• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kasus Hernia Umbilikalis pada Pedet

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Kasus Hernia Umbilikalis pada Pedet"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Kasus Hernia Umbilikalis pada Pedet

drh. M. Fauziyah Rahayu

*

* Medik Veteriner Muda UPT Puskeswan, Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Purworejo Jawa Tengah

ABSTRACT

Simmental calf males are born normally, than at the age of around 1,5 months, the navel experiences suddent swelling. Swelling that arises develops enlarge rapidly. Based on palpation examination, calves were diagnosed with an umbilical hernia. Because of the size of the abnormal hole in the abdominal wall, the most appropriated treatment is surgery. The operation was successfully carried out. During a period of 2 weeks, all condition were good and nothing happenedoutside the procedure, so after 2 weeks of operationit was stated that the umbilical hernia operation was successfully carried out.

1. PENDAHULUAN

Istilah Hernia diartikan sebagai sebuah penonjolan (protusio) abnormal organ, sebagian organ atau jaringan ke dalam rongga abdomen melalui suatu celah alami dari individu tersebut atau lubang abnormal yang terjadi pada dinding abdomen atau diafragma (Krishnamurthy D.,1995)

Dijelaskan lebih lanjut bahwa Hernia umbilikalis adalah kegagalan cincin umbilicus pada peritoneum untuk menutup sempurna sehingga terjadi penonjolan omentun, organ atau sebagian organ abdomen melalui cincin umbilikalis yang terbuka (Smith B.P.,2002)

Pada beberapa kasus hernia umbilikalis yang terjadi pada sapi dapat sembuh dengan sendirinya, tetapi sebagian besar memerlukan tindakan operasi untuk mengatasinya (Smith B.P.,2002 ). Kejadian hernia umbilikalis ini jika merupakan kasus tunggal merupakan kondisi yang tidak berbahaya, akan tetapi akan berkibat fatal apabila diikuti dengan rupturnya gastroistestinal akibat tercepit cincin hernia (Smith B.P.,2002).

Diagnosa pasti akan kasus hernia umbilikalis bisa ditegakkan setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan secara palpasi maupun ultrasonografi (Kurt and Cihan, 2013)

2. MATERI DAN METODE

Dalam kasus kali ini. hernia umbilicalis dialami oleh pedet keturunan Simmental berjenis kelamin jantan, umur 1,5 bulan, milik bapak Edi, yang beralamat di desa Kuwukan Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo. Penegakan diagnosai hernia umbilikalis berdasar hasil pemeriksaan fisik dan palpasi.

Gambar 1

Secara lengkap, bahan dan alat yang dipergunakan meliputi:

-Ketamin, Lidocain, Antibiotik Penicillin-Streptomycin, Antihistamin Vetadryl, NaCl fisiologis, Iodyne tinxture 10%, Gusanex Spray,

-Scalpel handle blade, gunting, arteri clem, surgical needles, needle holder, pinset,

(2)

-Cutgut plain, chromic cutgut, kapas, tampon, glove, spuit 10 ml.

Penentuan diagnosa hernia umbilicus berdasarkan pengamatan fisik dan palpasi, yaitu terlihat jelas ada penonjolan di bagian ventral dinding abdomen (di daerah umbilikalis ditengah-tengah antara pubis dengan kartilago xyhoideus).(KIlic N.,et al,2005). Untuk kasus hernia kali ini, penonjolan keluarnya isi abdomen melalui lubang / cincin hernia teramat sangat menonjol sekali.

Gambar 2

Dengan palpasi, tonjolan teraba dominan lunak, namun ada bagian yang agak mengeras yang sepertinya terisi semacam massa yang terkunci. Saat diraba dengan sedikit ditekan, hewan menunjukkan reaksi kesakitan. Isi hernia teraba jelas dan dapat dikembalikan ke abdomen, namun segera kembali keluar lagi saat dilepaskan tekanannya. Hal ini terjadi karena terlalu besarnya lubang / cincin hernia. Lubang / cincin hernia teraba sangat jelas dan tebal.

Gambar 3

Operasi dilakukan dengan diawali hewan diinjeksi Ketamin dosis sedasi, dengan hasil hewan tenang setengah sadar, kesadaran tidak hilang sepenuhnya. Dilanjutkan anestesi lokal menggunakan Lidocaine 1 ml/cm di area yang akan dilakukan incisi / irisan. Selanjutnya, kulit di area bakal incisi dan sekitarnya dikerok terlebih dahulu. Pengerokan kulit dibikin selonggar mungkin, hingga nantinya bulu tidak menyelip di area jahitan. Dan diperkirakan bakal dilakukan pengurangan kulit luar guna menghindari terjadinya penggelambilan kulit pasca operasi, sehingga area pengerokan kulit menjadi lebih lebar lagi.

Gambar 3

Irisan pada kulit dibuat memanjang dari cranial ke caudal hernia. Panjang irisan mengikuti panjang hernia. Dan karena dalam palpasi dirasakan ada massa terkunci di luar cincing hernia, maka incisi

(3)

diperluas ke samping kanan kiri guna memudahkan mengeluarkan massa yang terkunci tersebut.

Gambar 4

Berhubung kasus hernia umbilicalis ini terjadi pada ternak jantan, maka proses incisi / pengirirsan kulit hingga pembedahan lanjut harus ekstra hati-hati.

Pada hewan jantan, saluran urinasi dan ujung penisnya terletak sangat berdekatan dengan umbilicus. Kesalahan incisi di area umbilicus bisa berakibat fatal.

Untuk mengekspos kantong hernia, leher kantong hernia diprepair untuk memisahkan kantong hernia dengan subkutan maupun kulit.

