SKI Kelas 5
Piagam Madinah adalah kesepakatan antara umat Islam dan nonmuslim untuk
hidup berdampingan dengan rukun dan damai di Madinah. Masing-masing pemeluk agama menjalankan agamanya dan harus saling menghormati. Mereka hidup dalam satu kesatuan meskipun beragam agama dan sukunya.
Di Madinah tidak hanya didiami oleh kaum muslimin Ansar dan Muhajirin, tetapi juga kaum Yahudi dan Masyarakat Arab yang belum masuk Islam. Dalam
masyarakat yang majemuk ini, Nabi mengajarkan saling menghormati antarpemeluk agama.
Kesepakatan Perdamaian dalam Piagam Madinah
Rasulullah mengajarkan sahabatnya untuk tidak menyakiti dan memerangi agama lain di Madinah selama mereka mau hidup berdampingan secara damai. Sikap Nabi ini menunjukkan kemuliaan Nabi sebagai rahmatan lil „alamin sekaligus contoh sikap kenegarawanan sejati.
Rasulullah menawarkan perjanjian, yang intinya memberikan kebebasan
menjalankan agama dan mengelola kekayaan, dan tidak boleh saling menyerang atau memusuhi. Perjanjian ini dituangkan dalam piagam yang disebut Piagam Madinah / Konstitusi Madinah.
Kesepakatan Perdamaian dalam Piagam Madinah
Piagam Madinah merupakan dokumen yang menghargai hak-hak asasi manusia dan menjadi dasar hidup bermasyarakat yang harus ditaati semua pihak. Karena itu, Piagam Madinah menjadi dasar aturan (konstitusi) pertama di dunia. Kesaktian Piagam Madinah yang memancar melalui pasal demi pasal yang terkandung di dalamnya, mampu mendamaikan dan mengikat berbagai kelompok suku dan golongan dalam masyarakat Madinah, serta menyatukan umat Islam pendatang dari Makkah dengan penduduk asli Madinah secara umum.
Kesepakatan Perdamaian dalam Piagam Madinah
Kesepakatan Perdamaian dalam Piagam Madinah
Isi Piagam Madinah, di antaranya adalah:
1. Semua kelompok yang menandatangani piagam merupakan suatu bangsa.
2. Masing-masing kelompok bebas menjalankan ajaran agamanya tanpa campur tangan kelompok lain
3. Bila salah satu kelompok diserang musuh, maka kelompok lain wajib untuk membelanya.
Kesepakatan Perdamaian dalam Piagam Madinah
4. Kewajiban penduduk Madinah, baik kaum Muslimin, nonmuslim, ataupun bangsa Yahudi, harus saling bantu membantu moril dan materiil.
5. Mereka harus saling menasehati, berbuat baik dan tidak boleh berbuat jahat.
6. Nabi Muhammad adalah pemimpin seluruh penduduk Madinah dan dia menyelesaikan masalah yang timbul antarkelompok.
SKI Kelas 5
Perjanjian Hudaibiyah merupakan kesepakatan damai antara Rasulullah Saw dengan kaum kafir Quraisy Makkah yang terjadi pada tahun 6 hijriyah di Desa Hudaibiyah. Naskah perjanjian Hudaibiyah ditulis oleh Sahabat Ali bin Abi Thalib.
Rasulullah Saw menjaga perjanjian damai tersebut sehingga menguntungkan umat Islam. Banyak kaum kafir Quraisy yang masuk Islam termasuk
Khalid bin Walid dan Amr bin Ash.
Perjanjian Hudaibiyah; Komitmen Damai Rasulullah SAW
Dengan Kafir Quraisy
Pada tahun ke-6 hijriah, Rasulullah
Saw ke Makkah untuk melakukan ibadah haji ke Ka‟bah beserta 1.400 orang kaum muslimin. Kedatangan Rasulullah Saw dan para sahabatnya ini diketahui oleh kaum kafir Makkah. Mereka mengirim pasukan di bawah pimpinan Khalid bin Walid agar menghadang kaum muslimin di tengah jalan. Namun pasukan tidak berhasil, karena Rasulullah Saw
menggunakan jalan lain menuju Makkah.
Perjanjian Hudaibiyah; Komitmen Damai Rasulullah SAW Dengan Kafir Quraisy
Bekas Masjid Hudaibiyah
Sebelum tiba di Makkah,
Rasulullah Saw berkemah di
Hudaibiyah. Kemudian Rasulullah Saw mengutus Utsman bin Affan untuk menemui kaum kafir
Quraisy di Makkah dan menyampaikan tujuan
kedatangan Rasulullah Saw ke Makkah untuk beribadah haji.
Namun sahabat Utsman lama tidak kembali. Tersiar kabar bahwa sahabat Utsman dibunuh kafir Quraisy.
Perjanjian Hudaibiyah; Komitmen Damai Rasulullah SAW Dengan Kafir Quraisy
Bekas Masjid Hudaibiyah
Rasulullah Saw mengumpulkan sahabat di bawah pohon dan menanyakan
kesediaan mereka untuk selalu setia bersama Rasulullah Saw dan tidak akan meninggalkan beliau. Peristiwa ini disebut baiat ridwan. Para sahabat bersumpah
setia membela Rasulullah Saw sampai titik darah penghabisan. Kaum kafir bergetar ketakutan. Mereka melepaskan sahabat Utsman dan mengutus Suhail bin Amr
menemui Rasulullah Saw untuk berdamai.
Permintaan damai itu diterima Rasulullah Saw yang diwujudkan dalam bentuk
perjanjian tertulis.
Perjanjian Hudaibiyah; Komitmen Damai Rasulullah SAW Dengan Kafir Quraisy
Masjid Hudaibiyah
Pada awalnya para sahabat menolak perjanjian tersebut karena kaum kafir Quraisy mencoret lafadz
bismilillahirrahmanirrahim dan Muhammad Rasulullah. Lafadz di perjanjian tersebut diganti bismika
allahumma dan Muhammad ibnu Abdillah. Namun Rasulullah Saw menerima
pergantian lafadz tersebut karena Rasulullah Saw lebih cinta damai
daripada peperangan. Dan Rasulullah Saw yakin bahwa keimanan para
sahabatnya sudah kuat sehingga tidak terpengaruh pergantian lafadz tersebut.
Perjanjian Hudaibiyah; Komitmen Damai Rasulullah SAW
Dengan Kafir Quraisy
Akhirnya disepakati perjanjian damai antara Rasulullah Saw dan kafir Quraisy Makkah. Perjanjian ini dikenal dengan nama “Perjanjian Hudaibiyah”. Berikut isinya
1. Peletakan senjata antara kedua belah pihak selama sepuluh tahun
2. Orang Quraisy muslim yang datang kepada kaum muslimin dengan tidak seizin walinya
hendaklah ditolak kaum muslimin.
Perjanjian Hudaibiyah; Komitmen Damai Rasulullah SAW Dengan Kafir Quraisy
Masjid Hudaibiyah
3. Barang siapa yang hendak membuat perjanjian dengan Muhammad
diperbolehkan, begitu juga siapa yang membuat perjanjian dengan Quraisy dibolehkan.
4. Kaum muslim tidak mengerjakan umrah di tahun ini, akan tetapi ditangguhkan sampai tahun depan. Di tahun depan kaum muslimin memasuki kota Makkah sesudah Quraisy keluar. Kaum muslimin memasuki kota Makkah tidak boleh membawa senjata, kecuali pedang di dalam sarungnya, dan mereka tidak boleh tinggal di kota Makkah lebih dari tiga hari tiga malam.
Perjanjian Hudaibiyah; Komitmen Damai Rasulullah SAW Dengan Kafir Quraisy
Masjid Hudaibiyah
Setahun kemudian ibadah haji ditunaikan sesuai dengan rencana. Pada masa
damai akibat perjanjian ini, banyak kaum kafir yang memeluk agama Islam. Mereka tidak khawatir lagi diperangi karena adanya perjanjian damai tersebut. Kekuatan kaum muslimin semakin bertambah besar. Di antara yang masuk Islam adalah Khalid bin Walid dan Amr bin Ash.
Perjanjian Hudaibiyah; Komitmen Damai Rasulullah SAW
Dengan Kafir Quraisy
SKI Kelas 5
Setelah disepakatinya perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah Saw mempunyai
kebebasan menjalin komunikasi dengan raja-raja di Jazirah Arab tanpa halangan dari kaum kafir Makkah. Kesempatan ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh
Rasulullah Saw. Beliau gencar mengirim utusan ke raja-raja nonmuslim di Jazirah Arab dan sekitarnya seperti ke raja Habasyah (Najasy), Ghassan, kaisar Romawi (Heraklius), kaisar Persia, dan Gubernur Mesir (Muqauqis).
Komunikasi Rasulullah Saw dengan Raja-raja Nonmuslim
Raja Najasy (Habasyah) menerima surat Nabi dengan lapang dada dan masuk Islam, membalas surat Nabi disertai pernyataan keislamannya.
Kaisar Heraklius dan Raja Mesir Muqauqis menolak secara halus. Bahkan Meqauqis memberikan hadiah kepada Rasulullah Saw, adapun yang menolak secara kasar dan keji adalah raja Ghassan yang membunuh utusan Nabi, Harits bin Umair.
Komunikasi Rasulullah Saw dengan Raja-raja Nonmuslim
Raja Persia yang merobek-robek surat dari Rasulullah Saw.
Perilaku Raja Persia yang
merobek surat dari Nabi, maka Nabi Saw bersabda, “Negara Persia nantinya akan tercabik- cabik sebagaimana Rajanya
merobek- robek suratku.” Sabda Nabi Saw ini suatu hari menjadi kenyataan yakni Negara Persia hancur.
Komunikasi Rasulullah Saw dengan Raja-raja Nonmuslim
Rasulullah Saw juga menertibkan golongan Yahudi di Madinah yang berkhianat dan menjadi musuh dalam selimut. Kaum Yahudi sudah tiga kali melakukan
pengkhianatan. Oleh karena itu pada tahun 7 H, kota Khaibar sebagai kota
pertahanan Yahudi dikepung. Akhirnya seluruh Yahudi yang ada di Jazirah Arab mengadakan perjanjian dengan Nabi. Isinya, mereka harus menyetor separoh dari hasil tanaman dan buah-buahan mereka kepada kaum muslimin sebagai
jaminan agar mereka tidak berkhianat lagi.
Komunikasi Rasulullah Saw dengan Raja-raja Nonmuslim
Kota Khaibar