• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRADISI SAPARAN DI KECAMATAN DUKUN KABUPATEN MAGELANG (MENURUT PANDANGAN TOKOH NAHDLATUL ULAMA DAN TOKOH MUHAMMADIYAH) - Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "TRADISI SAPARAN DI KECAMATAN DUKUN KABUPATEN MAGELANG (MENURUT PANDANGAN TOKOH NAHDLATUL ULAMA DAN TOKOH MUHAMMADIYAH) - Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

Tradisi Saparan merupakan ritual masyarakat Desa Paten untuk melestarikan budaya yang diturunkan secara turun temurun dari nenek moyang, salah satunya bernama Mbah Sosrodiharjo. Banyak juga masyarakat yang meyakini bahwa Saparan merupakan ritual untuk mengusir kejahatan dan jika masyarakat tidak melaksanakan tradisi Saparan maka akan terjadi bencana. Dari pemaparan tersebut peneliti tertarik untuk menelitinya dengan mengajukan rumusan masalah: (1) Apa saja praktik tradisi Saparan yang dilakukan masyarakat di Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. 2) Bagaimana pandangan para tokoh Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah mengenai pengamalan tradisi Saparaan.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Tradisi Saparan Saparan merupakan upacara adat Jawa yang dilaksanakan pada bulan Safari. Oleh karena itu, masyarakat mengucap syukur atas hasil panen di lahan tersebut dan mengajak mereka berkeliling desa. Judul: “Tradisi Saparan di Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang (Menurut Pandangan Tokoh Nahdlatul Ulama dan Tokoh Mohamedi)”. Tradisi Saparan di Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang (Menurut Pandangan Tokoh Nahdlatul Ulama dan Tokoh Muhammadiyah)” Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar (S-1) pada Program Studi Sekolah Komparatif Fakultas Syariah dan Hukum Sunan Universitas Islam Negeri Kalijaga Yogyakarta.

Dalam tradisi Saparan, masyarakat saling berkunjung antar desa ke rumah orang yang mereka kenal. Masyarakat desa meyakini maksud dan tujuan utama menjaga tradisi saparan adalah sebagai ritual untuk mengusir kejahatan dan jika tidak mengikuti tradisi ini maka akan terjadi wabah penyakit atau musibah. Tradisi Saparan yang merupakan budaya masyarakat Kecamatan Dukun ditransformasikan menjadi tradisi yang lebih Islami dengan menghilangkan berbagai proses yang melanggar agama serta memasukkan unsur Islam dalam bentuk tahlilan dan pembacaan ayat suci Al-Quran.

Dari pemaparan pendapat di atas, terlihat jelas bahwa tokoh Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah mempunyai cara pandang yang berbeda dan penafsiran yang berbeda dalam menyikapi penerapan tradisi Saparan. Terlepas dari permasalahan yang ada saat ini di kalangan masyarakat Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang, tradisi Saparan masih tetap dipertahankan, meskipun pelaksanaannya bernuansa Islami, namun kenyataannya masih menimbulkan kontroversi hukum. Oleh karena itu para ulama ushul fiqh, al-urf disebut juga adat (adat istiadat), oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut dalam skripsi yang berjudul “Tradisi Saparan di Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang: Menurut Pandangan Nahdlatul Tokoh Ulama dan Tokoh Muhammadiyah”.

Rumusan Masalah

Dengan demikian, peneliti berharap dapat memetakan pandangan-pandangan tersebut guna mengidentifikasi persamaan dan perbedaan pendapat tentang tradisi Sapar di kalangan masyarakat yang mempunyai pengaruh dalam masyarakat, guna memahami keberagaman pandangan tersebut. Dilatarbelakangi permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk mendalami pemikiran para tokoh Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah dengan menggunakan pendekatan Ushul fiqh yaitu pendekatan yang menjelaskan bagaimana (metode) menurunkan (menggali) hukum-hukum mengenai perbuatan manusia dari syar’i. proposisi berdasarkan teori. Al-'urf adalah sesuatu yang diketahui manusia dan menjadi kebiasaan di kalangan mereka baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan.

Tujuan dan Kegunaan

Telaah Pustaka

Tesis ini menjelaskan tentang pelaksanaan Saparan di Ambarketawang, tata cara pelaksanaannya dan sejarah Saparan, selain itu penelitian ini hanya mengkaji dampak tradisi Saparan bekakak terhadap solidaritas sosial masyarakat desa Ambarketawang, yang membedakan penelitian ini adalah yang akan penulis ambil dari penelitian Imam.Satrio Nugroho.11. Tulisan berjudul “Perkembangan Tradisi Saparan Pada Masyarakat Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang” yang ditulis oleh Meila Sari menjelaskan tentang lahirnya tradisi Saparan dan perkembangan tahunan tradisi Saparan serta membahas tentang kontribusi tradisi Saparan. tradisi terhadap kebutuhan psikologis dan solidaritas sosial desa Batur serta dampaknya terhadap masyarakat, kontribusi tradisi Saparan terhadap perkembangan sosial ekonomi desa Batur dan dampaknya terhadap masyarakat, kontribusi tradisi Saparan terhadap perkembangan desa Batur bidang keagamaan desa Batur, hal inilah yang membedakan penelitian yang akan penulis wujudkan dengan penelitian saudari Meila Sari.12. Kemudian ada karya tulis berupa skripsi yang ditulis oleh Natalia Tri Andyani yang berjudul “Eksistensi Tradisi Saparan Pada Masyarakat Desa Sumberejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang” yang menjelaskan.

11 Imam Satrio Nugroho, “Pengaruh tradisi upacara Saparan Bekakak terhadap solidaritas sosial pada masyarakat Ambarketawang, Gamping, Sleman”, Skripsi, UIN Sunan Kalijaga, (Yogyakarta, 2019). 12 Meila Sari, “Perkembangan Tradisi Saparan Bagi Masyarakat Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Disertasi, IAIN Salatiga, (Salatiga, 2020). Kedua hal tersebut mungkin berbeda dalam penelitian yang akan penulis lakukan, dimana Penulis memfokuskan pandangan yang benar dalam memperingati tradisi ini dengan membatasi hanya pada pandangan tokoh NU dan Muhammadiyah.13.

Hasil penelitian terdahulu diharapkan dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini, sehingga jelas kedudukan penelitian yang akan dilakukan dan terhindar dari plagiarisme atau kecurangan akademik lainnya.

Kerangka Teori

Pedoman yang digunakan manusia dalam kehidupannya ada dua macam, ada yang bersumber dari wahyu Allah atau bisa disebut naqli dalil, dan ada juga yang merupakan hasil analisa dan pemikiran manusia disebut ‘aqli dalil’. Hukum-hukum Al-Qur'an dan Sunnah tidak semuanya dinyatakan dengan jelas, sehingga harus dipelajari dan dianalisis guna memudahkan pemahaman dan penerapan hukum Islam. Hukum ini hanya dapat dipahami dan dikaji secara mendalam oleh seorang fuqaha’, yaitu seseorang yang mempunyai kemampuan memahami, menganalisis dan mengeluarkan hukum atau istinbath dari hukum aslinya.

Seperti halnya al-'urf, sebagian besar ulama menggunakan al-'urf sebagai dalil dalam menetapkan undang-undang. Dari kata inilah muncul kata makrifah (yang dikenal), kata ta’rif (definisi), kata ma’ruf (yang dikenal dengan kebaikan), dan kata al-’urf (kebiasaan yang baik). Ada ahli bahasa Arab yang menyamakan kata adat dengan al-'urf, karena kedua kata tersebut mempunyai arti yang sama, kata al-'urf merupakan amplifikasi dari kata adat.16 Ushul ulama fiqh membedakan antara adat dan al-.

شملاا

سشكرمنا

هم

حقلاْ

حٕهقْ

Metode Penelitian

  • Jenis Penelitian
  • Sifat penelitian
  • Pendekatan Penelitian
  • Sumber Data
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Analisis Data
  • Sistematika Pembahasan

Penelitian lapangan merupakan suatu kajian yang intensif mengenai latar belakang kondisi saat ini dan interaksi sosial, individu, kelompok, lembaga dan masyarakat.20 Gagasan penting dari penelitian jenis ini adalah peneliti turun ke lapangan untuk melakukan observasi langsung terhadap suatu fenomena. telah terjadi. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dan digunakan untuk memperoleh data yang mendalam, data yang mengandung makna. Dalam hal ini penulis mencoba mendeskripsikan objek penelitian mengenai tradisi Saparan di Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang, kemudian membandingkan pendapat tokoh agama Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah serta menganalisisnya berdasarkan kerangka teori yang disusun untuk memperoleh gambarannya. keabsahan.

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan peneliti adalah pendekatan ushul fiqh dengan menggunakan teori al-al-'urf. Data primer yaitu data utama yang diambil langsung dari sumber yang ada di Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang, baik yang diambil dengan cara wawancara, observasi atau lain-lain dan juga dari literatur buku. Sasaran narasumber penelitian ini adalah 3 orang Tokoh Nahdatul Ulama yang berasal dari pengurus sehari-hari dan imam tetap masjid dan 3 orang tokoh Muhammadiyah selaku pemilik Panti Asuhan Muhammadiyah serta pengurus harian dan 3 orang sesepuh di Kecamatan Dukun Magelang Daerah.

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan melalui berbagai literatur, antara lain artikel, jurnal, dan tesis, yang berkaitan dengan penelitian ini. Observasi adalah pengamatan atau pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang ingin diteliti di lapangan, baik langsung maupun tidak langsung, sebagai data yang diperlukan berkaitan dengan tradisi Saparan di Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Dalam analisis komparatif, peneliti mencoba memahami dan menjelaskan persamaan dan perbedaan pandangan tokoh agama Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah di Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.

Memuat latar belakang masalah, diikuti pokok masalah, agar permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini terfokus dan berkaitan dengan tujuan yang diharapkan, kemudian dilanjutkan dengan tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, yang menjelaskan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu, disusul kerangka teori yang mendasari dilakukannya penelitian ini, kemudian metodologi. BAB II menjelaskan landasan teori al-'urf sebagai gambaran untuk menjawab permasalahan mengenai praktik tradisi saparan di Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang yang memuat tentang pengertian al-'urf, macam-macam al-'urf, syarat-syarat al-'urf, pembuktian al-'urf -'urf, landasan hukum al-'urf, landasan hukum al-'urf, kaidah-kaidah yang berkaitan dengan al-'urf, BAB III menjelaskan tentang hadis saparan dalam Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang serta pernyataan tokoh agama Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah yang ada di Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang mengenai pelaksanaan tradisi Saparan di Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Sehingga pembaca dapat mengetahui pandangan para tokoh mengenai praktik tradisi Saparan di Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.

Pandangan para tokoh mengenai praktik tradisi Saparan di Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang yang terdiri dari tokoh agama Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Untuk menganalisa permasalahan tersebut, penulis menggunakan teori adat istiadat masyarakat al-'urf yang tidak bisa dihilangkan begitu saja, padahal ritual tersebut dalam beberapa hal bertentangan dengan ajaran Islam. Analisis data menunjukkan bahwa tradisi Saparan di Desa Paten mengandung unsur al-’urf al-fāsid, karena dalam praktiknya masih terdapat beberapa hal yang terkandung di dalamnya yang tidak sejalan dengan ajaran Islam, seperti penggunaan sesaji, kemenyan, dan tempat pelaksanaannya yang masih diyakini suci.

SARAN

Namun upaya besar telah dilakukan terutama oleh para tokoh agama untuk mengubah penyimpangan tersebut menjadi hal-hal yang sesuai dengan syariat Islam. Dalam praktiknya, tradisi Saparan memberikan pengaruh positif dalam kehidupan masyarakat, terutama dalam hal terbentuknya rasa persatuan antar warga, apalagi doa dalam tradisi ini bukan lagi untuk hal gaib lainnya, melainkan hanya dipersembahkan kepada Allah SWT. . Fahimah, Iim, “Akomodasi Budaya Lokal (al-'urf) dalam Pemahaman Fikif Mujtahidin Ulama”, Jurnal Ilmiah Mizani.

Tri Andyani, Natalia, “Eksistensi Tradisi Saparan Pada Masyarakat Desa Sumberejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang”, Skripsi Fakultas Ilmu Budaya Unnes Semarang, 2013.

Referensi

Dokumen terkait