BUDAYA PRAKTEK PENYALURAN ZAKAT FITRAH DI MASYARAKAT BANJARMASIN UTARA KELURAHAN ALALAK SELATAN RT 06 RW 01
Helda Wati1, Akhmad Hulaify2, Parman Komarudin3,
Ekonomi Syariah, 60202, Fakultas Studi Islam, Universitas Islam Kalimantan, NPM16510080 Ekonomi Syariah, 60202, Fakultas Studi Islam, Universitas Islam Kalimantan, NIDN1118118202 Ekonomi Syariah, 60202, Fakultas Studi Islam, Universitas Islam Kalimantan, NIDN1103058201
email : [email protected]
ABSTRAK
Zakat fitrah merupakan zakat untuk mensucikan diri, masih banyak masyarakat alalak selatan yang masih menyerahkan zakat nya ke tetangga atau tokoh agama tanpa memandang delapan golongan penerima zakat yang sudah ada di al quran. Penelitian ini membahas permasalahan bagaimana praktek zakat fitrah dan pandangan fiqih dalam menanggapi fenomena pada masyarakat yang cenderung memberikan zakat fitrah kepada tokoh agama. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui budaya praktek zakat fitrah pada masyarakat banjarmasin utara kelurahan alalak selatan rt 06 rw 01 dan untuk mengetahui pandangan fiqih dalam menanggapi fenomena dikalangan masyarakat yang cenderung memberikan zakat fitrah kepada tokoh agama. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif , subyek dalam penelitian ini adalah orang yang melakukan penunaian ibadah zakat fitrah, dan obyek dalam penelitian ini adalah gambaran praktek ibadah zakat fitrah, pemahaman beserta bentuk penyaluran zakat fitrah yang masyarakat lakukan. Dalam teknik pengumpulan data penyusun menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dari hasil penelitian pelaksanaan zakat fitrah dilaksanakan secara turun menurun mereka lebih cenderung membagikan zakat fitrah nya ke tetangga dan tokoh agama yang ada dikampung, dan zakat fitrah yang dilakukan masyarakat kepada tokoh agama atau guru mengaji menurut pandangan hukum Islam adalah sah, karena salah satu dari mustahiq zakat golongan sabilillah.
Kata kunci : Budaya; Praktek; Zakat Fitrah; Masyarakat Banjarmasin Utara.
ABSTRACT
Zakat fitrah is zakat to purify oneself, there are still many southern alalak people who still surrender their zakat to neighbors or religious leaders regardless of the eight groups of zakat recipients that are already in the Koran. This study discusses the problem of how to practice zakat fitrah and the views of fiqh in response to the phenomenon in society that tends to give zakat fitrah to religious leaders. The purpose of this study is to determine the cultural practice of zakat fitrah in the community of North Banjarmasin, alalak selatan village rt 06 rw 01 and to find out the view of fiqh in response to phenomena among people who tend to give zakat fitrah to religious leaders.
This study uses a descriptive qualitative method, the subjects in this study are people who carry out zakat fitrah, and the objects in this study are a description of the practice of zakat fitrah, understanding and the form of zakat fitrah distribution that the community does. in compiler data collection techniques using observation, interview, and documentation techniques. from the results of the research that the implementation of zakat fitrah is carried out down and down, they are more likely to distribute zakat fitrah to neighbors and religious figures in the village, and zakat fitrah made by the community to religious leaders or reciting teachers according to the viewpoint of Islamic law is valid, because one of the mustahiq zakat of the sabilillah group.
Keywords: Culture; Practice; Zakat Fitrah; North Banjarmasin Society.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Zakat ditinjau dari segi bahasa memiliki banyak arti, yaitu al- barakatu yang mempunyai arti keberkahan, ath-thaharatu yang memiliki arti kesucian, al-namaa yang mempunyai arti pertumbuhan dan perkembangan, dan ash-shalahu yang memiliki arti keberesan. Zakat sebagai salah satu rukun islam, selain mengandung aspek ibadah vertikal yaitu merupakan ibadah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, juga mengandung aspek pembinaan kesejahteraan masyarakat (horizontal) karena ia berfungsi sebagai distributor aliran kekayaan dari tangan the have (muzakki) kepada the have not (mustahiq).
