• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kasusnya di Desa Sukamakmur ada sebuah adat kebiasaan, yaitu melakukan jual beli dengan sistem panjar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Kasusnya di Desa Sukamakmur ada sebuah adat kebiasaan, yaitu melakukan jual beli dengan sistem panjar"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

Gambaran bentuk jual beli ini adalah pembeli barang membayar sejumlah uang terlebih dahulu kepada penjual. Bagaimana Akad Jual Beli Beras Menggunakan Panjar Di Desa Sukamakmur Kecamatan Ajung Kabupaten Jember Menurut Perspektif Hukum Ekonomi Islam. Untuk mengetahui Bagaimana Akad Jual Beli Beras Menggunakan Panjar di Desa Sukamakmur Kecamatan Ajung Kabupaten Jember Menurut Perspektif Hukum Ekonomi Islam.

Kata ini mempunyai padanan kata (sinonim) dalam bahasa Arab yaitu Urbaan (نﺑمرﻷا), 'Urbaan (نﺎﺑﻌﻟا) dan Urbuun (نﻮﺑرﻷا) Secara linguistik artinya adalah transaksi jual beli. 11. 15 Agus Wahyudi, “Praktik Jual Beli Salak Pondoh di Desa Bangunkerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Dalam Perspektif Sosiologis Hukum Islam”, Tesis (Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009). 16 Ahmad Barozah, “Praktik Jual Beli Salak Pondoh di Desa Bangunkerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Dalam Perspektif Sosiologis Hukum Islam”, Skripsi (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta).

Suatu bentuk jual beli dimana penjual menetapkan harga tanpa memberitahu pembeli berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Ada beberapa jual beli barang yang diharamkan oleh agama namun sah untuk dilakukan dan orang yang melakukannya termasuk yang bersalah, antara lain :.

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Lokasi Penelitian

Tempat yang dijadikan subjek penelitian oleh peneliti adalah Desa Sukamakmur, Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian di desa ini karena peneliti ingin mendeskripsikan praktik jual beli beras menggunakan panjar dalam perspektif hukum ekonomi Islam.

Subyek Penelitian

Sumber data sekunder adalah sumber yang bersumber dari kitab-kitab, Al-Quran, Hadits dan bahan-bahan lain yang menunjang penelitian ini sesuai dengan kebutuhan peneliti dalam pengumpulan data, demi kelengkapan data dalam penelitian. Menurut Soerjono, sumber data dibedakan menjadi tiga, yaitu: sumber data primer, sumber data sekunder, dan sumber data tersier merupakan data pendukung, yaitu bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap data primer dan data sekunder, antara lain kamus dan ensiklopedia.51.

Teknik Pengumpulan Data

Observasi merupakan suatu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat gejala-gejala yang diteliti secara sistematis.53 Untuk mendapatkan data yang akurat maka penelitian ini dilakukan di desa Sukamakmur khususnya pada bidang jual beli beras yang penulis jadikan sebagai gambaran. dan mendengar kejadian dari awal transaksi di jual.beli dengan deposit hingga transaksi selesai. Wawancara adalah percakapan dengan tujuan tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan orang yang diwawancarai yang menjawab pertanyaan tersebut.54 Wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara terstruktur, alasan peneliti mengapa wawancara tersebut digunakan sebagai suatu teknik pengumpulan data berupa tanya jawab rutin secara langsung kepada informan yang ditetapkan menjadi subjek penelitian. Metode dokumentasi merupakan upaya mengumpulkan bukti atau data seputar masalah demonografi di daerah penelitian, baik berupa tulisan pribadi seperti catatan harian, surat, maupun dokumen resmi yang diperoleh dari arsip atau catatan.

Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data dari buku-buku yang berkaitan dengan jual beli menurut Hukum Ekonomi Islam.

Analisis Data

Peneliti mencoba mengumpulkan berbagai informasi melalui wawancara. Penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari kasus-kasus yang diamati, sedangkan metode analisis datanya menggunakan metode analisis deskriptif normatif, yaitu metode yang digunakan untuk membantu menggambarkan kondisi atau ciri-ciri yang dijadikan objek dalam penelitian dengan menghubungkan norma-norma yang berlaku. aturan hukum atau sisi normatif untuk mencari kebenaran berdasarkan logika ilmu hukum yaitu hukum Islam.

