PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TENAGA KESEHATAN DALAM
PENANGANAN COVID-19 MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum
Oleh Ayu Vedina 21801021182
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2022
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum tenaga kesehatan dalam percepatan penanganan covid-19 dan untuk mengetahui upaya tenaga kesehatan dalam memperoleh jaminan keselamatan dan kesehatan kerja dalam percepatan penanganan covid-19. Peneliti ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif. Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya. Diperkuat dengan Pasal 57 huruf a Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan. Maka Pemerintah memiliki kewajiban memberikan pengayoman dan mejamin hak-hak tenaga kesehatan dalam melakukan pelayanan termasuk di dalamnya adalah imbalan dan jaminan atas keselamatan dan kesehatan selama bertugas.
Upaya Tenaga Kesehatan Dalam Memperoleh Jaminan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dalam Percepatan Penanganan Covid-19 Dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, Pemerintah bertaggugjawab terhadap perlindungan masyarakat dari dampak bencana. Ketentuan tersebut meliputi: Pemberian Penghargaan, Perlindungan atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Pendayagunaan Tenaga Kesehatan, dan Jaminan Kecelakan Kerja.
Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Tenaga Kesehatan, Covid-19.
Abstract
This study aims to know the protection of health law in accelerated management of the covid 19 and to learn of health health efforts to secure safety and occupational health in the expedited treatment of the covid-19, this researcher employed a notional occupational occupational method that beshak received a reward and legal protection for performing appropriate tasks by section 57 of the 2014 statute no. 36 On the basis of the power of mortification, governments have been called onto avoman power and entrusting the rights of the labor force to carry out its entry services are the rewards and guarantees of safety and of the labor force in the rendering of covid-19 for treatment of the covid-19 in the disaster relief administration, The government has agreed to protect the people from the effects of the jangle disaster as an award, protection of the safety and health of the orangutans (k3) to provide health care and occupational therapy.
Keywords: Legal Protection, Healthcare, Covid-19
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Masa pandemi Covid-19 (Corona Virus Disease-19) belum berakhir, bayang– bayang tentang virus corona yg tak terlihat namun mematikan sangatlah meresahkan. Pandemi Covid ini tidak memandang perbedaan rohaniah ataupun kemampuan. Setiap makhluk hidup yang bernyawa memiliki potensi untuk terjangkit virus tersebut, Tidak terkecuali tenaga medis dan kesehatan.
Pandemi Covid-19 telah menjadi pembahasan internasional dan nasional selama beberapa tahun terakhir. Tercatat sudah puluhan juta manusia di dunia yang terinfeksi Covid-19, dimana disebagian orang telah meninggal dunia. Selain dampak kesehatan, dampak ekonomi, dampak sosial dan politik dari adanya efek domino, dimana efek tersebut muncul dari hasil upaya pemerintah dalam menanggulangi dan mencegah penularan Covid-19.
Hingga disini kita menyadar bersama bahwa isu pandemi Covid-19 ini bukan lagi isu kesehatan yang merupakan pekerjaan rumah bagi para dokter, tenaga kesehatan, ahli kesehatan, namun juga sudah menjadi PR bagi kebijakan ahli hukum, ahli kesehatan, ekonomi, hingga ahli sosial antropologi. Kesehatan dan Ekonomi merupakan hak fundamental bagi setiap manusia di dunia. Demi terwujudnya dan terlindunginya fundamental tersebut maka hukum digunakan untuk melindungi nilai-nilai kedalam hukum.
Penularan Covid-19 terus meningkat. Publik seperti dihadapkan pada ketidakpastian langkah-langkah pemenuhan hak atas kesehatan. Bahkan, pemerintah mulai meragukan kebijakannya sendiri. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang menggantikan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dinilai tidak efektif menghentikan laju penularan. Situasi ini bermakna bahwa penanganan Covid-19 di Indonesia sampai saat ini belum berhasil.
Kejadian pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh Negara di dunia saat ini telah berdampak pada berbagai sektor kesehatan maupun non kesehatan.
Masing-masing Negara menyikapinya dengan mengeluarkan berbagai kebijakan
dalam rangka memutus mata rantai penularan dnan mengurangi dampak yang terjadi yang dibabkan oleh Covid-19.
Kekuatan sistem kesehatan nasional kita pun saat ini diuji seiring dengan meningkatnya kasus Covid-19 yang telah melanda seluruh Provinsi di Indonesia.
Fasilitas pelayanan kesehatan menjadi garda terdepan dalam menghadapi masalah kesehatan di masyarakat akibat Covid-19.
Pelayanan kesehatan pada saat situasi pandemi Covid-19 berbeda dengan pelayanan kesehatan pada umumnya, dikarenakan kondisi sekarang mewajibkan fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan bekerja ekstra demi memberikan penanganan pada pasien Covid-19 yang kini menjadi prioritas utama. Di sisi lain, adanya pandemi tidak menjadikan masalah maupun kebutuhan kesehatan lain yang perlu ditangani. Hal ini membuat fasilitas pelayanan kesehatan mulai selektif dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Kondisi pelayanan kesehatan saat ini menjadi perhatian bagi pemerintah dan masyakata. Banyak langkah yang telah di ambil demi mengatasi masalah ini terutama dengan mengeluarkan protokol kesehatan dan regulasi yang bertjuan untuk memastikan bahwa pelayanan kesehatan berkualitas tetap tersedia dan dapat diakses oleh semua. Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah tingginya kasus positif di klaster kantor dan pemukiman serta meningkatnya tren kasus Covid-19 di klaster keluarga. Hal inni membuktikan bahwa setiap individu bertanggung jawab tidak hanya atas kesehatannya sendiri, tetapi juga kesehatan orang-orang di sekitarnya. Apabila protokol kesehatan diabaikan oleh satu orang saja maka dampaknya akan membahayakan banyak orang.
Tenaga medis dan kesehatan di mata masyarakat dan dunia sangatlah penting dalam penanganan pandemi Covid-19 saat-saat ini. Kemudian untuk melakukan penyelidikan kasus dan investigasi wabah, serta fasilitasi dan pemberdayaan masyarakat. Tenaga kesehatan berperan dalam mengedukasi pasien, keluarga pasien, dan masyarakat sekitar agar tidak mendapat informasi yang salah dan dapat berpikir untuk mengambil keputusan yang tepat di tengah pandemi.
Selain itu tenaga kesehatan berperan untuk menengkan pasien karena saat pasien
takut dan gelisah, maka hal itu akan memperburuk kondisi mereka. Selain itu, membantu pemulihan pasien agar daya tahan tubuh pasien membaik, maka tenaga kesehatan wajib mengabdikan dirinya dalam bidang kesehatan.
Berlandaskan pancasila yg terdapat dalam UUD 1945, tentang pengaturan dibidang kesehatan telah di undangkan dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Tenaga kesehatan dan tenaga medis harus menangung dua resiko besar dalam penangananan covid saat ini yaitu resiko kesehatan dan resiko hukum karena belum adanya perlindungan yang cukup dari hukum maupun kebijakan yang ada di Indonesia sekarang. Mengingat banyak masyarakat yang telah menjadi korban, termasuk tenaga kesehatan dan dokter yg meninggal dunia ketika berjuang melawan Covid-19.
Beban yang ditanggung oleh tenaga kesehatan Indonesia semakin berat saat memasuki tahun 2020. Siaran pers secara global dilakukan WHO (Word Heath Organizations) pada hari Rabu, tanggal 11 Maret 2020 Organisasi Kesehatan global (WHO) resmi mengumumkan bahwa endemi Covid-19 adalah pandemi global.
Penyebaran virus covid-19 yang sangat pesat menyebebkan meningkatnya orang yang terkena virus covid-19 di berbagai Negara di dunia. Dalam waktu kurang dari tiga bulan, covid-19 telah menginfeksi lebih dari 126.000 orang di 123 negara, dari Asia, Eropa, AS, hingga Afrika Selatan.1
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan mengkaji lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum tenaga kesehatan dalam percepatan penanganan Covid-19 dan upaya tenaga kesehaatan dalam memperoleh jaminan keselamatan dan kesehatan kerja, dengan menyusun skripsi dengan judul
“PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TENAGA KESEHATAN DALAM PENANGANAN COVID-19 MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN”
1Gloria Setyvani putrid, “WHO Resmi sebut Virus Corona Covid-19 sebagai Pandemi Global”, www.compas.com. 12 Maret 2020, di kunjungi 17 Desember 2020.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perlindungan hukum tenaga kesehatan dalam percepatan penanganan covid-19?
2. Bagaimana upaya tenaga kesehatan dalam memperoleh jaminan keselamatan dan kesehatan kerja dalam percepatan penanganan covid-19?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perlindungan hukum tenaga kesehatan dalam percepatan penanganan covid-19
2. Untuk mengetahui upaya tenaga kesehatan dalam memperoleh jaminan keselamatan dan kesehatan kerja dalam percepatan penanganan covid-19 D. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:
1) Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perlindungan hukum dalam tenaga medis dalam penanganan covid-19.
b. Penelitian dapat menambah referensi Fakultas Hukum Universitas Islam Malang.
c. Penelitian ini dapat menjadi peneliti sejenis dimasa yang akan dating.
2) Manfaat Praktis
a. Manfaat Untuk Masyarakat
Sebagai informasi tambahan untuk mengetahui bahaya covid-19 sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam melakukan pencegahan penyebaran covid-19.
b. Manfaat bagi Tenaga Kesehatan
Memberi informasi tentang pentingnya memotivasi diri sendiri, serta membangun semangat kerja untuk menjalankan tugas dan kewajiban demi terciptanya kinerja yang baik dan mutu pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat.
c. Manfaat bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dan antisipasi bagi pemerintah dalam penanganan covid-19.
E. Orisinalitas Penelitian
Berkaitan dengan penelitian ini, penulis telah menemukan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan dalam penanganan Covid-19. Atas penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya terdapat persamaan dan juga perbedaan jika dibandingkan dengan penelitian ini, yaitu:
Tesis yang pertama, berjudul “KEWENANGAN PEMERIMTAH DALAM PERLINDUNGAN HUKUM PELAYANAN KESEHAATAN TRADISIONAL TINJAU DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN” yang ditulis oleh BUNGA AGUSTINA, Universitas Katolik Parahyangan. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian penyusun, yaitu sama-sama mengkaji tentang perlindungan hukum pelayanan kesehatan berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Sedangkan perbedaannya mengkaji tentang perlindungan hukum pelayanan kesehatan tradisonal.
Tesis yang kedua, berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN SEBAGAI KONSUMEN JASA DI BIDANG PELAYANAN MEDIS BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA” yang ditulis oleh HARI BARU MUKTI, Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian penyusun, yaitu sama-sama mengkaji tentang Perlindungan hukum untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Sedangkan untuk perbedaanya, penelitian ini selain mengkaji tentang perlindungan hukum, juga mengkaji bagaimana perlindungan hukum terhadap pasien sebagai konsumen di bidang kesehatan.
Tesis yang ketiga, berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM HAK MENDAPATKAN PELAYANAN KESEHATAN di RUMAH SAKIT PEMERINTAH” yang ditulis oleh STEFANY B. SANDIATA. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian penyusun, yaitu sama-sama mengkaji tentang
bentuk pelayanan kesehatan. Sedangkan untuk perbedaanya, penelitian ini khusus mengkaji hak mendapat pelayanan kesehatan di rumah sakit pemerintah.
Tesis yang keempat, berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN COVID-19 SEBAGAI KONSUMEN JASA DI BIDANG PELAYANAN KESEHATANDI RSUD PRAYA LOMBOK TENGAH”, yang ditulis oleh M IQBAL GHIFARI, Universitas Muhammadiyah Mataram. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian penyusun, yaitu sama-sama mengkaji tentang pelayanan kesehatan berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Sedangkan untuk perbedaanya, penelitian ini lebih memfokuskan BPJS pasien Covid-19.
Berdasarkan persamaan dan perbedaan yang dimiliki oleh tiap-tiap penelitian di atas, berikut adalah perbandingan tiap penelitian yakni:
Tabel 1. Perbandingan Dengan Penelitian Sebelumnya
N No.
