Hasil Tujuan: untuk mendapatkan gambaran status gizi balita di Posyandu Wuring Barat dengan melihat prevalensi anak balita pendek, kurus dan kurus. Kesimpulan: Dari hasil analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa status gizi balita di Posyandu Wuring Tengah berdasarkan IMT/U dan status gizi balita berdasarkan keadaan stunting balita memiliki kejadian di atas tingkat nasional. Hal ini jelas membutuhkan perhatian serius dari semua pihak. Usulan agar puskesmas memberikan penyuluhan kepada ibu balita di Posyandu Wuring Tengah tentang status gizi balita dan tumbuh kembang balita.
Pengetahuan status gizi balita stunting pada balita di Posyandu Wuring Tengah Desa Wolomarang Kec. Untuk mengetahui gambaran status gizi balita, keadaan kurus pada balita, di Posyandu Wuring Tengah Desa Wolomarang Kec. Untuk mengetahui gambaran status gizi balita, keadaan gizi kurang pada balita, di Posyandu Wuring Tengah Desa Wolomarang Kec.
Beberapa alasan mendasari pentingnya penelitian untuk melihat gambaran status gizi balita, stunting, wasting dan underweight pada balita, di Posyandu Wuring Tengah Desa Wolomarang Kec. Apabila ibu hamil dan anak tidak mendapatkan gizi yang cukup pada masa tersebut, maka akan berdampak pada status gizi anak yang dilahirkan dan kemudian rendahnya status gizi anak akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia.
KAJIAN TEORI
State Of The Art
Status Gizi Definisi Status Gizi
Status gizi anak balita
Variabel BB dan TB/BP pada balita disajikan dalam bentuk tiga indeks antropometri yaitu berat badan/umur, panjang/umur dan berat badan/tinggi badan. Untuk menilai status gizi balita, berat badan dan tinggi badan setiap anak balita dikonversi menjadi nilai standar (Zscore) dengan menggunakan standar antropometri WHO 2005. Selanjutnya berdasarkan nilai Zscore dari masing-masing indikator tersebut, Status gizi balita didefinisikan sebagai berikut.
Balita
- Pengetahuan Gizi
- Pendidikan Ibu
Laju pertumbuhan balita lebih tinggi dibandingkan usia prasekolah, sehingga membutuhkan makanan dalam jumlah yang relatif banyak. Menurut Menkes (2011), faktor dominan penyebab gizi buruk adalah perilaku memilih dan memberikan makanan yang tidak tepat kepada anggota keluarga, termasuk anak. Tingkat pengetahuan gizi individu mempengaruhi sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi individu yang bersangkutan.
Pengetahuan gizi mempengaruhi pemilihan bahan makanan dan menentukan jumlah makanan yang dikonsumsi.Pengetahuan gizi dan keamanan makanan sangat diperlukan. Hasil penelitian Sibarani, 2016, Hasil uji korelasi Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan status gizi bayi melalui pengukuran berat badan/umur di kedua wilayah posyandu pada selang kepercayaan 95%. Penelitian Jayani tentang hubungan penyakit infeksi dengan status gizi pada bayi diperoleh nilai p = 0,01 (p < 0,05) yang artinya ada hubungan yang bermakna antara penyakit infeksi dengan status gizi pada bayi. Hasil penelitian yang didapatkan hampir sama dengan hasil penelitian sebelumnya Melisa Oktarina (2013) telah melakukan hal tersebut di desa Cupak wilayah kerja Puskesmas Pauh Padang dimana hasilnya (55,5% ) anak balita memiliki riwayat penyakit menular yang ada. .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak anak balita yang memiliki status gizi buruk dilatarbelakangi oleh riwayat penyakit infeksi yang dialaminya. Dengan demikian, tampak adanya pengaruh riwayat penyakit infeksi terhadap kejadian status gizi buruk pada balita.
KerangkaKonsep
Road Map Penelitian
Tempat dan Waktu Penelitian
Populasi dan Sampel Penelitian
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisis Data
GAMBARAN STUNTING
Indikator status gizi berdasarkan indeks tinggi badan/umur memberikan indikasi masalah gizi kronis akibat kondisi jangka panjang. kemiskinan, gaya hidup yang tidak sehat dan pola asuh/gizi yang buruk sejak anak lahir, membuat anak menjadi kecil. Riskesdas, 2013) Gambaran status gizi berdasarkan IMT/U. Dari hasil penelitian pada balita di Posyandu Wuring Tengah Desa Wolomarang Kecamatan Alok Barat Kab Sikka NTT dengan mengukur tinggi badan (TB), berat badan (BB) dan umur (U) anak balita, didapatkan gambaran tentang status gizi balita diperoleh berdasarkan IMT/U seperti pada Tabel 4.3. Selanjutnya balita dengan status gizi (<-2 SD) dikategorikan sebagai balita dengan wasting (kurus dan sangat kurus).
Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/TB memberikan indikasi adanya masalah gizi akut akibat kejadian yang terjadi dalam waktu singkat. Dari hasil penelitian dengan mengukur berat badan (BB) dan umur (U) balita, status gizi BMI/U Frekuensi Persentase. Distribusi frekuensi status gizi berdasarkan indeks berat badan/umur balita di Posyandu Wuring Tengah Desa Wolomarang Kecamatan Alok Barat.
