Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12, No. 3 Desember 2017
KEJADIAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK BERDASARKAN PEKERJAAN DI KABUPATEN SUBANG
TAHUN 2014-2015
Siti Nur Endah¹, Fitri Nurhayati², Shafa Fitriana³ Prodi Kebidanan (D-3) STIKES Jenderal A. Yani Cimahi
ABSTRAK
Penularan HIV dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah perempuan HIV positif yang tertular baik dari pasangan maupun akibat perilaku yang berisiko, di Kabupaten Subang sendiri faktor yang paling mendukung terjadinya penularan HIV yaitu pekerjaan, karena terdapat lokalisasi WPS. Berdasarkan data Dinkes Kabupaten Subang pada tahun 2014-2015 terdapat 52 orang anak yang lahir dari ibu positif HIV (Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, 2016). Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran kejadian penularan HIV dari ibu ke anak berdasarkan pekerjaan di Kabupaten Subang. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Jumlah sample 52 responden dengan menggunakan total sampling. Analisis yang digunakan analisis univariat, dengan instrumen penelitian berupa rekam medik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 52 responden, sebagian besar ibu HIV positif yang menularkan pada anak nya bekerja sebagai WPS 27 (61,5%), sebagian kecil ibu HIV positif yang menularkan pada anak nya bekerja sebagai Wiraswasta 1 (1,9%). Kesimpulannya bagi tenaga kesehatan disarankan untuk memberikan penyuluhan, konseling untuk para wanita usia subur khususnya pada ibu hamil untuk melakukan tes HIV/AIDS, dan memberikan dukungan untuk para ibu atau anak yang tertular untuk mengkonsumsi ARV (Anti Retro Viral), diharapkan ibu melakukan tes HIV pada anaknya sesegera mungkin.
Kata kunci : HIV, WPS,IRT,Wiraswasta,Buruh/Tani
ABSTRACT
Background: Transmission of HIV from a mother who infected by HIV to the baby increase along rising a number of woman who have HIV positive who get spread by her couple or causes by a risk behaviour, in Subang own factors that most support the spread of HIV, namely the work, because there is a WPS localization, in Kabupaten Subang in 2015 there are 52 child who born with postive HIV from they mother (Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, 2016). Objective: A purpose of this research is to know a description of HIV spreading from a mother to a baby from job in kabupaten subang. Method: A type in this reseach is descriptive, with a Cross Sectiona study desain. A number of sample are 52 respondents and use total sampling. In this research use an analisis univariat, with the research instrument was a rekam medic. Results of the study 52 respondents, the majority of HIV-positive mothers transmit to his son worked as a WPS 27 (61.5%), a small fraction of
HIV positive mothers transmit to his son worked as Self 1 (1.9%).
Conclusion is recommended for health workers is recommended to provide counseling, counseling for women of childbearing age, especially for pregnant women to test for HIV / AIDS, And provide support for the mother or child who contracted for ARVs (Anti Retro Viral), expected to test hiv mother to her child as soon as possible.
Keywords : Transmission HIV, working
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12, No. 3 Desember 2017
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Estimasi dan proyeksi jumlah orang dengan HIV/AIDS di Indonesia pada tahun 2015 adalah sebanyak 735.256 orang dengan jumlah infeksi baru sebanyak 85.523 orang (Estimasi dan Proyeksi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2011-2016, Kemenkes RI).
Laporan Epidemi HIV (Human Immunodeficiency Virus) Global UNAIDS 2012 menunjukkan bahwa terdapat 34 juta orang dengan HIV di seluruh dunia.
Sebanyak 50% di antaranya adalah perempuan dan 2,1 juta anak berusia kurang dari 15 tahun. Di Asia Selatan dan Tenggara, terdapat kurang lebih 4 juta orang dengan HIV dan AIDS. Menurut Laporan Progres HIV-AIDS WHO Regional SEARO (2011) sekitar 1,3 juta orang (37%) perempuan terinfeksi HIV (PPIA,2012).
