• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hambatan Non-Tarif Dalam Kebijakan Larangan Ekspor Bijih Nikel Indonesia Ditinjau Dari Hukum Perdagangan Internasional = Non-Tarif Barrier In Indonesia’s Nickel Ore Export Prohibition Based On International Trade Law - Repository Universitas Hasanuddin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Hambatan Non-Tarif Dalam Kebijakan Larangan Ekspor Bijih Nikel Indonesia Ditinjau Dari Hukum Perdagangan Internasional = Non-Tarif Barrier In Indonesia’s Nickel Ore Export Prohibition Based On International Trade Law - Repository Universitas Hasanuddin"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

Ica, Jien, Ida, Azhar, Epen S.H., Dinda Fadila yang selalu membingungkan, Rendi, Christo, Eca, Liza, Yudi, Giril dan Teman Sekelas HI 2017 lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Teman-teman MKU-E penulis selama 2 semester berbagi suka dan duka lulus mata kuliah umum, Mel, Nisa Roem, Suci, Nanda, Shabrina, Wiwi, Retno, Ilo dan teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu;

Latar Belakang Masalah

Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) merupakan organisasi perdagangan internasional multilateral yang mempunyai fungsi integral dalam meningkatkan perdagangan barang dan jasa lintas batas negara.4 Pembentukan WTO pada tahun 1995 didasarkan pada serangkaian perjanjian yang disepakati oleh sejumlah negara di dunia. dunia Tujuannya adalah untuk mengatur dan mengawasi perdagangan dunia dengan mendorong dan mengatur perdagangan bebas 5 Sejak saat itu, GATT dialihkan menjadi lampiran aturan Perjanjian WTO. 4 Saat ini WTO mempunyai 159 negara anggota, Indonesia sendiri merupakan salah satu dari 81 negara yang pada tahun 1995 resmi menjadi anggota WTO melalui undang-undang no. Namun pada tahun 2019, dengan dikeluarkannya kebijakan larangan ekspor nikel melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) no. 11 Tahun 2019, diputuskan untuk mempercepat perizinan ekspor nikel yang awalnya terbatas dan larangan tersebut baru berlaku pada 11 Januari 2022.

Dan pemurnian hasil pertambangan dalam negeri wajib dilakukan paling lambat 5 (lima) tahun setelah diundangkannya undang-undang tersebut,13 yang berarti penerapan kebijakan pelarangan ekspor nikel dalam bentuk mentah akan mulai berlaku pada tahun 2014. Yang pertama adalah Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Pertambangan dan Batubara, yang kemudian direvisi pada tahun 2017 dengan Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2017 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Mineral dan Pertambangan. Penerapan kebijakan larangan ekspor bijih nikel di Indonesia mungkin terkait dengan hambatan non-tarif.

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

Keaslian Penelitian

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis dan Sumber Bahan Hukum

15 Dalam penelitian hukum ini penulis menggunakan pendekatan perundang-undangan (statue Approach), atau pendekatan yuridis yaitu penelitian terhadap produk-produk hukum. 21 Pendekatan ini dilakukan dengan menelaah dan menganalisis peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan hukum yang bersangkutan. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 25 Tahun 2018 tentang Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang berupa dokumen resmi, buku hasil penelitian berupa laporan, jurnal, dan lain-lain.23. Materi tersier adalah materi yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan bahan hukum tersier berupa kamus hukum, bahan seminar, media massa dan internet24 yang dapat mendukung penelitian ini.

Analisis Bahan Hukum

16 5) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 25 Tahun 2018 tentang Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.

Hukum Perdagangan Internasional

  • Pengertian Hukum Perdagangan Internasional
  • Subjek Hukum Perdagangan Internasional
  • Sumber Hukum Perdagangan Internasional

Dalam kegiatan perdagangan internasional tentunya terdapat berbagai permasalahan hukum yang mempunyai peranan penting dalam terselenggaranya hubungan perdagangan internasional. Subyek hukum yang dimaksud adalah para pelaku perdagangan internasional yang mampu mempertahankan hak dan kewajibannya di hadapan otoritas kehakiman, serta mampu dan berkompeten merumuskan aturan hukum di bidang hukum perdagangan internasional.33 Sementara itu. Organisasi Perdagangan Internasional adalah organisasi yang bergerak di bidang perdagangan internasional dan dibentuk berdasarkan perjanjian internasional sebagai dasar hukum pendiriannya.

Organisasi perdagangan internasional sebagai subjek hukum perdagangan internasional lebih berperan sebagai regulator, yang akan mengeluarkan peraturan yang mengikat bagi anggotanya.35. Menurut Houtte, Rafiqul Islam dan Booysen, terdapat keterkaitan erat antara hukum perdagangan internasional dengan hukum internasional. Tautan yang dirujuk merupakan sumber hukum yang diakui dalam hukum internasional,37 yang juga dapat diterapkan sebagai sumber hukum dalam hukum komersial internasional.

World Trade Organization (WTO) 1 Sejarah WTO 1 Sejarah WTO

  • Fungsi WTO
  • Struktur WTO
  • Sistem Hukum WTO

Dewan Aspek Hak Kekayaan Intelektual Terkait Perdagangan / Council for TRIPS, atau Dewan Aspek Hak Kekayaan Intelektual Terkait Perdagangan, bertugas mengawasi pelaksanaan Perjanjian TRIPs dan pelaksanaan tugas yang diberikan oleh Jenderal. Dewan ditugaskan. 44. Lampiran ini memuat berbagai perjanjian yang mengatur perdagangan barang, seperti Perjanjian Umum tentang Tarif dan Perdagangan 1994, Perjanjian tentang Pertanian, Perjanjian tentang Hambatan Teknis Perdagangan, Perjanjian tentang Subsidi dan Penanggulangannya, Perjanjian tentang Pengamanan, dan lain-lain. Lampiran 1B: Perjanjian Umum tentang Perdagangan Jasa dan Lampiran (GATS) yang mencakup pembatasan layanan, kewajiban umum.

Lampiran 1C: Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs) yang mengatur 4 (empat) hal pokok yaitu ketentuan mengenai jenis-jenis hak kekayaan intelektual yang termasuk objek perjanjian, standar minimal perlindungan hak kekayaan intelektual , pelaksanaan kewajiban perlindungan hak kekayaan intelektual, dan ketentuan penyelesaian sengketa. Prinsip adil dalam perdagangan internasional melarang dumping (Pasal VI GATT 1947) dan subsidi (Pasal ini bertujuan untuk menghilangkan praktik persaingan dan kecurangan dalam kegiatan ekonomi, seperti dumping dan subsidi dalam perdagangan internasional. 53.

Hambatan Perdagangan Internasional Dalam Kerangka GATT/WTO 1 Pengertian Hambatan Perdagangan Internasional

  • Jenis-Jenis Hambatan Perdagangan Internasional

38 yang menghambat perdagangan bebas54, yaitu menghambat arus barang dan jasa dalam perdagangan internasional atau menghambat arus barang, jasa, manusia, dan modal antar negara.55 Dalam arti sempit, hambatan perdagangan merupakan suatu bentuk tindakan (tindakan) yang dilaksanakan dari negara yang tidak mematuhi aturan internasional.56. Secara umum dikenal 2 (dua) jenis hambatan dalam perdagangan internasional, yaitu: . 1) Hambatan tarif. Hambatan tarif adalah hambatan perdagangan internasional yang mengenakan bea masuk (pajak) terhadap barang yang masuk dan melintasi perbatasan negara tujuan. 2) Hambatan Non-Tarif.

Hambatan non-tarif adalah segala kebijakan atau peraturan pemerintah suatu negara yang diterapkan untuk menghambat. 54 Perdagangan bebas adalah suatu keadaan dimana pemerintah tidak melakukan campur tangan terhadap hal-hal yang menghambat arus perdagangan internasional, seperti tarif, kuota, peraturan, dan hambatan lain terhadap arus barang dan jasa. Praktik non-tarif adalah tindakan dan praktik politik yang bertujuan menghambat volume, komposisi, dan arah perdagangan.

Penerapan Hambatan Non-Tarif dalam Ekspor Perdagangan Internasional Internasional

41 diberlakukan untuk ekspor, termasuk subsidi ekspor, kuota ekspor, larangan ekspor dan pembatasan ekspor.60. Mengenai isu pembatasan ekspor, WTO menjelaskan bahwa pemerintah dapat menggunakan pajak dan pembatasan ekspor untuk berbagai alasan, termasuk diversifikasi ekonomi dan stabilisasi harga dalam negeri, untuk mencegah kenaikan tarif di negara-negara pengimpor, dan untuk mengelola eksternalitas lingkungan.61 Ada juga beberapa contoh perselisihan mengenai pengenaan tarif tidak terbatas terkait pembatasan atau larangan ekspor diajukan ke WTO, namun hanya 2 (dua) kasus terbukti menerapkan pembatasan ekspor sebagaimana dilarang dalam Pasal XI GATT. Dalam kedua kasus tersebut, perselisihan tersebut melibatkan tuduhan bahwa pembatasan ekspor dirancang untuk memberikan suatu bentuk keuntungan bagi produsen dan pengolah hilir di negara-negara yang menerapkan pembatasan tersebut dengan mengorbankan sektor hilir di negara-negara penggugat.

Penerapan peraturan tersebut dianggap sebagai hambatan non-tarif terhadap sejumlah produk peternakan oleh kedua negara dan melanggar Pasal 62 GATT 1994. Sebagai bagian dari pembatasan ekspor bahan mentah, pada tahun 2009 Tiongkok digugat di WTO oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Meksiko terkait pembatasan ekspor Tiongkok terhadap mineral tertentu.

Analisis Pengaturan Hukum Perdagangan Internasional terkait Hambatan Non-Tarif dalam Ekspor berdasarkan GATT/WTO Hambatan Non-Tarif dalam Ekspor berdasarkan GATT/WTO

Ketigi, "essential for the exporting country" is thought to be possible for tujuan tsinging ini, its first production has been announced by dinalia and kaitannya dengan negara pengekspor.68. Subject to the requirement that such measures not be applied in a manner which would constitute a means of arbitrary or unjustifiable discrimination between countries where the same conditions prevail, or a disguised restriction on international trade, nothing in this Agreement shall be interpreted to prevent the adoption or implementation by any contracting party of measures:. a) necessary for the protection of public morality; 68 World Trade Organization, Op.cit, p. 48 XVII, protection of patents, trademarks and copyrights and prevention of fraudulent practices;. e) regarding prison work products; f) established for the protection of national treasures of artistic, historical or archaeological value; g) in relation to the conservation of exhaustible natural resources if such measures become effective in relation to the limitations of domestic production or consumption; h) undertaken in implementation of the obligations under any intergovernmental goods agreement, which is in accordance with the criteria presented to the CONTRACTING PARTIES and not approved by them or which is itself presented and not so unapproved;*. i) the inclusion of restrictions on exports of domestic materials necessary to provide essential quantities of these materials to a domestic processing industry during periods when the domestic price of these materials is kept below the world price, as part of a government stabilization plan;

Provided that such restrictions shall not operate to increase exports or afford protection to such domestic industry and shall not derogate from the non-discrimination provisions of this Agreement; j) essential for the purchase or distribution of products in general or local supply; Nothing in this Agreement shall be construed. a) require any contracting party to provide any information the disclosure of which it considers contrary to its essential security interests; or. b) prevent any contracting party from taking any action it considers necessary for the protection of its essential security interests. i) in relation to degradable materials or materials from which they are derived;. ii) in relation to the traffic of arms, ammunition and means of war and to such traffic of goods and other materials carried out directly or indirectly for the purpose of supplying a military establishment; iii) taken in time of war or other emergency in international relations; or. Laws, regulations, judicial decisions and administrative decisions of general application, implemented by any Contracting Party, in relation to the classification or valuation of products for customs purposes, or to the rates of duties, taxes or other charges, or to requirements, restrictions or prohibitions on imports or exports or the transfer of payment for them, or affecting the sale, distribution, transportation, insurance, storage, inspection, display, processing, mixing or other use thereof, shall be promptly published in such manner that enable governments and traders to become familiar with them.

Referensi

Dokumen terkait