Gambar 5

Kantong hernia yang keluar melalui cincin abdomen yang menganga lebar (Ø 10 cm), ternyata berisi massa isi lambung. Massa ini telah menumpuk terlalu banyak hingga berbentuk agak keras. Untuk itu langkah yang diambil adalah dengan memotong

jaringan kantong hernia ini, dan mengeluarkan massa yang berada di dalamnya. Massa ertampung cukup banyak hingga memenuhi satu ember kecil.

Gambar 6

Pemotongan kantong hernia dilakukan hingga mencapai batas cincin hernia Tepi cincin dibuat luka baru guna memudahkan perlekatan / menyatunya jaringan. Cincin hernia dan peritoneum dijahit dengan benang nonabsorbsi (cutgut chromic), pola jahitan tunggal. Jaringan subkutan dijahit dengan benang catgut plain, pola jahitan sederhana menerus. Kulit diserasikan dengan bentuk yang sesuai, dimana dalam hal ini kulit dipotong cukup lebar karena kulit sudah cukup menggelambir akibat tekanan isi kantong hernia yang lumayan besar. Dilanjutkan dengan dijahit dengan benang katun pola jahitan sederhana tunggal.

Gambar 4

(4)

Bekas Lukas irisan diolesi iodine tinxture 10%.

Diinjeksi antibiotika penisiline streptomycin 5 ml dan antihistamine vetadryl 2 ml.

Gambar 5 3. DISKUSI

Umbilikus merupakan jaringan yang tersisa dari hubungan janin dan induknya. Jaringan itu merupakan gabungan dari arteri umbilikalis, vena umbilikalis dan urachus.

Sebelum lahir, vena umbilikalis berfungsi sebagai sumber darah beroksigen ke janin melalui hati dan vena ductus venosus. Sedangkan arteri umbilikalis berfungsi membawa zat sisa dan darah yang tidak mengandung oksigen ke plasenta.

Urachus adalah sambungan dari kandung kemih janin ke kantung allantoic. Setelah persalinan normal, otot halus yang mengelilingi umbilicus akan berkontraksi untuk menutup peritoneum, sedangkan arteri umbilikalis serta urachus tertarik ke dalam perut (Rings DM.,1995).

Proses penutupan ini sering kali tidak berlangsung sempurna. Muskulus abdominal tidak berkembang sempurna, muskulus rektus abdominis dan aponeurosis mengalami hipoplastik, atau linea alba yang memanjang dari kartilago xiphoideus sampai pubis melebar dan menipis. Persoalan yang

sering muncul adalah hernia umbilikalis, abses pada pusar dan fistula urachal (Trent AM.,1987)

Kejadian hernia umbilicalis pada sapi pernah dilaporkan pada semua bangsa. Dan pada sapi Friesian Holstein (FH) prosentase kejadian antara 4%

hingga 15 % (Virtala et al., 1996) dan merupakan faktor cacat bawaan dari lahir (congenital) dan berhubungan dengan faktor yang diwariskan dari induk (herediter) (Trent AM.,1987). Dimana dalam kasus ini hernia umbilikalis ini terjadi anomali pertumbuhan akibat abnormalitas kromosom (Baird A.N.,1993) mengakibatkan maldevelopment atau hipoplasia otot abdominal (Sigh et al.,1989).

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Hernia umbilikalis pada pedet merupakan penyakit yang biasa terjadi, beberapa kejadian dapat sembuh sendiri tetapi sebagian besar memerlukan tindakan operasi.Untuk itulah diperlukan ketepatan diagnosa dan tindakan agar tidak terjadi tingkat keparahan kasus ini.

5. DAFTAR PUSTAKA

Baird,AN, (1993) Omphalocele in two calves. JAVMA.,202 Herrmann R, Utz J, Rosenberger E, Doll K and Distl O

(2001): Risk factors for congenital umbilical hernia in German Fleckvieh. The Veterinary Journal, 162: 233-240.

Kurt B and Cihan M, (2013) Evaluaton of the clinical and ultrasonographic findings in abdominal disorders in cattle VETERINARSKI ARHIV 83 (1), 11-21, 2013

Kilic N, Derincegoz O, Yaygingul R (2005) Surgical Correction of Umbilical Disease in Calves: A Retrospective Study of 95 Cases. YYÜ Vet Fak Derg 2005, 16 (2):35-38

(5)

Krishnamurthy D (1995). Hernia. In ruminant surgery, Ed By Tyagi and Jit Singh, 2nd edn., C.B.S. Publishers and Distributors New Delhi.pp.225-237

Rings DM (1995): Umbilical hernias, umbilical abscesses, and urachal fistulas. Surgical considerations.

Vet Clin North Am Food Anim Pract. 11(1): 137- 148.

Singh AP, Eshoue SM, Rifat JF, Falehea NG, (1989). Hernia in animal. A review of 59 cases. Indian J.Vet Surg

Trent AM (1987): Surgical management in umbilical masses in calves. Bovine Pract. 22: 170-173

Virtala, A. M. K., Mechor, G. D., Grohn, Y. T. & Erb, H.N.

(1996). The effect of calf hood diseases on growth of female dairy calves during the first 3 months of life in New York state. Journal of Dairy Science 79, 1040

(6)

Referensi

Dokumen terkait

These were organised into a conceptual model for adventure tourism client injury risk Figure 11.2, useful in assisting operator risk assessment and other safety management activities

Based on the results of observations and direct observations carried out at the school of Ketapang 1 State Junior High School, Ketapang 2 State Junior High School , Ketapang 3 State