Di Indonesia, infeksi HIV merupakan salah satu masalah kesehatan utama dan salah satu penyakit menular yang dapat memengaruhi kematian ibu dan anak. HIV telah ada di Indonesia sejak kasus pertama ditemukan tahun 1987. Di tahun 2012 kasus HIV dan AIDS telah dilaporkan oleh 341 dari 497 kabupaten/kota di 33 provinsi.
Kementerian Kesehatan memperkirakan, pada tahun 2016 Indonesia akan mempunyai hampir dua kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS dewasa dan anak (812.798 orang) dibandingkan pada tahun 2008 (411.543 orang), bila upaya penanggulangan HIV dan AIDS yang dilaksanakan tidak adekuat sampai kurun waktu tersebut (Kemenkes RI, 2013).
Penularan HIV dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya juga cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah perempuan HIV positif yang tertular baik dari pasangan maupun akibat perilaku yang berisiko. Meskipun angka prevalensi dan penularan HIV dari ibu ke bayi masih terbatas, jumlah ibu hamil yang terinfeksi HIV cenderung meningkat. Prevalensi HIV pada ibu hamil diproyeksikan meningkat dari 0,38% (2012) menjadi 0,49% (2016), dan jumlah ibu hamil HIV positif yang memerlukan layanan PPIA juga akan meningkat dari 13.189 orang pada tahun 2012 menjadi 16.191 orang pada tahun 2016. Demikian pula jumlah anak berusia di bawah 15 tahun yang tertular HIV dari ibunya pada saat dilahirkan ataupun saat menyusui akan meningkat dari 4.361 (2012) menjadi 5.565 (2016), yang berarti terjadi peningkatan angka kematian anak akibat AIDS (PPIA,2012).
Data dari hasil Pemodelan Matematika Epidemi HIV tahun 2012 juga menunjukkan bahwa prevalensi infeksi HIV pada ibu hamil diperkirakan meningkat dari 0,38% pada tahun 2012 menjadi 0,49%
pada tahun 2016. Pada ibu hamil, HIV bukan hanya merupakan ancaman bagi keselamatan ibu, tetapi juga memengaruhi anak yang dikandungnya karena penularan yang terjadi dari ibu ke bayinya. Lebih dari 90% kasus anak HIV, mendapatkan infeksi dengan cara penularan dari ibu ke anak (PPIA) (Kemenkes RI,2013).
Virus HIV dapat ditularkan dari ibu HIV kepada anaknya selama masa kehamilan (38,1%), pada saat persalinan (39,0%), dan pada saat menyusui (37,4%).
Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak (PPIA) telah terbukti sebagai intervensi yang sangat efektif untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
Resiko penularan HIV di negara berkembang meningkat karena minimnya
akses pelayanan, risiko penularan berkisar antara 25%-45%. (Kemenkes RI, 2013).
Upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2004, khususnya di daerah dengan tingkat epidemi HIV tinggi.
Namun, hingga akhir tahun 2011 baru terdapat 94 layanan PPIA (Kemenkes RI, 2011), yang baru menjangkau sekitar 7%
dari perkiraan jumlah ibu yang memerlukan layanan PPIA. Program PPIA juga telah dilaksanakan oleh beberapa lembaga masyarakat khususnya untuk penjangkauan dan perluasan akses layanan bagi masyarakat. Agar penularan HIV dari ibu ke anak dapat dikendalikan, diperlukan peningkatan akses program dan pelayanan PPIA yang diintegrasikan ke dalam kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), serta kesehatan remaja (PKPR) di setiap jenjang fasilitas layanan kesehatan dasar dan rujukan. Layanan PPIA terintegrasi merupakan juga bagian dari Layanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB) HIV-AIDS (PPIA,2012).
Salah satu faktor yang menyebabkan penularan HIV dari ibu ke anak adalah pekerjaan. Pekerjaan adalah penelaahan secara mendalam dan sistematis terhadap suatu pekerjaan, yang dapat memberikan keterangan tentang tugas, tanggung jawab, dan sifat pekerjaan, untuk dapat melaksanakan pekerjaan tersebut dengan baik (KBBI).
Di Indonesia beberapa pekerjaan yang dapat beresiko penularan HIV dari ibu ke anak diantaranya yaitu WPS (Wanita Pekerja Seksual) sebanyak 10.616 orang, IRT sebanyak 15.517 orang (Estimasi dan Proyeksi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2011-2016, Kemenkes 2013). Pada WPS terdapat resiko penularan HIV paling tinggi yaitu sebesar 81,3% (Ditjen PP & PL Departemen Kesehatan RI, 2014). Di Jawa tengah jumlah kasus penularan HIV
terbanyak kedua yaitu IRT sebesar 5,1%
(Kemenkes RI,2013).
Wanita Pekerja Seksual (WPS) merupakan seseorang yang menjual jasanya untuk melakukan hubungan seksual untuk uang. Pekerjaan ini selain meresahkan juga mematikan, karena merekalah yang ditengarai menyebarkan penyakit menular akibat perilaku seks bebas tanpa pengaman bernama kondom (Hariadhi, 2010).
Ibu rumah tangga sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga, atau dengan pengetian lain ibu rumah tangga merupakan seorang istri (ibu) yang hanya mengurusi berbagai pekerjaan dalam rumah tangga (tidak bekerja di kantor), (KBBI).
Pemutusan generasi HIV/AIDS dapat dilakukan melalui pendekatan pemberantasan kasus HIV pada IRT (ibu rumah tangga). Oleh karena itulah mengapa ibu rumah tangga seharusnya digolongkan kelompok beresiko sehingga harus dilindungi. Selain itu juga kasus HIV pada keluarga dapat menimbulkan stigma bahkan diskriminasi dari masyarakat. Ibu yang terkena HIV-AIDS dan anaknya yang tidak bersalah apa-apa menjadi korban penyakit HIV-AIDS dan juga korban stigma dari masyarakat yang menyebabkan kesehatan mereka bertambah buruk dan depresi berat (UNAIDS, 2012).
Apabila melihat dampak ini, membiarkan IRT beresiko tanpa ditangani dapat menyalahi hak asasi dan kejahatan kemanusiaan. Selain itu, stigma yang didapat ternyata tidak hanya dari masyarakat, dari petugas kesehatan pun stigma dapat terjadi. Stigma yang berasal dari petugas kesehatan dapat menyebabkan terjadinya penolakan atau penundaan pencarian pengobatan pada pasien dengan HIV-AIDS sehingga mempercepat perkembangan HIV menjadi AIDS (UNAIDS, 2012).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Mujiati (2013), di Jawa Barat seharusnya memiliki program PPIA lebih baik. Berdasarkan karakteristik pekerjaan sebagian besar yang tertular HIV tidak bekerja. Pada ibu yang tidak bekerja terdapat 72,2%, pada pegawai swasta terdapat 40,0%, sedangkan pada PNS/TNI/Polri/Wiraswasta dan buruh terdapat 52,4%.
Berdasarkan latar belakang di atas dapat ditarik rumusan masalah, yaitu “ a) Untuk mengetahui gambaran kejadian
penularan HIV dari ibu ke anak di Kabupaten Subang
b) Untuk mengetahui gambaran pekerjaan di Kabupaten Subang
B. METODE PENELITIAN 1. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, dengan menggunakan data sekunder yang dimana menggunakan rekam medik.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kejadian penularan HIV dari ibu ke anak berdasarkan pekerjaan.
Di Kabupaten Subang pada tahun 2015 terdapat 52 orang anak yang lahir dari ibu positif HIV (Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, 2016). Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran kejadian penularan HIV dari ibu ke anak berdasarkan pekerjaan di Kabupaten Subang.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana angka kejadian penularan HIV dari ibu ke anak berdasarkan pekerjaan di Kabupaten Subang?”
C. Tujuan Penelitian
c) Untuk mengetahui gambaran kejadian penularan HIV berdasarkan pekerjaan di Kabupaten Subang
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional dimana variabel yang temasuk faktor-faktor risiko dan variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus
pada waktu yang lama.
