Kelon Essensial Bedah
Bedah Saraf, Anak, dan Onkologi
Mediko made the med-easy!
Bedah Saraf
Trauma Capitis
Akselerasi
Trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung/tidak langsung → menyebabkan gangguan fungsi neurologis (gangguan fisik, kognitif, psikososial)
Gerakan cepat dan mendadak yang terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam
• Coup → akselerasi tengkorak ke arah dampak
• Countrecoup → akselerasi tengkorak berlawanan dari arah dampak primer
Deselerasi
• Penghentian akselerasi secara mendadak
• Kepala membentur benda yang tidak bergerak
Klasifikasi
Berat Ringan GCS 13-15
Sedang GCS 9-12
Berat GCS 3-8
Morfologi Fraktur tengkorak
Calvaria • Fraktur linear vs fraktur bintang (stellate)
• Fraktur depresi/non depresi
• Fraktur terbuka/tertutup
Basis cranii • Dengan/tanpa kebocoran LCS
• Dengan/tanpa parese N. VII Lesi intrakranial Fokal Epidural, subdural, intraserebral
Difus Kontusio, hipoksia/iskemik, axonal injury
Primary Survey
1. Pemeriksaan ABCDE
2. Imobilisasi dan stabilisasi tulang servikal
3. Pemeriksaan neurologis singkat (GCS, respon pupil, ada tidaknya lateralisasi) Secondary Survey
1. Inspeksi kepala mencari adanya laserasi atau kebocoran LCS dari hidung/telinga 2. Palpasi kepala mencari adanya fraktur atau laserasi
3. Inspeksi laserasi pada scalp untuk mencari jaringan otak, fraktur impresi, kotoran, kebocoran LCS 4. Menentukan skor GCS dan respon pupil
5. Pemeriksaan tulang servikal
• Palpasi → mencari adanya nyeri dan pasang semirigid cervical collar
• Pemeriksaan X-ray cervical cross table lateral 6. Ada tidaknya cedera neurologis
7. Periksa pasien secara berkala untuk menilai adanya perburukan
Radiologi – Foto Polos Kepala
Indikasi
• Kehilangan kesadaran, amnesia
• Nyeri kepala menetap
• Gejala neurologis fokal
• Jejas pada kulit kepala
• Kecurigaan luka tembus
• Keluar CSF atau darah dari hidung/telinga
• Deformitas tulang kepala
• Pasien dengan GCS 15 dengan resiko (benturan langsung/jatuh pada permukaan yang keras, pasien usia >50 tahun)
Harus dicari
• Fraktur linear atau depresi
• Posisi glandula pineal di garis tengah
• Batas air-udara pada daerah sinus
• Pneumosefal
• Fraktur tulang wajah
• Benda asing
Fraktur depresi
Radiologi – CT Scan Kepala Non Kontras
Indikasi
• Skor GCS <15 setelah 2 jam pasca trauma
• Dicurigai adanya fraktur impresi terbuka atau tertutup
• Adanya tanda fraktur basis kranii (hemotimpani, raccoon eyes, rhinorea/otorhea, battle sign
• Muntah >2 kali
• Usia >65 tahun
Beresiko tinggi untuk dilakukan tindakan bedah saraf
• Hilang kesadaran >5 menit
• Amnesia sebelum kejadian >30 menit
• Mekanisme yang membahayakan (penumpang terlempar dari kendaraan, jatuh dari ketinggian) Beresiko sedang untuk terjadi cedera otak pada CT
Evaluasi CT Scan Kepala
• Membandingkan kedua hemisfer untuk kesamaan densitas dan kesimetrisan
• Hematoma intraserebral → area hiperdens
• Kontusio cerebri → area pungtata hiperdens
• Diffuse axonal injury → normal/scattered
1. Periksa komponen SCALP (Skin, Connective tissue, Aponeurosis, Loose areolar tissue, Perikranium) 2. Mencari adanya fraktur tengkorak (hati-hati membedakan dengan sutura)
3. Periksa kesimetrisan gyrus dan sulci
4. Periksa hemisfer cerebral dan cerebellar
Kontusio serebri Hematoma intraserebral
• Periksa ukuran dan kesimetrisan
• Lesi massa besar → mengubah bentuk ventrikel terutama ventrikel lateral
• Peningkatan TIK → penurunan ukuran ventrikel
• Perdarahan intraventrikel → hiperdens 5. Periksa ventrikel
• Garis tengah → membentang krita galli di anterior ke inion di posterior
• Pergeseran 5 mm atau lebih dianggap sebagai lesi massa yang indikatif dan perlu dilakukan tindakan pembedahan untuk dekompresi
6. Tentukan adanya pergeseran garis tengah
• Fraktur tulang wajah
• Rongga udara sinus dan mastoid → melihat air- fluid level
7. Periksa struktur maksilofasial
Contrast, Clot, Cellularity (tumor), Calcification 8. Mencari adanya 4C di daerah hiperdens
Fraktur Kranium
Fraktur Linear
Fraktur dengan bentuk garis tunggal/stellata pada tulang tengkorak, mengenai seluruh ketebalan tulang kepala
Fraktur Diastasis
Fraktur yang terjadi pada sutura tulang tengkorak yang mengakibatkan pelebaran sutura
Fraktur Kominutif
Fraktur lebih dari 1 fragmen tulang dalam satu area fraktur
Fraktur Kominutif Fraktur Linear
Fraktur Impresi
• Fraktur disertai fragmen patahan tulang terdorong ke dalam
• Dianggap bermakna bila segmen tabula eksterna yang impresi masuk di bawah segmen tabula interna tulang yang sehat (>1 diploe)
• Perlu dilakukan CT Scan → menentukan dalamnya penekanan, menyingkirkan adanya hematoma intracranial/kontusio
• Indikasi operasi : Fraktur impresi >1 diploea, terdapat lesi intrakanial dibawah segmen, terdapat deficit neurologis
Fraktur Fossa Cranii Anterior
• Raccoon eyes
• Rhinorrhea
• “Halo sign”
Fraktur Fossa Cranii Media
• Otorrhea (Kebocoran LCS)
• Battle sign (kontusio pada os mastoideus
Fraktur Fossa Cranii Posterior
“tidak ada gambaran yang khas”
Fraktur Basis Cranii
Cedera Otak Difus
• Cedera otak difus berkisar mulai dari kontusio ringan hingga cedera iskemik hipoksik berat
• Komosio → gangguan neurologis non fokal sesaat disertai hilangnya kesadaran
• Shearing injuries/diffuse axonal injury → sindrom klinis
dari cedera otak berat dengan bentuk bervariasi, dengan
outcome yang buruk
Trauma Capitis
Epidural Hematoma Subdural Hematoma
Subarachnoid Hemorrhage
ICH Gejala khas Lucid interval Perunan kesadaran
perlahan
Thunderclap headache
Nyeri kepala, muntah proyektil
PF umum umum Meningeal sign (+) (-)
Pembuluh darah a. Meningea media Vena penghubung Sering pada daerah vertebrobasiller.
PD intracerebral Temuan CT-Scan Biconvex/lenticular
shape
Semilunar/crescent shape
Filling the sulci, gambaran stelata, hiperdensitas pada cysterna basalis.
Hiperdens pada daerah cerebri
Tatalaksana SUPPORTIF, KONTROL TIK dan EVAKUASI ATAS INDIKASI
SAH
EDH
SDH
ICH
Menghitung Volume Perdarahan EDH
A = Tebal EDH pada slice CT-Scan paling tebal (cm) B = Panjang EDH pada slice yang sama dengan A
C = Tinggi dari EDH (dihitung dari jumlah slice CT Scan yang menunjukkan gambaran hiperdens)
Volume Perdarahan (ml) = A x B x C x 0.5
TATALAKSANA
• Posisi tidur lurus → head up 15-30 derajat.
• Jaga tekanan darah → Nacl 0,9% 1,5 ml/kgBB menjaga euvolemia (>> :edema cerebri, << : iskemia cerebri)
• Atasi kejang : diazepam 10 mg IV pelan, dapat ditambah hingga kejang berhenti. Awasi depresi nafas → dilanjutkan phenytoin bolus 10-18 mg/kgBB encerkan dengan aqua steril 20 ml IV pelan, dilanjut 8 ml/kgBB.
• Menjaga suhu tubuh normal : <37oC, berikan paracetamol bila perlu.
• Atasi hipoksia dan kelainan asam basa darah.
• Ada tanda-tanda peningkatan TIK, TIDAK ADA hipotensi atau gagal ginjal atau gagal jantung → mannitol 20% 200 ml bolus dalam 20 menit, atau 5 ml/kgBB, dilanjutkan 2ml/kgBB dalam 20 menit setiap 6 jam, jaga osmolalitas darah <320 mOsm. (Manitol : 0,25-1 mg/kgBB)
• Furosemide : dapat digunakan, efeks sinergis dengan mannitol
• Larutan hipertonis → diberikan apabila ada KI terhadap manitol
Indikasi Operasi Pasien Trauma Capitis
Perdarahan Epidural • Pasien EDH tanpa melihat GCS dengan volume > 30 cc atau ketebalan > 15 mm atau pergeseran midline > 5 mm
• Pasien EDH akut GCS <9 dan pupil anisokor
Perdarahan Subdural • Pasien SDH tanpa melihat GCS dengan ketebalan >10 mm atau midline shift >15 mm
• GCS <9 dengan ketebalan SDH < 10 mm dan pergeseran struktur midline, pupil dilatasi asimetri, dan/atau TIK >20 mmHg
Perdarahan Intraserebral
• GCS 6-8 dengan perdarahan parenkim otak daerah frontal/temporal dengan volume >20 cc dengan pergeseran struktur midline >=5 mm
• Perdarahan parenkim otak dengan volume perdarahan >50 cc
• Perdarahan parenkim otak + tanda deteriorasi neurologis
progresif, HT intracranial refrakter, atau tanda efek massa
Trauma Tulang Belakang
Fraktur Atlas (C1)
• Paling sering terjadi terdiri dari burst fracture (fraktur Jefferson)
• Mekanisme → axial loading (kepala tertimpa secara vertical, jatuh dengan puncak kepala dulu)
• Pemeriksaan penunjang → X-ray proyeksi open mouth Fraktur Axis (C2)
Fraktur Odontoid
Diidentifikasi dengan X-ray cervical lateral atau open mouth
Fraktur Elemen Posterior C-2 (Hangman)
• Mengenai pars interartikularis
• Disebabkan trauma tipe ekstensi
Fraktur Vertebra Torakalis
• Cedera kompresi wedge anterior → akibat gerakan fleksi dengan axial loading
• Burst injury → akibat kompresi vertical- aksial
• Chance fracture → Fraktur transversum yang melewati badan tulang vertebra (tertahan
sabuk pengaman ketika kecelakaan Chance fracture
Radiologi X-ray Cervical
• Identifikasi apakah tampak 7 tulang servikal dan bagian superior tulang torakal 1
• Identifikasi garis
o Garis vertebra anterior o Garis vertebra posterior o Garis spinolaminalis
o Processus spinosus
1. Cek kelengkapan foto dan garis yang ada
Keseluruhan tulang vertebra, tinggi, keutuhan korteks; facet; processus spinosus
2. Cek tulang
2. Cek kartilago; evaluasi celah antar diskus
4. Cek bagian dens – kontur, celah predental, clivus 5. Periksa jaringan lunak ekstraaksial
• Ruangan ekstraaksial dan jaringan lunak → 7 mm di C3, 3 cm di C7
• Periksa jarak antara processus spinosus
Interpretasi Foto X-ray Thorakal dan Lumbal
Anteroposterior view
• Kesegarisan
• Simetrisitas pedikel
• Kontur badan vertebra
• Ketinggian ruangan antar discus
• Posisi di tengah dari processus spinosus
Lateral view
• Kesegarisan badan/angulasi tulang belakang
• Kontur badan vertebra
• Adanya ruangan antar discus
• Masuknya badan ke kanal
Cedera Medulla Spinalis
• Curiga ada trauma tulang belakang apabila
✓ Terdapat jejas di tulang belakang
✓ Kecelakaan kecepatan tinggi/high impact
✓ Jatuh dari ketinggian
✓ Multiple trauma
✓ Nyeir tulang belakang + gangguan neurologis
• Gejala yang timbul
✓ Gangguan motoric
✓ Gangguan sensorik
✓ Gangguan miksi dan defekasi
• Ekstremitas atas lebih lemah dari ekstremitas bawah (sensorik dan motorik
Central Cord Syndrome
• Pada trauma penetrasi/kompresi lateral
• Gangguan propioseptif ipsilateral
• Gangguan nyeri dan suhu kontralateral Brown Sequard Syndrome
Kelemahan motoric dan penurunan sensasi nyeri-suhu bilateral dibawah lesi Anterior Cord Syndrome
• Dapat terjadi pada sifilis (Tabes dorsalis)
• Kehilangan propioseptif-raba-getar Posterior Cord Syndrome
PPP
Posterior – Propioseptif – iPsilateral
• Stabilisasi A-B-C-D-E
• Analgetik kuat (tramadol/morfin sulfat)
• Bila trauma < 8 jam
Methylprednisolone 30 mg/kgBB bolus IV 15 menit
istirahat 45 menit
dilanjutkan infus 5,4 mg/kgBB/jam selama 23 jam
Tatalaksana
Tatalaksana Cedera Medulla Spinalis
Primary Survey Airway Evaluasi sambil proteksi tulang servikal
Breathing Menilai + oksigenasi adekuat bila diperlukan
Circulation Hati-hati membedakan syok hipovolemik dan syok neurogenic
• Syok hipovolemik → penurunan tekanan darah, peningkatan HR, ekstremitas dingin
• Syok neurogenic → penurunan TD, penurunan HR, ekstremitas hangat Disability Cek reaksi pupil, HCS, paralisis/paresis
Secondary Survey • Riwayat AMPLE dan mekanisme trauma
• Penilaian ulang kesadaran, GCS, pupil
• Nilai tulang belakang (lakukan log roll)
o Palpasi → nilai deformitas, krepitasi, kontusio/laserasi o Nilai nyeri nyeri/paralisis/paresthesia
o Nilai sensasi (pin prick test)
o Nilai fungsi motoric dan reflex tendo dalam
Pemeriksaan level cedera
C5 Deltoid Mengangkat siku sampai setinggi bahu C6 Bisep Fleksi lengan bawah
C7 Trisep Esktensi lengan bawah
C8 Fleksi pergelangan tangan dan jari
T1 Membuka jari
L2 Illiopsoas Fleksi panggul
L3-L4 Quadriceps Ekstensi lutut
L4,L5,S1 Hamstring Fleksi lutut
L5 Esktensor Halucis Longus Dorsofleksi jempol kaki S1 Gastrocnemius Plantarfleksi ankle
Menentukan level quadriplegia
Menentukan level paraplegia
Hidrosefalus
Kondisi
penumpukan cairan serebrospinal →peningkatan tekanan intracranial dan penekanan jaringan otak sekitarnya
Neural tube defect, sindrom Dandy- walker, malformasi Arnold-chiari
Etiologi Kongenital
Didapat
Tumor otak, meningitis, abses otak, cedera kepala, perdarahan intracranial non traumatik
Komunikans
Gangguan aliran CSS (obstruksi) Non Komunikans
Akibat gangguan produksi atau penyerapan CSS tanpa disertai gangguan aliran
Tipe
•
Makrokrania (ukuran kepala besar)
• Sunset phenomenon →
adanya gangguan gerak bola mata, gangguan retraksi kelopak mata
Manifestasi Klinis
Nyeri kepala/penurunan kesadaran bertahap
→akibat efek desakan CSS Anak-anak
Dewasa
Sunset phenomenon
Pemeriksaan Fisik Transiluminasi
menyinari kepala
dengan lampu senter di ruangan gelap
→positif jika
lebar halodari tepi sinar di regio frontal lebih dari 2,5 cm, di regio oksipital lebih dari 1 cm
Transiluminasi
Pemeriksaan Penunjang CT Scan (dewasa)
USG (anak-anak)
Pada anak=anak
→pemeriksaan laboratorium TORCH untuk menyaring kemungkinan hidrosefalus kongenital
Tatalaksana
Pemasangan
shunt(mengalirkan CSS ke
rongga lain)
Spina Bifida
• Kelainan kongenital berupa
defek penutupan tulang belakang dan corda spinalis
