LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH AGROFORESTRY
ACARA 2
KEBERHASILAN PERTANAMAN DENGAN SISTEM AGROFORETSRI
Oleh :
Mohamad Dava Aditya H1020045
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2023
A. TUJUAN
Mahasiswa dapat Mahasiswa memahami manfaat agroforestri dan interaksi ekonomi serta ekologi yang terbentuk
B. TINJAUAN PUSTAKA
Agroforestri merupakan salah satu sistem pengelolaan hutan multitajuk yang terdiri dari campuran pepohonan, dengan tanaman pertanian dan atau dengan ternak dalam satu bidang lahan (Olivi, 2015).
Kegiatan tersebut bertujuan utama lahan yang digunakan dapat meningkatkan manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan dengan tetap mempertahankan jumlah dan keragaman produksi lahan (Hairiah, et al., 2004). Menururt Huxley (1999) agroforestri digunakan untuk memperoleh produk secara berkelanjutan yang dapat meningkatkan keuntungan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Komposisi yang beragam tersebut menjadikan agroforestri memiliki fungsi dan peran yang lebih dekat dengan hutan dibandingkan dengan pertanian, perkebunan, lahan kosong atau lahan terlantar (Widianto dkk, 2003).
Agroforestri sering dianggap dapat menawarkan keseimbangan antara konservasi dan produksi dalam sistem pertanian untuk memberikan manfaat sosial ekonomi dan ekologi, Agroforestri juga mendorong petani untuk melakukan diversifikasi usaha dan menciptakan sistem pertanian yang tangguh (Muktasam et al., 2019). Bukhari dan Febryano (2010) merekomendasikan agroforestri sebagai solusi masalah sosial, ekonomi dan lingkungan pada lahan kritis.
C. METODE
Alat dan Bahan 1. Tally sheet 2. Alat tulis 3. Kamera
4. Phiband/ Diameter tape 5. Hagameter
6. Luxmeter
Cara Kerja
1. Datangilah lokasi dengan sistem pertanaman agroforestri (KHDTK Gunung Bromo)
Lokasi 1: Blok B (Pinus dan Tanaman pertanian) Lokasi 2: Blok E (Sonokeling dan Tanaman pertanian) Lokasi 3: Pinus dan Porang
2. Membuat plot berukuran 20 x 20 m atau sesuai dengan luasan lahan agroforestry
3. Mencatat jenis tanaman penyusun yang ada dalam lokasi dan plot 4. Mengamati kondisi lingkungan di lokasi pertanaman agroforestry
(suhu, kelembaban, kondisi tanah, intensitas cahaya, persen naungan, ketebalan seresah) pada tiap lokasi
5. Menghitung jumlah dari tanaman pertanian dan tanaman keras yang hidup. Mengamati jarak tanam yang digunakan
6. Menjabarkan manfaat ekonomi dan ekologi dari masing-masing jenis tanaman yang ditanam pada lokasi
D. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Jenis, jumlah, dan persentase hidup lokasi 1
LOKASI 1
JENIS JUMLAH %
HIDUP Manfaat ekologi
Manfaat ekonomi
Harga per...
(kg/lain sbg) Kacang 68 100% Akar kacang tanah
menjamin
ketersediaan unsur hara dan nitrogen
Sebagai bahan
baku industri Rp. 28.000
Kacang panjang 4 66,67%
Meningkatkan kesuburan tanah
Sebagai pemenuh kebutuhan rumah
tangga Rp. 17.893
Kacang rambat 144 90% Sebagai penambah nitrogen
sebagai bahan
pangan Rp. 18.000
Kacang tunggak 4.032 98%
Meningkatkan kesuburan tanah
Sebagai pemenuh kebutuhan rumah
tangga Rp. 17.893
Kenikir 35 100% Mendukung
kompleksitas
sebagai bahan
pangan Rp. 5.000
Ketela pohon 43 21,50% Mendukung
kompleksitas sebagai bahan
pangan Rp. 12.000
Kopi 1 100% Mendukung
kompleksitas
sebagai bahan
kopi Rp47.000
Lembayung 3088 79%
Meningkatkan kesuburan tanah
Sebagai pemenuh kebutuhan rumah
tangga Rp. 17.893
Mahoni 38 100%
Sebagai cadangan karbon
sebagai bahan untuk meubel, furnitur, barangbarang ukiran dan berbagai
kerajinan tangan Rp. 810.000
Nangka 1 20% Menyerap gas atau
partikel beracun diudara, meredam kebisingan
Sebagai penyedia kayu, sebagai
penyedia buah Rp.35.000
Pepaya 1 100%
Mendukung kompleksitas
Sebagai pendudkung
makanan pokok Rp. 20..000
Pinus 31 60%
Dapat mencegaj terjadinya erosi
Sebagai penghasil resin yang digunakan untuk bahan baku indutri
Sebagai penghasil kayu
Getah : Rp.16.700 /kg
Kayu : mulai Rp.
