• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebahagiaan Menurut Guru Zuhdi: Perspektif Tasawuf dan Psikologi Positif - IDR UIN Antasari Banjarmasin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Kebahagiaan Menurut Guru Zuhdi: Perspektif Tasawuf dan Psikologi Positif - IDR UIN Antasari Banjarmasin"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

Mujiburrahman mengatakan, Guru Zuhdi atau Guru Zuhdi merupakan salah satu ulama kharismatik di Kalimantan Selatan sepeninggal K. Guru Zuhdi mengartikan bahagia adalah ketika seseorang merasa tidak ada lagi permasalahan dalam hidup, padahal sebenarnya ia dikelilingi oleh banyak permasalahan. Sebab kunci kebahagiaan menurut Guru Zuhdi adalah pengakuan terhadap Allah sebagai Tuhan, sehingga timbullah kesadaran sebagai hamba.

Guru Zuhdi juga menyebutkan bahwa orang yang mengenal dan merasa dekat dengan Allah dan Rasulullah akan selalu merasakan ketenangan dan kedamaian hatinya. Indikator kebahagiaan lainnya menurut Guru Zuhdi adalah keadaan hati yang menerima apapun yang diberikan dan diperintahkan Tuhan. Guru Zuhdi mengatakan bahwa orang yang masih mencintai dunia, meskipun memahami ilmu syukur, sabar, dan lain-lain, tidak akan bisa mengamalkannya karena masih terjebak pada kesukaannya terhadap hal-hal yang sementara di dunia. .

Guru Zuhdi berkata, semakin seseorang itu berilmu dan mengisi hatinya dengan Allah swt, dia akan sentiasa berasa gembira. Sebagaimana yang dikatakan oleh saudara Guru Zuhdi bahawa antara perkara yang paling menggembirakannya ialah apabila dia berselawat kepada Rasulullah.143 Maka orang yang bahagia ialah orang yang mempunyai hubungan yang mesra dengan Allah dan Rasul Allah. Kebahagiaan, menurut Guru Zuhdi, bukan sahaja kebahagiaan yang vertikal dan individu, tetapi juga harus mendatar dan sosial.

Kerana menurut abangnya, selain solat, satu lagi yang menggembirakan Guru Zuhdi ialah sedekah.

Faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan

Namun harus diingat bahwa menolong orang lain harus dilakukan semata-mata karena itu yang dikehendaki dan disukai Allah, agar tidak mengharapkan pujian, pengakuan, dan rasa hormat dari orang lain. Sebab ketika pertolongan diberikan tanpa keikhlasan dan mengharapkan imbalan, alih-alih merasakan kebahagiaan, ia justru merasa kecewa, marah, dan sakit hati jika tidak dipuji atau diberi respons yang semestinya. Jadi jika seseorang bahagia, ia ingin membantu, berperilaku baik terhadap orang lain, dan menjaga hubungan baik dengan orang lain.

Karena selain bahagia atas kebahagiaan yang dibagikannya, Allah juga akan membalasnya dengan pahala yang besar asalkan perbuatannya dilakukan dengan ikhlas, semata-mata karena Allah SWT. Pandangan yang dimaksud adalah pola pikir yang digunakan untuk menyikapi berbagai hal yang terjadi dalam kehidupan. Pandangan yang benar menurut Guru Zuhdi adalah setiap orang hendaknya menyadari bahwa hasil tidak selalu sesuai dengan usaha.

Karena dengan mentalitas seperti ini, ketika hasil yang didapat tidak sesuai dengan besarnya usaha yang dikeluarkan, maka timbullah rasa sakit dan kekecewaan. Ketika ia menyadari bahwa tidak setiap usaha selalu berakhir dengan kesuksesan, maka ia akan tenang dan rela menerima berbagai konsekuensinya, karena tentunya ada hikmah di baliknya.

Proses untuk Mencapai Kebahagiaan

Dikatakannya, orang yang memahami perbuatan Tuhan akan melihat bahwa apa yang diputuskan Tuhan pasti mengandung hikmah dan kebaikan. Landasan dan kunci tasawuf yang diajarkan Guru Zuhdi atau Guru Zuhdi adalah pemahaman tauhid yang kokoh. Guru Zuhdi menjelaskan dalam ceramahnya bahwa jika seseorang tidak dermawan maka ia akan merasa kesepian, apalagi ketika ia sudah tua, ketika tubuhnya sudah tidak kuat lagi untuk melakukan banyak aktivitas fisik dan bepergian seperti pada masa mudanya.

Guru Zuhdi mencontohkan sebuah rumah yang dekat dengan jalan raya yang dilalui oleh mobil, sepeda motor dan kebisingan kendaraan lain. Guru Zuhdi bersabda bahwa sebagai hamba hendaknya kita merasa bahwa Tuhan telah melayani kita dengan sangat baik. Seperti pengertian Zuhud menurut Al-Ghazâli, Guru Zuhdi juga mengartikan dengan hakikat yang sama bahwa dunia hanyalah tempat tinggal sementara, akhirat adalah tempat tinggal orang-orang yang kekal selamanya.

Kata Bu Zuhdi, orang yang masih mencintai dunia belum benar-benar mengenal Tuhan. Guru Zuhdi bersabda, jika seorang hamba mempunyai ma'rifah (ilmu) tentang Allah dan amal-Nya, maka tidak ada alasan untuk marah atau tidak terima jika ia mengalami musibah atau musibah. Guru Zuhdi menjelaskan bahwa yang ditakutkannya bukanlah musibah seperti kemiskinan, penyakit, kekurangan, dan sebagainya.

Dari Guru Zuhdi beliau menyebutkan sabda ulama bahwa jalan yang harus ditempuh untuk memahami dan memahami adalah husnuzhan yaitu berpikir yang baik. Guru Zuhdi mengatakan, begitulah manusia, jika tidak melihat pahala dan pahala maka akan sangat bosan.170. 168 Guru Zuhdi – Belajar Bersyukur dan Sabar dari Saus Labu (Waluh), 2020, https://www.youtube.com/watch?v=Xey-l-jgfvI.

Guru Zuhdi mengatakan, batas minimal keikhlasan adalah menginginkan balasan yang baik di akhirat, bukan saat ini. Seperti yang dikatakan Guru Zuhdi yang dikutip Rifattama dalam pemahaman orang yang sudah mengenal dirinya: Selama Allah ridha dengan hidupnya, sekalipun ia miskin atau tersinggung, ia tidak akan merasa dirugikan. Ketika seorang hamba telah menjadi ma'rifah kepada Rabbnya, Guru Zuhdi bersabda bahwa yang patut selalu diucapkan adalah puji dan syukur.

Karena bagi orang yang telah mengenal Allah, di setiap nikmat maupun musibah yang diberikan, ada cinta-Nya. Guru Zuhdi mengatakan, selayaknya seorang mukmin yang beriman kepada Allah SWT dan Maha Besar adalah orang yang rendah hati dan tidak sombong. Tidak hanya mengajarkan teori bagaimana menjadi rendah hati, namun sifat ini tercermin dalam setiap sikap guru Zuhdi.

Dalam penelitian Novisari, dkk disebutkan bahwa guru Zuhdi menyumbangkan sapinya untuk dijadikan pengabdian pada saat Festival Kurban.

Referensi

Dokumen terkait

Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN ANTASARI BANJARMASIN TENTANG PEMBIMBING SKRIPSI MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU