• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebiasaan Masyarakat Muslim Terhadap Penentuan Waktu Hari Dan Bulan Pada Pernikahan Di Desa Cilellang Tinjauan Hukum Islam

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Kebiasaan Masyarakat Muslim Terhadap Penentuan Waktu Hari Dan Bulan Pada Pernikahan Di Desa Cilellang Tinjauan Hukum Islam"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Dengan akad nikah, seorang pria dan wanita bersatu untuk hidup bersama dan membentuk keluarga sebagai suami istri ةءرلماو لجرلا ييب ةرشعلا لح. Akad nikah menimbulkan hak dan kewajiban sebagai suami istri. امٍيكلام gnisam isilamiskam ,ن ً خ قو ق وها عل ي ه ن ً واج با ت وذ يد-setiap pihak baik suami maupun istri sangat diperlukan untuk memenuhi kewajibannya.

Rumusan Masalah

Fenomena yang terjadi pada masyarakat Bugi adalah tradisi memilih hari dan bulan keberuntungan untuk melangsungkan pernikahan. Untuk menentukan hari atau bulan baik untuk melangsungkan perkawinan, keluarga yang berencana menikahkan anaknya bertanya kepada sesepuh atau orang pintar atau tokoh adat berdasarkan perhitungan Lontara Bugis.

Kegunaan Penelitian

Untuk menganalisis tinjauan hukum Islam tentang prosesi penentuan waktu hari dan bulan pada pernikahan di Desa Cilelang, tinjauan hukum Islam.

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Penelitian Relevan

Penelitian Muhamad Nur Ihwan Ali berjudul: “Pandangan Hukum Islam Terhadap Larangan Nikah Pada Bulan Muharram Bagi Penganut Kejawen (Studi Pada Abdi Dalem Kraton Yogyakarta)”. 18Muhamad Nur Ihwan Ali, “Pandangan Hukum Islam Terhadap Larangan Nikah di Bulan Muharram Bagi Umat Kejawen (Studi pada Abdi Dalem Kraton Yogyakarta)”, (Skripsi, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2013).

Tinjauan Teori

Manzur mengkategorikan 'urf sebagai antonim dari kejelekan dan mengartikannya dengan sesuatu yang baik dan menentramkan. Di kalangan ahli bahasa Arab ada yang menyamakan kata 'adat dan 'urf, kedua kata itu mutaradif (sinonim). Konsep 'urf dan adat oleh sebagian besar ahli hukum Islam dipahami sama dan tidak berbeda, meskipun ada ulama yang membedakan keduanya yaitu dari segi cakupannya, bahwa adat lebih umum daripada 'urf.

Peneliti linguistik menganggap bahwa kata adet dan 'urf adalah dua kata yang bersinonim (mutaradif). Sedangkan kata urf memiliki arti diketahui, bukan untuk diulang berkali-kali, melainkan karena perbuatan tersebut sudah dikenal dan dikenal banyak orang. Al-'urf al-amali (adat yang berupa perbuatan) adalah kebiasaan masyarakat yang berkaitan dengan perbuatan biasa atau mu'amalah perdata.

Al-„urf al-am (adat umum) adalah adat istiadat tertentu yang berlaku luas di seluruh masyarakat dan di seluruh wilayah. Al-„urf al-khas (adat yang bersifat khusus) adalah adat istiadat yang berlaku di wilayah masyarakat tertentu. Al-'urf al-shahih (adat yang dianggap sah) adalah 'urf yang tidak bertentangan dengan salah satu dalil syariat', tidak bertentangan dengan maslahah.

Al-'urf al-fasid (kebiasaan yang dianggap rusak) adalah kebiasaan yang bertentangan dengan dalil-dalil syara' dan prinsip-prinsip dasar yang ada dalam syara'.

Kerangka Pikir

Secara etimologis, hukum Islam adalah segala macam ketentuan atau ketetapan yang berkaitan dengan satu hal yang ketentuannya diatur dan ditentukan oleh agama Islam. Alquran adalah sumber hukum Islam.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
  • Jenis dan Pendekatan Penelitian
  • Lokasi dan Waktu Penelitian
  • Fokus Penelitian
  • Jenis dan Sumber Data
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Uji Keabsahan Data
  • Teknik Analisis Data

Fenomena kebiasaan menentukan waktu hari dan bulan ini menjelaskan pentingnya menentukan waktu hari dan bulan yang baik untuk mengadakan acara bagi masyarakat Desa Cilelang. Namun, sudah menjadi fenomena bagi masyarakat Cilelang yang akan menikah, untuk mencari hari dan bulan keberuntungan. Adapun kebiasaan penentuan waktu hari dan bulan baik untuk menikah, yang dikaitkan dengan kepercayaan akan keberuntungan, nasib baik atau kesialan, maka ini sudah masuk ranah akidah.

3. Biasanya setelah saya menentukan waktu hari dan bulan yang baik untuk kedua mempelai, biasanya sebulan setelah hari H pernikahan. Hal itu sesuai dengan syariat Islam karena tidak ada dalam penentuan waktu hari dan bulan yang menyalahi aturan Islam itu sendiri. Wawancara dengan Ibu Sennang sebagai orang tua yang dipercaya untuk menentukan hari dan bulan terbaik untuk menikah.

Wawancara dengan Pak Syekh Bibu sebagai orang tua yang dipercaya bisa menentukan waktu hari dan bulan yang baik untuk melangsungkan pernikahan. Wawancara dengan Bapak H. Jalaludin selaku orang tua yang dipercaya dapat menentukan waktu hari dan bulan yang tepat untuk melangsungkan pernikahan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kebiasaan Masyarakat Muslim Dalam Prosesi Penentuan Waktu Hari dan

Penjadwalan hari dan bulan yang baik memiliki pedoman tersendiri, dengan mengikuti pedoman tersebut mereka yakin bahwa apa yang mereka kerjakan dapat berjalan dengan baik, sesuai rencana dan berakhir dengan baik. Pedoman penentuan waktu hari dan bulan yang tepat oleh orang bijak atau tokoh adat menggunakan bahasa Bugis Lontara dan lambang-lambang tertentu berupa lambang-lambang khusus yang dibuat sedemikian rupa untuk diwariskan. Penentuan waktu hari dan bulan antara satu orang dengan orang lain bukanlah cara penentuan yang sama.

Hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan Ibu Sennang yang menjelaskan bagaimana cara menentukan waktu hari dan bulan yang benar. Sedangkan menurut Syekh Bibu, cara penentuan waktu hari dan bulan yang tepat berbeda dengan cara yang dijelaskan oleh Ibu Sennang dan H. Hasil wawancara di atas jelas membuktikan bahwa tradisi penentuan waktu hari dan bulan dalam sebuah pernikahan sudah menjadi adat yang selalu dilakukan setiap kali diadakan pernikahan.

Nasrianti, kebiasaan menentukan jam hari dan bulan perkawinan yang dilakukan oleh orang bijak tidak pernah salah, yang berasal dari nenek moyang yang ilmunya tercatat dalam kitab lontar dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Tinjauan hukum Islam tentang adat istiadat masyarakat muslim dalam menentukan waktu hari dan bulan pada pesta pernikahan di desa Cilelang.

Gambar 2.1 Gambar Lontara Bugis
Gambar 2.1 Gambar Lontara Bugis

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kebiasaan Masyarakat Muslim Dalam

Namun, dengan penjelasan di atas, boleh jadi adat penentuan masa hari dan bulan perkahwinan yang dilakukan oleh masyarakat Cilelang termasuk dalam hal ini. Adat penentuan hari dan bulan perkahwinan yang dilakukan oleh masyarakat Cilelang termasuk dalam kategori solat simbolik yang dibenarkan dalam Islam. Dan anda tidak boleh bergantung kepada penentuan masa hari dan bulan yang baik dalam proses perkahwinan, ada seseorang yang memberi manfaat atau mudarat selain daripada Allah SWT dan anda tidak boleh mempercayai adat ini mengenai nasib seseorang.

Bagaimana Anda menentukan bulan dan hari yang menguntungkan untuk mengadakan pernikahan seseorang? Bagaimana pendapat anda sendiri tentang penentuan bulan dan hari pernikahan, apakah cara ini sesuai dengan syariat Islam. Apa alasan anda mempercayai orang pintar/pemuka adat untuk menentukan waktu bulan dan hari pernikahan?

3. Saya percaya karena jika saya mengikuti waktu bulan dan hari pernikahan ini, acara pasti akan berjalan dengan lancar. 3. Percaya hanya kepada Allah SWT untuk menetapkan waktu dalam bulan dan hari pernikahan itu sendiri mengikuti adat yang ada di masyarakat.

PENUTUP

Simpulan

Masyarakat desa Cilelang memiliki adat yang sudah turun temurun dari orang tua atau leluhurnya dan masih dipraktekkan hingga saat ini yaitu adat penentuan waktu hari dan bulan baik (Makkita Esso Kanja) yang terdapat pada acara pernikahan. Penentuan waktu hari dan bulan baik memiliki pedoman tersendiri. Pedoman penentuan waktu hari dan bulan yang benar menggunakan bahasa Bugis Lontara dan lambang-lambang tertentu. Simbol-simbol tersebut merupakan simbol-simbol khusus yang dibuat sedemikian rupa sebagai warisan budaya leluhur Bugis terdahulu. Tentu saja simbol-simbol tersebut memiliki arti tersendiri dan hanya orang-orang tertentu saja yang dapat memahami maknanya. Dalam prosesi pementasan, calon mempelai dan mempelai laki-laki atau keluarga calon mempelai wanita hanya perlu datang ke rumah orang bijak/pemuka adat untuk meminta waktu yang baik untuk melangsungkan pernikahan dan setelah menentukan waktu yang baik, kami memberikan uang yang nilai nominalnya bersedia kami berikan kepada orang bijak/pemuka adat tersebut sebagai bentuk rasa terima kasih kami telah memberikan pengarahan untuk waktu yang baik untuk pernikahan tersebut.

Jika catatan pentingnya adalah kita tidak boleh meyakini penentuan waktu baik hari dan bulan dalam proses pernikahan, ada yang memberi manfaat atau mudharat selain Allah SWT. Dan jika adat penentuan waktu hari dan bulan baik untuk melangsungkan perkawinan dikaitkan dengan kepercayaan akan nasib baik, nasib baik atau kesialan seseorang, maka hal ini dikaitkan dengan kearifan lokal yang bersifat informatif. Adapun dari hasil wawancara penelitian, sebagian besar masyarakat meyakini bahwa adat bukan sekedar doa simbolis, namun kebiasaan ini sudah dikaitkan dengan keyakinan akan adanya rejeki seseorang, sehingga kebiasaan ini termasuk menyimpang dari pandangan hukum Islam.

Saran

Awalnya, Anda mungkin diminta untuk menentukan bulan dan hari pernikahan seseorang. Kapan biasanya kedua mempelai atau keluarga mempelai wanita datang ke sini untuk menanyakan waktu bulan dan hari baik untuk melangsungkan pernikahan. Bagaimana jika seseorang yang ingin menikah tidak datang dan menanyakan bulan dan hari keberuntungan untuk menikah.

4. Yang saya lihat di keluarga saya tidak percaya atau terpaku pada waktu bulan dan hari pernikahan, tentunya selama mendekati hari H pasti ada kendala. 5. Saya tidak mengerti apa itu tinjauan hukum Islam, tapi menurut saya waktu bulan dan hari pernikahan itu sah karena tidak menduplikat Allah. 3. Saya percaya karena kebiasaan ini sudah turun temurun dalam keluarga saya dan memang menjadi kewajiban setiap kali ingin melakukan suatu acara penting harus menentukan waktu bulan dan hari yang tepat, apalagi jika penentuan jam bulan dan hari oleh orang pintar tidak pernah salah.

5. Menurut saya tidak ada yang salah dengan syariat Islam, karena saya tahu bahwa ilmu menentukan waktu bulan dan waktu sekarang ini berasal dari nenek moyang yang ilmunya tercatat dalam kitab Lontara. 5. Sesuai dengan syariat Islam karena hanya mencantumkan waktu bulan dan hari. Tidak ada yang salah dengan caranya memberi tahu waktu. 3. Saya percayakan kepada orang pintar untuk mengatur waktu bulan dan hari pernikahan, karena saya melihat kebiasaan tetangga saya ini, acara pasti lancar sampai hari acara.

3. Karena waktu bulan dan hari yang ditentukan oleh orang pintar ini tidak pernah salah dan tidak pernah menimbulkan masalah, makanya kami percaya.

Gambar

2.2  Gambar Lontara Bugis  49
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Gambar Lontara Bugis

Referensi

Dokumen terkait

Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan Dan Bimbingan Konseling (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), 3. 12 Amri Marzali, Metode Etnografi James P. Spradley, Metode