550.000/m3
Pisang 26 100% Mencegah
terjadinya erosi dan meningkatkan
Sebagai bahan baku industri
Rp.
9000/tanduk
kualitas tanah
Rumput Gajah 115 100% Mampu
mnegurangi terpaan hembusan angin yang merobohkan tanaman
Dapat
meningkatkan pendapatan petani
Rp. 25.000 /ikat Singkong 120 89% Kompos kulit
singkong dapat digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah
Sebagai sumber karbohidrat
pengganti nasi Rp. 12.000
Terong 7 85% Sebagai
pendukung kompleksitas
Sebagai pemenuh
kebutuhan sayur Rp. 7.000
Ubi jalar 40 100% Mendukung
kompleksitas
Sebagai alternatif
pengganti nasi Rp8.000 Total
7794
Rata-rata 83%
Tabel 2. Jenis, jumlah, dan persentase hidup lokasi 2
LOKASI 2 Jenis Jumla
h
% Hidup Manfaat ekologi
Manfaat ekonomi
Harga per...
(kg/lain sbg) Sonokeling 33 80% cadanagan
karbon
produk olahan kayu
Rp.
35.000.000/m3
Tabebuya 10 100%
peneduh
hhbk bunga
tabebuya Rp. 50.000
Singkong 2111 98% Kompos kulit singkong dapat digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah
Sebagai sumber karbohidrat
pengganti nasi Rp. 12.000 Ketela
Pohon 1
152 67,06% Kompos kulit singkong dapat digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah
Sebagai sumber karbohidrat
pengganti nasi Rp. 12.000 Ketela
Pohon 2
60 100% Kompos kulit singkong dapat digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah
Sebagai sumber karbohidrat
pengganti nasi Rp. 12.000 Total
2366
Rata-rata 89%
Tabel 3. Jenis, jumlah, dan persentase hidup Plot 2
LOKASI 3 Jenis Jumlah %Hidup Manfaat
ekologi
Manfaat ekonomi
Harga per...
(kg/lain sbg)
Mahoni 16 95% peneduh,
simpanan karbon
bahan baku mebel,
poengobatan 2.000.000
Pinus 54 94%
Dapat mencegaj terjadinya erosi
Sebagai penghasil resin yang digunakan untuk bahan baku indutri Sebagai penghasil kayu
Getah : Rp.16.700 /kg Kayu : mulai Rp.
550.000/m3
Porang 164 21%
konservasi air
umbi porang, bahan
perekat Rp15.000
Lembayung 700 15,75%
Konservasi tanah
Sebagai penghasil
makanan pendukung 5.000 / ikat Total
934
Rata- rata 61%
Lokasi praktikum berada pada KHDTK, Menurut informasi dari UPT DIKLATHUT UNS (2019) Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Gunung Bromo secara geografis terletak antara 7°34’21,93” - 7°35’38,90” LS dan 110°59’40,39” - 111°0’49,36” BT. Dengan Luas wilayah hutan 126,291 ha. KHDTK Alas Bromo memiliki kondisi hidrologi dekat dengan waduk dan dinilai cukup baik dengan kondisi iklim agak basah. Untuk intensitas cahaya dan persen naungan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Intensitas cahaya dan persen naungan
Intensita s Cahaya
(%)
Persen Naungan
(%) Lokasi
1
94,04 5,96
Lokasi
2 93,68 6,32
Lokasi
3 36,02 63,98
Intensitas cahaya pada tabel hasil pengamatan diperoleh data lokasi 1 memiliki rata-rata intensitas cahaya sebesar 94,04% dan persen naungan sebesar 5,96%. Lokasi 2 memiliki rata-rata intensitas cahaya sebesar
93,68% dan persen naungan sebesar 6,32%. Lokasi 3 memiliki rata-rata intensitas cahaya sebesar 36,02% dan persen naungan sebesar 63,98%.
Hasil tabel ini menunjukkan kerapatan tajuk yang dimiliki setiap lokasi.
Semakin besar intensitas cahaya maka kerapatan tajuk lokasi tersebut renggang dan cahaya banyak yang masuk pada lahan. Dapat dikatakan bahwa pada lokasi 3 memiliki intensitas cahaya rendah, yang berarti masa tanam pohon sudah berlangsung cukup lama.
.Berdasarkan hasil praktikum pada lokasi 1, 2, dan 3 memiliki rata- rata persen hidup tanaman yang berbeda-beda. Lokasi 1 menunjukkan rata-rata persen hidup 87% dari 7794 tanaman dengan 16 jenis tanaman yang terdiri 3 tanaman berkayu yakni Pohon Pinus, Mahoni, dan Nangka;
12 tanaman pertanian, dan 1 pakan ternak . Lokasi 2 menunjukkan rata- rata persen hidup 89% dari 2366 tanaman dengan 3 jenis tanaman yang terdiri dari 2 tanaman berkayu yaitu Pohon Mahoni dan Tabebuya, dan 1 tanaman pertanian. Lokasi 3 menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan dibandingkan dengan plot 1 dan polot 2, yakni sebesar 61%
hidup dari 934 tanaman dengan 2 jenis tanaman berkayu yaitu Pohon Mahoni dan Pinus; 2 jenis tanaman pertanian.
Berdasarkan hasil perhitungan persen hidup pada setiap lokasi, lokasi 3 merupakan lokasi yang memiliki persen hidup paling rendah yaitu 61%. Hal ini menunjukkan belum maksimalnya pertanaman sistem agroforestri yang diterapkan pada lokasi 3 dengan sistem agroforestri pinus dan porang. Terutama pada tanaman pertaniannya yaitu, porang dan lembayung hanya memiliki persen hidup masing-masing 21% dan 15,75%.
Manfaat ekologi di lokasi 1 yang dihasilkan dari 12 tanaman pertanian adalah terjaminnya ketersediaan unsur hara dan nitrogen sehingga meningkatkan kesuburan tanah serta sebagai penambah nitrogen dan mendukung kompleksitas lahan. Tanaman kehutanan memiliki manfaat ekologi sebagai pencegah erosi, menyerap partikel racun, menyerap kebisingan, dan sebagai cadangan karbon. Manfaat ekologi yang dihasilkan lokasi 2 yaitu sebagai cadangan karbon, tanaman peneduh, dan
memperbaiki kesuburan tanah. Manfaat ekologi yang dihasilkan pada lokasi 3 yaitu sebagai peneduh, simpanan karbon, mencegah terjadinya erosi, dan sebagai konservasi air dan tanah.
Manfaat ekonomi yang dihasilkan pada lokasi 1 yaitu tanaman pertanian kebanyakan sebagai bahan pangan dan kebutuhan rumah tangga, ada juga bahan dasar pembuatan kopi serta bahan penggati makanan pokok, pada tanaman kehutanan memiliki manfaat ekonomi sebagai bahan baku industri, penghasil kayu, penyedia buah, serta sebagai bahan untuk meubel, furnitur, barang-barang ukiran dan berbagai kerajinan tangan.
Lokasi 2 memiliki manfaat ekonomi produk olahan kayu, bungan Tabebuya sebagai HHBK seperti untuk dibuat teh, dan tanaman pertanian sebagai pengganti makanan pokok. Lokasi 3 memiliki manfaat ekonomi yaitu tanaman kehutanan sebagai bahan baku mebel, turunan dari mahoni sebagai pengobatan, pinus sebagai penghasil resin yang digunakan untuk bahan baku industri, dan sebagai penghasil kayu, pada tanaman pertanian porang dimanfaatkan sebagai pengganti pangan pokok, bahan perekat, dan lembayung sebagai penghasil makanan pendukung.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari lokasi 1 hingga lokasi 3 dapat disimpulkan keberhasilan pertanaman dengan sistem agroforestri pada lokasi 1 dan lokasi 2 memiliki persen hidup yang tinggi yaitu 87%
dan 89% sehingga dapat dinyatakan berhasil, akan tetapi pada lokasi 3 persen hidup hanya sekitar 61% sehingga dinyatakan belum maksimal pada pengelolaan agroforestrinya.
Manfaat ekologi dan manfaat ekonomi yang diperoleh pada semua lokasi rata-rata lahan agroforestri memiliki manfaat yang bisa digunakan oleh masyarakat sekitar salah satunya pemanfaat tanaman pertanian sebagai kebutuhan bahan pangan yang bisa dikonsumsi ataupun dijual
dengan harga yang sudah tertera, pada tanaman kehutanan yang sering dimanfaatkan adalah getah pinus.
DAFTAR PUSTAKA
Bukhari & Febryano, I. 2010. Desain Agroforestry pada Lahan Kritis (Studi Kasus di Kecamatan Indarpuri Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Perennial.
6(1): 53-59.
Hairiah, K,D. Suprayogo, dan M.V. Noordwijk. 2004 . Ketebalan Seresah sebagai Indikator Daerah Aliran Sungai (DAS) yang Sehat. Bogor: Word Agroforestry Center.
Huxley, P. 1999. Tropical Agroforestry. Blackwell Science Ltd, UK, ISBN 0-632- 04047-5.371pp.
Muktasam, A., Reid, R., Race, D., & Perdana, A. (2019). Extention Approaches To Promote Lessons Learned From Indonesia. World Agroforestri Congress.
Olivi, Rafin, Rommy Q., & Firdasari. 2015. Kontribusi Agroforestri Terhadap Pendapatan Petani Di Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. Jurnal Sylva Lestari. 3 (2): 1-12.
UPT DIKLATHUT UNS. 2019. Kondisi Umum. Diakses pada 1 April 2023, dari https://diklathut.uns.ac.id/khdtk-gunung-bromo/kondisi-umum/
Widianto., K. Hairiah., D. Suharjito dan M.A. Sardjono. 2003. Fungsi Dan Peran Agroforestri. Buku Ajar. Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia. 6-33p.