• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelompok 6 ekonomi moneter semester 7

N/A
N/A
PT Bumi Madura Bangkalan Sejahtera

Academic year: 2024

Membagikan "Kelompok 6 ekonomi moneter semester 7"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Kelompok 6: Mendeskripsikan ruang lingkup sistem moneter internasional, kurs valas, dan cara menentukan kurs valas

Pengertian Sistem moneter Internasional

Sistem moneter internasional dikenal juga dengan sistem pembayaran internasional yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi internasional antara penduduk satu negara dengan penduduk negara lain. Sistem moneter internasional fokus pada sisi moneter dari kegiatan ekonomi internasional, yaitu transaksi keuangan internasional antara penduduk- penduduk negara-negara yang melakukan transaksi ekonomi internasional.

Perkembangan Sistem Moneter Interiasional atau juga biasa disebut sebagai Regime Moneter Internasional yang berhubungan dengan aturan-aturan, kebiasaan, instrumen- instrumen, fasilitas-fasilitas dan organisasi untuk mempengaruhi pembayaran internasional.

Sistem moneter internasional yang baik adalah yang dapat memaksimalkan aliran perdagangan internasional dan investasi serta membawa pada kondisi pemerataan keuntungan perdagangan bagi negara-negara di dunia. Sistem moneter internasional dapat dievaluasi berdasarkan aspek-aspek:

1. Aspek penyesuaian, yang menunjuk kepada proses dimana ketidakseimbangan neraca pembayaran (balance of payment) dapat diperbaiki dengan segera.

2. Aspek likuiditas, yang menyangkut berapa jumlah assets cadangan internasional yang tersedia untuk menanggulangi sementara neraca pembayaran yang tidak seimbang.

3. Aspek Kepercayaan, yang berhubungan dengan aspek penyesuaian dan askpek likuiditas. Aspek ini mengacu kepada pengetahuan bahwa mekanisme penyesuaian bekerja secara memadai dan cadangan internasional akan terjaga nilai absolut dan relatifnya. Dengan demikian aspek kepercayaan ini timbul sebagai akibat dari aspek penyesuaian dan aspek likuiditas.

(Endang Rostiana, S. E. (2020). Ekonomi Moneter Internasional. CV Cendekia Press.) Pengertian Kurs Valas

Kurs merupakan harga atau nilai mata uang suatu negara yang diukur dengan mata uang luar negeri ketika berbelanja atau membeli barang di luar negeri. Intinya, kurs merupakan nilai tukar. Sedangkan valuta asing merupakan nilai mata uang negara lain. Jadi,

(2)

kurs valuta asing yaitu rasio nilai antara mata uang domestik dengan mata uang lainnya atau dengan kata lain kurs menunjukkan perbandingan nilai antara dua mata uang yang berbeda.

Situmeang, S. E., Munthe, K., & Purba, A. M. (2021). Pengaruh tingkat suku bunga deposito, kurs valuta asing dan tingkat inflasi terhadap volume perdagangan saham pada Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Dan Bisnis, 339-352.

Menurut Siamat (2004:471) kurs valuta asing adalah harga suatu mata uang yang dinyatakan dalam mata uang lain. Sedangkan menurut Saphiro (2003:38) adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang asing lainnya sesudah dikonversi terhadap mata uang asing tersebut.

Kurs valuta asing dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Kurs yang diminta (Asked Rate) Yaitu kurs yang diminta bank atau pedagang untuk dibayar oleh konsumen dalam mata uang domestik untuk suatu mata uang asing saat bank menjual dan konsumen membeli.

2. Kurs yang ditawarkan (Bid Rate) Yaitu kurs dimana bank membeli mata uang asing dari konsumen dengan membayar dalam mata uang domestik.

Agustinus, C., & Tecualu, M. (2008). Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Dan Jumlah Uang yang Beredar Terhadap Perubahan IHSG. Ilmiah Manajemen Bisnis.

Sistem Kurs Valuta Asing

Sifat dari kurs valuta asing tergantung dari sifat pasar. Apabila transaksi jual-beli valuta asing dapat dilakukan secara bebas di pasar, maka kurs valuta asing akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran. Apabila pemerintah menjalankan kebijaksanaan stabilisasi kurs, tetapi tidak dengan mempengaruhi transaksi swasta, maka kurs ini hanya akan berubah-ubah di dalam batas yang kecil, meskipun batas-batas ini dapat diubah dari waktu ke waktu. Pemerintah dapat juga menguasai sepenuhnya transaksi valuta asing. Dalam hal ini kurs tidak lagi dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran. Sistem ini disebut exchange control. Di dalam sistem moneter standar emas kurs valuta asing relatif tetap atau hanya berubah-ubah dalam batas-batas yang ditentukan oleh ongkos angkut emas.

