• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN PEMANTAUAN DAN PENGELOLAAN KESEHATAN ANAK: (STUDI KUALITATIF PADA SEKOLAH-SEKOLAH MUHAMMADIYAH)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN PEMANTAUAN DAN PENGELOLAAN KESEHATAN ANAK: (STUDI KUALITATIF PADA SEKOLAH-SEKOLAH MUHAMMADIYAH)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN PEMANTAUAN DAN PENGELOLAAN KESEHATAN ANAK:

(STUDI KUALITATIF PADA SEKOLAH-SEKOLAH MUHAMMADIYAH) Merita Arini1,2, Farid Suryanto3, Gina Puspita4

Abstrak

Kesehatan anak usia sekolah yang meliputi kecukupan gizi, status kesehatan, serta berbagai faktor risiko penyakit dapat diprediksi dan dikelola untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal di masa mendatang. Muhammadiyah memiliki jaringan sekolah yang tersebar luas di seluruh Indonesia, sehingga sangat potensial untuk membangun kesehatan anak sejak dini. Hingga saat ini, belum tersedia sistem informasi untuk pencatatan kesehatan anak usia sekolah yang terintegrasi di sekolah-sekolah Muhammadiyah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi praktik yang ada dalam pengelolaan kesehatan anak di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtida’iyah (MI) milik Muhammadiyah saat ini dan memetakan gambaran kebutuhan sistem informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemantauan dan pengelolaan kesehatan. Penelitian menggunakan desain kualitatif eksploratif dengan melakukan focus group discussion pada guru dan pimpinan/pengelola SD/MI Muhammadiyah di wilayah Jawa Tengah (n = 7) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (n = 8). Informan dipilih secara purposive sampling. Selanjutnya, data dilakukan transkrip secara verbatim dan analisis tematik. Hasil menunjukkan bahwa implementasi pengelolaan kesehatan anak di sekolah-sekolah yang diteliti beragam. Hambatan yang dihadapi meliputi beban kerja guru yang tinggi, belum optimalnya kerjasama lintas sektor dan peran wali murid, serta terjadinya pandemi. Berdasarkan FGD, didapatkan 4 tema: 1) urgensi pengelolaan kesehatan anak sekolah; 2) kurang optimalnya pengelolaan kesehatan anak sekolah; 3) pentingnya dukungan pengambilan keputusan; 4) kebutuhan sistem informasi kesehatan. Dapat disimpulkan bahwa sebagian hambatan dan perbaikan pemantauan dan pengelolaan kesehatan anak seperti integrasi pencatatan dan pelaporan, pelibatan pihak terkait, serta pendampingan potensial dapat dilakukan dengan membangun sistem informasi kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Kata kunci: kesehatan anak, sistem informasi kesehatan, UKS

NEEDS ASSESSMENT FOR SCHOOL HEALTH INFORMATION SYSTEMS TO IMPROVING IMPLEMENTATION OF CHILDHOOD HEALTH MONITORING AND MANAGEMENT:

(A QUALITATIVE STUDY IN MUHAMMADIYAH SCHOOLS) Abstract

The health of school-age children, including nutritional adequacy, health status, and various risk factors for disease, can be predicted and managed to achieve optimal health in the future. Muhammadiyah has a vast network of schools throughout Indonesia. Hence, it can potentially develop children's health from an early age. Until now, no information system is available for integrated school-age children's health records in Muhammadiyah schools. This study aims to explore existing practices in managing children's health in Elementary Schools (ES) and Madrasah Ibtida'iyah (MI), owned by Muhammadiyah and to provide a basic overview of the needs for information systems that can be used to improve monitor and manage health. The study used an exploratory qualitative design by conducting focus group discussions on teachers and leaders/ managers of ES/MI Muhammadiyah in Central Java (n = 7) and Special Region of Yogyakarta (n = 8). Informants were selected by purposive sampling. The data were transcribed verbatim and thematic analyzed. The results showed that the implementation of child health management in the schools studied was varied. The obstacles faced include the high workload of teachers, suboptimal collaboration across sectors, the role of student guardians, and the COVID-19 pandemic. Based on the FGD, four themes were obtained: 1) the urgency of managing school children's health; 2) sub-optimal management of school children's health; 3) the importance of decision-making support; 4) the need for school health information systems. It can be concluded that some obstacles and improvements in monitoring and managing children's health, such as integrating recording and reporting, involving related parties, and assistance, can be made by building a health information system that suits users' needs.

Keywords: child health, health information system, school health efforts

(2)

1 Departemen Ilmu Kesehatan Keluarga dan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2 Prodi Magister Administrasi Rumah Sakit, Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

3 Prodi Sistem Informasi, Fakultas Sains dan Teknologi Terapan, Universitas Ahmad Dahlan

4 Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

E-mail: [email protected] Pendahuluan

Anak merupakan penduduk dengan rentang usia 0-18 tahun yang memiliki ber- bagai risiko keluhan kesehatan dan rentan terhadap penyakit. Prevalensi kesakitan anak di Indonesia yang memiliki keluhan kesehatan di tahun 2021 sebesar 24,68%, dengan daerah urban (27,51%) lebih tinggi daripada daerah rural (21,15%).1

Masalah kesehatan yang paling umum terjadi pada anak adalah malnutrisi (39%) dan kebersihan diri yang buruk (29%).2 Di Indone- sia, pneumonia juga menjadi salah satu ma- salah kesehatan pada anak-anak yaitu ter- dapat 5,9% kasus pneumonia anak secara nasional.3 Di sisi lain, berbagai masalah gigi dan mulut pada anak berusia 5-15 tahun berkisar antara 0,7-19%.3

Sekolah memiliki kontak langsung de- ngan lebih dari 95% anak yang berusia 5-17 tahun, selama sekitar 6 jam per hari.4 Oleh karenanya, CDC (Center for Disease Control and Prevention) menyatakan bahwa sekolah memiliki peran kritis dalam perkembangan sosial, psikologis, fisik, dan intelektual anak.

