN KEPERAWATAN Klien Urolitiasis di RSUD dr. Asuhan keperawatan merupakan keseluruhan rangkaian proses keperawatan yang diberikan kepada pasien secara berkesinambungan disertai nasehat keperawatan. Dalam proses pengobatan, asuhan keperawatan dilaksanakan dalam beberapa tahapan yang meliputi Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan (Intervensi), Implementasi (Implementasi), Evaluasi (formatif/prosesif dan sumatif).

Urolitiasis adalah proses pembentukan batu di berbagai bagian saluran kemih, termasuk ginjal, ureter, dan uretra. Urolitiasis adalah suatu kondisi yang terjadi ketika batu-batu ini meninggalkan ginjal dan berpindah ke bagian lain dari sistem pengumpulan urin, termasuk ureter, kandung kemih, dan uretra. Untuk mengetahui penyakitnya dapat melihat dari rekam medis yang tercatat di ruangan dan menyatakan bahwa pasien didiagnosis menderita batu pada saluran kemih seperti batu ginjal, batu ureter, dan batu uretra.

Lokasi dan waktu penelitian

Prosedur penelitian

Setelah disetujui oleh penguji, penelitian dilanjutkan dengan kegiatan permohonan izin pengumpulan data di lokasi penelitian. Kegiatan penelitian dilanjutkan dengan menemui responden yang akan dijadikan subjek penelitian untuk menjelaskan maksud, tujuan dan manfaat penelitian serta meminta informed consent.

Teknik dan instrument pengumpulan data

Alat atau instrumen pengumpul data menggunakan formulir keperawatan dewasa sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Politeknik Kesehatan Kemenkes Kalimantan Timur.

Uji keabsahan data

Pada pemeriksaan fisik pereda nyeri pada kedua pasien dinilai nyerinya dengan menggunakan PQRST, dimana didapatkan pasien 1 mengatakan nyeri akibat luka pasca operasi seperti ditusuk, nyeri pada perut kanan hingga pinggang menjalar. , dengan skala nyeri 4 dan nyeri terasa intermiten. Sedangkan pasien 2 dilakukan penilaian kenyamanan nyeri dengan PQRST yang ditemukan pada pasien 2 yang melaporkan nyeri pasca operasi seperti berdenyut, nyeri akibat lesi pada ureter, nyeri skala 5 dengan nyeri intermiten.

Analisa data

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran lokasi penelitian

Ruang Flamboyan B merupakan ruangan yang dikhususkan untuk menangani klien dengan kasus bedah dan non bedah. Batas-batas Ruang Flamboyan B adalah sebagai berikut: di sebelah timur berbatasan dengan Ruang Flamboyan A, di sebelah selatan adalah gudang dan tangga menuju lantai dua, di sebelah utara berbatasan dengan Ruang Flamboyan A dan E, dan di sebelah barat berbatasan dengan Ruang Flamboyan. C. Gedung Flamboyan Ruang B, terdiri dari 8 kamar tidur dengan kapasitas 32 tempat tidur, 1 ruang operasi, 1 ruang sakit, 1 ruang perawat, 1 pantry dan 1 ruang penyimpanan.

Kasus yang dirawat di ruang Flamboyan B antara lain kasus gagal ginjal kronik, penyakit paru obstruktif kronik, diabetes melitus, efusi pleura, kolelitiasis, laparotomi, patah tulang, CHF, CKR, abses hepar, batu ginjal, batu ureter.

Data asuhan keperawatan

Pembahasan

  • Perencanaan keperawatan

Pada data pemeriksaan fisik, kondisi umum pasien 1 dan pasien 2 tidak menunjukkan kelainan atau kelainan. Pada pasien 1 diagnosis gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, menurut peneliti tanda terpenting didapat dari diagnosis SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia), dimana tanda terpenting terdapat pada pasien 1 yaitu. Pada pengkajian ditemukan data obyektif pada pasien 1 yaitu adanya luka operasi pada perut bagian kanan.

Berdasarkan penelitian berdasarkan hasil uji Wilcoxon terdapat pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien pasca operasi dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien pasca operasi. Jadi menurut peneliti teknik relaksasi nafas dalam non farmakologi efektif diterapkan pada pasien untuk mengurangi nyeri pada pasien pasca operasi.

Tindakan intervensi risiko infeksi yang ditetapkan untuk Pasien 1: Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya. Menurut peneliti, mobilisasi dini pasien pasca operasi sangat penting untuk menormalkan fungsi tubuh secara bertahap. Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada pasien 1 dan pasien 2 pada pasien pasca urolitiasis di Ruang Flamboyan B RSUD, Dr.

Menurut teori yang disampaikan peneliti pada bab sebelumnya, terdapat 4 diagnosa keperawatan yang biasa terjadi pada pasien pasca operasi. Hasil evaluasi yang dilakukan peneliti terhadap pasien 1 dan 2 menunjukkan bahwa permasalahan yang dialami kedua pasien telah teratasi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran penerapan Teori Asuhan Keperawatan pada pasien Urolitiasis Pasca Operasi secara langsung.

Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien pasca operasi usus buntu di Ruang Nyi Ageng Serang RS Sekarwangi 107.

Gambar

Gambar 1.1 Saluran Kemih
Tabel 2.1 Intervensi Nyeri Akut pre operatif
Tabel 2.3 Intervensi Defisit Nutrisi pre operatif
Tabel 2.4 Intervensi Ansietas pre operatif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Formulir Evaluasi Atas Capaian Luaran Kegiatan Formulir Evaluasi Atas Capaian Luaran Kegiatan dilampiri dengan bukti pendukung: - Bukti pendukung 1 artikel telah di kirim submitted ke