Keabsahan Data

Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi. Bandingkan apa yang orang katakan tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan orang sepanjang waktu.

Tahap-Tahap Penelitian

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

Gambaran Obyek Penelitian

Penyajian Data dan Analisis

  • Proses Transaksi Jual Beli Padi Menggunakan Panjar
  • Analisis Hukum Ekonomi Islam Terhadap Akad Jual

Saya memang sudah menyetor ke Pak Dullah, namun ketika padi sudah dipanen dan saya melihat beras tersebut, ternyata beras tersebut kualitasnya buruk dan tidak laku di pasaran, maka saya memilih untuk tidak melanjutkan pembelian dan menjual, karena jika saya meneruskan jual beli" Dan melunasi sisa pembayaran, saya yang rugi, jadi saya memilih untuk tidak melanjutkan membeli beras Pak Dullah dan titipan itu sudah menjadi hak Pak Dullah karena sayalah yang membatalkan jual beli itu.” Perjanjian jual beli beras dengan titipan ini bisa terjadi dimana saja, seperti di sawah, di rumah, bahkan di pinggir jalan. Bentuk jual beli ini maksudnya adalah apabila jual beli itu tetap dilanjutkan maka uang jaminan sudah termasuk dalam pembayaran harga barang (beras) yang disepakati, tetapi apa bila jual beli itu tidak dilanjutkan oleh pembeli (basul) ) maka titipan tersebut menjadi milik petani (penjual) atau disebut uang hangus. Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa praktek jual beli dengan sistem komisi yang terjadi di Desa Sukamakmur Kecamatan Ajung Kabupaten Jember dapat dikatakan sebagai suatu hal yang sudah menjadi hal yang lumrah, menjadi adat istiadat masyarakat dan di kalangan masyarakat Jember. Desa Sukamakmur menyadari bahwa jual beli ini adalah sistemnya.

Untuk melengkapi penelitian ini, penulis melakukan wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat terkait dengan jual beli beras, khususnya terkait dengan permasalahan pidana penjara jika dilihat dari perspektif hukum ekonomi Islam. Menurutnya, praktik sistem pembayaran di muka yang ada saat ini diperbolehkan selama tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain, karena segala sesuatu yang mengandung ambiguitas atau ketidakjelasan dalam jual beli dilarang oleh agama. Setiap kegiatan jual beli tidak lepas dari hukum dan bagaimana jika dilihat dari sudut pandang hukum ekonomi Islam.Untuk kasus jual beli dengan sistem holding di desa Sukamakmur ini perlu mendapat perhatian yang serius karena masyarakat menganggap hal tersebut adalah hal yang lumrah. .

Sistem komisi jual beli yang berlaku di Desa Sukamakmur sudah menjadi tradisi atau adat, namun karena adat tersebut tidak sesuai dengan syariat Islam berdasarkan Al-Quran dan Al-Quran. Jual beli ini mirip dengan gharar, yaitu terdapat unsur gharar dan resiko, serta memakan harta tanpa ada padanannya 'iwadh (pengganti) dalam pandangan syariat. Namun jika unsur yang membatalkan jual beli itu dihilangkan, maka sahlah hukumnya. Jual beli yang mengandung unsur ketidaktahuan atau ambiguitas, spekulasi, hukum Islam melarang segala bentuk transaksi jual beli.

Dengan demikian, jual beli dengan sistem holding dapat merugikan baik pihak penjual maupun pihak penjual, padahal kedua belah pihak dapat bekerjasama tanpa merugikan salah satu pihak jika prinsip ta’aun diterapkan. Namun jika terjadi pengalihan barang jualan secara sepihak kepada pembeli lain maka akan menimbulkan korban jiwa dan kekacauan dalam muamalah, oleh karena itu syariat menganjurkan untuk mencapai kemaslahatan demi kemaslahatan kehidupan bermasyarakat. Meskipun pembeli (bakul) telah menerima barang dari penjual (petani) dan telah memenuhi ketentuan akad jual beli berupa syarat-syarat, namun al-urbuun merupakan salah satu bentuk jual beli yang dilarang syariat.