Nama Peneliti, Tahun, dan Judul penelitian
Metode dan Hasil Persamaaan dan Perbedaan 1
1.
Bunga Agustina (2016), Kewenangan Pemerimtah Dalam Perlindungan Hukum Pelayanan Kesehaatan Tradisional Tinjau Dari Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Metode penelitian menggunakan metode penelitian yuridis normatif.
Hasil peneliti bahwa Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan belum sepenuhnya memberikan perlindungan hukum kepada pelaku usaha pelayanan kesehaataan tradisional yaitu penyehat tradsional atau tenaga kesehatan tradsional maupun untuk konsumen pelayanan kesehatan tradsional yaitu pasien/klien pelayanan kesehatan tradisional. Oleh karenanya, pemerintah hendaknya membentuk perundang-undangan khusus yang menngatur pelayanan kesehatan tradisional semakin beragam tehnik pengobatannya dan semaakin dipercaya
manfaatnya oleh masyarakat inndonesia.
Persamaan:
Terletak pada perlindungan hukum pelayanan kesehatan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.
Metode penelitian menggunakan yuridis normatif.
Perbedaan:
Penelitian yang digunakan oleh Bunga Agustina mengkaji lebih khusus tentang pelayanan kesehatan tradisoanal.
2 2.
Hari Baru Mukti (2016) Dengan Judul
Perlindungan Hukum
Metode penelitian yang diguanakan adalah metode pendekatan secara yuridis
Persamaan:
Persamaan terletak
Terhadap Pasien Sebagaai Konsumen Jasa Dibidang Pelayanan Medis
Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
normatif.
Hasil penelitian bahwa
perlindungan hukum terhadap pasien diatur di dalam
KUHPerdata Pasal 1320 dalam hal syarat pembuatan perjajian, 1338 mengenai asas kebebasan berkontrak. Sehingga
perjanjian tersebut mengikat hak dan kewajiban pihak dokter dengan pasien, baik itu
mengenai alasan penuntutan ganti rugi pasien, dan pertanggungjawaban karena kelalaian dalam hal tenaga medis yaitu dengan upaya hukum wanprestasi atau perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh dokter.
Kerugian yang diderita pasien dapat berupa kerugian materil maupun inmateril. Bentuk perlindungan pasien dapat berupa suatu
pertanggungjawaban dari dokter (pihak yang merugikan pasien).
pada bentuk pelayanan kesehaatan.
Metode penelitian menggunakan metode yuridis normatif.
Perbedaan:
Penelitian yang digunakan oleh Hari Baru Mukti
mengkaji tentang Perlindungan terhadap pasien sebagai konsumen jasa di bidang kesehatan.
Wanprestasi atau perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh dokter
3 3.
Stefani B. Sandiata (2013), Dengan Judul
Perlindungan Hukum Hak Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Pemerintah.
Metode penelitian
menggunakan adalah metode penelitian yuridis normatif.
Hasil penelitian bahwa hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak k melalui fasilitas kesehatan di rumah sakit pemerintah dijamin dan dilaksanakan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah yang diselenggarakan Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan, Instansi tertentu, atau Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan oleh Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah untuk menjamin ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau. Rumah sakit pemerintah wajib memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam keadaan darurat, untuk kepentingan penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan dan dilarang
Persamaan:
Terletak pada bentuk pelayanan kesehatan.
Menggunakan metode yuridis normatif.
Perbedaan:
Penelitian yang dilakukan oleh Stefani B. Sandiata mengkaji hak mendapat pelayanan kesehaataan di rumah sakit pemerintah.
menolak pasien dan/atau meminta uang muka. Rumah sakit pemerintah wajib menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif 4
4.
M Iqbal ghifari (2013), dengan judul penelitian Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Covid-19 Sebagai Konsumen Jasa di Bidang Pelayanan
Kesehatan berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian yuridis normatif.