1. Sistem Kurs yang berubah-ubah

Di dalam pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. Bahwa permintaan valuta asing diperlukan guna melakukan transaksi pembayaran keluar negeri (impor). Oleh

(3)

karena itu permintaan valuta asing diturunkan dari transaksi debet dalam neraca pembayaran internasional. Sedangkan penawaran valuta asing berasal dari eksportir, yakni berasal dari transaksi kredit neraca pembayaran internasional.

Suatu mata uang dikatakan kuat apabila transaksi autonomous kredit lebih besar daripada transaksi autonomous debet (surplus neraca pembayaran), sebaliknya dikatakan lemah apabila neraca pembayarannya mengalami defisit. Selanjutnya, transaksi autonomous debet dan kredit dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam maupun luar negeri, termasuk harga, pendapatan dan tingkat bunga. Segala sesuatu yang mempengaruhi ketiga faktor ini, baik dari dalam maupun luar negeri, akan mempengaruhi permintaan dan penawaran yang pada giliran mempengaruhi kurs valuta asing.

2. Sistem Kurs yang stabil

Sistem kurs bebas sering menimbulkan adanya tindakan spekulasi sebagai akibat ketidaktentuan di dalam kurs valuta asing. Oleh karena itu banyak negara yang kemudian menjalankan suatu kebijaksanaan untuk menstabilkan kurs. Pada dasamya kurs yang stabil dapat timbul secara:

a) Aktif : yakni pemerintah menyediakan dana untuk tujuan stabilitas kurs (stabilization funds)

b) Pasif : yakni didalam suatu negara yang menggunakan sistem standar emas.

A. Stabilitas Kurs

Kegiatan stabilisasi kurs dapat dijalankan dengan cara sebagai berikut: apabila tendensi kurs valuta asing akan turun maka peme. rintah membeli valuta asing di pasar. Dengan tambahnya permin taan dari pemerintah maka tendensi kurs turun dapat dicegah. Sebaliknya apabila tendensi kurs naik, maka pemerintah menjual valuta asing di pasar sehingga penawaran valuta asing bertambah dan kenaikan kurs dapat dicegah.

Misalnya, pemerintah Indonesia menghendaki supaya kurs stabil pada tingkat US $1 = Rp 670.00.

(4)

Gambar a: karena sesuatu sebab (misalnya, kenaikan harga minyak) ekspor naik, sehingga penawaran valuta asing (US $) bergeser ke kanan (dari S1 ke S2). Kalau permintaan tetap pada D1, kurs US $ cenderung turun menjadi US $ 1 = Rp 600,00.

Untuk mencegah penurunan ini pemerintah membeli dollar di pasar bebas. Pembelian ini akan mengakibatkan permintaan naik, yang ditunjukkan dengan pergeseran kurve permintaan ke atas (dari D1, ke D2). Tindakan ini akan terus dilakukan sampai kurs kembali pada tingkat US S1 = Rp 670,00.

Gambar b: karena kenaikan pendapatan atau inflasi di dalam negeri misalnya, impor akan naik. Kenaikan impor mengakibatkan permintaan valuta asing naik (ditunjukkan dengan pergeseran kurve permintaan ke atas (dari D ke D2). Kalau penawarannya₁ tetap, kurs akan naik menjadi US $ 1 = Rp 730,00. Untuk menurunkan kembali pada tingkat semula, pemerintah menjual dollar di pasar. Penjualan ini akan terus dilakukan sampai kurve penawaran ber- geser ke kanan dari S ke S2.₁

Usaha untuk mencegah kenaikan kurs valuta asing ini bagi pemerintah lebih sukar, karena cadangan valuta asing yang dimiliki terbatas. Keterbatasan ini mungkin menyebabkan pemerintah tidak bisa sepenuhnya untuk mengembalikan kurs ke tingkat yang dike- hendaki. Sedangkan usaha untuk mencegah penurunan kurs lebih mudah dijalankan, sebab pembelian valuta asing oleh pemerintah dilakukan dengan menggunakan cadangan mata uang sendiri. Besar- nya cadangan mata uang sendiri ini di bawah kekuasaan/pengawasan pemerinthah, bahkan kalau kekurangan pemerintah dapat mencetak uang.

B. Standar Emas

Suatu negara dikatakan memakai standar emas apabila:

a. Nilai mata uangnya dijamin dengan nilai seberat emas tertentu.

b. Setiap orang boleh membuat serta melebur uang emas.

(5)

c. Pemerintah sanggup membeli atau menjual emas dalam jumlah yang tidak terbatas pada harga tertentu (yang sudah ditetapkan pemerintah) Dalam sistem standar emas, kurs mata uang suatu negara terhadap negara lain ditentukan dengan dasar emas. Misalnya, Amerika menetapkan bahwa US $ 40,5 gram emas dan Inggris menetapkan bahwa £ 10,5 gram emas, maka kurs antara dollar dan pounsterling adalah £ 1 = US $ 4.