Hal ini dilakukan atas dasar campur tangan dari berbagai pihak karena dampak gizi buruk dan stunting pada balita sangat merugikan generasi penerus bangsa. Status gizi normal (-2 SD sampai 2 SD) berdasarkan indeks tinggi badan/umur balita di Posyandu Wuring Tengah Desa Wolomarang Kecamatan Alok Barat Kab Sikka NTT sebesar 48,9%. Prevalensi stunting pada balita di Posyandu Wuring Tengah Kecamatan Wolomarang Alok Barat Kabupaten Sikka sebesar 36,7%.
Status gizi normal (-2 SD sampai 2 SD) berdasarkan indeks IMT/U pada balita di Posyandu Wuring Tengah Desa Wolomarang Kecamatan Alok Barat Kab Sikka NTT adalah 66,7%. Balita dengan status gizi <-3 dan -3 sampai <-2 SD berdasarkan berat badan/umur dikategorikan sebagai gizi kurang. Status gizi baik balita di Posyandu Wuring Tengah Kecamatan Wolomarang Alok Barat Sikka lebih banyak 64,4% dibandingkan balita dengan status gizi kurang yaitu 35,6% terdiri dari gizi buruk 12,2% dan gizi buruk 23,4%.
Status gizi balita di Posyandu Wuring Tengah Kecamatan Wolomarang Alok Barat Kabupaten Sikka berdasarkan tinggi/umur, IMT/umur dan berat badan/umur masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Pengaruh status gizi anak balita terhadap nilai belajar verbal dan numerik. Hubungan Karakteristik Ibu dan Imunisasi dengan Status Gizi Balita Usia 1-3 Tahun Di Desa Tanjung Beringin Kabupaten Dairi Tahun 2016 Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara Medan Soegeng, S.
KEJADIAN STUNTING ,WASTING DAN UNDERWEIGHT PADA BALITA DI POSYANDU WURING TENGAH, WOLOMARANG, ALOK
BARAT, KABUPATEN SIKKA, NTT
Populasi adalah balita di Posyandu Wuring Tengah, Desa Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT. Status gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia.Status gizi saat balita sangat menentukan kualitas generasi penerus bangsa. Dari latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran kejadian dwarfisme, penurunan berat badan dan berat badan kurang berdasarkan indeks massa tubuh pada balita di Posyandu Wuring Tengah, Alok Barat, SIkka, NTT.
Populasi penelitian ini adalah balita di Posyandu Wuring Tengah Desa Wolomarang Kecamatan Alok Barat Kab Sikka NTT. Dari hasil survei yang dilakukan pada balita di Posyandu Wuring Tengah Desa Wolomarang Kecamatan Alok Barat Kab Sikka NTT diperoleh data status gizi berdasarkan beberapa indeks. Namun angka stunting di Posyand Wuring Tengah lebih tinggi dari angka stunting nasional berdasarkan Riskesdas 2018 sebesar 30,8%.
Indikator gizi berdasarkan indeks tinggi badan/umur menunjukkan adanya masalah gizi kronis akibat kondisi jangka panjang. Dari hasil survey yang dilakukan pada balita di Posyandu Wuring Tengah Desa Wolomarang Kecamatan Alok Barat Kab Sikka NTT dengan mengukur tinggi badan (TB), berat badan (BB) dan umur (U) anak balita, didapatkan Gambaran status gizi balita diperoleh berdasarkan IMT/U seperti terlihat pada Tabel 3. Distribusi frekuensi wasting berdasarkan indeks IMT/U pada balita di Posyandu Wuring Tengah Desa Wolomarang.
Hal ini tentunya menunjukkan masih adanya masalah kesehatan masyarakat yang serius yaitu sebesar 28,9%, mengingat prevalensi stunting nasional pada balita masih sebesar 12,1%. Dari hasil survey berat badan balita (BB) dan umur (U) yang dilakukan pada balita di Posyandu Wuring Tengah Desa Wolomarang Kecamatan Alok Barat Kab Sikka NTT. Wolomarang, Alok Barat, Sikka 64,4% lebih banyak dibandingkan balita dengan status gizi kurang 35,6% terdiri dari 12,2% gizi buruk dan 23,4% gizi buruk.
Pengeluaran bayi di Posyandu Wuring Tengah Kecamatan Wolomarang Alok Barat Sikka 71,1% lebih banyak dibandingkan bayi non-belanja yaitu 28,9% dengan perincian sangat halus <-3SD 17,8%, memberikan penurunan -3 SD menjadi <- 2 SD 11,1%. Status gizi baik anak di Posyandu Wuring Tengah Kecamatan Wolomarang Alok Barat Sikka lebih banyak 64,4% dibandingkan anak dengan status gizi kurang yaitu 35,6% terdiri dari 12,2% gizi buruk. Terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu terselesaikannya penelitian ini, antara lain: Rektor UHAMKA, Balai Penelitian dan Pengembangan UHAMKA, Dosen UHAMKA dari Tim Peneliti Maumere, Direksi FIKES dan Prodi Kesehatan Masyarakat UHAMKA, Dosen dan mahasiswa IKIP Muhammadiyah Maumere, dan kelurahan Posyandu Wuring Tengah, Desa Wolomarang, Alok Barat, Sikka.
Pengaruh asupan protein ibu hamil dan panjang badan lahir terhadap prevalensi stunting pada anak usia 12 bulan di Kabupaten Bogor.
SIMAKIP
Semua data yang saya isi dan cantumkan dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum Apabila dikemudian hari ternyata ada ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya bersedia mengambil resiko. Demikian biodata ini saya buat untuk memenuhi laporan hasil penelitian Associate Professor Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA.