• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelompok 6 b (presentasi) Creating a Future for Supervision

N/A
N/A
NURDOHIYAH NURDOHIYAH

Academic year: 2025

Membagikan "Kelompok 6 b (presentasi) Creating a Future for Supervision"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN :

CREATING A FUTURE FOR SUPERVISION

Robert H. Anderson,

[professor dan dekan dari Fakultas Pendidikan Universitas Texas Tech, di kota Lubbock, Amerika Serikat]

(2)

KELOMPOK 6

Sukarno

212011131016 Iseu Widiartina

212011120050 Lili Aulia Sari

212011120020 Muhammad Nurhadi Insan

212011131056 Hildayati

212011120022 Rhoma Hidayat

212011131045

(3)

Bahwa, Ruang lingkup pelaksanaan fungsi para guru dan fungsi supervisi yang sesungguhnya di lapangan, jika tak mendukung kegiatan penting efektifitas pengawasan, maka kondisi sebaliknya lah yang terjadi. Berbagai keterbatasan supervisi yang bisa itu dari segi persiapan, segi orientasi, dan mungkin juga dari segi kemampuan (skill)

sang pengawas, mengakibatkan penurunan pada usaha pelayanan prima suatu supervisi.

(4)

Meski topik pengembangan supervisi melalui

pembelajaran kelompok (team teaching) perlahan pudar, dan meski bekerja-sama secara kelompok tetap tak bisa menggantikan pengembangan

supervisi pada pengaturan kelas secepat yang dimaui para pemangku kepentingan, nampaknya ada satu

kesepakatan secara tak tertulis dari pentingnya peran sumbangan pembeda (differentiation) dan peran

sumbangan pengalaman (sharing) dari seorang pengawas yang professional.

(5)

Pembahasan (bagian 7) sebelumnya, terungkap pengaruh buruk dari suatu karakteristik

pembelajaran yang tersendiri dan terisolir, yang mana pembahasan itu menuntun kepada saran pentingnya supervisi rekan sejawat (peer

supervision) yang tak hanya bisa membantu para guru satu sama lain, namun juga menunjukkan

berbagai jalan dimana supervisor dapat

bekerjasama dalam satu kelompok (team).

(6)

Pembahasan lainnya (bagian 8) serupa

orientasinya menuju suatu pendekatan kelompok.

Pesan jelas yang ditampilkan adalah bahwa, Masa depan supervisi seperti halnya Masa depan

pembelajaran, akan amat sangat tergantung

kepada, kemauan (willingness) serta kemampuan (ability) tiap anggota, untuk mau terlibat dan

berusaha bekerja sama dalam kelompok, dan untuk saling belajar satu sama lain.

(7)

Pembaca yang jeli mungkin juga telah

memperhatikan betapa sedikit referensi yang

dibuat dalam buku ini tentang berbagai kegiatan manajerial, administratif, dan bahkan

pengembangan kurikulum yang secara tradisional melibatkan supervisor.

(8)

Sudah jadi rahasia umum yang disesalkan, adalah kenyataan bahwa banyak supervisor oleh atasan mereka sering difungsikan untuk membantu

fungsi pemeliharaan, membantu fungsi

menangani krisis atau konflik, atau mungkin secara umum jadi petugas asisten untuk

membantu atasan,

(9)

meskipun terkadang pengalihan personel pengawas ke tugas administratif adalah

"kejahatan yang diperlukan” sering kali hal itu mencerminkan kepemimpinan dan manajemen

yang buruk di kantor pusat atau bahkan di tingkat dewan sekolah, dan terlepas apakah itu perlu atau tidak, pengalihan semacam itu melemahkan

program pengawasan dan menyebabkannya kurang dihargai dan menjadikannya kurang diapresiasi oleh korps guru.

(10)

Sayangnya, beberapa supervisor lebih nyaman bekerja secara terpisah yang tak terlibat

langsung dengan guru, hal ini bisa karena mereka tidak terlalu nyaman dalam peran pengawasan,

atau karena keterlibatan dengan tugas manajerial tampaknya lebih penting dan bahkan mungkin

memberi mereka status yang lebih tinggi (dibanding guru).

(11)

Bagaimanapun, ini adalah situasi yang buruk.

Kedepannya, harapan kita hendaknya, supervisor memiliki loyalitas dasar sebagai peran membantu dalam pengawasan, dan hendaknya terbebas atau terlindung dari tugas non-pengawasan, serta

tersedianya berbagai kebijakan pengawasan yang jelas, dan tersedianya berbagai sumber daya

untuk mendukung mereka dalam peran pengawasan.

(12)

Karenanya pembahasan akan masa depan pengawasan ini lebih kaya akan saran-saran mengenai sikap-sikap tata krama (attitudes), teknologi, prosedur dan keterampilan di mana keahlian ini akan dibutuhkan seorang pengawas masa depan.

MEMPROMOSIKAN

PENGEMBANGAN PENGAWAS

(13)

Pembahasan bagian 3 Garman memeriksa empat konsep (kolegialitas, kolaborasi, layanan terampil, dan perilaku etis) yang dalam penjelasannya

mencakup lusinan kemampuan atau perilaku di mana “supervisor melalui belajar” dapat dibawa ke tingkat yang lebih tinggi pada keakraban dan perintah Eisner.

(14)

Dalam pembahasan bagian 4, mengusulkan

bahwa supervisor dibawa ke keadaan kepekaan, kesadaran, dan penghargaan yang melampaui norma-norma konvensional. Delapan fitur

pendekatan artistik supervisi sebagaimana nanti akan dijelaskan pada akhir pembahasan

mensyaratkan pengembangan personel yang

terpilih, yang dilatih, dan kemampuan pelayanan yang kesemuanya berada pada tingkat yang amat tinggi.

(15)

Saya menemukan Argumen Rubin, pada efek yang harus dirasa pengawas untuk merasa lebih bebas mengikuti dorongan dan instink mereka sendiri, Argumen ini sesuai dengan pemikiran seperti itu, dan Empat Kondisi Rubin yang mempengaruhi

evolusi seorang guru yang baik dapat dipelihara dipupuk dengan baik oleh jenis supervisor yang Eisner definisikan.

(16)

Kita memperhatikan perlunya pengawas untuk meningkatkan keterampilan rekan kerja

(kekolegaan) dan kolaborasi mereka, terkait dengan semua gagasan ini adalah kebutuhan supervisor yang hampir tidak terbatas untuk keterampilan lanjut dalam komunikasi.

(17)

Kita perlu memperhatikan bagaimana baik itu bahasa tubuh serta pemilihan kata dapat

mendukung atau malah menjatuhkan usaha

supervisi mereka, untuk menghargai kebutuhan ini pada satu tingkat komentar oleh Puhland dan

Cross tentang beberapa risiko dalam suatu pendekatan konselling suatu supervisi dapat membantu memberikan jalan keluar. Bahkan

supervisor terkemuka berpengalaman di puncak karirnya, juga masih menghadapi masalah

komunikasi ini.

(18)

Gambar berikut mengilustrasikan perhatian utama semua bagian sekolah dan semua individual guru.

Sulit kiranya membayangkan tujuan distrik yang tidak memiliki efek yang diinginkan, pada

penguasaan bagi semua siswa, baik itu ilmu

pegetahuan, keterampilan, sikap, dan tingkah laku yang mereka dapatkan.

KERANGKA KERJA KONSEPTUAL

UNTUK SUPERVISI YANG EFFEKTIF

(19)

Struktur Tujuan Bagian -

Penguasaan Siswa (Student Mastery) sebagai pusat

system atau bisa

dianalogikan sebagai tungku penggerak

sebuah rumah, maka tujuannya adalah

konstan memberikan energi baru ketika

perhatian (aktivitas) dialihkan kepada

tujuan lain mereka.

(20)

Ketika energi mengorbit antara titik A dan E, misalnya, kita diingatkan bahwa program

pengawasan yang efektif harus mendapat 'restu resmi dari Dewan Pendidikan, dengan dukungan kebijakan dan pendanaan yang memadai, dan juga dari pengawas.

(21)

Dimana dewan Pendidikan menghargai kebutuhan pengajar (guru) untuk menerima layanan

pengawasan yang berkelanjutan dan menyisihkan anggaran yang cukup untuk tujuan pengawasan itu, maka kebutuhan dasar pertama telah

terpenuhi. Namun demikian, pengawas tetap harus melaksanakan kebijakan tersebut dan

memberikan dukungan yang nyata dan antusias kepada program pengawasan (misalnya melalui cara-cara yang disebutkan sebelumnya).

(22)

Lingkaran kedua, mengorbit antara titik B dan F, menegaskan pentingnya memiliki kerangka

organisasi di mana fungsi supervisi didefinisikan dan kemudian dilindungi dengan hati-hati, seperti penegasan pentingnya pula adanya program-

program pelatihan (di universitas dan di dalam

lingkup distrik sekolah) yang akan memantapkan kemampuan supervisor untuk melakukan fungsi dimaksud.

(23)

Lingkaran ketiga, mengorbit antara titik C dan G, diarahkan pada struktur tujuan guru. Di satu sisi, pentingnya setiap guru memiliki, titik referensi

konstan, sebuah rencana kinerja, yang bisa membantu dia memusatkan perhatian guna mencapai tujuan tahunan, dan sadar akan

progress kemajuan itu selalu di pantau. Di dalam kerangka acuan inilah supervisi yang paling baik dipersiapkan, dan di ujung lain lingkaran kami

telah menempatkan program supervisi klinis di mana fungsi supervisi ini bisa membantu guru mencapai tujuan tersebut.

(24)

Lingkaran yang tersisa, antara titik D dan H, mengacu pada berbagai orang yang menjalankan fungsi

pengawasan. Tampaknya realistis untuk menunjukkan bahwa kepala sekolah memainkan peran utama,

dengan spesialisi pengawasan sebagai mitra dan teman dan dengan berbagai spesialis kurikulum sebagai sumber daya untuk memberi contoh

tauladan. Perhatikan bahwa pengawas digambarkan tidak hanya sebagai partisipan kolaborator, namun berperan juga sebagai pemberi petunjuk dan arahan (mentor dan pelatih) untuk kepala sekolah dan

pencari bimbingan lainnya untuk meningkatkan teknologi pembantu mereka.

(25)

Bagian pesan yang penting yang membesarkan hati dari maksud pengawasan Rubin adalah

bahwa, keadaan apa saja yang terjadi yang bisa menggoyahkan kita, maka kesetiaan yang teguh pada naluri terbaik kita akan membuat diri bisa bertahan – dan mungkin bahkan menjauhkan diri dari kegagalan.

AGRESI SEBAGAI KEBAJIKAN

(26)

Pengawasan sesungguhnya adalah sebuah bentuk pengajaran, dan hal itu memberikan penyesuaian situasional serta adaptasi, yang akan

mengeluarkan service terbaik yang bisa seorang guru berikan. Keputusan pengawasan tersebut tentu saja harus tumbuh dari perintah yang kuat dan komitmen untuk struktur tujuan dan

kesadaran yang tajam, akan bagaimana berbagai elemen dan kekuatan mempengaruhi peran guru dalam membantu penguasaan siswa.

(27)

Pengawasan memiliki peran yang sangat penting, dan masa depan sekolah dapat sangat bergantung pada kecukupan fungsi pengawasan yang

dijalankan Pengawasan layak mendapatkan masa depan yang khas, dan dasar yang kuat dari

penelitian, pengalaman, dan pengembangan teknis yang sudah ada.

KESIMPULAN

Referensi

Dokumen terkait