Zakat fitrah merupakan kewajiban yang harus dilakukan dan ditaati oleh setiap kaum muislimin tidak terkecuali. Zakat fitrah juga merupakan jalinan persekutuan antara orang yang berkewajiban membayar zakat fitrah dan orang yang berhak menerima zakat fitrah, sehingga dengan adanya jalinan tersebut diharapkan terciptanya masyarakat yang adil dan sejahtera.
Untuk menciptakan kesejahteraan sosial maka dalam mendistribusikan zakat fitrah harus tepat sasaran, yaitu dibagikan kepada delapan asnap sebagaimana yang telah ditentukan oleh Al-Quran. Namun dalam pelaksanaan kewajiban tersebut kadang ada atau bahkan tidak sedikit masyarakat alalak selatan yang tidak mengetahui bagaimana tata cara pelaksanaannya.
Pemahaman mengenai zakat fitrah dianggap perlu agar umat Islam yang melaksanakannya benar-benar menjalankan kewajiban tersebut
sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah semasa beliau masih hidup.
Masyarakat alalak selatan dalam menunaikan zakat terdapat pola-pola yang unik berdasarkan tradisi dan struktur masyarakat yang ada, hal ini terkadang disisi lain juga menimbulkan kesan mereka lakukan tanpa mengindahkan kaidah agama yang ada. Artinya seorang muzakki bisa saja dalam membayarkan zakatnya tidak melihat apakah mereka yang mendapatkan bagian zakat termasuk dalam delapan golongan penerima yang berhak (asnaf mustahiq) yang telah ditentukan islam. Disinilah tampak terjadinya kesulitan antara kaidah agama dan praktik pengamalan zakat di masyarakat alalak selatan.
Dalam realitasnya, sementara masyarakat awam memandang zakat itu sebagai institusi keagamaan semata dengan mengabaikan zakat sebagai institusi sosial. Zakat lebih diyakini sebagai salah satu ibadah kepada Allah dan sehingga pelaksanaanya pun harus bersifat pribadi, tidak perlu ada campur tangan pemerintah dalam pengelolaannya. Sebagai ilustrasi, masyarakat alalak selatan mengamalkan zakat sedemikian rupa, sehingga seorang penunai zakat dapat saja menunaikan zakat nya secara langsung, tanpa melalui lembaga pengelola. Seorang muzakki dapat saja menyerahkan zakatnya kepada para pemuka agama, tokoh masyarakat dan ta‟mir masjid (marbot).
Fenomena seperti ini tentu menimbulkan pertanyaan,mengapa hal ini dapat terjadi, secara khusus fenomena seperti itu memberikan kesan bahwa (mustahiq) yang akan menerima diberi zakat menjadi
subyektif sesuai dengan kehendak para muzakki. Berdasarkan fenomena pembayaran zakat di masyarakat alalak selatan tersebut, menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana konsep dan paradigma zakat dalam pemahaman masyarakat alalak selatan terkait posisi dan fungsi zakat sebagai norma islam sekaligus secara sosial. Bentuk pemahaman ini tentu akan terinternalisasi dalam wujud praktek penunaian zakat yang dilakukan para muzakki, maka permasalahan berikut nya yang menjadi menarik untuk ditelaah adalah bagaimana pandangan fiqih dalam menanggapi fenomena yang telah terjadi dikalangan masyarakat alalak selatan yang memberikan zakat kepada tokoh agama atau guru mengaji seakan praktek ini sudah mentradisi di kalangan masyarakat Banjar. Berangkat dari permasalahan tersebut penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh yang hasil nya dituangkan dalam sebuah penelitian dengan judul
“Budaya Praktek Penyaluran Zakat Fitrah di Masyarakat Banjarmasin Utara Kelurahan Alalak Selatan RT 06 RW 01”
Rumusan Masalah
1. Bagaimana praktek zakat fitrah pada masyarakat Banjarmasin Utara Kelurahan Alalak Selatan RT 06 RW 01?
2. Bagaimana pandangan fiqih dalam menanggapi fenomena pada masyarakat yang cenderung memberikan zakat kepada tokoh agama atau guru mengaji dibandingkan kepada lembaga amil zakat ?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui budaya praktek zakat fitrah pada masyarakat Banjarmasin Utara Kelurahan Alalak Selatan RT 06 RW 01.
