• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kel. 1 Kep. Psikiatri (Konsep MK Jiwa HDR)

N/A
N/A
Elly Arnovi

Academic year: 2024

Membagikan "Kel. 1 Kep. Psikiatri (Konsep MK Jiwa HDR)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MAKALAH KEPERAWATAN PSIKIATRI

KONSEP MASALAH KEPERAWATAN JIWA HARGA DIRI RENDAH

DISUSUN OLEH:

Kelompok 1 / Kelas 5A

1. Elly Arnovi Ibrahim Mandjaw 1130022075 2. Kania Eka Desianasari 1130022099 3. Lutfiana Rahmayanti Nurlita 1130022137

DOSEN FASILITATOR:

Nur Hidaayah, S.Kep.Ns., M.Kes

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2024

(2)

ii KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Komplementer al- Hijamah yang berjudul “Pengaruh Terapi Bekam terhadap Penyakit Ginjal” dapat selesai seperti waktu yang telah direncanakan.

Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran berbagai pihak yang memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara langsung atau tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dosen fasilitator mata kuliah Keperawatan Psikiatri, Ibu Nur Hidaayah,

S.Kep.Ns., M.Kes

2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada kami sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar makalah ini dapat kami selesaikan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik yang tulus dan ikhlas kepada semua pihak yang kami sebutkan di atas. Tak ada gading yang tak patah, untuk itu kami pun menyadari bahwa makalah yang telah penulis susun masih memiliki banyak kelemahan serta kekeliruan baik dari segi teknis maupun non teknis.

Untuk itu penulis membuka pintu yang selebar-lebarnya kepada seluruh pihak, agar dapat memberikan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan mendatang. Apabila dalam makalah ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan di hati pembaca, mohon dimaafkan.

Penyusun sangat berharap agar makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi mahasiswa.

Surabaya, 10 September 2024

Penyusun Kelompok 1 / Kelas 5A

(3)

iii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

BAB 1PENDAHULUAN ... 6

1.1 Latar Belakang... 6

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan ... 7

1.4 Manfaat ... 7

BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Konsep Dasar Harga Diri Rendah ... 8

2.1.1 Pengertian ... 8

2.1.2 Klasifikasi ... 8

2.1.3 Etiologi ... 9

2.1.4 Manifestasi Klinis ... 9

2.1.5 Proses Terjadinya ... 10

2.1.6 Pohon Masalah ... 11

2.1.7 Rentang Respon Konsep Diri ... 12

2.2.5 Penatalaksanaan ... 13

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan... 15

2.1.5 Pengkajian ... 15

2.2.2 Diagnosa ... 18

2.2.3 Intervensi ... 19

2.2.4 Implementasi ... 26

2.2.5 Evaluasi ... 26

BAB IIIEBN ... 27

BAB IVPENUTUP ... 29

4.1 Kesimpulan ... 29

4.2 Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

(4)

iv DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pohon Masalah Harga Diri Rendah ... 11 Gambar 2 Rentang Respon Konsep Diri ... 12

(5)

v DAFTAR TABEL

Tabel 1 Penyebab Harga Diri Rendah ... 9

Tabel 2 Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah ... 9

Tabel 3 Intervensi Harga Diri Rendah Situasional ... 19

Tabel 4 Intervensi Harga Diri Rendah Kronik ... 22

Tabel 5 Intervensi Harga Diri Rendah (SDKI, SLKI, SIKI)... 25

(6)

6 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk hidup atau individu yang unik, dikarenakan manusia harus dikaji secara menyeluruh meliputi faktor sosial, psikologis dan biologis didalam dirinya. Kebutuhan psikologis yang dipersepsikan disini bisa memicu terjadinya stress karena kondisi setiap individu berbeda ketika menyelesaikan masalah tersebut. Sehat jiwa ketika seorang individu jiwanya merasa bahagia dalam melangsungkan hidupnya dan mampu melakukan aktivitas sesuai kemampuan yang dimiliki (Welemuly & Nyumirah, 2021).

Menurut Riskesdas 2018, prevalensi skizofrenia atau psikosis di Indonesia adalah 7% per 1000 rumah tangga, artinya dari 1000 rumah tangga, ada 70 yang memiliki anggota dengan gangguan ini. Kemenkes RI 2019 mencatat prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Bali dan DI Yogyakarta, masing-masing 11,1% dan 10,4% per 1000 rumah tangga. Di Jawa Barat, pada 2013, terdapat 4.324.221 orang dengan gangguan jiwa ringan (9,3%), dan 74.395 orang dengan gangguan jiwa berat (1,6 per mil). Pada 2018, prevalensi gangguan jiwa berat meningkat menjadi 5,0 per mil, dengan 268 kasus pemasungan di provinsi tersebut (Riskesdas, 2018).

Harga Diri Rendah merupakan salah satu masalah kesehatan jiwa. Individu dengan harga diri rendah cenderung merasa tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Adanya hilang percaya diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 2011 dalam Moni & Sri, 2020).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, diangkat beberapa masalah :

1. Bagaimana konsep dasar masalah keperawatan jiwa harga diri rendah?

2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah?

(7)

7 1.3 Tujuan

A. Tujuan Umum

Untuk memahami konsep masalah keperawatan jiwa harga diri rendah. Dan untuk melaksanakan tugas mata kuliah Keperawatan Psikiatri.

B. Tujuan Khusus

1. Dapat memahami dan menjelaskan kembali mengenai konsep dasar masalah keperawatan jiwa harga diri rendah.

2. Dapat memahami dan menjelaskan kembali mengenai konsep dasar asuhan keperawatan dengan pasien harga diri rendah.

1.4 Manfaat

1. Bermanfaat bagi mahasiswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki khususnya mengenai konsep masalah keperawatan jiwa harga diri rendah.

2. Dapat dijadikan sarana untuk menambah pengetahuan bagi pembaca.

(8)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Harga Diri Rendah 2.1.1 Pengertian

Harga diri rendah yaitu kondisi dimana seseorang memiliki perasaan tidak berharga, tidak berguna, dan rendah diri yang berkepanjangan akibat penilaian negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Moni & Sri, 2020).

Harga Diri Rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 2012 dalam (Slametiningsih et al., 2019).

Harga diri merupakan komponen psikologis yang penting bagi kesehatan.

Banyak penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa harga diri yang rendah sering kali menyertai gangguan kejiwaan. Harga diri yang tinggi dikaitkan dengan kecemasan yang rendah, efektif dalam kelompok dan penerimaan orang lain terhadap dirinya, sedangkan masalah kesehatan dapat menyebabkan harga diri, sehingga harga diri dikaitkan dengan hubungan interpersonal yang buruk dan beresiko terjadinya depresi sehingga perasaan negatif mendasari hilangnya kepercayaan diri dan harga diri individu dan menggambarkan gangguan harga diri (Syafitri, 2020).

2.1.2 Klasifikasi

Klasifikasi Harga Diri Rendah ada 2 jenis, yaitu (Keliat et al., 2022):

1. Harga Diri Rendah Situasional

Harga diri rendah situasional adalah munculnya persepsi negatif tentang makna diri sebagai respons terhadap situasi saat ini.

2. Harga Diri Rendah Kronik

Harga diri rendah kronik adalah evaluasi diri atau perasaan negatif tentang diri sendiri atau kemampuan diri yang berlangsung minimal 3 bulan.

(9)

9 2.1.3 Etiologi

Tabel 1 Penyebab Harga Diri Rendah

Harga Diri Rendah Situasional Harga Diri Rendah Kronik Budi Anna Keliat

1. Gangguan citra tubuh 2. Gangguan peran sosial 3. Harapan diri tidak realistik 4. Korban kekerasan

5. Kegagalan

6. Ketidakberdayaan 7. Riwayat Kehilangan 8. Riwayat pengabaian 9. Riwayat penolakan SDKI

1. Perubahan pada citra tubuh 2. Perubahan peran sosial

3. Ketidakadekuatan pemahaman 4. Perilaku tidak konsisten dengan

nilai

5. Kegagalan hidup berulang 6. Riwayat kehilangan 7. Riwayat penolakan 8. Transisi perkembangan

Budi Anna Keliat 1. Kurang kasih sayang 2. Kurang rasa memiliki

3. Kurang penghargaan orang lain 4. Mengalami kegagalan

5. Diejek, dikucilkan orang lain 6. Kenyataan tidak sesuai dengan

harapan

SDKI

1. Terpapar situasi traumatis 2. Kegagalan berulang

3. Kurangnya pengakuan dari orang lain

4. Ketidakefektifan mengatasi masalah kehilangan

5. Gangguan psikiatri

6. Penguatan negatif berulang 7. Ketidaksesuaian budaya

2.1.4 Manifestasi Klinis

Tabel 2 Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah (SDKI, 2017)

Harga Diri Rendah Situasional Harga Diri Rendah Kronik Mayor

Subjektif:

1. Menilai diri negatif (mis. tidak berguna, tidak tertolong)

2. Merasa malu/bersalah

3. Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri

4. Menolak penilaian positif tentang diri sendiri

Objektif:

1. Berbicara pelan dan lirik

2. Menolak berinteraksi dengan orang lain

3. Berjalan menunduk 4. Postur tubuh menunduk

Mayor Subjektif:

1. Menilai diri negatif (mis. tidak berguna, tidak tertolong)

2. Merasa malu/bersalah

3. Merasa tidak mampu melakukan apapun

4. Meremehkan kemampuan mengatasi masalah

5. Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif

6. Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri

7. Menolak penilaian positif tentang diri sendiri

(10)

10 Minor

Subjektif:

1. Sulit berkonsentrasi Objektif:

1. Kontak mata kurang 2. Lesu dan tidak bergairah 3. Pasif

Tidak mampu membuat keputusan

Objektif:

1. Enggan mencoba hal baru 2. Berjalan menunduk 3. Postur tubuh menunduk

Minor Subjektif:

1. Merasa sulit konsentrasi 2. Sulit tidur

3. Mengungkapkan keputusasaan Objektif:

1. Kontak mata kurang 2. Lesu dan tidak bergairah 3. Berbicara pelan dan lirih 4. Pasif

5. Perilaku tidak asertif

6. Mencari penguatan secara berlebihan

7. Bergantung pada pendapat orang lain

8. Sulit membuat keputusan

2.1.5 Proses Terjadinya

Hasil riset (Malhi 2008 dalam Slametiningsih et al., 2019) menyimpulkan bahwa Harga Diri Rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal ini menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal.

Dalam tinjauan life span history klien, penyebab terjadinya Harga Diri Rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai remaja keberadaanya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan, atau pergaulan. Harga Diri Rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.

1. Predisposisi

Faktor predisposisi terjadinya Harga Diri Rendah adalah penolakan orangtua, harapan orangtua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan

(11)

11 ideal diri yang tidak realistis. Misalnya; orangtua tidak percaya pada anak, tekanan dari teman, dan kultur sosial yang berubah.

2. Presipitasi

Faktor presipitasi terjadinya Harga Diri Rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara umum, gangguan Harga Diri Rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara situasional, yaitu terjadi secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, kecelakaan, perkosaan atau dipenjara termasuk dirawat di rumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang tidak tercapai serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga. Harga Diri Rendah kronik, biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat dirawat. Klien mempunyai cara berpikir yang nrgatif, kejadian sakit yang dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.

2.1.6 Pohon Masalah

Gambar 1 Pohon Masalah Harga Diri Rendah (Fitria, 2009 dalam Welemuly & Nyumirah, 2021)

(12)

12 2.1.7 Rentang Respon Konsep Diri

Gambar 2 Rentang Respon Konsep Diri

Adapun rentang respon gangguan konsep diri: harga diri rendah adalah transisi antara respons konsep diri adaptif dan maladaptif. Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial (Slametiningsih et al., 2019)

Respon Adaptif:

1. Aktualisasi diri adalah pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman yang sukses.

2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam perwujudan dirinya.

Respon Maladaptif:

1. Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami atau berisiko mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan diri.

2. Kekacauan identitas adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek- aspek identitas masa anak-anak kedalam kematangan kepribadian pada remaja yang harmonis.

3. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistik dan merasa asing dengan diri sendiri, yang berhubungan dengan kecemasan, kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain dan tubuhnya sendiri tidak nyata dan asing baginya.

(13)

13 2.2.5 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien dengan harga diri rendah terbagi menjadi 2 yaitu penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan (Ananda, 2022).

1. Penatalaksanaan Medis 1) Psikofarma

Jenis obat psikofarma yang beredar di pasar dan hanya boleh diperoleh dengan resep dokter yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi typical yaitu Chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk golongan atypical yaitu Risperidon, Olozaoine, Quemtiapine, Zotatine dan Aripiprazole.

2) Electro Confulsif Therapy (ECT)

Electro Confulsif Therapy atau disebut juga shock therapy adalah pengobatan medis modern dengan cara memberikan rangsangan pada otak dengan pulsa tertentu secara elektrik. Terapi ini biasa digunakan untuk penyakit – penyakit tertentu yang berhubungan dengan mental atau gejala emosional.

2. Penatalaksanaan Keperawatan 1) Konseling

Perawat kesehatan jiwa menggunakan intervensi konseling untuk membantu pasien meningkatkan atau memperoleh kembali kemampuan koping, memelihara kesehatan mental, dan mencegah penyakit atau ketidakmampuan mental.

2) Terapi Lingkungan

Perawat kesehatan jiwa memberikan, membentuk, serta mempertahankan suatu lingkungan yang terapeutik dalam kolaborasinya dengan pasien dan pemberian pelayanan kesehatan lain.

3) Aktivitas Asuhan Mandiri

Perawat kesehatan jiwa membentuk intervensi sekitar aktivitas kehidupan sehari – hari pasien untuk memelihara asuhan mandiri dan kesejahteraan jiwa dan fisik.

(14)

14 4) Intervensi Psikobiologis

Perawat kesehatan jiwa menggunakan pengetahuan intervensi psikobiologis dan menerapkan keterampilan klinis untuk memulihkan kesehatan pasien dan mencegah ketidakmapuan lebih lanjut.

5) Penyuluhan Kesehatan

Perawat kesehatan jiwa, melalui penyuluhan kesehatan, serta membantu pasien dalam mencapai pola kehidupan yang memuaskan produktif dan sehat.

6) Manajemen Kasus

Perawat kesehatan jiwa menyajikan manejemen kasus untuk mengkordinasi kesehatan yang komprehensif serta memastikan kesenambungan asuhan.

7) Pemeliharaan dan Peningkatan Kesehatan

Perawat kesehatan jiwa menerapkan strategi dan intervensi untuk meningkatkan, memelihara kesehatan jiwa, serta mencegah penyakit jiwa.

8) Psikoterapi

Spesialis yang bersetifikasi dalam keperawatan kesehatan jiwa menggunakan psikoterapi pasien, psikoterapi kelompok, psikoterapi keluarga, psikoterapi anak, serta pengobatan terapeutik lain untuk membantu pasien untuk memelihara kesehatan jiwa, mencegah penyakit jiwa dan ketidakmampuan, serta memperbaiki atau mencapai kembali status kesehatan dan kemampuan fungsional pasien.

9) Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dirancang dan direncanakan untuk tujuan terapi, dalam rangka membina hubungan antara perawat dengan pasien agar dapat beradaptasi dengan stress, mengatasi gangguan psikologis sehingga dapat melegakan serta membuat pasien merasa nyaman yang pada akhirnya mempercepat proses kesembuhan pasien.

(15)

15 2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.1.5 Pengkajian

Pengakajian merupakan pedoman utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian meliputi pengumpulan data dan penafsiran kebutuhan atau masalah pasien. Menurut Azizah et al., 2016 dalam Ananda, 2022 isi dari data pengkajian meliputi :

1. Identitas Klien

Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tangggal MRS, informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.

2. Alasan Masuk

Menanyakan apa yang menyebabkan pasien atau keluarga datang atau dirawat dirumah sakit, apakah sudah mengetahui penyakit sebelumnya, apakah keluarga sudah melakukan pengobatan untuk mengatasi masalah. Keluhan utama pasien dengan harga diri rendah biasanya merenung atau menyendiri serta mengkritik atau menyalahkan diri sendiri.

3. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi pada pasien dengan harga diri rendah meliputi penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.

4. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan TTV, tinggi badan, berat badan dan tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan. Pasien dengan harga diri rendah biasanya terjadi peningkatan tekanan darah dan peningkatan frekuensi nadi.

5. Aspek Psikososial a) Geonogram

Menggambarkan pasien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi, pengambilan keputusan, dan pola asuh.

b) Konsep Diri a. Gambaran Diri

Pasien dengan harga diri rendah cenderung merendahkan dirinya sendiri, merasa tidak mampu dan merasa bersalah terhadap diri sendiri.

(16)

16 Ketidakpastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan .

b. Identitas diri

Pasien dengan harga diri rendah biasanya lebih banyak menunduk, kurang percaya diri, dan tidak berani menatap lawan bicaranya.

c. Peran

Pasien dengan harga diri rendah biasanya tidak mampu melakukan perannya secara maksimal dikarenakan kurang percaya diri dan motivasi yang kurang dari pasien tersebut.

d. Ideal Diri

Pasien dengan harga diri rendah biasanya kurang percaya diri, merendahkan martabat, dan melakukan penolakan terhadap kemampuan diri.

e. Harga Diri

Pasien dengan harga diri rendah biasanya merasa malu terhadap diri sendiri,

merasa bersalah terhadap diri sendiri, merendahkan martabat, memiliki pandangan hidup yang tidak optimis, melakukan penolakan terhadap kemampuan diri dan kurang percaya diri.

c) Hubungan Sosial

Pasien dengan harga diri rendah biasanya menarik diri dari lingkungan sekitar dan merasa malu.

d) Spiritual

Pasien dengan harga diri rendah biasanya berdiam diri dan tidak melaksanakan fungsi spiritualnya.

6. Status Mental 1) Penampilan

Pasien dengan harga diri rendah biasanya kurang memperhatikan kebersihan diri, rambut tampak kotor dan lusuh, kuku panjang dan hitam, kulit kotor dan gigi kuning.

(17)

17 2) Pembicaraan

Pasien dengan harga diri rendah biasanya berbicara gagap, sering terhenti, lambat, membisu, dan tidak mampu memulai pembicaran.

3) Aktivitas Motorik

Pasien dengan harga diri rendah biasanya lebih sering menunduk, tidak berani menatap lawan bicara dan merasa malu.

4) Afek dan Emosi

Pasien dengan harga diri rendah cenderung tidak ada perubahan ekspresi wajah saat ada stimulus senang atau sedih (ekspresi datar).

5) Interaksi selama wawancara

Pasien dengan harga diri rendah cenderung tidak ada perubahan ekspresi wajah saat ada stimulus senang atau sedih (ekspresi datar).

6) Proses Pikir a) Arus Pikir

Pasien dengan harga diri rendah cenderung bloking atau pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa adanya gangguan dari luar kemudian dilanjutkan kembali.

b) Bentuk Pikir

Pasien dengan harga diri rendah biasanya memiliki bentuk pemikiran berupa fantasia atau lamunan untuk memuaskan keinginan yang tidak dapat dicapainya.

c) Isi Pikir

a. Pikiran rendah diri seperti selalu merasa bersalah pada dirinya dan penolakan terhadap kemampuan diri, menyalahkan diri dan menghina diri akan hal-hal yang pernah dilakukan atau yang belum pernah dilakukannya.

b. Rasa bersalah seperti pengungkapan diri negative

c. Pesimis seperti berpandangan bahwa masa depannya yang suram tentang banyak hal di dalam hidupnya.

7) Tingkat Kesadaran

Pasien dengan harga diri rendah tingkat kesadaran composmentis, namun ada gangguan orientasi diri terhadap orang lain.

(18)

18 8) Memori

Pasien dengan harga diri rendah mampu mengingat memori jangka panjang ataupun jangka pendek.

9) Tingkat Konsentrasi

Pasien dengan harga diri rendah biasanya memiliki tingkat konsentrasi yang cenderung menurun karena pemikiran dirinya sendiri merasa tidak mampu.

10) Kemampuan Pengambilan Keputusan

Pasien dengan harga diri rendah biasanya sulit untuk menentukan tujuan dan mengambilan keputusan karena selalu terbayang ketidakmampuan dirinya sendiri.

11) Daya Tilik

Pasien dengan harga diri rendah biasanya mengingkari penyakit yang diderita, seperti pasien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi), merasa tidak perlu meminta pertolongan, tidak mau bercerita tentang penyakitnya, menyalahkan hal-hal diluar dirinya, menyalahkan orang lain atau lingkungan menyebab timbulnya penyakit atau masalah.

7. Kebutuhan Perencanaan Pulang

1) Kemampuan pasien memenuhi kebutuhan 2) Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)

8. Mekanisme Koping

Kaji bagaimana pasien bila menghadapi suatu permasalahan, apakah menggunakan cara adaptif seperti bicara dengan orang lain, mampu menyelesaikan masalah, teknik reklaksasi, olahraga atau menggunakan cara maladaptive seperti minum alkohol, merokok, reaksi lambat/berlebihan, menghindar, menciderai diri dan lain-lain.

2.2.2 Diagnosa

Harga diri rendah

(19)

19 2.2.3 Intervensi

1. Intervensi berdasarkan Budi Anna Keliat

Tabel 3 Intervensi Harga Diri Rendah Situasional

Diagnosa Tujuan Asuhan Keperawatan Tindakan Keperawatan

Harga Diri Rendah Situasional

1. Kognitif, klien mampu:

a. Mengetahui pengertian, tanda gejala penyebab dan akibat dari harga diri rendah situasional b. Mengetahui kemampuan yang

dimiliki dan dapat dilakukan c. Mengetahui cara mengatasi

harga diri rendah situasional 2. Psikomotor, klien mampu:

a. Memilih kemampuan yang dapat dilakukan

b. Melatih kemampuan yang dipilih c. Menyusun rencana kegiatan

sesuai dengan kondisi kesehatan 3. Afektif, klien mampu:

a. Merasakan manfaat latihan yang dilakukan

b. Memilih aspek positif dan makna kehidupannya

Tindakan pada Klien

1. Tindakan keperawatan ners

a. Kaji tanda dan gejala harga diri rendah situasional b. Jelaskan proses terjadinya harga diri rendah situasional c. Melatih cara meningkatkan harga diri klien

1) Membuat daftar aspek positif dan kemampuan yang dimiliki 2) Menilai aspek positif dan kemampuan yang masih dapat

dilakukan

3) Bantu melakukan pujian pada diri sendiri (self reinforcement) 4) Memilih aspek positif dan kemampuan yang masih dapat

dilakukan untuk dilatih

5) Melatih aspek positif dan kemampuan yang masih dapat dilakukan untuk dilatih secara pertahap

6) Membuat rencana latihan yang teratur secara bertahap 2. Tindakan keperawatan spesialis

a. Terapi kognitif:

1) Sesi 1: Mengidentifikasi pengalaman yang tidak

menyenangkan dan menimbulkan pikiran otomatis negatif 2) Sesi 2: Melawan pikiran otomatis negatif

3) Sesi 3: Memanfaatkan sistem pendukung

4) Sesi 4: Mengevaluasi manfaat melawan pikiran negatif

(20)

20 b. Terapi kognitif perilaku:

1) Sesi 1: Mengidentifikasi pengalaman yang tidak

menyenangkan dan menimbulkan pikiran otomatis negatif dan perilaku negatif

2) Sesi 2: Melawan pikiran otomatis negatif

3) Sesi 3: Mengubah perilaku negatif menjadi positif 4) Sesi 4: Memanfaatkan sistem pendukung

5) Sesi 5: Mengevaluasi manfaat melawan pikiran negatif dan mengubah perilaku negatif

Tindakan pada Keluarga 1. Tindakan keperawatan ners

a. Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien b. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, serta proses terjadinya

harga diri rendah situasional

c. Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien meningkatkan harga diri sesuai dengan asuhan keperawatan pada klien. Motivasi keluarga memberikan pujian atas keberhasilan klien (other reinforcement)

d. Latih keluarga menciptakan suasana keluarga yang mendukung peningkatan harga diri klien

e. Diskusikan tanda dan gejala harga diri rendah situasional yang memerlukan rujukan segera serta menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur

2. Tindakan keperawatan spesialis: Psikoedukasi keluarga

a. Sesi 1: Meningkat mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami klien dan masalah kesehatan keluarga (caregiver) dalam merawat klien

(21)

