ANALISIS RANTAI PASOK DI DALAM AGRIBISNIS
TUGAS KELOMPOK
Disusun Oleh:
NABILA RAMADHANI LUBIS (210304051) MICHAEL GEOVANNI SARAGIH (210304136) RACHMAD ADNAN (210304115) BUDI DHARMAWAN (210304127)
Dosen Pengampu:
Ir. Diana Chalil M.Si., Ph.D
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2024
Sumber :
Yanuar, R., Tinaprilla, N., Rachmania, M., & Harti, H. (2022). Dampak Kemitraan Closed Loop Terhadap Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Cabai. Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness), 10(1), 180-199.
TUGAS 1.
Sistem pangan dan agribisnis di Indonesia
i. Pendahuluan
Sistem agribisnis di Indonesia akan terus dikembangkan dengan model Inclusive Closed Loop. Model ini sendiri dasarnya adalah sebuah sistem yang serupa dengan konsep sistem agribisnis, yang terbagi menjadi tiga sub-sistem utama: sub-sistem hulu (upstream), sub-sistem usahatani (onfarm), dan sub-sistem hilir (downstream). Model kemitraan closed loop secara prinsip memiliki kesamaan dengan pola contract farming (komitmen dari pihak petani dalam menyediakan komoditas tertentu sesuai dengan jumlah dan standar kualitas yang ditetapkan oleh pembeli (kontraktor), sebaliknya juga komitmen dari pihak kontraktor dalam mendukung produksi petani dan membeli komoditas tersebut), hanya saja terdapat perbedaan yang esensial yaitu terlibatnya banyak pihak di dalam kegiatan kemitraan tersebut. Bantuan tersebut merupakan tanggung jawab dari keseluruhan mitra yang terlibat di dalamnya.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Rahmat., et.all (2022) terdapat beberapa perbedaan pada petani cabai yang closed loop dan non-closed loop dari segi pendapatan. Meskipun dari sisi produktivitas memiliki nilai yang sama, namun dari segi kemitraan dan efesiensi biaya, petani closed loop lebih baik dibandingkan non-closed loop. Hal ini dikarenakan kepastian pasar dan harga yang lebih tinggi yang dipatok oleh mitra. Selain itu mitra juga mendorong petani dari segi biaya agar lebih memperkecil permodalan sendiri petani tersebut.
ii. Sistem pangan Inclusive Closed Loop
Sistem pangan dengan menggunakan Inclusive Closed Loop dinilai dapat membantu meningkatkan sistem pangan berkelanjutan di Indonesia. Hal ini dikutip dari Kompas.com, yang disampaikan oleh Wakil Ketua Umum (Waketum) Kamar Dagang dan Industri Nasional ( Kadin ) Indonesia Bidang Agribisnis , Pangan , dan Kehutanan dengan menjelaskan bahwa skema tersebut terdiri dari praktik pertanian, penyediaan akses bibit dan pupuk unggul, dukungan pendanaan, dan pendidikan literasi keuangan.
Ringkasan Video 1.
Berdasarkan video 1 yang dilampirkan pada PPT pertemuan pertama, maka video ini dapat dianggap sebagai video proses perubahan nilai dari sebuah kakao menjadi sebungkus cokelat bubuk. Proses tersebut terdiri atas:
Kakao diproduksi dalam waktu 6 bulan (atau 2 kali setahun)
Masa fermentasi biji cokelat selama 6 hari
Pengeringan biji di bawah sinar matahari selama 4 hari
Lalu biji disortir dan dimasukkan ke dalam karung. Proses ini diberi nama klasifikasi yang dilakukan selama 2 hari di gudang
Biji kakao melalui proses manufaktur atau pengolahan dengan penambahan beberapa bahan lainnya sehingga membentuk cokelat yang biasa dikonsumsi selama 2 hari di dalam pabrik. Proses ini menjadikan biji kakao berubah nilainya dengan perubahan bentuk ke bubuk cokelat dan dikemas menggunakan kemasan yang tahan lama.
Bungkus cokelat tadi dikemas kembali untuk dipasarkan dalam jumlah besar menuju ke konsumen menggunakan jalur laut. Proses pengemasan untuk pengiriman jalur laut ini memakan waktu kurang lebih selama satu hari
Lalu cokelat akan dipasarkan melalui jalur laut tersebut selama kurang lebih 20 hari
Keseluruhan proses yang dilalui di atas ialah proses yang menjadikan konsumen akhir baik itu toko roti dan yang lainnya agar menerima kakao dalam bentuk cokelat kemasan.
Ringkasan Video 2.
Berdasarkan video 2 yang dilampirkan pada PPT pertemuan pertama, maka video ini menjelaskan bagaimana pentingnya manajemen rantai pasok bagi suatu perusahaan. Contoh kasus di sini ialah Phone.
Ketika salah seorang konsumen dari Apple product bernama Alex yang menghadiri acara peluncuran produk virtual iPhone 13 dan langsung memesannya di saat itu juga. Alex ketinggalan tanggal untuk prebooking dan akhirnya harus menunggu lama. Akhirnya Alex mendatangi offline store namun tidak menemukan produk impiannya juga karena inefisiensi rantai pasok. Hal ini dikarenakan kurangnya chip di skala internasional.
Untuk menghasilkan produk yang diinginkan tersebut, setiap material yang akan dirakit di China dikumpulkan terlebih dahulu lalu dikirim oleh pihak ketiga seperti fedex dan ups. Pada hal ini, dapat diketahu 5 tahapan untuk membangun manajemen rantai pasok:
Perencanaan operasisonal
Sourcing/memasok bahan baku
Pembuatan/perakitan
Pengiriman produk akhir
Return/pengembalian
Dari hal ini, dapat diketahui juga bahwa 97% rantai pasok perusahaan Apple ialah kolaborasi dan persetujuan sumber-sumber (pemasok). Ini dapat diamati dalam kasus Covid-19 yang menghambat ketersediaan chip di dunia sehingga menghambat produksi di perusahaan Apple kala itu.