Jawaban Thaba>thaba>'i> terhadap ayat ini bersifat mutlak dalam konteks mut'ah dan kebolehannya. Karena bacaan Thaba>thaba>'i> tidak menyinggung nasyakh Mansukh, baik dari segi teks Al-Qur'an maupun dari segi hadis mut'ah. Kemudian konteks ini mengontekstualisasikan Thaba>thaba>'i> berdasarkan pembacaan kembali hadis-hadis mut'ah dalam konteks makna idealnya.
Kata kunci: Matan hadith mut‟ah dan bacaan ufuk Thaba>thaba>'i>.
Latar Belakang
Thaba>thaba>'i> dikenal sebagai ulama yang menguasai berbagai disiplin ilmu seperti tafsir, hadis, filsafat dan fiqh, serta dikenal sebagai pemikir yang sangat maju.2 Thaba>thaba>'i> dengan demikian merupakan eksponen ilmu makna historisitas Al-Qur'an 'ana dan mengungkap makna historis hadis, Thaba>thaba>'i> memahaminya dari berbagai sudut pandang dan memperhatikan di mana teks tersebut ditafsirkan dan dikontekstualisasikan. Dengan demikian, perdebatan mengenai hadis mut'ah telah melahirkan perdebatan tiada akhir antara ulama Sunni dan Syiah dalam bidang hadis. Berbagai perdebatan yang muncul mengenai hadis mut'ah berangkat dari normativitas teks Al-Qur'an16 dan normativitas teks hadis Nabi Muhammad SAW sebagai alat rujukan dan cenderung menafsirkan dari penafsir yang berbeda dalilnya dan dari sudut pandang penafsir. sudut pandang yang berbeda.
16 Muhammad Said al-Asmawi, Permasalahan dan Penerapan Syariat Islam dalam Hukum, trans. madzhab, baik Sunni maupun Syiah. Sebagai salah satu pemikir atau ulama Syiah, ia menuliskan pemikirannya mengenai hadis-hadis terkait mut'ah yang dikodifikasikan dalam karyanya yaitu “al-Mi>za>n fî”. Tafsi>r Al-Qur'an". Dalam tafsir ini Thabe>thaba>'i> mencoba menjelaskan meta-hadits terkait mut'ah dengan menghadirkan hadits-hadits yang juga menjadi landasan hadits-hadits yang banyak digunakan oleh para ulama atau pemikir Sunni. Fakta tersebut kemudian membuat penulis tertarik untuk meneliti Thabe>thabe>'i> mengenai makna hadis mut'ah.
Ketertarikan ini, selain didasari oleh kenyataan bahwa Thaba>thaba>'i>. menggunakan hadits yang juga digunakan oleh ulama sunni, namun juga beranggapan bahwa Thaba>thaba>'i> mengutip hadits mut'ah ulama syiah dan merupakan ulama tafsir sekaligus ulama hadis yang mempunyai sisi pemahaman lain pada umumnya. .17 Kenyataan ini tentunya menimbulkan pertanyaan tentang cakrawala pemikiran dan pengambilan hadis Thaba>thaba>'i>, bahkan pertanyaan selanjutnya adalah sejauh mana dalam memahami dan menganalisis cakrawala hadis mut'ah. Untuk itu penelitian ini akan mencoba melakukan kajian terhadap pemikiran dan kolaborasi Thaba>thaba>'i> dalam cakrawala tradisi mut'ah yang dikodifikasikan secara khusus, khususnya dalam upaya menemukan pemikiran dan maknanya. tafsir Thaba>thaba>'i> mengenai hadis mut'ah. Mengenai Hadits Matan Mut'ah dalam Al-Mi>za>n fi> Tafsir Al-Qur'an)”.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Z. تفرح بتفسير حديث حد الموت) العالم الفاضل>زان في>تفسير>القرآن.
Manfaat dan Fungsi Penelitian
Tesis yang ditulis oleh Darul Kalam, "Pandangan Muhammad Husain Thaba>taba>'i> Tentang Perkahwinan Mut'ah dalam Tafsir Al-Mizan 2011". Menurut Ja'far Murtadah, nikah mut'ah adalah halal secara mutlak kerana periwayatan hadis mut'ah adalah hari Ahad. Disertasi bertajuk "Meneliti hadis nikah Mut'ah (Takhri>j terhadap hadis kemungkinan nikah Mut'ah)".
Penemuan pernikahan mut'ah tersebut didasarkan pada teks suci Al-Qur'an yang terdapat dalam surah. Cakrawala Ulama Sunni dalam bidang ini berpijak dan berlandaskan pada ayat larangan mut'ah. Oleh karena itu, mut'ah dilarang berdasarkan ruang dan pelampiasan keinginan dan kebutuhan perempuan.
Artikel jurnal yang ditulis oleh Asmay May “Kontroversi Status Nikah Mut’ah” Analisis Pendapat Ulama 2012”. Dalam artikel jurnal berjudul “Nikah Mut’ah Dalam Sorotan Hukum Islam dan Hukum Positif 2008” yang ditulis oleh A. Menurut Baginya, kajian pernikahan mut'ah merupakan kajian kontroversial yang tiada habisnya baik bagi ulama Sunni maupun ulama Syiah.
Kerangka Teori
- Pendekatan Fusion of Horizons (Hans-Georg Gadamer)
- Pendekatan Hermeneutika (Jorge J.E. Grasia)
- Jenis Penelitian
- Sumber Data
- Metode Pengumpulan Data
- Analisa Data
Oleh karena itu, “(Thaba>thaba>'i> Pemikiran Hadits Matan Mut'ah dalam Al-Mi>za>n fi> . Tafsi>r Al-Qur'an)". Jadi konsep penggabungan cakrawala mengenai penafsiran dan pembacaan hadis Thaba>thaba>'i>mut'ah. Relevansi Thaba>thaba>'i dengan cakrawala makna dalam hadis mut'ah akan menemukan makna moral dan makna ideal konteksnya.
Dalam ranah ini akan membantu memperluas cakrawala makna historis munculnya nash-nash hadis mut'ah dan makna bacaan Thaba>thaba>'i menuju makna idealnya. Tanpa kandungan tersebut maka penggunaan hadis mut'ah tidak akan menemukan makna moral dan idealnya. Hadits mut'ah dengan konsep penerapan yang digunakan oleh Gadamer yaitu dengan tiga momen penerapan.
Oleh karena itu, hadis mut'ah merupakan data yang paling mendasar dan menjadi subjek utama penelitian ini. Kemudian didukung dengan data sekunder maka akan ada solusi sistematis terhadap objek penelitian yaitu hadis mut’ah. Kemudian proses dan langkah selanjutnya adalah menganalisis hadis mut’ah asli yang menjadi bahan penelitian.
Mengkaji dan menganalisis pemikiran Thaba>thaba>'i> yang ditulis dalam Tafsiral-Mi>z>an fî Tafsi>r al-Qur'an berkenaan hadis-hadis tentang mut‟ah. Menjalankan kajian menggunakan pendekatan hermeneutik dan penggunaan teori Thaba>thaba>'i>ufuk terhadap hadis mut'ah.
Sistematika Pembahasan
Untuk lebih memperdalam kajian hadis mut'ah saat ini, maka para ulama akan menguraikan dan menguraikan historisitas argumentatif ulama mengenai para ahli hadis yang bersangkutan dengan hadis mut'ah, khususnya hadis yang digunakan oleh Thaba>thaba>'i> dalam al-Mi > z >an fi Tafsi>r al-Qur'an. Selain itu juga akan disampaikan permasalahan terkait al-Mi>za>n fî Tafsi>r al-Qur'an, antara lain: Pemikiran tentang lahirnya Tafsir al-Mi>za>n fi>. Tafsi>r al-Qur'an dan metode serta sistematika dan gaya tafsir-Mi>za>n fî Tafsi>r al-Qur'an.
Bab ketiga mengandungi pembentangan teks hadis-hadis mut'ah yang dikodifikasikan dalam Tafsir al-Mi>za>n fi>Tafsi>r al-Qur'an. Seterusnya kajian terhadap hadith-hadith mutasi juga akan dibuat dalam bab ini, supaya dapat diketahui sejauh mana pemikiran Thaba>thaba>'i> dalam mempertimbangkan hadith-hadith mutasi dalam tafsir al-Mi>za>n. . fi>Tafsi>r al-Qur'an. Dan dalam bab ini juga akan dibincangkan pendapat ahli tafsir, hadis dan fiqh yang baik.
Bab keempat berisi kajian hadis mut'ah dari sudut pandang Thaba>thaba>'i> dalam Tafsir al-Mi>za>n fi> Tafsi>r al-Qur'an, serta analisis terhadap mut' ah hadits dan berisi kajian tentang bagaimana Thaba>thaba>'i> memahami istilah hadits mut'ah yang terdapat dalam Tafsiral-Mi>za>n fi> Tafsi>r Al-Qur'an. Kajian ini juga akan membahas hadis-hadis mut'ah yang berkaitan dengan penelitian yang diteliti, serta akan melakukan analisis terhadap pemikiran Thaba>thaba>'i> pada horizon hermeneutika Hans-Georg Gadamer dan akan mengkaji hermeneutika Jorge J.E. memperkuat. Bab Kelima, pada bab terakhir ini penulis akan menarik kesimpulan dari hasil penelitian yaitu hadis-hadis mut'ah yang berdasarkan pemikiran Thaba>thaba>'i dan memuat suatu kesimpulan.
Kesimpulan
Oleh karena itu, pandangan Thaba>thaba>'i> mengomentari Ulama Sunni yang nyatanya mengharamkan mut'ah, baik karena menganggap ayat ini mansu>kh melalui ayat tentang waris, iddah, poligami dan thalak bahkan mansu>kh. melalui hadis. Thaba>thaba>'i> dalam menyikapi konteks mut'ah tidak lepas dari konteks teks interpretandum (teks sejarah) dan konteks interpretans (tafsir tambahan). Oleh karena itu, Thaba>thaba>'i> tidak lepas dari pembacaan konteks sejarah asal usul hadis mut'ah dan konteks hadis mut'ah pada masa Nabi Muhammad SAW.
Thaba>thaba>'i> tidak lepas dari dua horizon, yaitu horizon konteks sejarah dan horizon konteks pembacaan Thaba>thaba>'i> sebagai penafsir hadis mut'ah. Karena menurut Thaba>thaba>'i> munculnya hadis mut'ah tidak lepas dari li qiyam al-dhararati, maka Nabi Muhammad SAW sekaligus menganugerahkan rahmat untuk melakukan mut'ah. Ketika membaca cakrawala hadis mut'ah, Thaba thaba'i> hendaknya memperhatikan dengan seksama konteks hadis mut'ah.
Konteks hadis mut'ah menurut Thaba>thaba>'i> sebenarnya adalah hadis mut'ah di dalamnya. Sebab menurut Thaba>thaba>'i>, pada zaman Nabi Muhammad SAW banyak sekali para sahabat yang tidak kuat terhadap perempuan dan kebutuhannya terhadap perempuan, apalagi seiring berjalannya zaman dan perempuan semakin berkembang, maka banyak pula pencari ilmu di berbagai belahan dunia. Ketika membaca ini Thaba>thaba>'i> mut'ah memahami hadis-hadis beserta konteks dan maknanya dalam arti konteks ideal mengenai diperbolehkannya mut'ah.
Saran-Saran
Al-Qur'an Menakjubkan "Bacaan Pilihan Tafsir Klasik hingga Modern dari Seorang Ulama Katolik" Diterjemahkan: Bachrum B. Tafsir Al-Qur'an & Kekuasaan di Indonesia Afirmasi, Kontestasi dan Adu Wacana, Yogyakarta: Yayasan Salwa, 2019 Moderasi Islam “Melawan Radikalisasi Berbasis Agama”, Jakarta: Ikatan Alumni Al-Azhar dan Pusat Kajian Al-Qur’an, 2013.
Kiptiyah, Siti Mariatul. Warisan Islam Nusantara: Tafsir Al-Qur'an Carakan dan Narasi Reformisme, Semarang: Elsa, 2020. Mattson, Ingrid. Ulumu Qur'an Our Times "Pengantar Pemahaman Konteks, Sejarah dan Sejarah Al-Qur'an", Diterjemahkan: R. Putra, Afriadi, dkk, Tafsir al-Qur'an di Nusantara, Yogyakarta: Ikatan Ilmu Pengetahuan Indonesia Al-Quran dan Tafsir, 2020.
Quraisy. Kaidah Tafsir “Syarat, Ketentuan dan Aturan Yang Perlu Diketahui Dalam Arti Ayat Al-Qur’an” Jakarta: Lentera Hati, 2013. Annibras, Nablur Rahman. “Hermeneutika Jorge J.E Gracia” Al-Bayan: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir, vol. Kisah Qabil dan Habil dalam Al-Qur'an: Kajian Hermeneutis, Al-Dzikra: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Hadits, vol.