21 b. Sesi 2: Merawat masalah kesehatan klien

c. Sesi 3: Manajemen stres untuk keluarga d. Sesi 4: Manajemen beban untuk keluarga e. Sesi 5: Memanfaatkan sistem pendukung

f. Sesi 6: Mengevaluasi manfaat psikoedukasi keluarga Tindakan pada Kelompok Klien

Tindakan keperawatan spesialis: Terapi suportif

1. Sesi 1: Identifikasi masalah dan sumber pendukung di dalam dan di luar keluarga

2. Sesi 2: Latihan menggunakan sistem pendukung dalam keluarga 3. Sesi 3: Latihan menggunakan sistem pendukung luar keluarga 4. Sesi 4: Evaluasi hasil dan hambatan penggunaan sumber pendukung Tindakan Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan dokter

a. Melakukan kolaborasi dengan dokter dengan menggunakan ISBAR dan TBaK

b. Memberikan terapi dokter (obat) kepada klien c. Mengobservasi manfaat dan efek samping obat 2. Kolaborasi dengan psikiater sesuai dengan kebutuhan Tindakan Tambahan

Terapi Diversional

(22)

22 Tabel 4 Intervensi Harga Diri Rendah Kronik

Diagnosa Tujuan Asuhan Keperawatan Tindakan Keperawatan

Harga Diri Rendah Kronik

1. Kognitif, klien mampu:

a. Mengenal aspek positif dan kemampuan yang dimiliki b. Menilai aspek positif dan

kemampuan yang dapat dilakukan

c. Memilih aspek positif dan kemampuan yang ingin dilakukan

2. Psikomotor, klien mampu:

a. Melakukan aspek positif dan kemampuan yang dipilih b. Berperilaku aktif

c. Menceritakan keberhasilan pada orang lain

3. Afektif, klien mampu:

a. Merasakan manfaat latihan yang dilakukan

b. Menghargai kemampuan diri (bangga)

c. Meningkatkan harga diri

Tindakan pada Klien

1. Pengkajian: Kaji tanda dan gejala serta penyebab hdr kronik 2. Diagnosis: Jelaskan proses terjadinya harga diri rendah kronik 3. Tindakan keperawatan:

a. Diskusikan aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien b. Bantu klien menilai aspek positif dan kemampuan yang dapat

digunakan/dilakukan

c. Latih aspek positif atau kemampuan yang dipilih dengan motivasi yang positif

d. Berikan pujian untuk setiap kegiatan yang dilakukan dengan baik 4. Tindakan keperawatan spesialis

a. Terapi kognitif

1) Sesi 1: Mengidentifikasi pengalaman yang tidak

menyenangkan dan menimbulkan pikiran otomatis negatif 2) Sesi 2: Melawan pikiran otomatis negatif

3) Sesi 3: Memanfaatkan sistem pendukung

4) Sesi 4: Mengevaluasi manfaat melawan pikiran negatif b. Terapi kognitif perilaku

1) Sesi 1: Mengidentifikasi pengalaman yang tidak

menyenangkan dan menimbulkan pikiran otomatis negatif dan perilaku negatif

2) Sesi 2: Melawan pikiran otomatis negatif

3) Sesi 3: Mengubah perilaku negatif menjadi positif 4) Sesi 4: Memanfaatkan sistem pendukung

5) Sesi 5: Mengevaluasi manfaat melawan pikiran negatif dan mengubah perilaku negatif

(23)

23 c. Logo terapi: Medical Ministry

1) Sesi 1: Identifikasi masalah yang dihadapi, perubahan yang terjadi dan masalah yang dialami

2) Sesi 2: Identifikasi respons terhadap masalah psikososial dan cara mengatasinya

3) Sesi 3: Logoterapi dengan teknik medical Ministry 4) Sesi 4: Evaluasi

Tindakan pada Keluarga 1. Tindakan keperawatan ners

a. Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien

b. Menjelaskan proses terjadinya harga diri rendah yang dialami klien

c. Mendiskusikan cara merawat harga diri rendah d. Melatih keluarga merawat harga diri rendah klien

e. Melibatkan seluruh anggota keluarga menciptakan suasana lingkungan yang nyaman: mengurangi kritik, memfasilitasi keberhasilan, dan memberi pujian

f. Menjelaskan tanda dan gejala harga diri rendah kronik yang memerlukan rujukan, serta melakukan follow up ke pelayanan kesehatan secara teratur

2. Tindakan keperawatan spesialis: Psikoedukasi keluarga

a. Sesi 1: Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami klien dan masalah kesehatan keluarga dalam merawat klien

b. Sesi 2: Merawat masalah kesehatan klien c. Sesi 3: Manajemen stres keluarga

d. Sesi 4: Manajemen beban keluarga

(24)

24 e. Sesi 5: Memanfaatkan sistem pendukung

f. Sesi 6: Mengevaluasi manfaat psikoedukasi keluarga Tindakan pada Kelompok Klien