Sekolah berperan mempromosikan kesehatan dan keselamatan anak dan remaja dengan membantu mereka membangun perilaku kesehatan, termasuk aktivitas fisik dan mengelola kondisi kronis seperti asma, diabe- tes, epilepsi, alergi makanan, dan kesehatan mulut yang buruk. CDC (2019) juga menya- takan bahwa siswa yang sehat adalah pem- belajar yang lebih baik dan status kesehatan yang optimal memberikan manfaat terhadap prestasi akademik.4

Di Indonesia, terdapat Peraturan Bersa- ma 4 Kementerian, yaitu Kementerian Pen-

didikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama dan Kemen- terian Dalam Negeri Nomor 6/X/PB/2014;

Nomor 73 Tahun 2014; Nomor 41 Tahun 2014 dan Nomor 81 Tahun 2014. Peraturan- peraturan ini mengamanatkan kepada semua pihak yang terkait dan terlibat dalam mengimplementasikan Peraturan Bersama 4 Kementerian di Sekolah/Madrasah dan lem- baga pendidikan sesuai dengan kewe- nangannya masing-masing. Dalam Peraturan Bersama tersebut dinyatakan bahwa mem- bina, mengembangkan, meningkatkan pe- rilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) kepada peserta didik dilaksanakan secara terencana dan bertanggung jawab melalui program pen- didikan yaitu kegiatan kurikuler, ekstrakuriku- ler, dan melalui usaha-usaha lain di luar sekolah yang menunjang PHBS.5

Permenkes RI No. 25 Tahun 2014 juga menjelaskan bahwa dengan upaya kesehatan anak, maka setiap anak diharapkan memiliki kemampuan untuk menerapkan PHBS, ke- terampilan hidup sehat, dan kehidupan sosial yang baik. Pelayanan kesehatan anak yang dapat dilakukan pada anak yang sudah sekolah yaitu dengan adanya usaha kesehatan sekolah/madrasah (UKS/M), yang bertujuan untuk melakukan deteksi dini risiko penyakit atau masalah kesehatan, maka tin- dak lanjut dapat dilakukan secara dini dan tumbuh kembang anak dapat optimal.7,8 Kegiatan pelayanan kesehatan pada anak usia sekolah dapat dilakukan dengan pen- jaringan/screening kesehatan, pemberian pendidikan kesehatan, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pelayanan kesehatan lanjutan.9

(3)

Beberapa penelitian tentang pe- ngembangan sistem informasi kesehatan (simkes) sekolah, umumnya meneliti sistem manajemen UKS/M.4 Namun demikian, masih sangat terbatas penelitian mengenai pengem- bangan sistem informasi untuk pemantauan kesehatan anak sekolah dengan data yang periodik di Indonesia. Untuk dapat merancang kebijakan dan program sekolah sehat mau- pun mengelola kebutuhan dukungan ke- sehatan anak secara spesifik, diperlukan data kesehatan yang dapat dianalisis dengan mu- dah dan cepat oleh guru dan pengelola sekolah.10

Berdasarkan data Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat Mu- hammadiyah (Dikdasmen PP Muhammadi- yah) terdapat 1094 SD/MI Muhammadiyah di seluruh Indonesia, di Jawa Tengah sebanyak 155 dan Daerah Istimewa Yogyakarta 241.11 Data tersebut menunjukkan potensi peran pembinaan kesehatan anak di sekolah- sekolah Muhammadiyah. Sebagian sekolah- sekolah tersebut telah memiliki sistem infor- masi terkait pengelolaan pendidikan dan kegiatan belajar mengajar (KBM). Namun demikian, belum terdapat simkes yang dapat digunakan untuk melakukan pemantauan maupun deteksi dini masalah kesehatan pada peserta didik yang terintegrasi dengan KBM.

Oleh karena itu, tujuan penelitian ini meng- eksplorasi praktik pengelolaan kesehatan anak di sekolah, serta memetakan gambaran kebutuhan simkes yang dapat digunakan un- tuk meningkatkan pemantauan dan pengel- olaan kesehatan anak.

Bahan dan Metode

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode kualitatif eksploratif. Pengambilan data dilakukan pada dua kelompok focus group discussion (FGD) secara daring menggunakan platform meeting online dan direkam. FGD dilakukan pada bulan April dan Mei 2022. Moderator adalah peneliti utama

dengan anggota peneliti sebagai observer dan asisten penelitian sebagai notulen.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah panduan FGD. Panduan berisi pertanyaan-pertanyaan yang mengeksplorasi pengalaman dan pendapat informan tentang pengelolaan kesehatan peserta didik di institusinya beserta berbagai inovasi yang dilakukan untuk melakukan pemantauan kesehatan anak dan pengelolaannya.

Hambatan-hambatan yang dihadapi, potensi pemecahan masalah, serta kebutuhan teknologi informasi untuk pencatatan dan pemantauan kesehatan anak juga digali.

Informan dalam penelitian ini adalah 15 orang guru dan pimpinan/pengelola SD/MI Muhammadiyah di Jawa Tengah (n = 7) dan DIY (n = 8) (Tabel 1). Informan direkrut setelah mendapatkan rekomendasi dari institusi yang berwenang, yaitu Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhamma- diyah Jawa Tengah dan DIY. Sebelum dilakukan FGD, informan telah diberikan penjelasan mengenai penelitian dan menyetujui mengikuti penelitian dengan memberikan persetujuan melalui Google Form. Sebelum penelitian dilakukan, telah didapatkan keterangan layak etik dengan nomor 089/EC-KEPK FKIK UMY/III/2022 dari Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Data hasil FGD dilakukan penulisan dari rekaman secara verbatim oleh asisten penelitian yang sebelumnya juga bertindak sebagai notulen pada saat berlangsungnya FGD. Asisten penelitian terlatih melakukan penelitian kualitatif. Analisis data secara te- matik dilakukan dengan bantuan perangkat lunak nVivo 12+ oleh peneliti utama. Peneliti utama merupakan peneliti kualitatif di bidang manajemen layanan kesehatan dan kese- hatan masyarakat. Peneliti membaca data berulangkali untuk mendapatkan gambaran menyeluruh sebelum melakukan coding dan pengkategorian untuk mendapatkan tema.

(4)

Hasil analisis ditinjau kembali dan didiskusikan dengan anggota tim peneliti hingga disepakati coding-kategori-tema yang terbentuk. Anggota tim peneliti berlatar belakang pendidikan dokter spesialis anak dan teknologi informatika.

Untuk menjamin keabsahan data, dilakukan pemeriksaan hasil transkrip berulang kali dengan membandingkan dengan hasil rekaman sebelum dianalisis dan menanyakan silang hasil wawancara dengan anggota populasi yang sama dengan informan, memberikan deskripsi yang lengkap pada protokol penelitian untuk menjelaskan kemamputerapan penelitian apabila dilakukan pada setting lain, serta memastikan tersedianya berbagai dokumentasi dan catatan untuk memastikan data akurat dan dapat diaudit. Penggunaan nVivo 12+ juga dimaksudkan untuk mengorganisasikan data dan meningkatkan keabsahan data dan proses analisis.

Hasil

Penelitian diikuti oleh 15 informan dari 15 SD/MI Muhammadiyah Jawa Tengah dan DIY. Pada Tabel 1 tampak bahwa informan mayoritas adalah perempuan (86,7%), dengan usia rata-rata 37,5 tahun dan lama bekerja rata-rata 10,6 tahun. Hasil analisis data FGD mendapatkan 4 tema dengan beberapa kategori (Gambar 1). Tema 1 menggambarkan pandangan informan mengenai pentingnya pemantauan dan pengelolaan kesehatan baik bagi sekolah maupun anak. Tema 2 mendeskripsikan variasi pengelolaan kesehatan anak oleh sekolah yang umumnya belum dilakukan secara optimal. Tema 3 memuat hasil bahwa guru dan pengelola sekolah membutuhkan dukungan pengambilan keputusan dalam pemantauan dan pengelolaan kesehatan anak yang sebenarnya dapat didukung dengan ketersediaan sistem informasi. Tema 4 menjelaskan simkes yang dibutuhkan terkait dengan fitur, integrasi data, dan pen- dampingan dalam pemanfaatannya.

Tabel 1. Data demografi guru SD Muhammadiyah Kode

Informan Jenis

Kelamin Usia

(Tahun) Pendidikan

Terakhir Jabatan Lama

Bekerja (Tahun)

Provinsi Asal Institusi

I1 P 22 SMK Bendahara 0,25 Jawa Tengah

I2 P 28 S1 Guru 4 Jawa Tengah

I3 P 46 S1 Kepala Sekolah 15 Jawa Tengah

I4 P 29 S1 Guru 6 Jawa Tengah

I5 P 47 S1 Kepala Madrasah 10 Jawa Tengah

I6 P 44 S2 Kepala Madrasah 2 Jawa Tengah

I7 P 40 S1 Kepala Madrasah 15 Jawa Tengah

I8 L 47 S2 Kepala Sekolah 17 DIY

I9 P 52 S2 Kepala Sekolah 30 DIY

I10 L 47 S2 Kepala Sekolah 20 DIY

I11 P 35 S1 Guru 6 DIY

I12 P 26 S1 Guru 3 DIY

I13 P 26 D3 Kepe-

rawatan Petugas UKS 3 DIY

I14 P 30 SI Guru 5 DIY

I15 P 44 S1 Guru 12 DIY

(5)

Tema 1: Urgensi Pengelolaan Kesehatan Anak Sekolah

Hasil penelitian pada tema ini menunjukkan bahwa para guru dan pimpinan sekolah secara umum menyadari pentingnya pengelolaan kesehatan anak di sekolah yang meliputi berbagai kegiatan pemeriksaan, pemantauan, layanan kesehatan, maupun pelaporan kepada berbagai pihak terkait.

Secara umum anak sekolah dianggap sebagai kelompok yang rentan terhadap berbagai masalah kesehatan, ditambah dengan kurang adekuatnya peran orang tua dalam pemeliharaan kesehatan dan membiasakan PHBS yang pada akhirnya berdampak pada KBM. Oleh karena itu, deteksi dini dan penanganan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan.

Kutipan informan berikut ini menggambarkan kondisi terkait Tema 1.

“Dari rumah itu memang mungkin orangtuanya sibuk atau kurang perhatian.

Nah, itu memang kadang juga beberapa anak itu tidak sarapan, jadi itu sangat mem- pengaruhi sekali untuk minat belajar eee di kelas itu. Dan kalau untuk, kalau untuk tadi yang ijin, sering ijin karena sakit.“ (I2)

“… ketika ada kejadian-kejadian khusus pada diri anak di bidang kesehatan tentunya sekolah harus punya antisipasi dini begitu, sehingga ee tidak salah penanganan.” (I9)

Pengelolaan kesehatan anak yang baik juga dapat memberikan dampak positif terhadap citra atau branding yang cukup penting bagi sekolah swasta sebagaimana yang disampaikan informan sebagai berikut.

Tema 1: urgensi pengelolaan kesehatan

anak sekolah

branding bagi sekolah

dampak masalah kesehatan terhadap KBM

kerentanan anak terhadap masalah kesehatan

pentingnya kebiasaan PHBS

peran orangtua kurang optimal

Tema 2: kurang optimalnya pengelolaan kesehatan

anak sekolah

inovasi program kesehatan

kerjasama dengan pihak luar

pelaksanaan pemeriksaan kesehatan

pencatatan kesehatan anak

pengelolaan dana kesehatan

pengelolaan UKS

hambatan pengelolaan kesehatan anak

Tema 3: pentingnya dukungan pengambilan keputusan

perlunya kerjasama dengan fasilitas/ tenaga kesehatan

perlunya pendidikan khusus tentang kesehatan anak

pentingnya keterampilan pengukuran kesehatan anak

Tema 4: kebutuhan sistem informasi kesehatan

harapan fitur

integrasi data

perlu pendampingan

Gambar 1. Tema dan kategori hasil penelitian

Keterangan: KBM = Kegiatan Belajar Mengajar, PHBS = Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, UKS = Usaha Kesehatan Sekolah

(6)

“… mengupayakan kesehatan di sekolah ini menjadi salah satu deferensiasi nggih dari sekolah yang kita canangkan, e…

sehingga mempunya daya beda dari sekolah yang lain itu yang pertama. Kemudian yang kedua otomatis kepercayaan dari orangtua semakin tumbuh dan semakin baik.” (I6) Tema 2: Kurang Optimalnya Pengelolaan Kesehatan Anak Sekolah

Sekolah-sekolah yang diteliti menunjuk- kan keberagaman upaya pengelolaan kesehatan anak. Sebagian sekolah telah melakukan inovasi program kesehatan anak yang meliputi gizi, aktivitas fisik, kebersihan lingkungan, dan edukasi kesehatan. Sebagi- an sekolah juga telah menjalin kerjasama dengan alumni, Puskesmas, rumah sakit atau Klinik Muhammadiyah setempat. Meskipun demikian, sebagian lainnya belum memiliki program unggulan maupun menjalin kerjasa- ma yang intensif dengan berbagai pihak terkait. Selain itu, edukasi kesehatan untuk siswa maupun wali umumnya belum masuk secara khusus dalam kurikulum.

“Iya kalau kami ee hanya dimasukkan ke dalam lampiran kurikulum yaitu tentang program pembiasaan sama program unggu- lan. Program pembiasaannya misalnya penyuluhan tentang kesehatan gigi mulut sama kuku rambut dan sebagainya itu kita berikan ketika upacara kayak gitu, tapi mun- cul dalam lampiran kurikulum ada program pembiasaan. Kemudian program unggu- lannya adalah tadi GEMAYUR, GEMABU, GEMARI, dan GEMISU, itu menjadi program unggulan dan kita lampirkan di kuriku- lum.” (I5)

“… vaksinasi, pemeriksaan gigi mulut, pemeriksaan mata, dan sebagainya itu sudah umum dilakukan oleh pihak Puskesmas, cu- man belum (rutin) itu sih, situasional sa- ja,..” (I3)

Alokasi dana sekolah untuk upaya kesehatan anak cukup beragam. Sebagian sekolah mendapatkan pemeriksaan kese-

hatan gratis dan pemberian makanan tamba- han dari Puskesmas, donatur, dana dari pa- guyuban wali murid, dan alokasi anggaran sekolah. Asuransi kesehatan seperti Dana Sehat Muhammadiyah juga berperan dalam pengelolaan kesehatan anak.

“… karena terjadi di sekolah, kami juga tanggungjawab secara pendanaan, kemudian dari situ kami kemudian menganggarkan di RAB. Di sekolah itu ada asuransi kesehatan salah satunya terjadi di sekolah ya selama kegiatan belajar mengajar.” (I10)

Sebagian kecil sekolah yang diteliti telah menyelenggarakan layanan UKS dengan cukup komprehensif yang meliputi trias UKS, yaitu pelayanan, edukasi, dan pembinaan lingkungan sekolah. Sebagian UKS juga telah melibatkan tenaga kesehatan, dokter kecil, dan menggunakan rekam medis elektronik maupun menggunakan buku besar/kertas untuk pencatatan. Namun demikian, sebagian besar sekolah belum memiliki pengelolaan UKS yang baik.

“Setiap hari kita sudah buatkan jadwal 10 kelompok itu nanti setiap hari secara bergantian mereka akan dengan bersemangat piket bisa di UKS maupun bisa di lingkungan sekolah, jadi mereka menyebar begitu. Jadi nanti sebelum, sebelum diberikan tugas-tugasnya mereka akan di edukasi terlebih dahulu, diberikan pelatihan terlebih dahulu.” (I13)

“UKS saja masih terbatas ya. UKS kami itu kadang pindah-pindah karena ruangannya juga terbatas.” (I8)

Secara umum, sekolah telah melakukan pemeriksaan kesehatan anak secara mandiri maupun oleh Puskesmas atau pihak terkait lainnya dengan frekuensi yang berbeda-beda.

Pemeriksaan yang dilakukan mandiri oleh sekolah umumnya masih terbatas pada pemeriksaan tinggi badan, berat badan, kebersihan kuku dan rambut serta belum dapat melakukan interpretasi atau memu- tuskan tindak lanjut yang diperlukan.

(7)

Pemeriksaan mata, hidung, tenggorokan, telinga, kesehatan gigi dan mulut, serta pemeriksaan lain yang membutuhkan interpretasi lanjutan, masih mengandalkan Fasilitas Kesehatan Kerjasama.

“Lingkar kepala biasanya yang menentukan tau ini anak kurang gizi dan sebagainya itu berarti biasanya itu dari Puskesmas. Kalau kita hanya tinggi badan sama berat badan.” (I5)

Sekolah umumnya telah mulai melakukan pencatatan dengan berbasis kertas sebagai bentuk pelaporan terhadap berbagai pihak terkait seperti wali murid pada saat pembagian rapor, Puskesmas, dan DAPODIK (Data Pokok Pendidikan). Namun demikian, pencatatan yang dilakukan tidak terintegrasi, serta mengalami berbagai duplikasi yang meningkatkan beban administrasi guru. Berbagai data kesehatan anak tidak semuanya tercatat, terpantau, diinter-pretasikan, dan ditindaklanjuti dengan optimal. Sebagian besar data kesehatan yang dicatat secara mandiri baru meliputi tinggi badan dan berat badan. Adapun data kesehatan lain mengandalkan input dari Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya.

“Kita memang sudah memiliki e-UKS, jadi semua data anak itu sudah, data anak dan karyawan, data anak, guru, karyawan memang sudah ada di e-UKS itu. Kemudian ee… semisal si A ee berobat ke UKS, misal berobat ke UKS itu nanti riwayatnya yang dulu juga akan ada. Jadi kayak rekam medis digital gitu nggih, tapi kita. Kalau tumbuh kembang kami memang pencatatannya 2x, kita pakai yang via kertas sama pakai yang dicatat di komputer manual saja, karena setiap kelas itu kan setiap naik kelas itu kan anaknya enggak satu kelas terus.” (I13)

Kalau di kami juga belum ada (interpretasi data), belum ada semacam KMS (Kartu Menuju Sehat)-nya versi SD.” (I3)

“Sebenarnya harus begitu rutin, biasanya cuman ditumpuk begitu terus ini jadi, hanya akan menjadi catatan buruk.” (I8)

Para informan menyatakan menghadapi hambatan-hambatan yang menyebabkan kurang optimalnya pengelolaan kesehatan anak. Hal ini meliputi faktor internal sekolah maupun faktor eksternal sebagaimana telah disebutkan di atas. Faktor-faktor tersebut meliputi kurangnya kompetensi guru terhadap berbagai masalah kesehatan anak, beban administrasi guru, belum terbangunnya kerjasama dengan berbagai pihak yang mengelola kesehatan anak, kurangnya keterlibatan wali murid dan siswa dalam pengelolaan kesehatan, serta terjadinya pandemi COVID-19.

“Hanya ketika pandemi kemarin memang itu apa namanya, sementara distop dan sampai sekarang belum bisa jalan kembali begitu.” (I4)

“Kadang juga karena petugas UKS di sekolah kami itu ee baru guru ya, jadi belum yang tidak maksudnya tidak benar-benar petugas kesehatan, jadi kadang kalau misalnya ada ee penanganan yang P3K kayak misalnya anak jatuh atau misalnya anak bibirnya sobek habis kena apa sama temannya, nah itu kadang ada beberapa guru yang masih bingung ini mau dikasih obat yang mana ya, nah gitu, penanganannya itu kadang guru belum terlalu paham gitu.” (I2)

“Guru juga sudah banyak sekali beban pekerjaan administrasi kelas dan lain sebagainya, jadi eee catatan-catatan yang harusnya penting begitu tentang kesehatan itu tidak tercatat atau tidak teradministrasi dengan rapi.” (I5)

Tema 3: Pentingnya Dukungan Pengambilan Keputusan

Para guru yang tidak berlatarbelakang pendidikan formal kesehatan. Oleh karena itu, umumnya mereka membutuhkan dukungan pengambilan keputusan dalam menangani masalah kesehatan anak berupa kerjasama dengan fasilitas kesehatan atau terhubung dengan tenaga kesehatan untuk ber- konsultasi. Selain itu, para guru memerlukan pelatihan keterampilan khusus mengenai pe-

(8)

“Karena yang menangani UKS kalau di tempat kami adalah yang tidak punya anu ya, tidak punya apa, orang yang kayak pernah saya sampaikan di depan tadi, mungkin harus mengundang dokter yang setiap mungkin ha- rus bekerjasama.” (I10)

“Seandainya itu juga ada pelatihan dok- ter, istilahnya pelatihan untuk mendeteksi dini kepada anak-anak itu alangkah baiknya kami juga diajak untuk pelatihan.” (I11)

Tema 4: Kebutuhan Sistem Informasi Kesehatan

Para informan menyatakan bahwa da- lam melakukan pencatatan dan pemantauan kesehatan anak akan sangat terbantu bila tersedia sistem informasi yang sederhana, terjangkau, dan mengurangi beban admin- istrasi dengan data yang terintegrasi. Aplikasi juga diharapkan dapat diakses oleh pihak- pihak yang berkepentingan sehingga dapat mengurangi beban pelaporan.

“Aplikasi yang sederhana dan bisa ter- jangkau mungkin secara dari segi harga be- gitu, itu kita butuhkan sebenarnya bunda, dan bisa diakses oleh semua, karena ee terus terang di MI kami kan tenaga yang khusus menghandel UKS itu kan hanya ada guru yang mendapat tugas tambahan sebagai pembina UKS.” (I5)

Simkes yang dibutuhkan juga diharap- kan dapat membantu pengambilan keputusan.

Fungsi fitur-fitur yang diharapkan meliputi in- terpretasi data kesehatan anak sekolah, mengandung konten edukasi atau materi kesehatan yang dapat dipelajari guru dan wali murid, terhubung dengan tenaga kesehatan, serta membantu pencatatan stok obat UKS.

“Kami ada buku besar yang mencatat anak-anak untuk perkembangan itu, cuman ee kami masih manual menggunakan buku itu, alangkah bagusnya kalau punya aplikasi khu- sus gitu, sehingga ini oooo nanti misalnya ada anak-anak yang kategori rawan, ada anak yang kategori apa namanya ya (stunting).” (I8)

“Edukasi rutin terkait dengan kesehatan anak dan penanganan P3K kalau terjadi ke- celakaan di sekolah seperti itu, atau tiba-tiba anak sakit di sekolah. Nah, supaya gurunya juga tahu gitu cara penanganannya.” (I2)

“Nah, kalau ada aplikasi seperti itu ee kami akan meringankan beban tugas bapak ibu guru tentunya. Begitu jika ada pencatatan secara khusus, lalu ada pencatatan obat-obat yang tersedia, mana yang sudah kadaluarsa, mana yang belum.” (I8)

Di sisi lain, para informan menyatakan adanya potensi kendala khususnya di awal implementasi bila sistem informasi diterapkan.

Pendampingan diperlukan baik meliputi teknis sistem informasi maupun pengelolaan kesehatan.

“Dari IT-nya, dari sisi ee apa namanya, teorinya, dari kedokterannya gitu. Kami kan di dunia pendidikan yang ee barangkali minim sekali ilmu-ilmu tentang hal-hal seperti itu, jadi kami butuh ada pendampingan untuk ee kegiatan itu.” (I3)

Pembahasan

Penelitian yang dilakukan terhadap sekolah-sekolah Muhammadiyah ini merupa- kan penelitian kualitatif sebagai bagian dari system development life cycle (SDLC) atau siklus pengembangan sistem informasi.

Secara umum, pengelolaan kesehatan anak sekolah yang telah dilaksanakan dengan be- ragam kegiatan dan kualitas implementasinya potensial dapat ditingkatkan dengan menggunakan simkes yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa simkes yang dirancang dengan menjawab kebutuhan pengguna akan lebih dapat diterapkan untuk mengatasi berbagai masalah yang teridentifikasi.12,13

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelola sekolah menyadari pentingnya melakukan pengelolaan kesehatan anak, di antaranya karena anak dianggap memiliki kerentanan terhadap berbagai masalah kesehatan.

(9)

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kerentanan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor seperti kemiskinan, ling- kungan, faktor pengasuhan, penyakit kronis, dan lain sebagainya yang membutuhkan pe- nanganan yang tepat.14 Oleh karena itu, ber- dasarkan pedoman yang berlaku, Kepala Sekolah selaku Ketua Tim Pelaksana UKS/M berkewajiban melakukan pemantauan ter- hadap pelaksanaan Trias UKS/M secara berkesinambungan untuk mengelola berbagai masalah kesehatan anak.5 Penjaringan data kesehatan dan informasi yang dilakukan perlu dicatat dan dilakukan pemantauan oleh Guru Pembina UKS/M dengan melibatkan kader UKS/M. Pengisian data pemantauan ini harus berbasis bukti catatan kesehatan civitas akademika yang dapat dipermudah dengan sistem informasi.15

Pengelola sekolah menyampaikan bah- wa anak perlu dilatih membiasakan PHBS untuk menjaga kesehatannya. Status kesehatan anak yang baik diungkapkan para informan berdampak positif terhadap KBM.

Temuan ini sesuai dengan publikasi terdahulu bahwa lingkungan sekolah yang sehat serta melakukan upaya pencegahan penyakit me- nular dan tidak menular berhubungan positif dengan capaian prestasi belajar anak.15,16,17 Untuk memastikan terbentuknya sekolah sehat, secara internasional juga berlaku re- komendasi UNICEF (United Nations Interna- tional Children's Emergency Fund) bahwa sekolah harus memiliki kebijakan kesehatan yang adil, lingkungan belajar yang aman, pendidikan kesehatan berbasis keterampilan, serta layanan kesehatan dan gizi berbasis sekolah.17 Prioritas upaya kesehatan sekolah dapat ditentukan dengan mengkaji data moni- toring yang disajikan dalam simkes.18

Penelitian ini mengungkapkan bahwa selain bermanfaat terhadap status kesehatan dan akademik peserta didik, pengelolaan kesehatan anak menjadi branding bagi sekolah. Hal ini sesuai dengan upaya yang dilakukan oleh berbagai sekolah, yaitu untuk

membangun citra positif adalah dengan melakukan program-program kesehatan sekolah.19,20 Bagi sekolah swasta, program kesehatan yang berjalan baik diperlukan se- bagai suatu kelebihan dibandingkan kompeti- tornya.20

Kurangnya peran orangtua dalam pemantauan dan pemenuhan kesehatan anak di rumah menjadi catatan penting dalam penelitian ini. Orang tua yang tidak mendapat informasi yang baik tentang kesehatan dan kebutuhan perkembangan anak mereka, juga cenderung tidak terlibat dalam pertumbuhan dan perkembangan anak mereka.21 Oleh ka- rena itu, menciptakan kesadaran kesehatan di kalangan orang tua tentang pencegahan penyakit dan promosi kesehatan anak usia sekolah akan menghasilkan hasil kesehatan yang lebih baik.22 Penelitian terdahulu mem- buktikan bahwa simkes dapat berfungsi untuk menghubungkan sekolah dan orang tua agar dapat bersinergi mengelola kesehatan anak.13,23 Hal ini bermanfaat untuk meningkat- kan kesadaran wali, iklim yang saling mem- percayai, dan branding sekolah.24

Dalam penelitian ini, berbagai inisiasi dan inovasi upaya kesehatan di sekolah ter- masuk UKS/M telah dilakukan. Hambatan juga dilaporkan sekolah dalam menjalankan program-program kesehatan. Penelitian ini mengungkapkan bahwa guru menghadapi hambatan tingginya beban kerja dan ren- dahnya pengetahuan dan keterampilan ten- tang kesehatan anak. Hal ini menyebabkan kurang adekuatnya pemantauan dan penge- lolaan kesehatan siswa lebih lanjut. Ren- dahnya kapasitas guru tentang kesehatan anak merupakan kondisi umum yang dialami di sekolah-sekolah di berbagai negara.25–27 Beban kerja guru, keterbatasan sumber daya pendukung, dan dana turut memengaruhi upaya-upaya kesehatan sekolah.24,28 Masalah rendahnya kapasitas guru dalam berbagai penelitian dapat diatasi dengan pendam- pingan atau pelatihan langsung, namun penggunaan simkes yang terintegrasi dengan

(10)

pendidikan kesehatan bagi guru umumnya belum dikembangkan.28,27

Terjadinya pandemi COVID-19 me- nyebabkan gangguan terhadap berjalannya KBM secara umum maupun kegiatan UKS di sekolah. Kondisi ini juga digambarkan dalam berbagai penelitian baik di Indonesia maupun negara lain, bahwa umumnya layanan kesehatan anak tertunda selama pan- demi.28,29 Hal ini mengindikasikan perlunya saluran komunikasi yang menghubungkan orangtua dan sekolah dalam melaporkan kon- disi kesehatan anak secara dua arah.

Program kesehatan maupun berbagai inovasi di sekolah secara umum membutuh- kan peran serta berbagai pihak. Agar dapat terlaksana secara komprehensif dan berkesinambungan, dibutuhkan peran pen- didik, orang tua, institusi kesehatan terkait, dan berbagai pemangku kebijakan lainnya.30 Dalam hal ini dibutuhkan koordinasi lintas sektor, termasuk berbagai dinas dalam berbagai level pemerintah, serta sistem yang dapat digunakan untuk memantau dan mem- berikan informasi guna pengambilan kepu- tusan yang tepat secara berkala.15,31

Pada penelitian ini juga ditemukan bah- wa simkes yang sederhana dan terjangkau dibutuhkan untuk meringankan beban kerja administratif, membantu pencatatan dan pelaporan, serta membantu pengambilan keputusan mengenai kesehatan anak secara individual maupun untuk pengelolaan kesehatan sekolah secara umum melalui kon- ten edukasi maupun interpretasi data kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan Model Perawatan Kronik, bahwa sistem informasi klinis menjadi salah satu pilar model pengendalian penyakit maupun penge- lolaannya.32 Dalam model tersebut, sistem informasi dapat menunjang pengambilan keputusan/kebijakan dengan tepat. Simkes juga dapat membantu melakukan pencatatan dengan lebih lengkap dan terintegrasi karena laporan kesehatan anak sekolah dapat terekap secara berkala, diinterpretasikan, dan

ditindaklanjuti dengan tepat sasaran.33,34,35 Sebagaimana dilakukan dalam penelitian ini, simkes yang akan dibangun membutuhkan informasi mengenai kebu- tuhan, potensi, kendala maupun pemecahan masalah yang dimiliki pengguna. Penilaian kebutuhan sebagaimana dalam penelitian ini penting dilakukan untuk meningkatkan pen- erimaan terhadap teknologi informasi dan keberlangsungan implementasinya.36,37 Pen- erimaan pengguna terhadap teknologi sangat penting setiap saat dan tidak hanya pada tahap desain, namun juga setelah implemen- tasi.38 Faktor-faktor yang memengaruhi pen- erimaan tersebut meliputi desain simkes, ling- kungan kerja, dan faktor pengguna termasuk aspek sosial budaya.39 Di sisi lain, pen- erimaan teknologi informasi dalam penelitian di Indonesia banyak dipengaruhi pula oleh dukungan organisasi, diikuti dengan faktor lain yang meliputi niat untuk menggunakan, kesenangan yang dirasakan, karakteristik pribadi, kegunaan yang dirasakan, dan kemu- dahan penggunaan.40

Penelitian ini memiliki kekuatan dan keterbatasan. Kekuatan penelitian ini adalah, dilakukannya eksplorasi secara mendalam untuk menggali informasi mengenai masalah pengelolaan kesehatan anak dan potensi kebutuhan simkes. Perwakilan sekolah Jawa Tengah dan DIY juga turut menggambarkan kondisi pengelolaan kesehatan sekolah di perkotaan dan pedesaan. Namun demikian, sebagaimana penelitian kualitatif yang bersi- fat kontekstual, penelitian ini terbatas pada pengalaman dan persepsi pengelola sekolah- sekolah swasta berbasis keagamaan yaitu SD/MI Muhammadiyah sehingga penera- pannya pada lingkungan sekolah lainnya per- lu dipertimbangkan.

Kesimpulan

Sekolah memiliki peran penting dalam melakukan pemantauan dan pengelolaan kesehatan anak dikarenakan intensitas

(11)

interaksi dan kerentanan anak terhadap ma- salah kesehatan. Namun demikian, sekolah menghadapi berbagai keterbatasan dan ken- dala yang menyebabkan kurang optimalnya peran tersebut. Sistem informasi yang dapat diterima pengguna, membantu mengintegrasi- kan data dan mendukung pengambilan kepu- tusan yang tepat dibutuhkan dan potensial dapat memecahkan masalah-masalah pengelolaan kesehatan anak yang dihadapi sekolah.

Saran

Perumusan desain simkes merupakan proses yang bersifat pengembangan, sehing- ga setelah dilakukan penilaian kebutuhan perlu dilakukan evaluasi terhadap desain yang dirancang serta penggunaannya. Selain itu, implementasi simkes yang dirancang nantinya juga memerlukan dukungan berbagai pihak agar dapat diterapkan secara berkesinambungan. Penelitian selanjutnya juga perlu mengkaji potensi pengembangan simkes untuk pendidikan kesehatan bagi pengguna (guru, wali murid, dan siswa).

Daftar Pustaka

1. Noviana A, Sari M, Septina HR &

Hardiantoro. Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2020. (Online). 2020. Badan Pusat Statistik. https://www.bps.go.id/

p u b l i c a t i o n / 2 0 2 0 / 1 2 / 3 1 / b9a9aa33ab5a3cc23311d0a1/profil- kesehatan-ibu-dan-anak-2020.html 2. Pradhan NA, Karmaliani R & Gulzar S.

Health Problems among School Age Children and Proposed Model for School Health Promotion. J. Public Heal. Dev Ctries. 2016; 2(3):285–290.

3. Kemenkes RI. Laporan Nasional RISKESDAS 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2018. Hlm. 1 –582

4. Centers for Disease Control and Prevention. About CDC Healthy Schools.

(Online). 2019. CDC. https://

www.cdc.gov/healthyschools/about.htm.

5. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pedoman Pembinaan dan Pengembangan UKS/M. (Online). 2019.

https://uks.kemdikbud.go.id/dokumen/

publikasi/buku-panduan.

6. Menteri Kesehatan RI. Permenkes RI No.

25 Tahun 2014 Tentang Upaya Kesehatan Anak. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Upaya Kesehatan Anak. (Online). 2014. https://

p e r a t u r a n . b p k . g o . i d / H o m e / Details/117562/permenkes-no-25-tahun- 2014

7. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2020. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (Online). 2021. https://

www.kemkes.go.id/downloads/resources/

download/pusdatin/profil-kesehatan- indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia- Tahun-2020.pdf.

8. Nurochim & Nurochim SN. Program Usaha Kesehatan Sekolah: Upaya Kolaboratif untuk Kesehatan Anak.

JUPIIS J Pendidik Ilmu-Ilmu Sos. 2020;

12(2):475-486.

9. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 89 Tahun 2015 Tentang Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut. (Online). 2015. https://

r s k g m . u i . a c . i d / w p - c o n t e n t / uploads/2021/03/108.-pmk892015.pdf.

10. Rahmawati EI, Soetopo H & Maisyaroh.

Manajemen Usaha Kesehatan Sekolah. J Manaj Pendidik. 2015; 24(6):571–577.

11. Majelis Dikdasmen Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dapodikmu Jumlah Sekolah Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah. (Online). 2020. https://

dikdasmenppmuhammadiyah.org/

Dapodikmu-Jumlah-Sekolah/.

(12)

12. Gahleb E & Mohamed I. Impact of User Requirements on Health Information Systems (HIS) and Adoption of HIS in Developing Countries. J Softw Eng Intell Syst. 2018; 3(2): 139–154

13. Absari DT & Liliana. The Analysis and Design of School Health Unit Information System. J Komput Terap. 2021; 7(1), 110–119. https://doi.org/10.35143/

jkt.v7i1.4479.

14. Olowokere AE & Okanlawon FA.

Assessment of Vulnerability Status of Public School Children and Existing School Health Programmes in Osun State, Nigeria. Int J Africa Nurs Sci.

2016; 4:42–50.

15. Yan X, Hu P, Ma N, Luo D, Zhang J, Wang J, Dong Y, Xing Y, Song Y, Ma J, Patton JC, Sawyer SM. Coverage of School Health Monitoring Systems in China: a Large National Cross-Sectional Survey. Lancet Reg Heal-West Pacific.

2022; 19(100332):1–14.

16. Molla W, Argaw D, Kabthymer RH &

Wudneh A. Prevalence and Associated Factors of Wasting Among School Children in Ethiopia: Multi-Centered Cross-Sectional Study. Clin Epidemiol Glob Heal. 2022; 14(100965):1–7.