2. Definisi Operasional
Tabel 1.1 Definisi Operasional
Variabel Denisi konseptual Definisi Operasional
Alat Ukur
Hasil ukur Skala Kejadian
penularan HIV dari ibu ke anak
Penularan dari ibu ke anak/bayi terjadi melalui penularan di dalam kandungan/in utero, saat kelahiran/peri partum dan melalui pemberian air susu ibu/ASI (Kementrian Kesehatan RI,2008)
Kejadian penularan HIV dari responden ke anak di Kota Subang
Rekam medik
0 : Positif 1 : Negatif
Ordinal
Pekerjaan Pekerjaan adalah
penelaahan secara mendalam dan sistematis terhadap suatu pekerjaan, yang dapat memberikan keterangan tentang tugas, tanggung jawab, dan sifat pekerjaan, untuk dapat melaksanakan pekerjaan tersebut dengan baik (KBBI).
Sesuatu yang dikerjakan oleh responden yang mendapatkan suatu tanggung jawab
Rekam medik
0: WPS 1: IRT 2: Buruh/tani 3: TNI/Polri 4:Wiraswasta 5: PNS
Nominal
3. Populasi dan Sampel
Responden di penelitian ini adalah ibu HIV yang menularkan pada anak nya di Kabupaten Subang pada tahun 2014-2015 terdapat 52 orang anak yang lahir dari ibu yang terkena HIV positif.
4. Teknik Pengambilan dan Analisis Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data ini di dapatkan pada tanggal 7 Februari 2017, dengan menggunakan rekam medik dan berlangsung pada1hari. Penelitian ini menggunakan analisis univariat yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik yaitu tentang penularan HIV dari ibu ke anak
Pengumpulan responden ini munggunakan teknik total sampling.
berdasarkan pekerjaan dengan menggunakan analisis presentasi untuk mengetahui distribusi frekuensi dengan proporsi variabel-variabel yang diamati.
Data hasil pengamatan ditata dan diringkas dalam bentuk tabel distibusi frekuensi lalu dihitung proporsinya atau presentasinya dan disajikan dalam bentuk tabel.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Gambaran kejadian penularan HIV dari ibu ke anak berdasarkan pekerjaan di Kabupaten Subang
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Penularan HIV dari Ibu ke Anak di Kabupaten subang tahun 2015
Berrdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa dari 52 anak yang lahir dari ibu yang terkena HIV. Sebagian besar anak yang HIV positif sebanyak 41 anak (78,8%).
2. Gambaran pekerjaan di Kabupaten Subang
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Pekerjaan di Kabupaten Subang
Pekerjaan N (%)
WPS 32 61,5
IRT 17 32,7
Buruh/Tani 2 3,8
Wiraswasta 1 1,9
Total 52 100
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa dari 52 ibu yang positif HIV, sebagian besar memiliki status pekerjaan sebagai WPS yaitu 32 orang (61,5%).
HIV N (%)
Positif 41 78,8
Negatif 11 21,2
Total 52 100
3. Gambaran kejadian penularan HIV dari ibu ke anak berdasarkan pekerjaan di Kabupaten Subang
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi Gambaran Kejadian Penularan HIV dari Ibu ke Anak berdasarkan Pekerjaan
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa dari 32 orang ibu yang positif terkena HIV yang bekerja sebagai WPS sebagian besar positif menularkan pada anaknya yaitu sebanyak 27 orang (84,4%). Terdapat 17 orang ibu yang bekerja sebagai IRT sebagian besar menularkan pada anaknya yaitu sebanyak 11 orang (64,7%).
PEMBAHASAN
1. Gambaran kejadian penularan HIV dari ibu ke anak
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kejadian penularan HIV dari ibu ke anak pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 52 ibu positif HIV diantaranya sebanyak 41 orang anak positif HIV dan 11 anak negatif HIV. Ibu yang terkena HIV positif 85% diakibatkan karena hubungan seks (Dinkes Kabupaten Subang,2016).