1. Tindakan keperawatan ners: TAK stimulasi persepsi untuk harga diri rendah

a. Sesi 1: Identifikasi kemampuan dan aspek positif pada diri b. Sesi 2: Menilai kemampuan dan aspek positif pada diri klien

yang dapat dilakukan

c. Sesi 3: Memilih aspek positif atau kemampuan yang akan dilatih d. Sesi 4: Melatih kemampuan atau aspek positif pada diri

e. Sesi 5: Menilai manfaat latihan terhadap harga diri 2. Tindakan keperawatan ners spesialis jiwa: Terapi suportif

a. Sesi 1: Identifikasi masalah dan sumber pendukung di dalam dan di luar keluarga

b. Sesi 2: Latihan menggunakan sistem pendukung dalam keluarga c. Sesi 3: Latihan menggunakan sistem pendukung luar keluarga d. Sesi 4: Evaluasi hasil dan hambatan sumber penggunaan sumber

pendukung Tindakan Kolaborasi

1. Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan pendekatan ISBAR dan TBaK

2. Memberikan program terapi dokter (obat) 3. Mengobservasi manfaat dan efek samping obat Tindakan Pendukung

Terapi Thought Stopping

(25)

25 2. Intervensi berdasarkan SDKI, SLKI, SIKI

Tabel 5 Intervensi Harga Diri Rendah (SDKI, SLKI, SIKI)

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Harga Diri Rendah Situasional (D.0087) Harga Diri Rendah Kronis (D.0086)

Luaran Utama:

Harga Diri (L.09069)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan harga diri meningkat dengan kriteria hasil:

1. Penilaian diri positif dari 1 (menurun) menjadi 5 (meningkat) 2. Perasaan memiliki kelebihan dari 1

(menurun) menjadi 5 (meningkat) 3. Minat mencoba hal baru dari 1

(menurun) menjadi 5 (meningkat) 4. Berjalan menampakkan wajah dari 1

(menurun) menjadi 5 (meningkat) 5. Perasaan malu dari 1 (meningkat)

menjadi 5 (menurun)

6. Perasaan bersalah dari 1 (meningkat) menjadi 5 (menurun)

7. Perasaan tidak mampu melakukan apapun dari 1 (meningkat) menjadi 5 (menurun)

8. Meremehkan kemampuan mengatasi masalah dari 1 (meningkat) menjadi 5 (menurun)

Intervensi Utama:

Manajemen Perilaku (I.12463)

Observasi:

1. Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku Terapeutik

1. Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku 2. Jadwalkan kegiatan terstruktur

3. Ciptakan dan pertahankan lingkungan dan kegiatan perawatan konsistensi setiap dinas

4. Tingkatkan aktivitas fisik sesuai kemampuan 5. Bicara dengan nada rendah dan tenang

6. Cegah perilaku pasif dan agresif

7. Beri penguatan positif terhadap keberhasilan mengendalikan perilaku 8. Hindari bersikap menyeduhkan dan menghentikan pembicaraan 9. Hindari sikap mengancam dan berdebat

Edukasi

1. Informasikan keluarga Bahwa keluarga sebagai dasar pembentukan kognitif

Intervensi Pendukung Terapi Thought Stopping Terapi Diversional

(26)

26 2.2.4 Implementasi

Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan rencana yang telah disusun sebelumnya. Implementasi keperawatan diberikan kepada pasien secara bertahap hingga mandiri, juga diberikan kepada keluarga dengan mengajarkan cara merawat dan mengevaluasi kegiatan pasien. Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien saat ini. Tujuannya untuk memberdayakan pasien dan keluarga agar mampu mandiri memenuhi kebutuhan serta meningkatkan keterampilan koping dalam menyelesaikan masalah.

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah serta untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung serta alternatif masalah.

(27)

27 BAB III

EBN

No. Artikel Metodologi Hasil

1. Judul:

Pengaruh Terapi Thought Stopping Pada Pasien dengan Masalah Harga Diri Rendah di Wilayah Kerja Puskesmas Kabila Kabupaten Bone Bolango Penulis:

1. Apriliya Ambo 2. Firmawati 3. Sabirin B.

Syukur Sumber Artikel:

JURNAL JRIK Vol 3 No. 1

E-ISSN : 2827-9220 P-ISSN : 2827-9247 Tahun Artikel:

2022

Desain:

Desain penelitian ini menggunakan quasi eskperimen one group.

Subjek/Responden:

Pasien skizofrenia dengan masalah harga diri rendah di Wilayah Kerja Puskesmas Kabila, Kabupaten Bone

Bolango, dengan jumlah sampel 30 orang.

Variabel:

Variabel independen:

Terapi Thought Stopping.

Variabel dependen:

Tingkat harga diri pasien.

Instrument:

Instrumen yang

digunakan adalah lembar observasi harga diri dan SOP terapi thought stopping.

Analisis:

Analisis data univariat menggunakan statistik deskriptif dan analisis bivariat menggunakan uji statistik Wilcoxon

Signed Rank Test.

Rata-rata skor harga diri rendah sebelum terapi adalah 3.87, dan setelah terapi

meningkat menjadi 7.93 dengan p- value 0.000. Hasil ini menunjukkan bahwa terapi thought stopping memiliki pengaruh signifikan dalam meningkatkan harga diri pasien dengan masalah harga diri rendah di wilayah penelitian.