Mengenai bentuk transaksi jual beli beras di muka, maka suatu akad yang memenuhi rukun dan syarat-syaratnya akan mengikat kedua belah pihak yang mengadakan akad. Artinya dalam jual beli al-urbu di desa Sukamakmur disini tidak berlaku akad (penukaran), tidak ada jaminan yang jelas kalau ada. Dengan demikian, dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa praktek jual beli beras dengan sistem transaksi pendahuluan (al-urbuun) di Desa Sukamakmur adalah sah dan diperbolehkan karena memenuhi syarat dan keselarasan. jual beli, akan tetapi syariat telah mengharamkan jual beli uang muka (al-urbuun) karena didalamnya terdapat unsur ketidakpastian dan akan berdosa jika transaksi tersebut menimbulkan kerugian pada salah satu pihak.

Pembahasan Temuan

PENUTUP

Kesimpulan

Transaksi jual beli beras dengan menggunakan uang tunai yang dilakukan di Desa Sukamakmur Kecamatan Ajung Kabupaten Jember diawali dengan kedatangan pembeli (bakul) ke rumah penjual untuk melakukan tawar menawar beras petani, namun ada kalanya juga penjual (petani) datang ke rumah pembeli untuk menawarkan berasnya, setelah terjadi negosiasi dan harga disepakati kedua belah pihak, setelah itu pembeli memberikan uang jaminan (sebagai pengikat) kepada petani dan sisa pembayaran dibayarkan setelah beras siap. diambil Jika penjualan dan pembelian dilanjutkan, maka uang jaminan sudah termasuk dalam harga pembayaran, tetapi jika penjualan tersebut Jika pembelian dibatalkan oleh pembeli, pembayaran menjadi milik penjual. Pada dasarnya jual beli dengan sistem punggawa (al-urbuun) menurut hukum ekonomi Islam termasuk dalam jual beli yang dilarang dan terlihat dari praktek jual beli beras dengan menggunakan punggawa di Desa Sukamakmur, Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember. Dari segi hukum ekonomi Islam hal ini sah karena memenuhi syarat dan harmonis. jual beli, namun syariat telah mengharamkan jual beli pembayaran (al-urbuun) karena didalamnya terdapat unsur ketidakpastian dan akan mengakibatkan dosa apabila transaksi tersebut terjadi. Selain itu, praktik jual beli beras dengan sistem retensi lebih banyak menimbulkan kerugian bagi kedua belah pihak dibandingkan manfaat yang didapat.

Dilihat dari kenyataan jual beli beras menggunakan panjar di Desa Sukamakmur tidak ada unsur paksaan didalamnya dan dilakukan atas dasar suka dan tidak suka, maka jual beli beras menggunakan panjar di Desa Sukamakmur Kecamatan Ajung Kabupaten Jember dari perspektif hukum ekonomi Islam dilarang. Dan pembayaran dapat dilakukan asalkan orang yang berjual beli dengan sistem pembayaran (bukan membeli) meminta penjual mengembalikan pembayaran tersebut kepada pihak yang berhak. Dan agar tidak timbul perselisihan pendapat di antara kedua belah pihak, maka diperlukan perjanjian tertulis pada saat mengadakan perjanjian jual beli.

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk melengkapi beberapa persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana (S-1) Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Jember. Kepada Kepala Desa beserta seluruh jajarannya yang telah memberikan ijin dan data untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini, serta kepada seluruh masyarakat Desa Sukamakmur Kecamatan Ajung Kabupaten Jember yang telah bersedia meluangkan waktunya. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya secara individu telah memberikan semangat dan bantuannya selama penyusunan tugas akhir ini.

Dengan ini saya menyatakan bahwa isi skripsi yang berjudul “Sistem Jual Beli Padi Menggunakan Panjar Dalam Perspektif Hukum Dagang Islam (Studi Kasus di Desa Sukamakmur Kecamatan Ajung Kabupaten Jember)” adalah hasil penelitian atau karya saya sendiri, kecuali untuk bagian yang dirujuk oleh sumber - sumber. Sudah lamakah transaksi jual beli beras menggunakan panjar di desa Sukamakmur kecamatan Ajung?

Gambar 1.2 Wawancara dengan Penjual (petani).
Gambar 1.2 Wawancara dengan Penjual (petani).

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait