PERKAWINAN DI BAWAH
TANGAN MENURUTHUKUM ISLAM
DAN PENGARUHNYA TERHADAPANAK
Oleh: Ismail H. Tomu
Abstract
Marriage is a matter of religion than also including the state issues, religious issues as
it
relatesto
its implementation shall be in accidance with the termi and provisions of the religious foundation that qualiJies as a legitimate religious service, referredlo
as problem countries becauseif
problems orroiiot"d with aclministrative control of lhe state regarding the listing of tie'marriages in Indonesia.-
Marriage under the hand, brings unexpectid consequencesfor
women andchildren born of such matiages, especiiily in tie revietv of tie
iudiciil
aspect, there isno legal protectionfor both live and earn iecognition status.
The Indonesian government has signei the Convention On The Elimination Of all Forms Of Discrimination Againts l4/oman atau Cedqw,
Keywords: Marriage is Not Valid, Islamic Low, Elfect, Chitdren
Perkawinan
DalamHukum
Pandangan
Istilah perkawinan secara
etimologi menurut
poerwadarminta,(1976:453)
sebagaimana dimaksud dalam berasal dari kata ..kawin,, yangberarti perjodohan laki-laki
danperempuan menjadi suami
isteri.Adapun pernikahan (197 6:67 6) berasal
dari kata "nikah" yang berarti
perjanjian antara laki-laki
danperempuan untuk bersuami
isteridengan resmi.
Dari dua kata dasar
di
atas maka terlihat jelas bahwa berarti perjodohan antaralaki-laki
dan perempuan untukmenjadi pasangan suami
isteri,sedangkan nikahberarti
perjanjianantara
laki-laki
dan perempuan untuk bersuami isteridengan resmi. Jikaditilik
sepintas lalu maka kata .okawin,, dengan 'onikah"memiliki
makna yang sama namunmemiliki
hakikat yang berbeda.Jika "kawin"
hakikatnya perjodohan sedangkan, .,kawin,, berarti perjanjian. Namun, meskipun memiliki hakikatyang
berbeda namun kedua kata ini lazim digunakan dimasyarakat.Dimana kawin digunakan sebagai kata
umum untuk menyebut
perjodohan antara laki-laki dan perempuan secara umum,dan
katanikah lebih
banyak digunakanoleh
masyarakat muslim (Islam)yang
memangkata
dasarnya"nikah" berasal dari bahasa Arab.
Hadikusuma (1992:87)
menguraikan istilah perkawinan
sebagai
berikut:
Perkawinan adalahkata bentukan
dari kata
dasar kowin dengan diberi awalanper
dan akhiranan, menjadi kata berimbuhan
perkawinan Fungsi awalan
Perkebanyakan menunjukan arti
halttrusnn, Sehingga
Perkawinan kita dapatiistilah lain
yang menunjukkan arti yang sama yaitu pernikahan Kata dasar nikah berasal dari Bahasa Arab yang sering dihubungkan dengan kataakad yang artinYa janji
sehinggamenjadi akad nikah dalam
artiperjanjian antara Pria dan
wanitasebagai suami isteri.
Selanjutnya Yang dimaksudkan dengan perkawinan, menurut Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 1
tahun 1974,
sebagaimana dikutiP kembalioleh
Hadikusumo (1992:88) Pasal :I
adalah ikatan lahir batin antara seorangpria
dengan seorang wanita sebagaisuami isteri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagiadan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.Berdasarkan pengertian- pengertian
di
atas maka jelaslah yangdimaksudkan dengan
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan yang berikrar sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia kekal dan berdasarkan Ketuhanan.Dalam KomPilasi Hukum lslam, (1997
:
14) BabII
Pasal2
disebutkanbahwa pernikahan adalah akad Yang sangat kuat atau miitsaaqon gholidhan
untuk
mentaati PerintahAllah
danmelaksanakannya merupakan ibadah.