Fokus penelitian terkait bentuk pelayanan umum dan BPJS pasien covid-19 sesuai dengan mekanisme dan standar
operasional pelayanan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dan upaya
perlindungan hukum yang di tempuh pasien covid-19 yang menderita kerugian atau hak yang tidak di penuhi sebagai konsumen jasa di bidang pelayanan kesehatan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Penelitian ini berbeda dengan penelitian- penelitian sebelumnya karena, penelitian ini memasukkan aspek terkini yaitu kondisi pandemic covid19 yang mempengaruhi dan menjadi aspek pelayanan kesehatan sebagai kebaruan penelitian.
Persamaan:
Terletak pada pelayanan kesehataan berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Menggunakan metode penelitian yuridis normatif.
Perbedaan:
Penelitian yang dilakukan oleh M Iqbal Ghifari lebih memfokuskan pada BPJS pasien Covid- 19.
F. Metode Penelitian
Penulisan ini menggunakan metode yuridis normatif dengan mengkaji berbagai literatur yang relevan dengan tema yang dikaji. Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka untuk menemukan bahan hukum sekunder yang relevan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan, literatur baik buku, artikel jurnal, artikel berita dari internet yang relevan dengan topik penulisan.
Sejumlah peraturan yang menjadi fokus dalam penulisan artikel ini yaitu Undang- Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-Undang nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.
1. Jenis Penelitian
Dalam menyusun skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif dapat juga dikatakan sebagai studi dokumen atau penelitian perpustakaan karena penelitian ini khusus dilakukan hanya untuk bahan-bahan hukum dan peraturan yang tertulis. Penelitian yuridis normatif ini banyak dilakukan terhadap bahan hukum yang berada di perpustakaan.2
2. Pendekatan Penelitian
Berhubung penulis mengambil jenis penelitian yuridis normatif, maka pendekataan penelitian yang digunakan dalam proposal skripsi ini adalah pendekatan perundang-undangan (statue approach) yang mengutamakan bahan hukum untuk menjadi bahan acuan dalam melakukan penelitian seperti peraturan perundang-undangan dan juga pendekatan konseptual (conceptual approach) yang mengutamakan konsep-konsep hukum dalam melakukan penelitian atau dari nilai yang terkandung dalam suatu norma peraturan dengan konsep-konsep yang digunakan.3
3. Jenis Bahan hukum
Teknik pengumpulan bahan hukum bertujuan agar mendapatkan bahan hukum yang diperlukan dalam penelitian. Teknik pengumpulan hukum dalam penelitian ini adalah melalui studi dokumen atau kepustakaan, dikenal pula dengan pendekatan kepustakaan, yakni dengan mempelajari buku-buku, peraturan perundang-undangan dan dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
Studi dokumen adalah suatu alat pengumpulan bahan hukum yang dilakukan melalui bahan hukum tertulis dengan mempergunakan content analsys.4
a. Bahan Hukum Primer
Adalah bahan hukum yang berasal dari ketetapan MPR, Undang-Undang Dasar 1945, konvensi internasional, dan perjanjian. Bahan yang digunakan oleh penulis berasal dari perundang-undangan seperti:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Alfabeta, 2020.
3 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, cetakan ke-11 (Jakarta:Kencana,2011)
4 Peter Mahmud Marzuki (C), Penelitian Hukum Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2011).
3) Undang.Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan 4) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran 5) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit 6) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 7) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular 8) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
9) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 dengan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK).
10) PP Nomor 40 Tahun 1991 Tentang Wabah Penyakit Menular.
b. Bahan hukum Sekunder
Adalah bahan yang berasal dari artikel dari internet yang datanya harus sah dan bisa dipertanggung jawabkan, kamus, dan lain-lain. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer,seperti:
Buku-buku tentang perlindungan hukum terhadap tenaga kesehatan, Buku-buku tentang hukum kedokteran, Buku-buku tentang hukum kesehatan, Jurnal, makalah dan artikel yang membahas tentang perlindungan hukum terhadap tenaga kesehatan.
c. Bahan hukum Tersier
Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder primer seperti kamus besar bahasa Indonesia, kamus hukum, ensiklopedia dan bahan- bahan media internet relevan dengan penelitian ini.