17. UNICEF. Monitoring and Evaluation Guidance for School Health Programs:

Eight Core Indicators to Support FRESH (Focusing Resources on Effective School Health). (Online). 2014. https://

healtheducationresources.unesco.org/

library/documents/monitoring-and- evaluation-guidance-school-health- programs-eight-core-indicators.

18. Weist MD, Figas K, Stern K. et al.

Behavioral Health at Multiple Levels of Scale. Pediatr Clin North Am. 2022; 69 ( 4 ) : 7 2 5 - 7 3 7 . d o i : 1 0 . 1 0 1 6 / j.pcl.2022.04.004

19. Nugraha IGYP & Karwanto. Pencitraan Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Minat Peserta Didik Baru di SMPN 45

Surabaya. Inspirasi Manaj Pendidik.

2018; 6(3):1–10.

20. Yuseran Y, Paramastri I & Priyanto MA.

Motivasi Pelaksanaan Promosi Kesehatan Sekolah di Sekolah Dasar Kota Yogyakarta. J Publ Kesehat Masy Indones. 2018; 5(1):6-11.

21. Wilder S. Effects of Parental Involvement on Academic Achievement: A Meta- Synthesis. Educ Rev. 2014; 66(3):377–

397.

22. Lee HY, Zhou AQ, Lee RM. & Dillon AL.

Parents’ Functional Health Literacy is Associated with Children’s Health Outcomes: Implications for Health Practice, Policy, and Research. Child Youth Serv Rev. 2020; 110(104801):1-6 23. Uhm JY & Choi MY. Barriers to and

Facilitators of School Health Care for Students with Chronic Disease as Perceived by Their Parents: A Mixed Systematic Review. Healthcare 2020; 8 ( 4 ) : 5 0 6 . d o i : 1 0 . 3 3 9 0 / healthcare8040506.

24. Kolbe LJ. School Health as a Strategy to Improve Both Public Health and Education. Annu Rev Public Health.

2019; 40:443-463. doi: 10.1146/annurev- publhealth-040218-043727

25. Saadia AG. Knowledge and View of Teacher Regarding School Health Program in Two Localities Khartoum, Sudan 2019. IJSBAR. (Online). 2019; 45 (2):181-6. Available from: https://

w w w . g s s r r . o r g / i n d e x . p h p / JournalOfBasicAndApplied/article/

view/9918

26. Borawski EA, Tufts KA, Trapl ES, Hay- man LL, Yoder LD, Lovegreen LD.

Effectiveness of Health Education Teachers and School Nurses Teaching Sexually Transmitted Infections/Human Immunodeficiency Virus Prevention Knowledge and Skills in High School. J Sch Heal. 2015 Mar;85(3):189-96. doi:

10.1111/josh.12234.

(13)

27. Azevedo MM & Duarte S. Continuous Enhancement of Science Teachers’

Knowledge and Skills through Scientific Lecturing. Front Public Heal. 2018 Feb 27; 6:41. https://doi.org/10.3389/

fpubh.2018.00041

28. Nurochim & Ngaisah S. Program Usaha Kesehatan Sekolah di Masa Pandemi : Antara Harapan dan Kenyataan. J Adm Pendidik. 2021; 18(2):170–181.

29. Nguyen KH, Nguyen K, Lekshmi D, Corlin L & Niska RW. Delays in Children’s Preventive Health Services During the COVID-19 Pandemic. Fam.

Med. 2022 May; 54(5):350-361. doi:

10.22454/FamMed.2022.922801.

30. Shrestha RM, Ghimire M, Shakya P, Ayer R, Dhital R, Jimba M. School Health and Nutrition Program Implementation, Impact, and Challenges in Schools of Nepal: Stakeholders’ perceptions. Trop.

Med. Health 2019 May 14; 47:32. doi:

1 0 . 1 1 8 6 / s 4 1 1 8 2 - 0 1 9 - 0 1 5 9 - 4 . eCollection 2019.

31. Tomokawa, S. Shirakawa Y, Miyake K, Ueno M, Koiso, Asakura T. Lessons Learned from Health Education in Japanese Schools. Pediatr Int. 2021; 63 (6):619-630. doi: 10.1111/ped.14637.

32. Barr VJ, Robinson S, Marin Link B, Un- derhill L, Dotts A, Ravensdale D, Sali- varas S. The Expanded Chronic Care Model: an Integration of Concepts and Strategies from Population Health Promotion and the Chronic Care Model.

Hosp. Q. 2003;7(1):73-82. doi:

10.12927/hcq.2003.16763.

33. Absari DT & Liliana. The Analysis and Design of School Health Unit Information

System. J. Komput. Terap. 2021; 7 (1):110–119. https://doi.org/10.35143/

jkt.v7i1.4479.

34. Schultz L. & Ruel-Bergeron, J.

Considerations for Monitoring School Health and Nutrition Programs. Front Public Heal. 2021; 9: 645711.

doi: 10.3389/fpubh.2021.645711.

35. Tupe K, Jandrao V, Chappe S, Bhusalwad P & College PES. Child Health Care Monitoring Using Sensor Technology. Int Res J Eng Technol.

2017; 4(3):258–261.

36. Setiyadi NA & Setyowati M. Needs Assessment for an Information System to Support a TB Control Program in Indonesia. KnE Life Sci. 2022; 863–871.

37. Tabibi, S. & Nasiripour, A. Effective Factors on Hospital Information System Acceptance: A Confirmatory Study in Iranian Hospitals. Middle-East J. Sci.

Res. 2011; 9(1):95–101.

38. Masturoh I, Maulana HD & Suryani DL.

Implementasi Sistem Informasi Kesehatan Anak Sekolah di Wiayah Kota Tasikmalaya Tahun 2018. Edukasi Masy Sehat Sejah. 2019; 1(2): 164–

167.

39. Alqudah AA, Al-Emran M & Shaalan K.

Technology Acceptance in Healthcare: A Systematic Review. Appl Sci. 2021; 11 (22):10537. https://doi.org/10.3390/

app112210537.

40. Nugroho HSW, Notobroto HB & Rosyanti L. Acceptance Model of a Mandatory Health Information System in Indonesia.

Healthc Inform Res. 2021 Apr;27(2):127- 136. doi: 10.4258/hir.2021.27.2.127.

Epub 2021 Apr 30.

Referensi

Dokumen terkait