RINGKASAN :
CREATING A FUTURE FOR SUPERVISION
Robert H. Anderson,
[professor dan dekan dari Fakultas Pendidikan Universitas Texas Tech, di kota Lubbock, Amerika Serikat]
KELOMPOK 6
Sukarno
212011131016 Iseu Widiartina
212011120050 Lili Aulia Sari
212011120020 Muhammad Nurhadi Insan
212011131056 Hildayati
212011120022 Rhoma Hidayat
212011131045
Bahwa, Ruang lingkup pelaksanaan fungsi para guru dan fungsi supervisi yang sesungguhnya di lapangan, jika tak mendukung kegiatan penting efektifitas pengawasan, maka kondisi sebaliknya lah yang terjadi. Berbagai keterbatasan supervisi yang bisa itu dari segi persiapan, segi orientasi, dan mungkin juga dari segi kemampuan (skill)
sang pengawas, mengakibatkan penurunan pada usaha pelayanan prima suatu supervisi.
Meski topik pengembangan supervisi melalui
pembelajaran kelompok (team teaching) perlahan pudar, dan meski bekerja-sama secara kelompok tetap tak bisa menggantikan pengembangan
supervisi pada pengaturan kelas secepat yang dimaui para pemangku kepentingan, nampaknya ada satu
kesepakatan secara tak tertulis dari pentingnya peran sumbangan pembeda (differentiation) dan peran
sumbangan pengalaman (sharing) dari seorang pengawas yang professional.
Pembahasan (bagian 7) sebelumnya, terungkap pengaruh buruk dari suatu karakteristik
pembelajaran yang tersendiri dan terisolir, yang mana pembahasan itu menuntun kepada saran pentingnya supervisi rekan sejawat (peer
supervision) yang tak hanya bisa membantu para guru satu sama lain, namun juga menunjukkan
berbagai jalan dimana supervisor dapat
bekerjasama dalam satu kelompok (team).
Pembahasan lainnya (bagian 8) serupa
orientasinya menuju suatu pendekatan kelompok.
Pesan jelas yang ditampilkan adalah bahwa, Masa depan supervisi seperti halnya Masa depan
pembelajaran, akan amat sangat tergantung
kepada, kemauan (willingness) serta kemampuan (ability) tiap anggota, untuk mau terlibat dan
berusaha bekerja sama dalam kelompok, dan untuk saling belajar satu sama lain.
Pembaca yang jeli mungkin juga telah
memperhatikan betapa sedikit referensi yang
dibuat dalam buku ini tentang berbagai kegiatan manajerial, administratif, dan bahkan
pengembangan kurikulum yang secara tradisional melibatkan supervisor.
Sudah jadi rahasia umum yang disesalkan, adalah kenyataan bahwa banyak supervisor oleh atasan mereka sering difungsikan untuk membantu
fungsi pemeliharaan, membantu fungsi
menangani krisis atau konflik, atau mungkin secara umum jadi petugas asisten untuk
membantu atasan,
meskipun terkadang pengalihan personel pengawas ke tugas administratif adalah
"kejahatan yang diperlukan” sering kali hal itu mencerminkan kepemimpinan dan manajemen
yang buruk di kantor pusat atau bahkan di tingkat dewan sekolah, dan terlepas apakah itu perlu atau tidak, pengalihan semacam itu melemahkan
program pengawasan dan menyebabkannya kurang dihargai dan menjadikannya kurang diapresiasi oleh korps guru.
Sayangnya, beberapa supervisor lebih nyaman bekerja secara terpisah yang tak terlibat
langsung dengan guru, hal ini bisa karena mereka tidak terlalu nyaman dalam peran pengawasan,
atau karena keterlibatan dengan tugas manajerial tampaknya lebih penting dan bahkan mungkin
memberi mereka status yang lebih tinggi (dibanding guru).
Bagaimanapun, ini adalah situasi yang buruk.
Kedepannya, harapan kita hendaknya, supervisor memiliki loyalitas dasar sebagai peran membantu dalam pengawasan, dan hendaknya terbebas atau terlindung dari tugas non-pengawasan, serta
tersedianya berbagai kebijakan pengawasan yang jelas, dan tersedianya berbagai sumber daya
untuk mendukung mereka dalam peran pengawasan.
Karenanya pembahasan akan masa depan pengawasan ini lebih kaya akan saran-saran mengenai sikap-sikap tata krama (attitudes), teknologi, prosedur dan keterampilan di mana keahlian ini akan dibutuhkan seorang pengawas masa depan.
MEMPROMOSIKAN
PENGEMBANGAN PENGAWAS
Pembahasan bagian 3 Garman memeriksa empat konsep (kolegialitas, kolaborasi, layanan terampil, dan perilaku etis) yang dalam penjelasannya
mencakup lusinan kemampuan atau perilaku di mana “supervisor melalui belajar” dapat dibawa ke tingkat yang lebih tinggi pada keakraban dan perintah Eisner.
Dalam pembahasan bagian 4, mengusulkan
bahwa supervisor dibawa ke keadaan kepekaan, kesadaran, dan penghargaan yang melampaui norma-norma konvensional. Delapan fitur
pendekatan artistik supervisi sebagaimana nanti akan dijelaskan pada akhir pembahasan
mensyaratkan pengembangan personel yang
terpilih, yang dilatih, dan kemampuan pelayanan yang kesemuanya berada pada tingkat yang amat tinggi.
Saya menemukan Argumen Rubin, pada efek yang harus dirasa pengawas untuk merasa lebih bebas mengikuti dorongan dan instink mereka sendiri, Argumen ini sesuai dengan pemikiran seperti itu, dan Empat Kondisi Rubin yang mempengaruhi
evolusi seorang guru yang baik dapat dipelihara dipupuk dengan baik oleh jenis supervisor yang Eisner definisikan.
Kita memperhatikan perlunya pengawas untuk meningkatkan keterampilan rekan kerja
(kekolegaan) dan kolaborasi mereka, terkait dengan semua gagasan ini adalah kebutuhan supervisor yang hampir tidak terbatas untuk keterampilan lanjut dalam komunikasi.
Kita perlu memperhatikan bagaimana baik itu bahasa tubuh serta pemilihan kata dapat
mendukung atau malah menjatuhkan usaha
supervisi mereka, untuk menghargai kebutuhan ini pada satu tingkat komentar oleh Puhland dan
Cross tentang beberapa risiko dalam suatu pendekatan konselling suatu supervisi dapat membantu memberikan jalan keluar. Bahkan
supervisor terkemuka berpengalaman di puncak karirnya, juga masih menghadapi masalah
komunikasi ini.
Gambar berikut mengilustrasikan perhatian utama semua bagian sekolah dan semua individual guru.
Sulit kiranya membayangkan tujuan distrik yang tidak memiliki efek yang diinginkan, pada
penguasaan bagi semua siswa, baik itu ilmu
pegetahuan, keterampilan, sikap, dan tingkah laku yang mereka dapatkan.
KERANGKA KERJA KONSEPTUAL
UNTUK SUPERVISI YANG EFFEKTIF
Struktur Tujuan Bagian -
Penguasaan Siswa (Student Mastery) sebagai pusat
system atau bisa
dianalogikan sebagai tungku penggerak
sebuah rumah, maka tujuannya adalah
konstan memberikan energi baru ketika
perhatian (aktivitas) dialihkan kepada
tujuan lain mereka.
Ketika energi mengorbit antara titik A dan E, misalnya, kita diingatkan bahwa program
pengawasan yang efektif harus mendapat 'restu resmi dari Dewan Pendidikan, dengan dukungan kebijakan dan pendanaan yang memadai, dan juga dari pengawas.
Dimana dewan Pendidikan menghargai kebutuhan pengajar (guru) untuk menerima layanan
pengawasan yang berkelanjutan dan menyisihkan anggaran yang cukup untuk tujuan pengawasan itu, maka kebutuhan dasar pertama telah
terpenuhi. Namun demikian, pengawas tetap harus melaksanakan kebijakan tersebut dan
memberikan dukungan yang nyata dan antusias kepada program pengawasan (misalnya melalui cara-cara yang disebutkan sebelumnya).
Lingkaran kedua, mengorbit antara titik B dan F, menegaskan pentingnya memiliki kerangka
organisasi di mana fungsi supervisi didefinisikan dan kemudian dilindungi dengan hati-hati, seperti penegasan pentingnya pula adanya program-
program pelatihan (di universitas dan di dalam
lingkup distrik sekolah) yang akan memantapkan kemampuan supervisor untuk melakukan fungsi dimaksud.
Lingkaran ketiga, mengorbit antara titik C dan G, diarahkan pada struktur tujuan guru. Di satu sisi, pentingnya setiap guru memiliki, titik referensi
konstan, sebuah rencana kinerja, yang bisa membantu dia memusatkan perhatian guna mencapai tujuan tahunan, dan sadar akan
progress kemajuan itu selalu di pantau. Di dalam kerangka acuan inilah supervisi yang paling baik dipersiapkan, dan di ujung lain lingkaran kami
telah menempatkan program supervisi klinis di mana fungsi supervisi ini bisa membantu guru mencapai tujuan tersebut.
Lingkaran yang tersisa, antara titik D dan H, mengacu pada berbagai orang yang menjalankan fungsi
pengawasan. Tampaknya realistis untuk menunjukkan bahwa kepala sekolah memainkan peran utama,
dengan spesialisi pengawasan sebagai mitra dan teman dan dengan berbagai spesialis kurikulum sebagai sumber daya untuk memberi contoh
tauladan. Perhatikan bahwa pengawas digambarkan tidak hanya sebagai partisipan kolaborator, namun berperan juga sebagai pemberi petunjuk dan arahan (mentor dan pelatih) untuk kepala sekolah dan
pencari bimbingan lainnya untuk meningkatkan teknologi pembantu mereka.
Bagian pesan yang penting yang membesarkan hati dari maksud pengawasan Rubin adalah
bahwa, keadaan apa saja yang terjadi yang bisa menggoyahkan kita, maka kesetiaan yang teguh pada naluri terbaik kita akan membuat diri bisa bertahan – dan mungkin bahkan menjauhkan diri dari kegagalan.
AGRESI SEBAGAI KEBAJIKAN
Pengawasan sesungguhnya adalah sebuah bentuk pengajaran, dan hal itu memberikan penyesuaian situasional serta adaptasi, yang akan
mengeluarkan service terbaik yang bisa seorang guru berikan. Keputusan pengawasan tersebut tentu saja harus tumbuh dari perintah yang kuat dan komitmen untuk struktur tujuan dan
kesadaran yang tajam, akan bagaimana berbagai elemen dan kekuatan mempengaruhi peran guru dalam membantu penguasaan siswa.
Pengawasan memiliki peran yang sangat penting, dan masa depan sekolah dapat sangat bergantung pada kecukupan fungsi pengawasan yang
dijalankan Pengawasan layak mendapatkan masa depan yang khas, dan dasar yang kuat dari
penelitian, pengalaman, dan pengembangan teknis yang sudah ada.