Kurs ini akan stabil selama syarat-syarat di atas dipenuhi dan lalulintas emas bebas. Dalam realita, kurs ini akan berubah-ubah di dalam batas-batas yang ditentukan oleh besarnya ongkos angkut emas. Sebagai contoh: ongkos angkut setiap 0,5 gram emas adalah US $ 0,50, maka batas tertinggi kurs pounsterling adalah £ 1=

US $ 4,50 (titik emas ekspor) dan batas terendahnya adalah £ 1 = US $ 3,50 (titik emas impor). Apabila kurs di pasar melebihi £ 1 = US $ 4,50 maka akan terjadi aliran emas keluar Amerika, artinya pembayaran transaksi ke Inggris akan lebih murah apabila dibayar dengan emas, sehingga kurs poundsterling tidak akan lebih tinggi dari

£ 1 = US $ 4,50. Sebaliknya apabila kurs di bawah titik emas impor (misalnya £ 1 = US $ 3,00) maka akan terjadi aliran emas masuk ke Amerika, artinya apabila Amerika surplus di dalam neraca perdagangan luar negerinya, maka surplus tersebut akan lebih menguntungkan bagi Amerika apabila diterima dalam bentuk emas.

Secara grafik sistem kurs dalam standar emas ini dapatlah digambarkan sebagai berikut:

Kurs poundsterling akan naik/turun pada batas-batas £1 - US $ 3,50 dan £ 1 = US $ 4,50. Apabila terjadi penurunan ekspor Amerika penawaran pounsterling pun turun (kurve S bergeser ke atas S'), maka seharusnya kurs akan naik melebihi £ 1 = US $ 4,50 dan defisit

(6)

yang mungkin terjadi sebesar AB. Defisit ini akan mengakibatkan terjadinya aliran emas keluar sejumlah defisit tersebut. Sebaliknya, apabila penawaran bertambah (ditunjukkan dengan bergesernya kurve S ke S”), maka kurs poundsterling seharusnya di bawah titik emas impor (£1 US$ 3,50) dan surplus neraca perdagangan yang mungkin terjadi sebesar CE.

Surplus ini akan mengakibatkan terjadinya aliran emas masuk sejumlah surplus tersebut.

Dari uraian di atas jelas bahwa di dalam sistem standar emas kurs valuta asing hanya berubah-ubah di dalam batas-batas yang ditentukan oleh ongkos angkut emas.

Pengawasan Devisa (Exchange Control)

Dalam sistem ini pemerintah memonopoli seluruh transaksi valuta asing. Tujuannya adalah untuk mencegah adanya aliran modal keluar dan melindungi pengaruh depresi dari negara lain, terutama dalam hal negara tersebut menghadapi keterbatasan cadangan valuta asing dibanding dengan permintaannya. Menghadapi jumlah valuta asing yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan permintaannya, pemerintah perlu mengadakan alokasi di dalam penggunaannya, yakni untuk tujuan-tujuan yang sesuai dengan program pemerintah. Alokasi biasanya dilakukan dengan menggunakan lisensi impor.

Sistem kurs dalam pengawasan devisa ini secara sederhana dapat dijelaskan dengan Gambar berikut:

Di dalam pengawasan devisa (exchange control) pemerintah dapat menetapkan kurs suatu mata uang itu yaitu:

(a) Hanya satu jenis saja, tidak tergantung pada tujuan penggunaan devisa tersebut. Sistem ini disebut single exchange rate system. Dalam hal ini exchange rate tidak mempunyai pera- nan di dalam alokasi devisa untuk berbagai: transaksi, peminta serta negara (Gambar 9.6 di atas).

(7)

(b) Lebih dari satu macam kurs, tergantung dari tujuan penggu- naannya.

Misalnya:

$1 = Rp 600,00; untuk impor barang-barang yang essensil.

$1 = Rp 800,00; untuk impor barang-barang yang non-essensil.

Sistem ini disebut multiple exchange rate. Sebenamya di dalam sistem ini terdapat banyak sekali cara penentuan exchange rate. Bentuknya yang ekstrem ada dua yakni:

(1) Dua atau lebih kurs/exchange rate yang bebas untuk mengalo- kasi devisa dengan beberapa pengawasan yang tidak ketat.

(2) Dua atau lebih kurs resmi (official rate) yang tetap, biasanya dilengkapi dengan sistem lisensi impor serta impor quota.

(Nopirin. Ph.D. (2013). Ekonomi Moneter Buku II. BPFE Yogyakarta)

Referensi

Dokumen terkait