2. Judul:

Penerapan Terapi Diversional, pada Pasien Harga Diri Rendah di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto Kabupaten Gorontalo

Desain:

Penelitian ini

menggunakan desain eksperimen dengan pendekatan one group pre-test post-test design.

Subjek/Responden:

Responden penelitian ini

Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa nilai mean pre test yakni 13,20 dan post test 17,00 standar devisiasi pre test yakni 000 dan post test 422, standar eror pre test 1,033 dan post

(28)

28 Penulis:

1. Nur Uyuun I.

Biahimo 2. Wiwi Susanti

Piola 3. Firmawati 4. Vidya Salsabilla 5. Taib

Sumber Artikel:

Manuju: Malahayati Nursing Journal Vol. 6 No. 8 Hal 3050-3059 ISSN 2655-4712 Tahun Artikel:

2024

adalah 10 pasien dengan diagnosa harga diri rendah di wilayah kerja Puskesmas Limboto, Kabupaten Gorontalo.

Variabel:

Variabel independen:

Penerapan terapi diversional.

Variabel dependen:

Tingkat harga diri pasien sebelum dan sesudah diberikan terapi diversional..

Instrument:

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lembar identitas responden, SOP, dan lembar observasi.

Analisis:

Analisis data dilakukan secara kuantitatif menggunakan uji paired test. Data yang

dikumpulkan dihitung untuk melihat perubahan tingkat harga diri pasien sebelum dan sesudah intervensi terapi diversional.

test 3,682, serta jumlah data sebesar 10 untuk pre test dan post, serta nilai Sig. 2- tailed adalah 0,002

<0,05 artinya terdapat pengaruh yang

signifikan antara pre test dan post test.

Terdapat pengaruh penerapan terapi diversional pada pasien harga diri rendah di puskesmas limboto kabupaten gorontalo.

(29)

29 BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Harga diri rendah adalah kondisi di mana seseorang merasa tidak berharga dan tidak berguna, sering disebabkan oleh penilaian negatif terhadap diri sendiri.

Kondisi ini dapat terjadi secara situasional atau kronik dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perubahan citra tubuh, kegagalan berulang, dan riwayat penolakan. Manifestasi harga diri rendah meliputi perasaan negatif, perilaku pasif, dan gangguan interaksi sosial. Jika tidak ditangani, harga diri rendah dapat menyebabkan isolasi sosial dan berdampak pada kesehatan mental individu.

Penatalaksanaan meliputi psikofarmaka dan psikoterapi untuk meningkatkan kembali kemampuan berinteraksi dan memperbaiki citra diri.

Konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah meliputi pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Pengkajian mencakup identitas klien, alasan masuk, faktor predisposisi, pemeriksaan fisik, aspek psikososial, status mental, kebutuhan perencanaan pulang, dan mekanisme koping. Diagnosa yang sering muncul adalah harga diri rendah kronik, koping individu tidak efektif, dan isolasi sosial. Intervensi dilakukan dengan strategi pelaksanaan baik pada pasien maupun keluarga, untuk meningkatkan harga diri, memperbaiki interaksi sosial, dan koping yang efektif. Implementasi bertujuan untuk meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga, sedangkan evaluasi mengukur keberhasilan dan mengevaluasi faktor penghambat serta pendukung dalam asuhan keperawatan.

4.2 Saran

Dalam menyusun makalah ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi makalah ini belumlah sempurna dan masih kurang baik mengenai materi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca dibutuhkan untuk dapat menyempurnakan makalah berikutnya.

(30)

30 DAFTAR PUSTAKA

2018 Riskesdas. (2018). Laporan Riskesdas 2018 Nasional. In Lembaga Penerbit Balitbangkes.

Ananda, S. M. (2022). Harga Diri Rendah Di Ruang Merpati Di Rumah.

Keliat, B. A., Hamid, A. Y. S., Putri, Y. S. E., Daulima, N. H. C., Wardani, I. Y.,

& Susanti, H. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. RGC Medical Publisher.

Moni Kuntari, & Sri Nyumirah. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Tn.N Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah. Buletin Kesehatan: Publikasi

Ilmiah Bidang kesehatan, 3(1), 26–40.

https://doi.org/10.36971/keperawatan.v3i1.59

Slametiningsih, Yunitri Ninik, Nuraenah, & Hendra. (2019). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. 1–91.

Syafitri, F. (2020). Studi Kasus : Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn . A Dengan Masalah Harga Diri Rendah. Journal of Chemical Information and Modeling, 1–52.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Welemuly, H., & Nyumirah, S. (2021). Studi Kasus: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Konsep Diri Harga Diri Rendah. Buletin Kesehatan, 6(2), 2022.

Gambar

Tabel 1 Penyebab Harga Diri Rendah
Tabel 2 Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah (SDKI, 2017)
Gambar 1 Pohon Masalah Harga Diri Rendah  (Fitria, 2009 dalam Welemuly &amp; Nyumirah, 2021)
Gambar 2 Rentang Respon Konsep Diri
+3

Referensi

Dokumen terkait