2. Untuk mengetahui pandangan fiqih dalam menanggapi fenomena dikalangan masyarakat yang cenderung memberikan zakat fitrah kepada tokoh agama atau guru mengaji dibandingkan kepada lembaga amil zakat yang sudah ditentukan pemerintah.
Metode Penelitian
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena dimaksudkan untuk memahami fenomena subyek penelitian dan memaparkan data-data yang dibutuhkan dalam bentuk deskriptif sehingga data yang telah dihimpun tidak perlu di kuantifikasi, dan dari jenis penelitian maka penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian kualitatif yang dipergunakan dalam penelitian ini memiliki klasifikan dalam menentukan sumber data yang dipilih. Sumber data secara purvosive sampling yang dilakukan dalam menentukan sumber data menjadi ketentuan bagi peneliti dalam menjalankan pengumpulan data yang diharapkan mampu tercapai. Subyek dalam penelitian ini adalah para muzakki atau orang yang melakukan penunaian ibadah zakat fitrah, obyek dalam penelitian ini adalah gambaran praktek ibadah zakat fitrah masyarakat Banjarmasin Utara Kelurahan Alalak Selatan rt 06 rw 01, pemahaman beserta bentuk penyaluran zakat yang mereka lakukan. Untuk memudahkan dalam pengambilan data lapangan penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan
cara observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Penyajian Data
1. Deskripsi Lokasi dan Kondisi Sosial Keagamaan Masyarakat Banjarmasin Utara Kelurahan Alalak Selatan RT 06 RW 01
Penduduk asli yang mendiami Banjarmasin adalah orang Banjar Kuala yang memiliki budaya sungai dengan interaksi masyarakat yang sangat kuat terhadap sungai baik dalam kegiatan sosial maupun ekonomi.
Hal ini dapat dilihat dari adanya Pasar Terapung yang menjadi salah satu objek wisata andalan Kota Banjarmasin. Di Banjarmasin juga banyak terdapat orang Banjar Pahuluan yang berasal dari Banua Anam serta orang Banjar dari daerah-daerah lain di Kalimantan Selatan. Islam adalah agama mayoritas yang dianut sekitar 95.54% masyarakat Kota Banjarmasin. Agama Islam memberi pengaruh kuat pada kebudayaan masyarakat Banjar.
Agama lain yang dianut masyarakat Banjarmasin, yaitu Kristen, Katolik, dan Buddha yang rata-rata dianut masyarakat keturunan Tionghoa dan pendatang.
Secara umum religiusitas kehidupan masyarakat alalak selatan cukup tinggi, mereka relatif taat menjalankan agamanya. Di berbagai pelosok daerah ini banyak ditemukan masjid, maupun langgar (mushalla) demikian juga terdapat banyak sekolah-sekolah agama (madrasah) maupun pondok pesantren di berbagai daerah pada
masing-masing kabupaten/kota.
Majlis-majlis taklim dan pusat- pusat pengajian keagamaan beberapa dekade terakhir juga semakin menjamur dengan disertai antusiasme masing- masing jemaahnya.
Warga alalak selatan yang rata rata menjadi buruh dipabrik kayu yang menjadi sumber pendapatan warga di alalak selatan sudah sejak dulu sampai sekarang masih banyak yang bekerja di pabrik kayu dan ada sebagian masyarakat yang mempunyai usaha kayu nya sendiri. Warga alalak selatan yang menjadi buruh dipabrik kayu berpenghasilan cukup untuk keperluan sehari-harinya.
Sebagian warga yang membuka warung kecil-kecil an didepan rumah nya. Kondisi sosial warga alalak selatan sangat baik dalam bermasyarakat, dan dalam beribadah menunaikan zakat fitrah warga alalak selatan masih dengan “pepadahan urang bahari”
yang membayarkan zakat fitrah cenderung ke tetangga yang menurut mereka membutuhkan sehingga sampai sekarang masih banyak warga alalak selatan yang menjalankan tradisi tersebut tanpa melihat delapan golongan penerima zakat yang sudah ada di dalam Al qur‟an.
2. Deskripsi Kasus
Berdasarkan hasil penelitian terhadap kasus-kasus praktek zakat fitrah yang menjadi objek penelitian dan hasil wawancara yang dilakukan terhadap masing- masing responden dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a. Responden I
Abdul Muksid ( 60 tahun ) warga Banjarmasin utara
kelurahan alalak selatan RT O6 RW 01 Gg. Mujahid Aman no.
70 yang berprofesi sebagai buruh dipabrik kayu dan sebagai petani. Pendidikan terakhir beliau adalah Sekolah Dasar (SD). Bapak Abdul Muksid mengatakan zakat adalah salah satu rukun islam yang wajib dikeluarkan bagi yang mampu oleh umat muslim. Bapak Abdul Muksid memahami bahwa dalam harta dari hasil sebuah usaha apabila sudah memenuhi nisab dan haul wajib dikeluarkan tiap tahun nya, tetapi beliau hanya sebatas mengetahui dan belum pernah menjalankan zakat tersebut, dikarenakan beliau hanya seorang buruh dipabrik kayu dan profesi sampingan beliau seorang petani hanya menanam beberapa pohon jeruk dan singkong yang belum memenuhi nisab dan haul.
Bapak Abdul Muksid hanya menjalankan zakat fitrah pada bulan ramadhan tiap tahun nya, beliau mengatakan masih belum mampu untuk mengeluarkan zakat penghasilan tiap tahun nya dikarenakan penghasilan beliau hanya untuk cukup memenuhi keluarga dan sekolah anak- anak beliau. Menurut bapak Abdul Muksid pelaksanaan zakat di kampung ini masih dengan tradisi turun menurun yang dilakukan masyarakat disini yaitu memberikan zakat ke tetangga yang lebih membutuhkan dibandingkan membayar zakat ke lembaga amil zakat yang sudah disediakan pemerintah.
Masyarakat dikampung ini
lebih cendurung memberikan zakatnya ke tetangga karena masyarakat melihat langsung siapa yang lebih membutuhkan dan lebih memperdulikan orang disekitar.
b. Responden II
Nana Lia ( 32 tahun ) seorang ibu rumah tangga yang memiliki satu orang anak, menurut ia selama tinggal disini kondisi sosial masyarakat sangat baik dan dalam hal membayar zakat masyarakat disini masih sangat cenderung dengan “pepadahan urang bahari”. Masyarakat disini biasanya melakukan zakat fitrah dengan bentuk berupa beras, dan masyarakat disini membayar zakat fitrah nya lebih ke tetangga.
Masyarakat lebih
mengutamakan tetangga mereka karena mereka sudah dekat dan sudah tahu keadaan nya bahwa tetangga mereka berhak mendapatkan zakat fitrah, dan masih banyak yang membayarkan zakat fitrah nya ke guru mengaji mereka masing-masing yang dianggap sebagai rasa terima kasih mereka kepada guru mengaji padahal ada sebagian guru mengaji yang mampu dan tidak termasuk dalam delapan golongan penerima zakat, hal ini dikarenakan sudah jadi tradisi dikampung turun menurun hingga sampai sekarang.
Menurut Nana Lia
pemahamaman zakat
dikampung ini masih sangat sedikit masyarakat yang memahami esensi zakat termasuk diri nya sendiri,
kurangnya pengetahuan dan informasi seputar zakat. Ia sendiri mengetahui dalam islam terbagi ada dua macam zakat yaitu zakat fitrah dan zakat harta (mal), untuk zakat harta Nana Lia belum pernah mengeluarkan nya dikarenakan ia hanya seorang Ibu Rumah Tangga dan suami nya berprofesi sebagai tukang bangunan, sepengatuhan ia sebagai masyarakat awam zakat harta dibayarkan apabila harta sudah mencukupi waktu dan jumlah yakni waktunya genap setahun dan jumlahnya bergantung kepada bentuk harta yang akan dikeluarkan zakatnya karena harta masing- masing harta memiliki kadar tersendiri, dan menurut dia keluarga nya masih belum mampu untuk mengeluarkan zakat mal.
c. Responden III
Sri Yanti ( 22 tahun ) seorang mahasiswi semester akhir di UIN Antasari Banjarmasin, ia memahami bahwa zakat merupakan rukun Islam yang mesti dilaksanakan oleh setiap muslim, karena dalam zakat terdapat hak para saudara muslim kita yang termasuk dalam delapan golongan yang berhak menerimanya. Menurutnya dalam melaksanakan rukun Islam harus berurutan, dimulai syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji, bagi orang yang belum menunaikan zakat lebih baik untuk menunda menunaikan kewajiban hajinya.
Dalam praktek penunaian zakat nya Sri Yanti hanya menjalankan zakat fitrah setiap
tahunnya ia masih belum mampu untuk mengeluarkan zakat mal, tetapi ibu nya yang mempunyai warung kelontong didepan rumahnya beberapa tahun belakangan ini mengeluarkan zakat penghasilannya. Ibu nya mengeluarkan zakat hasil perdagangannya pada bulan Ramadhan, perhitungan wajib zakat 2,5% dari hasil perdagangannya selama 1 tahun itu kemudian dibawanya kerumah tuan guru untuk diterimakan. Setelah itu tuan guru tersebut mengembalikan lagi kepadanya (muzakki) untuk dibagikan sendiri kepada mustahik. Ia menilai pengamalan zakat seperti ini untuk mempermudah dia dalam mengeluarkan zakat, sehingga tidak repot lagi untuk mencari mustahik satu persatu. Dengan mengeluarkan zakat kepada tuan guru lebih dahulu maka ia tinggal membagikannya lagi kepada mustahik yang lain.
d. Responden IV
Khoironi (22 tahun) seorang mahasiswa semester 4 di UIN Antasari Banjarmasin berpendapat tentang praktek zakat yang ada dikampung nya menurut nya sudah sesuai dengan syariat yang dianjurkan. Ia mengetahui bahwa zakat dapat membersihkan diri dari harta yang kita punya, dan dalam praktek zakat mal yang ia ketahui dikampung nya masyarakat yang mampu mengeluarkan zakat mal hanya membagikan zakat nya ke saudara dan orang terdekat atau tetangga yang sudah pasti
dianggap tidak mampu, dengan berupa uang tunai biasanya.
Menurutnya kenapa masyarakat yang mampu mengeluarkan zakat mal tidak menyerahkan langsung zakat nya ke lembaga pemerintah yang sudah disediakan, dikarenakan sangat kurangnya sosialisasi dari pemerintah, jarak tempuh yang membuat masyarakat kurang berminat memberikan zakat nya ke lembaga, banyak nya berita korupsi yang beredar sehingga masyarakat sulit percaya dengan lembaga pemerintah sehingga lebih cenderung dengan menyerahkan zakat nya langsung ke tetangga atau orang terdekat mereka.
e. Responden V
Salma Wati ( 27 tahun ) yang berprofesi sebagai buruh harian lepas menurutnya kesadaran berzakat masyarakat baru didasarkan pada pemahaman zakat sebatas kewajiban Islam, dan tingkat kesadaran masyarakat dalam membayar zakat fitrah lebih tinggi dibanding kesadaran masyarakat dalam membayar zakat maal.
Dalam praktek penunaian zakat nya, Salma wati menunaikan zakat fitrah setiap tahunnya akan tetapi ia masih belum mampu untuk menunaikan zakat maal.
Menurut pemahaman nya tentang zakat, ia mengetahui zakat adalah salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan bagi yang mampu. Sebagian besar masyarakat disini dalam membayarkan zakat nya masih dilakukan secara personal,
yakni mencari sendiri orang yang masuk dalam kategori mustahiq untuk menyalurkan zakatnya kepada mereka. Hal ini dilakukan karena sebagian besar dari mereka dan termasuk saya belum mengetahui tentang fungsi dan tugas-tugas lembaga amil zakat yang sudah disediakan pemerintah.
Pembahasan
Masyarakat Banjarmasin Utara Kelurahan Alalak Selatan RT 06 RW 01 secara umum menyadari bahwa zakat merupakan satu kewajiban dalam Islam. Namun berdasarkan hasil penelitian menunjukan kesadaran zakat fitrah tersebut masih sebatas kewajiban Islami dari aspek hukum fiqihnya dan cenderung tekstual dan taklid normatif, sehingga pemahaman masyarakat tentang zakat sebagai pranata sosial dalam dialektisnya membentuk realitas secara sosial. kesadaran berzakat masyarakat baru didasarkan pada pemahaman zakat fitrah sebatas kewajiban Islam dari aspek hukum fiqihnya, kurang didukung ilmu pengetahuan mengenai zakat secara sosial, dan tingkat kesadaran masyarakat dalam membayar zakat fitrah lebih tinggi dibanding kesadaran masyarakat dalam membayar zakat maal. Masyarakat Banjarmasin Utara Kelurahan Alalak Selatan RT 06 RW 01 masih banyak yang berpemahaman klasik tentang zakat, seolah-olah menurut mereka zakat yang wajib dibayarkan hanyalah zakat fitrah saja dan masyarakat beranggapan bahwa sudah merasa cukup dengan hanya membayar zakat fitrah saja.
Fenomena pemberian zakat fitrah kepada guru agama, tokoh
masyarakat, dan ta‟mir masjid merupakan bentuk obyektivitas dari proses internalisasi dan eksternalisasi zakat fitrah dimasyarakat. Dari sini tampak bahwa pemahaman masyarakat mengenai zakat secara utuh masih kabur, meskipun pada dasarnya konsep zakat dalam Islam secara normatif sudah jelas. Untuk mencapai pemahaman yang utuh, zakat musti dikaji tidak hanya melalui teks-teks verbal Islam, tetapi kajian zakat musti menjangkau aspek sosialnya secara luas. Pelaksanaan zakat fitrah di masyarakat Banjarmasin Utara Kelurahan Alalak Selatan RT 06 RW 01 beberapa alasan masyarakat mengutamakan untuk memberikan zakat fitrah kepada guru mengaji atau para tokoh agama yang ada dikampung yaitu ingin mendapat do‟a dari kyai, dan ingin membalas budi ke guru mengaji mereka, karena selama ini tokoh agama yang ada dikampung dianggap mempunyai peran besar dalam kegiatan keagamaan pada masyarakat setempat. Dan banyak juga masyarakat yang menyerahkan zakat fitrah nya secara langsung kepada para mustahik yang tinggal disekitar rumahnya dikarenakan masyarakat melihat langsung keadaan tetangga mereka yang lebih membutuhkan.
Mencermati realitas praktek zakat fitrah yang dilakukan para responden sebagai muzakki dalam kasus yang diteliti ini, tampak realisasi ibadah zakat fitrah hanya dilakukan sebatas penunaian ritual secara simbolis formal. para muzakki lebih mementingkan penunaian kewajiban sebagai tuntutan ketaatan beragama tanpa melihat aspek sosial dan produktivitas zakatnya. Sebagian besar masyarakat mereka belum mengetahui tentang fungsi dan tugas- tugas lembaga amil zakat yang ada
seperti BAZNAS, LAZ, LAZIS, dan lain-lain. Lembaga-lembaga yang bertanggung jawab atas pengelolaan zakat belum begitu populer ditengah masyarakat khususnya masyarakat di Banjarmasin Utara Kelurahan Alalak Selatan RT 06 RW 01, dan lembaga- lembaga amil zakat yang ada belum sepenuhnya dipercaya oleh sebagian besar masyarakat dalam mengelola dana zakat mereka. Pelaksanaan ibadah zakat terkadang juga hanya berdasarkan kultur yang dibungkus dalam formalitas fiqh, yang sesungguhnya justru sebagian dapat dikatakan belum tentu sesuai dengan ketentuan fiqh yang semestinya.
Praktek penyaluran zakat kepada guru mengaji atau tokoh agama merupakan bentuk obyektivasi dari proses internalisasi dan eksternalisasi zakat di masyarakat. Pengamalan zakat oleh masyarakat menampakan bentuk formalitas tekstual dogmatis ritual dari pada aspek fungsi sosial Islamnya. Persoalan siapa yang harusnya berhak menerima serta bagaimana status dan posisi penerima yang dipilih responden dikaitkan dengan kriteria delapan asnaf mustahik.
Praktek zakat fitrah yang dilakukan masyarakat Banjarmasin Utara Kelurahan Alalak Selatan RT 06 RW 01 sudah menjadi tradisi sejak dulu hingga sekarang yang masih melekat dimasyarakat, mereka lebih cenderung membagikan zakat nya sendiri ke tetangga mereka atau guru mengaji dan tokoh agama tanpa melihat delapan golongan penerima zakat yang sudah disyariatkan.
