PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Batasan Masalah
Tujuan Masalah
Manfaat Penelitian
TINJUAN PUSTAKA
- Klasifikasi Candida albicans
- Morfologi
- Karakteristik Kultur dan Biokimia
- Sifat Candida albicans
- Patogenesis
- Manifestasi Klinik
- Struktur Genetik
- Etiologi
- Faktor Predisposisi
- Faktor Urine
- Diagnosa
Morfologi koloni Candida albicans pada media padat Sabourad Dextrose Agar (SDA) umumnya berbentuk bulat dengan permukaan agak cembung, halus, licin dan kadang agak terlipat, terutama pada koloni yang sudah tua (Natalie, 1996). Candida albicans memfermentasi glukosa dan maltosa untuk menghasilkan asam dan gas serta tidak bereaksi dengan laktosa, yang membedakan Candida albicans dari yang lain. Candida albicans dapat tumbuh pada kisaran pH yang luas, namun pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4,5-6,5.
Candida albicans memerlukan senyawa organik sebagai sumber karbon dan sumber energi untuk pertumbuhan dan proses metabolismenya. Dalam proses asimilasinya, karbohidrat digunakan oleh Candida albicans sebagai sumber karbon dan sumber energi untuk pertumbuhan sel. Dinding sel Candida albicans berfungsi sebagai pelindung dan juga sebagai target beberapa antijamur (Syah Kuala, 2015).
Beberapa metode menggunakan Alternating Field Gel Electrophoresis digunakan untuk membedakan strain Candida albicans Steven dkk (2012) mempelajari 17 strain isolat Candida albicans dan mengelompokkannya menjadi 6 jenis. Keluhan utama adalah rasa gatal pada daerah vulva, pada kasus berat juga timbul rasa terbakar, dyspaneura. Penyakit ini sering terjadi pada bayi, mungkin karena ibunya menderita kandidiasis vagina atau kelainan imunologi.
Candida albicans memiliki genom diploid. Kandungan DNA sel khamir pada fase stasioner ditemukan sebanyak 3,55g108 sel. Ukuran kromosom Candida albicans diperkirakan 0,95-5,7 Mbp. Pada Candida albicans, frekuensi terjadinya variasi morfologi koloni dilaporkan sekitar 10-2 hingga 10-4 pada koloni abnormal. Candidiasis vagina adalah jamur pada dinding vagina yang disebabkan oleh genus Candida albicans dan jamur lain dari genus tersebut.
Penyebab kandidiasis vagina terbanyak adalah Candida albicans yaitu sekitar 85-90% dan sisanya disebabkan oleh spesies non albicans yaitu Candida glabrata (Torulopsis Glabarata). Genus ini terdiri dari 80 spesies, yang paling patogen adalah Candida albicans, disusul Candida stellatoidea, Candida tropicalis, Candida parapsilosis, Candida kefyr, Candida guillermondii dan Candida krusei (Daili, 2009). Dalam penelitian munculnya sensitivitas kontak terhadap antigen Candida albicans pada manusia dan kelinci percobaan, digunakan antigen Candida albicans poten 1:100 (Torii) melalui uji tempel kulit.
Pada kelinci percobaan sebagai hewan yang tidak kebal, uji tempel menjadi reaktif 4-5 hari setelah aplikasi topikal Candida albicans, baik dengan atau tanpa oklusif dan berhubungan dengan reaksi tertunda terhadap injeksi antigen Candida 1:10.000 intradermal. Pada manusia, semua orang dewasa yang sehat menunjukkan reaksi hipersensitivitas tipe tertunda terhadap antigen Candida albicans 1:10.000 injeksi interdermal juga menunjukkan uji tempel positif untuk antigen Candida albicans 1:100 pada kulit neonatus yang menunjukkan kurangnya rangsangan dari agen uji ini. Dan Candida albicans adalah satu-satunya ragi patogen penting yang secara in vivo menunjukkan adanya banyak pseudohifa, yang mudah dideteksi dari keputihan dengan pewarnaan gram.
METODE PENELITIAN
- Waktu dan Tempat Penelitian
- Populasi dan Sampel
- Populasi
- Persiapan Penelitian
- Alat
- Bahan
- Prosedur Penelitian
- Sterilisasi alat
- Pembuatan Media Sabaroud Dextrose Agar
- Pengambilan sampel
- Persiapan sampel
- Penanaman sampel
- Identifikasi Jamur
- Pengolahan Data dan Analisa Data
N = Nilai persentase urin yang positif jamur Candida albicans A = Jumlah sampel urin yang positif jamur Candida albicans B = Jumlah sampel yang diperiksa. Hasil pengamatan mikroskopis dengan pewarnaan gram menunjukkan hasil positif dugaan adanya Candida albicans pada 4 sampel yang menunjukkan adanya sel ragi (blastosphora) yang ditandai dengan bentuk oval dan warna ungu. Dari hasil Gambar 4.2, hasil 15 sampel urin ibu hamil trimester III yang diperiksa menunjukkan hasil negatif atau tidak ditemukan jamur Candida albicans pada urin ibu hamil trimester III kehamilan.
Setelah dilakukan penelitian terhadap sampel urine ibu hamil trimester III dengan menggunakan pemeriksaan makroskopis pada media Sabaroud Dextrose Agar (SDA), diperoleh hasil 4 sampel positif diduga mengandung Candida sp. Berdasarkan pengamatan (Farizal dan Dewa 2017), Candida albicans mempunyai ciri menonjol pada permukaan media, permukaan koloni halus, licin, berwarna putih kekuningan dan berbau seperti ragi. Pada pemeriksaan mikroskopis dengan pewarnaan gram diperoleh hasil 4 sampel urin diduga jamur Candida sp yang mempunyai ciri-ciri berbentuk lonjong dan berwarna ungu.
Menurut pengamatan (Kayseret al, 2005), meskipun hasil positif dapat ditemukan, jamur Candida albicans berbentuk ragi, berbentuk lonjong dengan diameter sekitar 5m dan berkembang biak dengan membentuk tunas. Tes tabung kuman tidak menunjukkan adanya jamur Candida albicans pada urin ibu hamil trimester ketiga, hasilnya menunjukkan ciri-ciri berbentuk basil dan berwarna merah. Hasil pemeriksaan mikroskopis yang dilakukan 2 media terhadap 4 sampel urin ibu hamil di Pinang Bungkuk tidak menunjukkan ciri-ciri Candida albicans.
Dari pemeriksaan beberapa media diatas diketahui bahwa dari 15 sampel yang diperiksa tidak ditemukan jamur Candida albicans pada urine ibu hamil trimester III kehamilan dengan persentase 0%. Dapat dikatakan bahwa yang ditemukan pada urin ibu hamil trimester III hanya jamur Candida sp yang menunjukkan adanya blastospora pada pewarnaan gram positif. Jika urin ibu hamil positif mengandung Candida albicans pada trimester ketiga, ia akan mengalami beberapa gejala seperti gatal-gatal di area vagina lembab yang mungkin menyebabkan infeksi jamur.
Untuk mencegah infeksi jamur pada ibu hamil, dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan alat kelamin dengan membersihkan alat kelamin secara rutin dan memastikan kondisi vagina dalam keadaan kering dan tidak lembab dan basah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap seluruh urine ibu hamil trimester III di Perumahan Pinang Bungkuk Lubuk Buaya diperoleh 15 sampel dengan persentase 0% yang mana seluruh sampel yang diperiksa negatif mengandung jamur Candida albicans. Perlu adanya peningkatan higiene wanita terutama pada ibu hamil yang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya kandidiasis vagina.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan
Hasil pemeriksaan mikroskopis dengan tabung pucuk (Gram Tube) tidak ditemukan struktur bahan sel atau pseudohifa sehingga hasilnya negatif. Berdasarkan literatur diperoleh hasil negatif dengan ciri tidak adanya rangkaian struktur dan susunannya menunjukkan bentuk susunan pseudohyphal (Oktari, 2007).
PENUTUP
Saran