4. Teknik Analisis Bahan hukum
Setelah bahan hokum dikumpulkan baik bahan hokum primer, sekunder maupun tersier selanjutnya dilakukan analisi bahan hukum. Analisis bahan hukumnya dilakukan secara deskriptif kualitatif artinya analisis dilakuakn terhadap bahan hukum yang ada baik terhadap perundang-undangan maupun konsep hukum yang ada terkait dengan isu hukum yang dibahas dan selanjutnya ditarik kesimpulan.
G. Sistematika Penulisan
Penilitian Skripsi yang penulis lakukan dengan menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN, pada bab ini meliputi latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Orisinalitas Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA, pada bab ini menjelaskan tentang Tinjauan Umum Mengenai Tenaga Medis yang memuat: Tenaga Medis, Tenaga Kesehatan Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Kesehatan, dan, Tentang Pelayanan Kesehatan. Tinjauan Umun Tentang Covid-19 yang memuat: Pengertian Pengertian Covid-19, Penanganan dan Pencegahan Covid-19, Dampak Covid-19. Tinjauan Umun Tentang Perlindungan Hukum yang memuat:
Pengertian Perlindungan Hukum, Bentuk-Bentuk Perlindungan Hukum, Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kesehatan.
BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN, pada bab ini menjelaskan tentang Perlindungan Hukum Tenaga Kesehatan Dalam Percepatan Penanganan Covid-19 dan, Upaya Tenaga Kesehatan Dalam Memperoleh Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dalam Percepatan Penanganan Covid-19,
BAB IV: KESIMPULAN DAN SARAN, bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan seluruh penjelasan yang ada di atas dapat disimpulkan:
1. Perlindungan Hukum Tenaga Kesehatan Dalam Percepatan Penanganan Covid-19 UUD 1945 menyebutkan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. Hal ini serupa dengan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM yang juga menyebutkan bahwa setiap orang diakui sebagai manusia pribadi yang berhak menuntut dan memperoleh perlakuan serta perlindungan yang sama sesuai dengan martabat kemanusiaannya di depan hukum. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
2. Upaya Tenaga Kesehatan Dalam Memperoleh Jaminan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dalam Percepatan Penanganan Covid-19 Dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, Pemerintah bertaggugjawab terhadap perlindungan masyarakat dari dampak bencana. Pandemi Covid-19 adalah merupakan salah satu bencana global yang dihadapi seluruh dunia termasuk Indonesia, sehingga sebagai orang yang diberikan tugas mengatasi pandemi ini, tenaga kesehatan layak untuk diberikan jaminan kesehatan dan keselamatan guna mencapai pembangunan kesehatan. Ketentuan tersebut meliputi: Pemberian Penghargaan, Perlindungan atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Pendayagunaan Tenaga Kesehatan, dan Jaminan Kecelakan Kerja.
B. Saran
Berdasarkan seluruh penjelasan yang ada di atas penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Tenaga Kesehatan yang memberikan perawatan langsung pada pasien Covid- 19 di rumah sakit dianggap beresiko tinggi maka disarankan untuk tenaga medis menggunakan pelindungan diri sekali pakai misalkan masker, sarung tangan, pelindung wajah sekali pakai harus dibuang ke tempat sampah tertutup dan cucilah tangan secara menyeluruh dengan 5 momen mencuci tangan yaitu; sebelum menyentuh pasien, sebelum menjalankan prosedur bersih, setelah ada risiko terpapar cairan tubuh, setelah menyentuh pasien dan setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien. Usahakan jangan sentuh mata, hidung atau mulut dengan sarung tangan maupun tangan sampai tangan sudah dibersihkan dengan benar.
2. Bagi Dinas Kesehatan, bahwasanya untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatanterhadap Rumah Sakit Umum, terutama penyediaan fasilitas kesehatan untuk pasien Covid-19 atau tenaga kesehatan yang terkena Covid- 19. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari klaster baru dalam penyebaran Covid-19.
DAFTAR PUSTAKA BUKU
Adisasmito, Wiku, 2008, Kebijakan Penerapannya di Indonesia, Jakarta, Fak.
Kesehatan Masyarakat, UI.
Afriko, Joni, 2014, Hukum Kesehatan (Teori dan Aplikasinya), Bogor, IN MEDIA C.S.T. Kansil, 1991, Pengantar Hukum Kesehatan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta.
Cecep Triwibowo, 2014, Etika dan Hukum Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta.
Chandrawila Supriadi, Wila, 2001, Hukum Kedokteran, Bandung, Mandar Maju.
Eka, G. (2020). Pedoman Standar Perlindungan Dokter di Era Covid-19. In Ikatan Dokter Indonesia.
Fred, 1989, (Hukum Kesehatan Suatu Pengantar) dalam Veronica Komalawati, Hukum dan etika Praktek Dokter, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan.
Soekanto, Soerjono, H. (1987). Pengantar Hukum Kesehatan. In Remaja Karya.
https://doi.org/10.21143/jhp.vol20.no2.884
Hanafiah MJ, Amir A. (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Penerbit buku EGC. Jakarta.
Hermien Hadiati Koeswadji, 1998, Hukum Kedokteran (Studi Tentang Hubungan dalam Mana Dokter Sebagai Salah Satu Pihak), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
International Labour Organization-Office Jakarta, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Saranauntuk Produktifitas Kerja, (Jakarta: ILO, 2013).
Indriyanti Dewi, Alexandra, 2008, Etika dan Hukum Kesehatan, Yogyakarta, Pustaka Book Publisher.
Iskandar, Dalmy, 1998, Hukum Rumah Sakit dan Tenaga Kesehatan, Jakarta, Sinar Grafika.
Rejeki, Sri. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Pusat Pendidikan SDM Kesehatan, BadanPengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan
Soejono Soekanto dan Sri Mamudji, 2014, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada.
Siswati, Sri, 2013, Etika dan Hukum Kesehatan dalam Perspektif UndangUndang Kesehatan, Jakarta, Raja Grafindo Persada.
Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Alfabeta, 2020.
Triwibowo, Cecep, 2014, Etika dan Hukum Kesehatan, Yogyakarta, Nuha Medika.
JURNAL
Bryan, Tjakra, Langi, dan Walangitan, “Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Proyek Pembangunan Ruko Orlens Fashion Manado”, Jurnal Sipil Statik, Vol.1, No. 4, 2013.
Bunga Agustina, “Kewenangan Pemerintah dalam Perlindungan Hukum Pelayanan Kesehatan Tradisional Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan”,Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 32, No. 1, 2015.
Hamzah Hasyim, “Manajemen Hiperkes dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (Tinjauan Kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Institusi Sarana Kesehatan)”, Jurnal JMPK, Vol. 8, No. 2, 2005.
Mukti, H. B, 2016. “Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Sebagai Konsumen Jasa Di Bidang Pelayanan Medis Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”. Mimbar Keadilan., https://doi.org/10.30996/mk.v0i0.2209.
Sandiata, Oleh Stefany B. 2013, “Perlindungan Hukum Hak Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Pemerintah.” Lex Administratum,
Volume 1, Nomor 2, hal. 187–94. url:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/administratum/article/view/3028.
INTERNET
Amalia Zharina, Kronologi Virus Corona di China Dari Pasar hingga Korea Selatan, https://sains.kompas.com/read/2020/01/21/183300123/-kronologi-virus- corona-di-china-daripasar-hingga-korea-selatan?page=all, (diakses 7 Oktober 2020).
Baskara, Bima. Rangkaian Peristiwa Pertama COVID-19 dimuat dalam https://kompas.id/baca/riset/2020/04/18/rangkaian-peristiwa-pertama- covid-19/ (diakses 13 Juni 2020_
Kementerian Kesehatan, Situasi COVID-19, dimuat dalam https://www.kemkes.go.id/,(diakses 14 Juni 2020).
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular, Undang-Undang Nomor 36 2009 Tentang Kesehatan,
Undang-Undang Nomor 36 2014 Tentang Tenaga Kesehatan, Undang-Undang Nomor 44 2009 Tentang Rumah Sakit,
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_pp/PP No. 32 Th 1996 ttg Tenaga Kesehatan.pdf