Kecenderungan mereka membagikan zakat kepada guru mengaji karena mereka beranggapan bahwa selama ini para guru mengaji dan kaum tersebut telah mengabdikan diri pada masyarakat tanpa imbalan, untuk itu
zakat tersebut diberikan secara ikhlas sebagai wujud rasa terimakasih masyarakat. Masih sedikit masyarakat yang tahu dengan lembaga amil zakat yang disediakan pemerintah dan mereka juga hanya sekedar tahu tanpa memahami apa fungsi dan tugas lembaga yang sudah disediakan pemerintah, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang zakat sehingga masyarakat masih terjebak dengan tradisi turun menurun yang ada dikampung dalam menunaikan ibadah zakat.
Pandangan Fiqih Terhadap Masyarakat yang Cenderung Berzakat kepada Tokoh Agama dan Guru Mengaji, Zakat yang dilakukan masyarakat Banjarmasin Utara Kelurahan Alalak Selatan RT 06 RW 01 kepada tokoh agama atau guru mengaji menurut pandangan Hukum Islam adalah sah. Karena salah satu dari mustahiq zakat golongan sabilillah. Dimana pada hakikatnya kyai adalah orang yang memperjuangkan agama dijalan Allah.begitu pula dengan Sabilillah,
Sabil adalah jalan, Sabilillah ialah jalan yang baik berupa kepercayaan, maupun berupa amal, yang menyampaikan kita kepada keridhaan Allah swt. Memandang nash tidak akan cukup dengan hanya memandang dari segi dzahir, namun juga dipahami dari segi jiwa suatu nash. Dengan kata lainmemandang suatu nash harus lebih ditekankan pada sisi nilai subtansi sebagai tujuan asal dari pembentukan hukum (maqashid al-syariah). Sementara tujuan awal pembentukan hukum adalah demi terciptanya kehidupan yang penuh dengan nuansa keadilan diberbagai pihak, kemaslahatan umat manusia, mendatangkan manfaat dan menghindarkan mafsadat (kerusakan).
Sesungguhnya dalam
mendistribusikan zakat kepada yang berhak menerimanya dengan cara apapun tidak ada masalah asal tetap menjunjung hakikat kemanusiaan, dan tidak menimbulkan kesan meremehkan, apabila menganggap mereka yang membutuhkan.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang berjudul Budaya Praktek Penyaluran Zakat Fitrah Di Masyarakat Banjarmasin Utara Kelurahan Alalak Selatan RT 06 RW 01 berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka diperoleh suatu kesimpulan yaitu :
1. Pelaksanaan penyaluran zakat fitrah di masyarakat Banjarmasin Utara Kelurahan Alalak Selatan RT 06 RW 01 dilaksanakan secara turun menurun yang sudah menjadi tradisi hingga sekarang yang masih melekat di masyarakat Banjarmasin Utara Kelurahan Alalak Selatan RT 06 RW 01 mereka lebih cenderung membagikan zakat fitrah ke tetangga, tokoh agama, dan guru
mengaji, karena masyarakat beranggapan bahwa selama ini guru mengaji dan tokoh agama yang ada dikampung telah mengabdikan diri pada masyarakat tanpa imbalan, untuk itu zakat tersebut diberikan secara ikhlas sebagai wujud rasa terimakasih masyarakat.
2. Zakat fitrah yang dilakukan masyarakat Banjarmasin Utara Kelurahan Alalak Selatan RT 06 RW 01 kepada tokoh agama atau guru mengaji menurut pandangan Hukum Islam adalah sah, karena salah satu dari mustahiq zakat golongan sabilillah. Dimana pada hakikatnya kyai adalah orang yang memperjuangkan agama dijalan Allah. Begitu pula dengan
Sabilillah, Sabil adalah jalan, Sabilillah ialah jalan yang baik berupa kepercayaan, maupun berupa amal, yang menyampaikan kita kepada keridhaan Allah swt.
Saran
Berdasarkan hasil dari analisis wawancara dan pembahasan terdapat beberapa saran dari penyusun terhadap Budaya Praktek Penyaluran Zakat Fitrah di Masyarakat Banjarmasin Utara Kelurahan Alalak Selatan RT 06 RW 01) sebagai berikut :
1. Peningkatan pemahaman keagamaan masyarakat khususnya
tentang masalah zakat fitrah yang telah ditentukan oleh syara‟
mengenai asnaf delapan golongan dengan mempertimbangkan perubahan zaman agar zakat dapat terlaksana tepat pada sasarannya.