Zahri Hamid (1978
:
1) mengulasistilah
perkawinan sebagai berikut:Kawin
menurutistilah
Hukum Islamsama dengan kata
nikah
atau Zawaj.Nikah menurut syara' ialah akad atau
(ijab
qabul) antarawali calon
isteridengan mempelai laki-laki
denganucapan-ucapantertentu
dan
memenuhi rukun dan syaratnya.Abdul Rahman (1996:
7)menguraikan pengertian perkawinan secara
luas menurut Islam
adalah:Pertama,
meruPakanalat
untukmemenuhi kebutuhan emosi
danseksual yang sah dan benar. Kedua,
suatu
mekanismeuntuk
mengurangiketegangan. Ketiga, c'ata
unfukmemperoleh keturunan Yang
sah.Keempat, menduduki
fungsi
sosial-Kelima, mendekatkan hubungan antara
keluarga dan solidaritas
kelompok-Keenam, merupakan perbuatan menuju ketaqwaan. Ketujuh, merupakan suatu
bentuk ibadah, yaitu
Pengabdiankepada Allah mengikuti
sunnahRasulullah SAW.
Berdasarkan uraian-uraian di atas
maka yang dimaksudkan
dengan perkawinanatau
pernikahan adalahikatan
lahir
batin antara seorang laki dan seorang perempuan untuk berumah tangga, meneruskan keturunan sesuai dengan keyakinandan
agama Yang dianutnya.Syarat sahnYa Perkawinan Menurut Undang-Undang
Pasal
2
Undang-UndangNo
Itahun 1974 tentang
Pokok-PokokPerkawinan menYebutkan
sebagai berikut:(l).
Perkawinan adalah sah, apabiladilakukan menurut
hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya;(2). Tiap-tiap perkawinan
dicatatmenurut
peraturan perundang_undangan yang berlaku
Selanjutnya
untuk
kedudukan anak dalam Undang-Undangini
diatur pada BabIX
tentang kedudukan anak, pasal 42 UUNo I
tahun 1974 menyebutkanAnak yang sah
adalahanak
yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkarvinan yang sah. Kemudian dalam Pasal43UUNo I
tahun 1974 berbunyi(l)
anak yang lahirdi
luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunyadan
keluarga ibunya.(2).Kedudukan anak tersebut ayat (1)
di
atas selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.Dalam buku
I
Kompilasi HukumIslam tentang hukum
perkawinan disebutkanpada bab II
Dasar-dasar Perkawinan,yakni
pasal2
berbunyi Perkawinan Mitsaaqan menurut hukumislam
adalah pernikahanyaitu
akad yang sangat kuat atau gholiidhan untukmentaati
perintahAllah
danmelaksanakannya merupakan ibadah.
Selanjutnya dalam Pasal 4 menyatakan bahwa Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum islam sesuai dengan pasal 2 ayat
(l)
Undang-undang no.I
tahun 1974 tentang perkawinan.Lebih lanjut
ditegaskan olehPasal 5 Kompilasi Hukum
Islam menyatakan sebagai berikut:(1)Agar terjamin
ketertiban perkawinanbagi
masyarakat islam setiap perkawinan harus dicatat.(2)Pencatatan perkawinan
tersebutpada ayat (l) dilakukan
olehPegawai Pencatat Nikah
sebagaimana
yang diatur
dalam Undang-undangno 22
tahun 1946jo
Undang-undangno. 32
tahun1954
Perkawinan di bawah tangan
Perkawinan bawah tangan atau
yang dikenal dengan berbagai istilah
lain seperti 'kawin bawah
tangan,,'kawin siri'
atau'nikah sirri,,
adalahperkawinan yang
dilakukan berdasarkan aturan agamaatau
adat istiadat dan tidak dicatatkandi
kantor pegawai pencatatnikah (KUA
bagi yang beragama Islam, Kantor Catatan Sipilbagi non-Islam).Dengan
Kata lain
perkawinan bawah tangan adalah perkawinan yangtidak
dilakukakan dihadapan pegawai pencatatnikah atau
perkawinan itu tidak atau belum dicatat secara resmi, namun dianggap sah menurut hukum agama (untuk menghindari zina)jika
memenuhi syarat dan rukun nikah.
Moh. Idris Ramulyo (1996
:239) mengemukakan bahwa
yangperkawinan dibawah tangan
yang dimaksudkan adalah, suatu perkawinan yang dilakukan oleh orang-orang Islam Indonesia, memenuhi baik rukun-rukun maupun syarat-syarat perkawinan tetapitidak terdaftarkan pada
pejabatPencatat
Nikah,
sepertidiatur
dalamUndang-undang
Nomor
1 tahun 1974, pasal 4.Dalam pengertian Yang lebih luas pengertian
di bawah tangan
Yang dimaksudkan adalah perkawinan yangtidak
memenuhi sYaratdan
rukunperkawinan baik menurut
hukumnegara dalam
hal ini
Undang-undangperkawinan maupun hukum
Islamtentang Perkawinan
sebagaimantermaktub
dalam KomPilasi
HukumIslam.
Selama ini Perkawinan
di bawahtangan(kawin siri)
banYakterjadi
di
Indonesia,baik di
kalanganmasyarakat biasa, para pejabat ataupun para
artis, istilah
populernya disebutistri
simpanan. Perkawinandi
bawahtangan sebenarnya tidak sesuai dengan
"maqashid asy-syar'iyah", karena ada
beberapa tujuan sYari'ah
Yangdihilangkan, diantaranYa
sebagaiberikut:
1. Perkawinan
itu
harusdiumumkan (diketahui halaYak ramai), maksudnYa agar orang- orang mengetahui bahwa antara
A
dengan B telah terikat sebagai suamiistri
yang sYah, sehinggaorang lain dilarang
untukmelamar
A
atau B, tetaPi dalam perkawinandi bawah
tangan,selalu disembunYikan agar tidak diketahui
orang lain,
sehingga perkawinan antaraA
dengan B masih diragukan'2.
Adanya perlindungan hak untukwanita, dalam
perkawinan dibawahtangan Pihak
wanitabanyak dirugikan
hak-haknYa, karena kalauterjadi
Perceraian pihak wanita tidak mendaPatkan apa-apa dari mantan suaminYa;3. Untuk
kemaslahatan manusi4dalam perkawinan di
bawahtangan lebih banYak mudaratnYa
dari
pada maslahatnYa, sePertianak-anak yang lahir
dariperkawinan dibawah
tanganlebih tidak
terurus,sulit
untukbersekolah atau
untuk
mencari pekerjaan karena orang tuanya tidak mempunyai surat nikah dan seandainya ayahnYa meninggal dunia/cerai, anak Yanglahir
di bawahtangantidak
memPunYaikekuatan hukum untuk menuntut harta waritsan dari aYahnYa;
4.
Harus mendapatizin dari
istripertama, perkawirran ke dua, ke
tiga
dan seterusnYa Yang tidak mendapat izin dari istri Pertamabiasanya dilakukan
dibawahtangan, sehingga
istripertama tidak mengetahui bahwa suaminya
telah menikah
lagidengan wanita lain,
rumahtangga sePerti
ini
Penuh dengankebohongan
dan
dusta, karena suami selalu berbohong kePadaistri Pertama,
sehinggaperkawinan sePerti ini tidak akan mendapat rahmat dari Allah.
Kebanyak orang meYakini bahwa
perkawinan di
bawahtangan sYah menurut Islam karena telah memenuhirukun dan sYaratnYa,
sekaliPunperkawinan tersebut tidak dicatatkan di
Kantor
Urusan Agama(KUA),
atau perceraianitu
telah syah apabila telah memenuhi rukun dan syarat-syaratnya, sekalipun perceraianitu
dilakukan di luar sidang Pengadilan.Perkawinan
di
bawah tangan ini bermasalah dalam pandangan hukum negara, karena tidak dapat dibuktikan dengan sebuah Akta Nikah, sedangkan Akta Nikah hanya dibuat oleh Pegawai Pencatat Nikah (PPN), sedangkan satu- satunya alat bukti perkawinan hanyalah Akta Nikah, sesuai maksud pasal 7 ayat(l) Kompilasi Hukum lslam
Tahun 1991.Dengan demikian
makapersoalah perkawinan yang
tidaktercatat inilah menjadi
persoalah hukum, maka menjadi ranah hukumdan solusinya hanya
dengan mengajukan PengesahanNikah
(itsbatnikah) ke
Pengadilan danbagi
yang beragamaIslam
harusdi
pengaditanagama, sesuai aksud Pasal
2
ayat (Z) KompilasiHukum Islam Tahun 1991.Pada dasarnya tujuan perkawinan dalam pandangan Islam adalah untuk
memenuhi perintah agama,
dalam rangka mendirikan rumah tangga yangharmonis, sejahtra dan
bahagia.Harmonis dalam hal menjalankan hak dan kewajiban yang seimbang antara suami
istri,
sehingga tercipta kerelaandan
sepenanggungandalam
rumahtangga. Sejahtra dalam
halterpenuhinya
kebutuhan-kebutuhanhajat hidup
berumahtangga
yangbiasanya
berbentuk materi, sehingga denganmeteri ini bisa
membangunrumah tangga yang
berkecukupan.Bahagia dalam hal
terciptanyaketenangan lahir dan
bathin,ketenangan lahir akan timbul bila mana telah terpenuhi kebutuhan
lahir
yang berupa sandang pangandan
papan,sedangkan ketenangan
bathin
akantimbul bila mana telah
terpenuhikebutuhan bathin yang
berupa hubungan suamiistri
atau hubungan biologis (sex).Sebagaimana
telah
disebutkan dalam Pasal2 ayat (2) Undang-undang Perkawinan nomor 1 tahun 1974,yaitu"tiap-tiap perkawinan dicatat menurut
peraturan peraturan
perundang- undangan yangberlaku".
Begitu jugapada Pasal 4 dan Pasal 5
dalamundang-undang yang sama berbunyi ,.
Dalam hal seorang suami akan beristri lebih dari seorang (poligami), maka ia
wajib
mengajukan permohonan ke-Pengadilan di daerah
tempat tinggalnya, dengan ketentuanjika
istritidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri, istri mendapat cacat badan
atau penyakit yang sulit
untuk disembuhkandan istri tidak
dapat melalrirkan keturunan, disamping ituharus ada persetujuan dari
istri pertaman.Atau
adajaminan
bahwa suami akan berlakuadil
terhadap istri dan anak-anak mereka.Imam Syaf i
menjelaskan"pernikahan harus disaksikan oleh dua
orang saksi yang
adil,
apabila hanyasatu saja saksi yang hadir
makapernikahan tersebut adalah
bathal, saksi-saksi tersebut adalah saksi-saksiyang telah ditunjuk oleh sulthan, bukan sembarang
saksi,
karena sembarangsaksi tidak bisa di-iamin keadilannya' Menurut Jumhur ulama
,
akadnikah ada 2 (dua)
macam, masing-masing adalah: Pertama,
Akad
Yangsah sempurna Yaitu akad Yang telah memenuhi semua rukun
dan
semuasyarat
sahnyanikah. Akad
nikahsempurna
ini
membawa akibat hukumyang luas,
antaralain
suami wajib memberi mahar, nafkahlahir
(makan, pakaiandan
temPattinggal)
dannafkah batin, isteri wajib taat dan setia
kepada suami,
adanYahak
salingmewarisi antara suami isteri
danadanya hubungan nasab
anaknYadengan bapaknYa. Kedua, Akad Yang rusak atau batal/fasid Ialah akad yang salah satu
rukun
atau syarat sahnya nikah tidak terpenuhi, misalnya antarasuami isteri ternYata masih
adahubungan mahram,
atau
wanitanYa masihterikat
perkawinannya dengan orang lain, atau kawin tanpawali
atau saksi. HukumnYawajib
memisahkan diri atau dipisahkan atas putusan hakim segera setelah diketahtri cacat rukunatau syarat sah
nikahnya. nikahnyatidak membawa akibat hukum apa pun'
jika
belumtedadi
hubungan seksual anatara keduanya-Dengan
demikian, tidak ada mahar, nafkah dan iddah dantidak ada pula hak
mewarisi antara keduanya.Tetapi jika telah
terjadi hubungan seksualantara
keduanYa,maka wajib difasakh
nikahnYa,sekalipun
telah cukuP lama
hiduPsebagai suami
isteri .
Dalamhal
ini,"isteri berhak mendapat mahar dan ada
iddahnya, serta si anak
Punya hubungan nasab dengan baPaknYa.Di Indonesia
Perkawinan dibawah tangan (kawin siri)
diakuikeberada-annya, sehingga
di
Indonesiaada dua pilihan hukum
untukmelangsungkan perkawinan
(pernikahan). Pertama,
pernikahan yang dilangsungkan melalui Pegawai Pencatat PernikahanKantor
UrusanAgama, yang dikenal
denganperkawinan secara
resmi.
Kedua'perkawinan yang dilangsungkan diluar Pegawai Pencatat Pernikahan, biasanya dilakukan dihadapat tokoh
masyarakat/ulama, Yang
dikenaldengan
perkawinan tidakresmi/dibawah tangan/ siri. Perkawinan tidak resmi/siri biasanya dilakukan oleh
pria yang ingin
melangsungkan pernikahanuntuk istri ke dua
danseterusnya, karena untuk beristri lebih
dari satu
orang, seorangPria
harus mendapatkanizin dari
Pengadilan' sedangkan untuk mendapatkan izin dari Pengadilan harus ada beberapa syarat yang harus dipenuhi serta ada izin dariistri pertama. Oleh
karenaitu,
priayang ingin beristri lebih dari satu orang mereka
lebih
suka mendatangi tokoh masyarakaVulamakarena tidak
adasyarat-syarat Yan g d itentukan.
Status Anak Dalam
Perkawinan Tidak SahMengenai status anak Yang lahir
dari
perkawinantidak sah atau
dibawah tangan, maka
aPabilaperkawinan di bawah tangan
itudiartikan menurut terminologi
fiqh(nikah yang dirahasiakan
ataspermintaan suami), maka
menuruthukum Islam, anak
mempunyai hubungannasab dengan
bapaknya.Sebab, anak yang lahir dari hubungan
syibhah saja ditetapkan
narabnyakepada bapak, apalagi nikah sirri yang
termasuk nikah
yang diperselisihkan',boleh dan sahnya,;oleil para ulama. Karena itu, perkawinan di bawah tangan itu dianggap cacat /fasadyang ringan. Sedangkan
menurutpandangan
hukum posiistif,
anaknya hanya mempunyai hubungan p".dutu dengan ibunya dan keluarga ibunya.Sementara terhadap anak, tidak
sahnya perkawinan bawah
tanganmenurut hukum negara
memilikidampak negatif bagi status anak yang dilahirkan di mata hukum, yakni:
l. Status anak yang
dilahirkan dianggap sebagai anak tidak sah.Konsekuensinya,
anak
hanya mempunyai hubungan perdata denganibu dan
keluarga ibu.Artinya, si anak
tidakmempunyai hubungan
hukum terhadap ayahnya (pasal42
dan Pasal43 UU
perkawinan, pasal100 KHI). Di dalam
aktekelahirannyapun
statusnyadianggap sebagai anak
luarnikah, sehingga
hanya dicantumkannama ibu
yangmelahirkannya.
Keteranganberupa status sebagai anak luar
nikah dan tidak
tercantumnva-
nama
si
ayah akan berdampaksangat mendalam secara sosial dan psikologis bagi
si
anak dan ibunya;2.
Ketida(elasan statussi
anak dimuka hukum,
mengakibatkan hubungan antara ayah dan anaktidak kuat,
sehingga bisa saja,suatu waktu ayahnya
menyangkal bahwa anak tersebut adalah anak kandungnya;
3. Yang jelas
merugikan adalah,anak tidak berhak atas
biavakehidupan dan
pendidikan, nafkah dan warisan dari ayahnya DenganDemikian status
anakyang lahir dari nikah
di
bawah tangan (nikah yang hanya memenuhi pasal 2ayat (l)
sajadari UU
perkawinan), maka menurut hukum Islam, anaknya sah dan mempunyai hubungan nasabdengan
bapaknya.Menurut
hukumposiitf,
anaknyatidak sah,
karenanikahnya tidak sah, sebab
tidakmemenuhi Pasal 2 ayat
(l)
dan ayat (2)UU
Perkawinan. Karenaitu, si
anak hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunyadan
keluarga ibunya(vide UU
perkawinan pasal43
dan Kompialsi Hukum Islam pasal 100).Kesimpulan
Status anak yang lahir dari nikah
sirri
menuruthukum Islanr,
adalah anaknya mempunyai hubungan nasabdengan bapaknya, karena
cacat hukumnya ringan. Sedangkan menuruthukum positif, anaknya tidak
sah karena nikahnya tidak sah, sebab tidakNai
memnuhi pasal 2 ayat (1) ayat (2) UU Perkawinan.
Status anak yang lahir dari nikah di bawah tangan menurut hukum Islam,
adalah sah dan
dengan sendirinYa mempunyai hubungan nasab dengan bapaknya. Sedangkan menurut hukumpositif,anaknya tidak sah
karenanikahnya tidak sah, sebab
tidakmemenuhi pasal2 ayat
(i)
dan ayat (2) UU Perkawinan.Saran
Agar terealisasinYa
tujuanhukum, yakni adanYa
kePastian,ketertiban dan manfaat di
dalammasyarakat, hendaknya
lembagalegislatif tidak ragu lagi untuk
mensahkan Rancaangan
Undang-Undang yang
Men gkri m inal isaikan/N{empidanakan bagi pelaku dan siapa saja yang terlibat
di dalam
perkawinanSirri
tersebut,karena perkawinan yang tidak memenuhi persyaratan
kumuilatif Pasal 2 ayat (l ) dan ayat (2)
UU
Perkawinantidak
dianggaP ada perkawinan menurut hukum, sehinggatidak dapat dijadikan delict
aduanuntuk dipidanakan
sebagaimana dimaksudkan pasal279
KUHPidana.Daftar Pustaka
Al Qur'an dan
Terjemahnya, 1979/1980: DepartemenAgama RI,
ProyekPengadaan Kitab Suci
Al
Qur'an. Jakarta{Jndang-Undang Perkawinan
di
Indonesio,(UU No. I thn 1974
Tentang-
Perkowinan,PP
No. 09tahun
1975 Tentang Pelal<sanaanuu No I
Tahun 1974, PP No. 10 Tahun 1983 Tentang lzin dan Perkawinan dan Perceraian
bagi
PegawaiNegeri sipil,
danPP No 45 tahun
1990 Tentanglzin
dan Perkswinan dan Perceraian bagi Pegm,vai NegeriSipil serta Kompilosi Hukum Islam. Arkola. Surabaya
Abdurrahman,
t
t996 Perkawinan dalam Syariat lslam, PT. Rineka Cipta. Jakarta Bisri,Cik
Hasan 1998 Penuntut Penyusunan Rencana Penelitian dan PenulisanSkripsi Cet.
II
; Logos Wacana Ilmu, Jakarta.Hadikusuma, H. Hilman 1992 Bahasa Hukum Indonesia: Alumni. Bandung
Hamid, Zaltra 1999 Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan di Indonesia, Bina Cipta. Jakarta
Hamid,
H.
Rahmat 2000 Hukum Perkattinan Islam untuIAIN,
STAIN PTAIS Pustaka Setia. BandungKansil, C.S.T 1989 Pengantar llmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia: PN. Balai Pustaka. Jakarta
Rauf,
A.
Ma',mun 1996 Hukum Islam (Hukum Perkawinan dan undang-undang NomorI
Tahun 1974 Tentang Perkawinan)Sudarsono 1994 Hukum Perkowinan Nasional, Rineka Cipta. Jakarta
Ine Amirman Yousda dan Zainal Abidin, 1994 Penelitian don Statistik Pendidikan Bumi Aksara, Bandung.