• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelathi Edisi V 2023.cdr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Kelathi Edisi V 2023.cdr"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

Majalah Kelathi bertujuan untuk mengulas informasi yang ada di Kabupaten Klaten dan setiap bulannya mengangkat topik besar. Selain itu, majalah ini diharapkan menjadi perbincangan positif bagi Kabupaten Klaten. Uniknya, gedung pertemuan tersebut juga diberi nama yang berkaitan dengan nama Presiden Pertama RI yaitu Grha Bung Karno.

Kedekatan hubungan Soekarno dengan Kabupaten Klaten kini menjadi kenangan kolektif masyarakat. “Sebelum Bung Karno berangkat, Mbah Karso memberinya sebatang rumput yang dianggap dapat menambah kekuatan bangsa Indonesia,” kata Mbah Jarwo yang merupakan cucu Ki Karsorejo. Tugu tersebut berdiri tepat di atas tumpuan kaki ketika Bung Karno bertanya kepada Ki. Karsorejo mohon izin.

Presiden pertama RI, Soekarno, rupanya berjalan kaki dari Stasiun Delanggu menuju Lapangan Merdeka di Delanggu, Kabupaten Klaten. Pasalnya, Bung Karno melihat lautan masyarakat menyambutnya di sepanjang Stasiun Delanggu hingga lapangan. Lebih lanjut Sudarmoyo mengatakan, saat itu Bung Karno mendapat sambutan hangat dari warga Delanggu dan sekitarnya.

Berdasarkan jejak Bung Karno di Kabupaten Klaten, hal tersebut rupanya menjadi alasan kuat penamaan terminal dan gedung pertemuan megah kebanggaan masyarakat Klaten tersebut.

WAYANG KLITHIK KLATEN

Antara Seni dan K reativitas untuk Pertahankan Budaya

Bahan kasebut asale saka kayu sing diukir kaya boneka, nanging ora bunder kaya boneka, nanging datar kaya boneka. Dipun wastani wayang klithik amargi swantenipun gagang kayu ingkang muni klithik-klithik nalika wayang dipunmainaken. Lan amarga ukurane luwih cilik tinimbang wayang kulit, wayang klithik iki uga asring diarani wayang crucil.

Mengapa Disebut Wayang Klithik?

Ada lagi karya seni budaya kebanggaan masyarakat Klaten yang masih dipertahankan hingga saat ini. Alih-alih bercerita dari Mahabharata atau Ramayana, boneka-boneka ini biasanya menampilkan cerita dari kerajaan-kerajaan di Jawa Timur, misalnya Kerajaan Kediri, Kerajaan Majapahit, dan Kerajaan Jenggala. Inilah Kotib Febi Mistar salah satu perajin wayang klithik di Klaten tepatnya dari Desa Gemampir Kecamatan Karangnongko.

Hanya dengan melihat cara ayahnya melukis wayang kulit, Kotib terinspirasi untuk mengembangkan karya seni yang kini disebut wayang klithik. Namun untuk pesanan khusus harganya bervariasi mulai dari Rp 350 ribu hingga Rp 4 jutaan atau Rp 5 jutaan.

Mewarisi Kemampuan Ayahnya

Kotib berkelana ke Surabaya dan Sumatera sebelum akhirnya mengembangkan wayang klithik ini di Desa Gemampir. Walaupun wayang klithik unik dan artistik, namun industri wayang klithik tidak menjanjikan banyak keuntungan. Kotib menjelaskan bagaimana upayanya agar wayangklithik mampu bersaing dengan produk seni modern lainnya.

Wayang Klithik sebagai Souvenir

“Ini merupakan upaya yang bisa saya lakukan untuk terus melestarikan seni budaya negeri kita,” kata Kotib sembari mengasah karakter wayang yang dibuatnya. Salah satunya adalah wayang klithik yang berwujud tokoh Walisongo, penyebar agama Islam di tanah Jawa. Saya berharap dapat membentuk komunitas atau desa wisata bersama para pengrajin wayang klithik di desa saya.

“Dengan upaya ini, kami berharap wayang klithik yang merupakan salah satu seni dan budaya kebanggaan masyarakat Klaten dapat tetap lestari,” tutup Kotib Febi Mistar.

SEGARNYA ES GOSROK PAK AMIR

Sebelum maraknya berbagai es krim kekinian seperti es krim, es krim boba, gelato dan sejenisnya, tahukah Anda es krim gosrok merupakan salah satu minuman pelepas dahaga yang populer pada masa lalu. Nama es gosrok sebenarnya diambil dari cara es balok tersebut dihancurkan menjadi potongan-potongan kecil yang dimasukkan ke dalam cairan sirup manis di dalam gelas, yaitu dengan cara digosok. Warung es gosrok Pak Amir merupakan salah satu warung es gosrok legendaris yang bisa ditemui di Klaten.

Kedai es krim gosrok Pak Amir ini terletak persis di persimpangan empat kawasan Gebyok, tempat bertemunya jalan menuju Rawa Jombor, Wedi dan Bayat. Bersama istri dan anak-anaknya, Pak Amir masih setia menjalankan bisnis toko kue gosrok yang tak pernah kehabisan pelanggan ini. “Antusiasme dan kedatangan pelanggan inilah yang mengantarkan kami selama ini,” kata Pak Amir.

Dengan isian cendol yang kenyal dan sedikit santan, es krim ini terasa manis dan menyegarkan. Anda juga bisa menambahkan tape ketan atau roti halus yang dicelupkan ke dalam es ke dalam es ini. Di warung ini kita bisa mengobati rasa lapar dengan menu makanan lain seperti roti halus dan gorengan, serta nasi bandeng dengan harga mulai dari Rp 1000 - 2000 saja.

Dengan tampilan toko yang sederhana, gosrok beku ini mampu bertahan hingga saat ini, karena rasanya yang tidak berubah, menurut Pak Didik, salah satu pelanggan yang mengunjungi toko ini bersama anak-anaknya. “Rasanya dari kecil tidak berubah, jadi saya sering datang ke sini untuk mengajak anak-anak saya mencicipi kesegaran ini dan membawa kembali kenangan,” kata Pak Didik sambil menyeruput es krim gula jawa. Pak Amir setia meneruskan usaha ini karena usaha ini merupakan warisan orang tuanya.

Banyak pelanggan yang masih mengunjungi toko es krim ini, mungkin karena saya masih menyimpan rasanya dari dulu hingga sekarang, sehingga pelanggannya masih setia. Masyarakat dalam dan luar kota masih sering mengunjungi warung ini untuk mengenang kesegaran es gosrok Pak Amir. Nah bagi Anda yang belum pernah mencobanya, Anda bisa berencana mengunjungi warung ini dan menikmati cita rasa menu yang ditawarkan.

AYO KE UMBUL BETHEK Airnya Jernih Menyegarkan

Selain Umbul Jolotundo, Umbul Ponggok, Umbul Manten dan spanduk lainnya, ada lagi spanduk yang cukup istimewa yaitu Umbul Bethek. Hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit menuju Umbul Bethek dengan mobil dari pusat kota Klaten. Tak jauh dari situ, hanya sekitar 7 km dari alun-alun kota Klaten, kita sampai di Umbula yang menawarkan air alami yang menyegarkan.

Air yang mengalir di Umbul Bethek sangat jernih dan melimpah karena letaknya sangat dekat dengan sumber air alami yang ada di atasnya. “Banyak masyarakat dan keluarga yang mengunjungi tempat ini karena kesegaran air di sini berbeda dengan tempat lain,” kata Budiyanto. Untuk anak usia TK dan SD tersedia kolam tersendiri dengan kedalaman yang berbeda dengan kolam dewasa.

Setelah berenang atau sekedar bermain air, pengunjung memiliki banyak area bersih untuk dibilas. Jumlah toilet yang banyak ini membuat pengunjung tidak perlu khawatir untuk mengantri. Ada juga pendopo untuk orang tua menunggu sementara anak-anak bersenang-senang bermain air.

Badan yang dingin setelah berendam di tempat ini langsung terobati dengan berbagai minuman dan makanan tradisional yang disuguhkan. Warung-warung di kompleks Umbul Bethek menyajikan wedang ronde, teh panas, jeruk panas, dan kopi hitam. Direktur BUMDes Sumber Makmur Malangjiwan Agung Nugroho mengatakan Klaten memang diberkahi dengan berbagai sumber air.

Referensi

Dokumen terkait