Sedangkan di Kota Bandung pada tahun 2016 tedapat 15 orang anak yang tertular HIV dari ibu nya (Dinkes Bandung,2016).
Kabupaten Subang menjadi salah satu tempat yang angka kejadian penularan HIV dari ibu ke anak nya paling tinggi, penyebabnya yaitu, karena adanya lokalisasi WPS pada perbatasan jalur pantura, serta banyaknya warung dipinggir jalan yang memberi fasilitas tambahan seperti berhubungan seks.
Penelitian yang dilakukan oleh Lina di tahun 2013 mengemukakan bahwa, rentannya anak tertular HIV dari ibu nya dikarenakan proses persalinan. Data dari Dinkes Yogyakarta terdapat 428 kasus yang
terkena HIV. Diantaranya sebanyak 25 orang anak di Yogyakarta yang tertular HIV dari ibu nya, hal ini diakibatkan karena kurang nya pengetahuan ibu sehingga menyebabkan ibu memilih proses persalinan secara normal.
Lebih dari 90% anak yang terinfeksi HIV didapat dari ibunya. Virus dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada anaknya selama hamil, saat persalinan dan menyusui. Faktor yang berperan dalam penularan HIV dari ibu ke anak yaitu faktor ibu, bayi/anak, dan tindakan obstetrik. Berdasarkan faktor ibu, risiko penularan HIV melalui ASI akan bertambah jika terdapat gangguan pada payudara ibu dan penyakit lain yang diderita oleh ibu, seperti mastitis, absesb dan luka di puting payudara. Sebagian besar masalah payudara dapat dicegah dengan teknik menyusui yang baik. Konseling manajemen laktasi sangat dibutuhkan untuk mengurangi risiko penularan HIV (PPIA,2012).
Pada faktor bayi/anak, bayi yang lahir prematur dan memiliki berat badan lahir rendah diduga lebih rentan untuk tertular HIV dikarenakan sistem organ tubuh bayi
Pekejaan Penularan HIV
Positif Negatif Total
n % n % N %
WPS 27 84,4 5 15,6 32 100
IRT 11 64,7 6 35,3 17 100
Buruh/Tani 2 100 0 0 2 100
Wiraswasta 1 100 0 0 1 100
Total 41 78,8% 11 21,2% 52 100
belum berkembang dengan baik, seperti sistem kulit dan mukosanya. Pada faktor obstetrik, Jenis persalinan menjadi salah satu penyebab tingginya resiko penularan (resiko penularan pada persalinan pervaginam lebih besar daripada per abdominal/SC). Semakin lama proses persalinan berlangsung, risiko penularan HIV dari ibu ke anak juga semakin meningkatnya karena akan semakin lama terjadi kontak antara bayi dengan darah dan lendir ibu. Ketuban pecah lebih dari 4 jam sebelum persalinan akan meninggalkan risiko penularan hingga dua kali lipat dibandingkan jika ketuban pecah kurang dari 4 jam. Faktor lain yang kemungkinan meningkatkan risiko penularan selama proses persalinan adalah penggunaan elektrode pada kepala janin, penggunaan vakum atau forseps dan tindakan episiotomi (PPIA,2012).
2. Gambaran Kejadian Penularan HIV dari Ibu ke Anak Berdasarkan Pekerjaan di Kabupaten Subang
Berdasarkan tabel 4.2 sebagian besar ibu yang menderita HIV positif bekerja sebagai WPS dan IRT. Suatu pekerjaan berkaitan dengan tingkat penghasilan seseorang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mata pencaharian dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Hal ini disebakan pekerjaan akan berpengaruh terhadap waktu luang seseorang untuk terlibat dalam pembangunan. (Depkes RI, 2004). WPS merupakan seseorang yang menjual jasanya untuk melakukan hubungan seksual untuk uang. Pekerjaan ini selain meresahkan juga mematikan, karena merekalah yang menyebarkan penyakit menular akibat perilaku seks bebas tanpa menggunakan kondom (Hariadhi, 2010).
Seseorang yang terjerumus ke dalam prostitusi antara lain disebabkan oleh karena konflik mental, situasi hidup yang tidak menguntungkan pada masa anak-anak dan
remaja, pola perilaku yang kurang dewasa, dan intelegensia yang rendah (Dhohiri, 2007).
Pada Kabupaten Subang yang bekerja sebagai WPS ini disebabkan karena faktor lingkungan yang berdekatan dengan perbatasan dan banyaknya tempat hiburan malam. Selain dari faktor lingkungan, pola hidup menjadi salah satu faktor yang menyebabkan penularan HIV, dimana pergaulan para remaja tidak diperhatikan orang tua nya sehingga para remaja wanita ini pun bekerja ditempat hiburan malam untuk menambah uang saku mereka.
Maraknya tempat hiburan malam ini pun menjadikan salah satu faktor penularan pada seorang pria yang berstatus kepala rumah tangga, penularan terjadi akibat berhubungan seks yang tidak aman seperti tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks. Hal ini bisa menularkan baik pada pasangan suami istri, atau pada ibu hamil yang menularkan HIV pada anak nya baik secara didalam kandungan, saat melahirkan, atau saat menyusui anak nya.
Selain WPS, IRT pun memiliki resiko terhadap HIV. Penyebabnya yaitu dari suaminya. Pada IRT ini disebabkan karena tertular dari suami nya yang dimana suami nya berprofesi sebagai supir dan buruh.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penularan HIV pada IRT seperti, tertular perilaku berisiko suami dalam hubungan perkawinan seperti seks komersial dan narkoba suntik (Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, 2010).
Mobilitas penduduk, pembangunan fisik yang dilakukan di daerah perkotaan dan lapangan kerja yang sempit di daerah pedesaan menyebabkan arus urbanisasi kekota-kota besar di Indonesia meningkat, yang membuat banyak penduduk desa yang melakukan urbanisasi untuk bekarja di kota dengan pengetahuan yang sangat minim tentang HIV/AIDS (Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian, pada ibu yang bekerja sebagai WPS terdapat 5 orang anak yang negatif HIV, dan pada ibu yang bekerja sebagai IRT terdapat 6 orang anak yang negatif HIV. Hal ini disebabkan karena, pada ibu tersebut sudah mencegah sedini mungkin, mereka mengikuti tes HIV dan meminum obat ARV. Pada masa kehamilan ibu ini pun melakukan ANC rutin, dan pada masa persalinan mereka tidak melakukan persalinan secara normal namun mereka melakukan persalinan secara SC.
Sebagian besar IRT yang positif HIV tertular dari suami nya yang bekerja sebagai supir atau buruh, di Kabupaten Subang banyak tempat hiburan malam seperti karaoke atau warung-warung yang di pinggir jalan yang memberikan layanan tambahan bagi pengunjungnya. Para lelaki yang berprofesi sebagai supir atau buruh ini pun menggunakan jasa tambahan di warung tersebut, mengingat rendah nya pendapatan mereka, dan kurang nya keharmonisan didalam rumah tangga pun menjadi salah satu faktor untuk menggunakan jasa ini.
3. Gambaran Kejadian Penularan HIV dari Ibu ke Anak berdasarkan Pekerjaan di Kabupaten Subang
Pada tabel 4.3 Sebagian besar yang menularkan HIV positif pada anaknya yaitu ibu yang bekerja sebagai WPS terdapat 27 orang (84,4%) , sedangkan pada ibu yang bekerja sebagai IRT terdapat 11 orang (64,7%), Buruh/Tani terdapat 2 orang (100%), dan Wiraswasta 1 orang (100%).
Penularan HIV dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya juga cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah perempuan HIV positif yang tertular baik dari pasangan maupun akibat perilaku yang berisiko. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mujiati (2013), di Jawa Barat seharusnya memiliki program PPIA lebih baik, mengingat bahwa sebagian besar kasus
Kurang nya pengetahuan tentang penularan HIV ini pun menjadi penyebab para suami menggunakan jasa tersebut tanpa pikir panjang (Dinkes Kabupaten Subang,2016).
