• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci: Prinsip Kehati-hatian, Lembaga Keuangan Mikro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Kata Kunci: Prinsip Kehati-hatian, Lembaga Keuangan Mikro"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

Kredit bermasalah (NPL) atau kredit bermasalah merupakan salah satu indikator utama dalam menilai kinerja bank atau lembaga keuangan. Pada lembaga keuangan syariah NPF mencapai level 4,3%, sedangkan NPL lembaga keuangan konvensional hanya sekitar 2%. Prinsip kehati-hatian merupakan faktor penting yang harus diterapkan oleh lembaga keuangan sebagai upaya preventif sekaligus mengatasi tingginya angka NPF/NPL suatu lembaga keuangan.

16 Setiap lembaga keuangan wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan kegiatan usahanya dan wajib menjaga serta mentaati prinsip tersebut. Secara lebih rinci penerapan prinsip kepedulian pada lembaga keuangan mikro dapat dicermati pada lembaga keuangan mikro konvensional dalam hal ini BRI Unit, dan lembaga keuangan mikro syariah dalam hal ini BMT. 1,4%.21 Keadaan penyaluran kredit dan pembiayaan terutama jika dilihat dari nilai NPL/NPF pada kedua lembaga keuangan mikro tersebut sangat berbeda yaitu BRI Unit Mlarak sangat kecil (rata-rata 1%) dan BMT Hasanah sangat kecil. sangat besar (rata-rata 15%) .

Penelitian ini akan memberikan gambaran penerapan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran pembiayaan dan kredit pada lembaga keuangan mikro yaitu BMT Hasanah sebagai lembaga keuangan mikro syariah dan BRI unit Mlarak sebagai lembaga keuangan mikro konvensional. Observasi mendalam akan dilakukan antara kedua lembaga keuangan mikro tersebut untuk memperoleh data yang dapat digunakan untuk membandingkan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan dan kredit pada kedua lembaga keuangan mikro tersebut. Berdasarkan pemikiran di atas, peneliti menilai studi multisite mengenai penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian pinjaman dan pembiayaan pada lembaga keuangan mikro layak dan menarik untuk diteliti.

Kredit hos mikrofinansieringsinstitutioner (Multi-Site Study ved BMT Hasanah District Mlarak og BRI Unit Mlarak Regency Ponorogo).

Rumusan Masalah

Berdasarkan alasan dan temuan di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul: 'Penerapan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran pembiayaan dan.

Tujuan Peneitian

Menjelaskan bagaimana menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan dana kepada BMT Hasanah Kecamatan Mlarak dan BRI Unit Mlarak Kabupaten Ponorogo. Mengkaji implikasi prinsip kehati-hatian dalam penyaluran pembiayaan pada BMT Hasanah Kecamatan Mlarak dan BRI Unit Mlarak Kabupaten Ponorogo terhadap terbentuknya non-performing financing dan non-performing loan.

Kegunaan Penelitian

Manfaat Teoritis

Penelitian ini mampu memberikan khazanah tambahan dan mengembangkan pengetahuan yang lebih lengkap di bidang ekonomi syariah dan juga ekonomi mikro konvensional, baik bagi akademisi maupun masyarakat luas.

Manfaat Praktis

KAJIAN TEORI

Kajian Penelitian Terdahulu

Jurnal penelitian I Gde Kajeng Baskar yang berjudul: Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia, menyatakan bahwa tujuan penulisan artikel tersebut adalah untuk memberikan penjelasan mengenai keberadaan lembaga keuangan mikro di Indonesia serta gambaran mengenai lembaga keuangan mikro terkait dari sudut pandang UU No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro. Lembaga perbankan meliputi bank umum yang menyalurkan kredit mikro atau memiliki unit mikro, serta bank syariah dan unit syariah. Dari hasil pembahasan terlihat bahwa terdapat banyak sekali jenis lembaga keuangan mikro yang ada di Indonesia berdasarkan heterogenitas masyarakatnya, yang tentunya menarik adalah unit BRI sebagai representasi bank konvensional di sektor mikro. segmen dan BMT sebagai representasi bank syariah yang berhubungan langsung dengan segmen mikro.

Pemaparan kajian mengenai lembaga keuangan mikro di Indonesia diharapkan dapat memperluas pengetahuan kita tentang peran lembaga tersebut dalam proses pembangunan dan konsep pembangunan di masa depan.23. Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata rasio keuangan BMT Sunan Kalijaga lebih baik dibandingkan dengan BMT Sunan Kalijaga. Jurnal Ilmiah Wahyu Devy Susanty dengan judul: Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Sebagai Penentu Fungsi Mediasi.

Sama halnya dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK), kinerja pertumbuhan DPK bank syariah lebih baik dibandingkan bank konvensional yang terlihat dari persentase pertumbuhan DPK bank syariah yang lebih tinggi. Selain itu, pertumbuhan DPK perbankan konvensional mengalami penurunan yang lebih signifikan pasca ketidakstabilan perekonomian, yaitu dari 10,21 persen menjadi 5,98. Meskipun bank syariah juga mengalami hal serupa, namun perubahannya lebih kecil yaitu dari 13,89% menjadi 9,64.

Rasio NPF bank syariah mengalami peningkatan sejak kenaikan harga BBM pada tahun 2005 dan tidak menunjukkan perubahan yang lebih baik hingga semester I tahun 2010. Sementara itu, rasio NPL bank konvensional juga mengalami peningkatan, dengan rasio tertinggi terjadi pada semester I tahun 2006 yaitu 8,16 persen. NPL bank konvensional lebih baik dibandingkan NPF bank syariah dilihat dari tren penurunan rasio NPL bank konvensional.25.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme pembiayaan bagi hasil yang dilakukan BMT meliputi tahap pemeriksaan, tahap analisis, dan tahap pencairan. Dari hasil studi literatur, peneliti belum menemukan fokus penelitian yang membahas tentang penerapan atau penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit atau pembiayaan BMT dan BRI Unit sebagai lembaga keuangan mikro yang langsung melayani segmen ekonomi mikro. Dengan menjunjung penerapan prinsip kehati-hatian, diharapkan lembaga keuangan mikro khususnya BMT sebagai representasi lembaga keuangan mikro syariah akan lebih baik dalam hal pengendalian pembiayaan bermasalah.

Kajian Teori

  • Ketentuan Prinsip Kehati-hatian dalam Peraturan Pemerintah dan Undang-Undang
  • Penerapan Prinsip Kehati-hatian Bank dalam Pemberian Kredit / Pembiayaan

Terdapat satu pasal dalam UU Perbankan yang secara tegas memuat muatan prinsip kehati-hatian, yaitu Pasal 29 ayat 2, 3, dan 4 Undang-Undang Nomor 10 Pasal 29 Tahun 1998. 2) Bank wajib menjaga tingkat kesehatan bank menjaga sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas. manajemen, likuiditas, profitabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berkaitan dengan kegiatan perbankan serta wajib menjalankan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Pasalnya, pengaturan prinsip kehati-hatian juga terdapat pada pasal-pasal sebelumnya, seperti Pasal 8, 10, dan 11 UU Perbankan.

Undang-undang tentang bank mendefinisikan syarat dan ruang lingkup asas kehati-hatian sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 29 ayat 2, 3, dan 4. Misalnya pada akhir ayat 2 disebutkan bahwa bank wajib melakukan kegiatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. dengan aturan perawatan. prinsip. Hal yang menarik dalam ketentuan prinsip kehati-hatian bank adalah adanya kewajiban bagi bank untuk memberikan informasi mengenai peluang.

Pedoman pemberian kredit antara lain perlunya menerapkan prinsip kehati-hatian dalam proses pemberian kredit. Berdasarkan kebijakan pemerintah sebagaimana tercantum dalam undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 10 tahun 1998 dijelaskan bahwa kredit dan pembiayaan yang disalurkan mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya harus diterapkan asas kehati-hatian. Prinsip kehati-hatian merupakan bagian dari manajemen risiko, namun prinsip kehati-hatian lebih fokus dan lebih pada tataran praktis.

Sesuai dengan Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995 tentang kewajiban bank umum menyusun pedoman perkreditan tertulis, maka dalam penerapan prinsip kehati-hatian perlu dilakukan mengakomodirnya dalam suatu pedoman perkreditan sehingga memudahkan bank dalam menerapkannya dalam pelaksanaan dan pemantauan hasilnya. Prinsip kehati-hatian ini tercermin dalam kebijakan pokok perkreditan, tata cara penilaian kualitas, profesionalisme dan integritas pejabat yang melakukan proses perkreditan/pembiayaan. Penjelasan mengenai proses pemberian keputusan kredit atau pembiayaan dalam kaitannya dengan penerapan prinsip kehati-hatian dapat diperjelas dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

Namun dapat juga diartikan sebagai bentuk penetapan pendelegasian wewenang perkreditan sebagai penerimaan terhadap prinsip kehati-hatian dalam proses penyaluran kredit dimana terdapat penetapan pejabat pengambil keputusan kredit yang mempunyai tingkatan yang berbeda-beda sehingga terdapat pengawasan. fungsi. . Undang-undang perbankan mengamanatkan agar bank senantiasa memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan kegiatan usahanya, termasuk dalam pemberian kredit. Prinsip kehati-hatian dalam pelaksanaannya mengacu pada suatu ketentuan untuk menjaga kegiatan usaha bank agar tetap sehat dan stabil serta bertujuan untuk menjamin bank dapat menjalankan kegiatan usahanya dengan aman sehingga bank dalam keadaan sehat.

Direksi Bank wajib mengevaluasi, memantau dan mengambil langkah-langkah penting agar kualitas aset tetap baik dalam rangka penerapan prinsip kehati-hatian.43. Sehubungan dengan itu, penyelenggara bank wajib menerapkan manajemen risiko kredit yang efektif dalam segala jenis penyediaan dana dan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam transaksi tersebut. Penerapan asas kehati-hatian juga dapat diterapkan dalam penyusunan perjanjian kredit antara debitur dan kreditur.

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, bank menghadapi berbagai risiko usaha dan untuk menguranginya, bank wajib menerapkan prinsip kehati-hatian, salah satunya dengan penerapan prinsip kenali nasabah.

Tabel  2.1 Tingkat Kesehatan Bank Menurut Bank Indonesia Faktor yang
Tabel 2.1 Tingkat Kesehatan Bank Menurut Bank Indonesia Faktor yang

Referensi

Dokumen terkait