2. Mengupayakan untuk memberikan perbandingan terhadap penyaluran zakat ditempat lain yang lebih mendekati tercapainya tujuan zakat agar ada kesadaran baru, tentunya dengan melibatkan berbagai pihak terutama tokoh agama dan guru mengaji yang ada di Banjarmasin Utara Kelurahan Alalak Selatan RT 06 RW 01
Daftar Pustaka
Faturrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, Jakarta:
Logos, 1997 Abdurrahman Qadir, zakat dalam dimensi mahdha dan sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998)
Abi Muhammad Azha, Risalah Zakat, (Kediri: Santri Creative Press & Publishing, 2016)
Bhader Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Bandung: Mandar Maju, 2008)
Burhan Bunga, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2003)
Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia- P3EI Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Pengelolaan Zakat Yang Efektif: Konsep dan Praktik di Beberapa Negara, (Jakart:
DEKS-BI, 2016)
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Prekonomian Modern (Jakarta Gema Insani, 2002)
Fakruddin, Fiqhi dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang : UIN Malang Pers 2008)
M. Abdul Ghofar, Fiqih Wanita, Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, Cet. Ke-4, 2010
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Zakat, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1953)
M. Arif Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat; Mengkomunikasikan Kesadaran dan Membangun Jaringan, Jakarta: Kencana, 2006
Masdhar f. mas‟udi dkk, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju Efektifitas Pemanfaatan Zakat, Infak, Shadakah, (Jakarta: Piramedia, 2004)
Masturi Ilham, Nurhadi, Fikih Sunnah Wanita, Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2008
Mas‟udi, Masdar Farid, Pajak itu Zakat: Uang Allah untuk Kemashlahatan Rakyat, Bandung: Mizzan Pustaka, 2010
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI-Press, 1988),
Muhammad Fu‟ad „Abd al- Baqi‟ , al Mu’jam al Mufahras li Alfazh al-Qur’an al-Karim, (Beirut: Dar al-Fikr, 140 /1981 M)
Muhammad Musa,
Metodologi Penelitian, (Jakarta : Fajar Agung, 1988)
Mundzier Suparta, pendidikan Agama Islam Fiqih (cet.I:semarang: PT. Karya Toha Putra, 2010).
M. Rizal Qasim, Pengamalan Fikih , (Solo : PT Tiga Serangkai Mandiri, 2009)
Nana Sudjana, Awal Kusuma, Proposal
Syaikh as-sayyid sabiq, Panduan Zakat Menurut Al- Qur’an dan Assunnah (bogor:
2005) h.1
Sayid Sabiq, Fikih Sunnah, Terj. Oleh Mahyuddin Syaf, Jilid 3, Bandung: Al-Ma‟rif, cet.
Ke 6, 1988.
Sudirman MA., Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas, (MALANG: UIN Malang Press, 2007)
Suharismi Arikunto, Dasar-
Dasar Research,
(Tarsoto:Bandung, 1995)
Sugiyono, (2013).
Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta
Teten Kustiawan, Over View dalam Pengarahan Rakornas BAZNAS Provinsi se Indonesia, di Hotel Ibis Mangga Dua Jakarta, 6-9 Juli 2014
Tim Dosen Fakultas Syariah UIN Malang, Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Malang: Fakultas Syariah UIN, 2005)
Wardi A. Wahab, Peran Kelembagaan Amil Zakat Pada Periode Awal Islam, (Banda Aceh: Ar-Raniry Press, 2007)
Wawan Shofwan
Shalehuddin, Risalah Zakat Infak dan Sedekah, Jateng:
Tafakur, 2002
Yasmin IbrahimAl-Syaikh, Kitab Zakat, Hukum, Tata Cara dan Sejarah
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan Al-Quran dan Hadist, Alih bahasa Salman Harun dkk, Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2007
http://elcom.umy.ac.id diakses pada tanggal 13 Juni 2020
https://tafsirq.com di akses pada tasnggal 15 Juni 2020
https://quran.kemenag .go.id di akses pada tanggal 15 Juni 2020