Penelitian diatas hampir sama dengan yang dilakukan oleh Moch. Zaenal tentang perilaku beresiko tinggi tertular HIV dikalangan supir truk di daerah Kabupaten Subang, perilaku berisiko tinggi di kalangan supir truk ditambah dengan kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang penyakit menular seksual dan HIV/AIDS, menjadikan mereka rentan dan sudah tertular virus HIV. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan, karena ketika supir truk telah tertular virus HIV, mereka berpotensi besar untuk menularkannya kepada kelompok masyarakat lainnya baik yang berisiko tinggi maupun tidak. Supir truk merupakan jembatan utama penularan HIV/AIDS antara wanita pekerja seks dengan masyarakat umum atau pada ibu rumah tangga.
HIV terjadi pada perempuan dan jumlah kasus pada ibu rumah tangga lebih besar dari pada kasus yang terjadi pada pekerja seks komersil. Laporan Kasus HIV dan AIDS Kementerian Kesehatan RI tahun 2011 menunjukkan cara penularan tertinggi terjadi akibat hubungan seksual beresiko. Penularan dari ibu-ke-anak lebih dari 90% anak yang terinfeksi HIV didapat dari ibunya (PPIA,2012).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa, penularan HIV dari ibu ke anak nya, yaitu pada ibu yang bekerja sebagai WPS dan IRT. Sebagian besar ibu yang positif HIV adalah ibu yang bekerja sebagai WPS, yang kemudian hamil dan menularkan pada bayi nya. Pada WPS penularan pada anak nya terjadi karena kurang nya pengetahuan ibu bahwa HIV dapat menularkan pada anak nya ketika ibu hamil, melahirkan dan
menyusui anak nya. Kabupaten Subang hanya beberapa yang baru memiliki fasilitas PPIA, dan ibu yang bekerja sebagai WPS ini pun kurang memperhatikan kehamilannya, seperti tidak rutin untuk melakukan ANC, dan tidak mendapatkan pengobatan sejak dini. Begitu juga dengan IRT yang positif HIV yang disebabkan oleh perilaku suaminya diluar rumah yang mengakibatkan dia positif HIV, dan menularkan pada istri nya melalui hubungan seksual, kemudian ibu hamil dan menularkan HIV pada bayi nya.
Penularan HIV yang ditularkan oleh ibu nya yang bekerja sebagai WPS dan IRT menjadi paling tinggi diantara yang lainnya, faktor tersebut karena sebagian besar ibu yang bekerja sebagai WPS dan IRT memilih melakukan melahirkan secara normal, dan hanya sebagian kecil yang melukan SC.
Hasil penelitian diatas hampir sama dengan penelitian Mujiati (2013), bahwa ibu yang paling beresiko tertular HIV yaitu ibu yang bekerja sebagai WPS dan IRT.
D. SIMPULAN DAN SARAN
1. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai gambaran kejadian penularan HIV dari ibu ke anak berdasarkan pekerjaan di Kabupaten Subang pada 52 responden maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebagian besar anak yang HIV positif sebanyak 41 anak (78,8%).
Rendahnya pengetahuan dan informasi tentang penularan dari ibu ke anak bisa dilihat dari hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 yang menunjukkan bahwa persentase penduduk yang mengetahui bahwa HIV-AIDS dapat ditularkan dari ibu ke anak selama hamil, saat persalinan, dan saat menyusui adalah masing-masing 38,1%, 39,0%, dan 37,4%
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
Pada ibu yang bekerja sebagai buruh terdapat 2 orang anak positif HIV dan yang bekerja sebagai wiraswasta terdapat 1 orang anak positif HIV. Ibu yang terkena HIV positif tersebut tertular karena hubungan seks yang di dapatkan dari suaminya, dimana yang menjadi faktor utama nya tersebut terdapat lokalisasi WPS di Kabupaten Subang khususnya di daerah pantura. Mengingat hal tersebut, para suami pun melakukan berhubungan seks dengan beresiko atau tidak menggunakan kondom.
2. Sebagian besar memiliki status pekerjaan sebagai WPS yaitu 32 orang (61,5%).
3. Terdapat 32 orang ibu yang positif terkena HIV yang bekerja sebagai WPS sebagian besar positif menularkan pada anaknya yaitu sebanyak 27 orang (84,4%).
2. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya serta simpulan diatas, maka saran yang dapat peneliti berikan diantaranya adalah : 1. Bagi Petugas Kesehatan
Disarankan untuk meningkatkan sosialisasi tentang ARV (Anti Retro Viral) dan PMTCT (Prevention of Mother To Child Transmission) pada ibu hamil yang positif HIV khususnya yang bekerja sebagai WPS sebagai upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak. Dan memberikan dukungan untuk para ibu atau anak yang tertular untuk mengkonsumsi ARV serta mengajak
untuk para ibu yang setelah melahirkan untuk melakukan tes HIV pada anak nya.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mengembangkan permasalahan penelitian yang berkaitan dengan kejadian penularan HIV dari ibu ke anak, sehingga dapat diketahui faktor lain yang saling berkaitan atau memengaruhi baik dari variabel dependen ataupun independen atau melanjutkan penelitian dengan tema yang sama seperti meneliti program PPIA di tahun selanjutnya, pengobatan ARV pada ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA
Darmayasa Made, 2013. Hubungan Antara Umur, Pendidikan , dan Pekerjaan Istri Serta Status Suami Dengan Risiko Terjadinya Infeksi Human Immunodeficiency Virus Pada Ibu Hamil. Bali
Darmayasa Made, 2012. Karakterisktik Ibu Hamil Dengan HIV Di RSUD Sanglah Denpasar Periode tahun 2005-2010. Bali
Ditjen PP & PL Departemen Kesehatan RI, 2014. Jakarta
Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, 2017 Dhohiri, Taufik Rohman, dkk.
2007. Sosiologi 3. Jakarta: Ghalia Indonesia
Hariadhi,2010. Pelacuran.
http://id.wikipedi .org/index .php?title=pelacur&actio
=edit
Hairston, Bobrow, & Pitter, (2012).
Pengaruh layanan VCT, perawatan,
pengobatan dan dukungan hidup seorang perempuan dengan HIV Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016.
Jakarta
Kementrian Kesehatan RI, 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta Kementrian Kesehatan RI, 2008. Profil
Kesehatan Indonesia. Jakarta Kementrian Kesehatan RI,2011. Profil
Kesehatan Indonesia. Jakarta Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2012. Laporan Hasil PemodelanMatematika Epidemi HIV (Draft). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Pedoman Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak. Jakarta
Kementrian Kesehatan Indonesai, 2013.
Estimasi dan Proyeksi HIV/AIDS di Indonesia tahun 2011-2016.
Jakarta
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional,2010. Jakarta
Marhaena,2010. Situasi HIV dan AIDS di
Indonesia. Dalam:
KomisiPenanggulangan AIDS.
Mujiati, Heny Lestary, 2015. Pengguna Layanan Pencegahan Penularan Hiv Dari Ibu Ke Anak (Ppia Di Rumah Sakit Rujukan Hiv/Aids Di
Provinsi Jawa
Barat
Moch. Zaenal, 2016. Perilaku Beresiko Tinggi Tertular HIV Dikalangan Supir Truk di Daerah Kabupaten Subang.
Nasronudin, 2007. HIV & AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis, dan SosialAirlangga University Press.
Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : PT.Rinera Cipta Notoatmodjo, Soekidjo 2012. Metodologi
PenelitianKesehatan, Jakarta PT.RineraCipta
Profil Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Jakarta
Pedoman Nasional, 2012. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak, Jakarta Romauli, Suryati. 2012. Buku Ajar ASKEB I: Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.
Yogyakarta NuhaMedika
Safarina, 2013. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak dengan melakukan VCT