• Etiologi : genetic, defisiensi asam folat, obat antiepilepsi, alkoholisme selama kehamilan
• Penutupan neural tube berlangsung pada hari 17-30 masa gestasi
• Manifestasi klinis yang dapat menyertai : Hidrocephalus, deformitas tulang, chiari II malformation
Pembesaran kistik dari dura dan arachnoid, berprotusi melalui defek arcus vertebra
Tipe Spina Bifida
Meningocele
terdapat rambut pada kulit setinggi lumbal, paling umum dan produksi baik
Spina Bifida Occulta
Meningomyelocele
Myeloschisis
• Jaringan medulla spinalis berprotusi ke meningocele
• Ada deficit neurologis (paraplegia)
• Dapat terjaid gangguan BAK dan BAB
• Beresiko terjadi meningitis bakterial
Corda spinalis terekspos pada permukaan punggung dan
kontak dengan dunia luar
(tidak terbungkus selapus meninges/kulit)
Screening Spina Bifida
Spina bifida dapat dideteksi dalam uterus melalui alfa fetoprotein (AFP) dan asetilkolin (Ach) dalam cairan amnion dan darah ibu
Alfa fetoprotein
• Protein yang bersirkulasi dalam fetus, diproduksi di hepar
• Kadar puncak pada
usia kehamilan 12-14
, setelah itu kadar menurun• AFP bocor ke cairan amnion melalui kapiler yang terekspos
• Peningkatan AFP juga ditemukan pada
omphalocele
Asetilkolin
Bocor dari jaringan saraf ke cairan amnion
Bedah Anak
Obstruksi Gastrointestinal Anak
• Berasal dari foregut (lambung, duodenum)
• Ditandai dengan distensi pada abdomen region superior, kembung, muntah jernih Obstruksi usus letak tinggi
• Berasal dari midgut (jejenum, ileum, hingga kolon transversum)
• Ditandai dengan distensi pada abdomen diatas umbilikus Obstruksi usus letak tengah
• Terjadi pada saluran cerna bagian distal
• Ditandai dengan distensi pada seluruh dinding abdomen, muntah, gangguan cairan dan elektrolit, serta asam basa
Obstruksi usus letak rendah
Stenosis Pilorus Hipertrofi
Hipertrofi lapisan otot
sirkuler pylorus → menyebabkan terbentuknyalipatan longitudinal
mukosa lambung →
lumen sempit dan saluran pylorus lebih panjang
→obstruksi
• Muntah proyektil usia 2-3 minggu, muntah tidak berwarna hijau (tidak bercampur empedu)
• Kegagalan pertumbuhan → intake tidak adekuat akibat muntah
• Bayi selalu rewel dengan kesan lapar dan selalu ingin minum lagi setelah muntah (hungry vomiter)
Anamnesis
• Kontur dan peristaltic lambung terlihat di abdomen bagian atas
• Teraba benjolan/massa di daerah epigastrium atau hipokondrium kanan Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
X-Foto Abdomen Caterpillar sign
Barium meal String sign
Tatalaksana
• Perbaikan keadaan umum• Pasang NGT, koreksi keadaan dehidrasi, hipokalemi, alkalosis
• Pembedahan : Piloromiotomi
Atresia Esofagus
•
Tidak terbentuknya esophagus secara sempurna
→esophagus tidak terhubung ke gaster
•
Dapat disertai fistula trakeoesofagus
•
Polihidramnion saat kehamilan (skor AFI
>25 cm)
•
Kesulitas menyusu
→batuk tersedak sesak
•
Air liur tidak bisa ditelan
→ drooling•
Sianosis
•
Selang NGT tidak masuk gaster
→ coiled NGTManifestasi Klinis
•
Tanda distress pernafasan (kenaikan RR, sianosis, retraksi nafas)
•
Abdomen bayi terdistensi (pada tipe C dan D)
•
Udara sub-diafragma (pada
tipe C dan D) →pada rontgen abdomen (tidak ada udara sub- diafragma
→tidak ada fistula
Tanda
Klasifikasi Gross
• Tipe A – tanpa fistula trakeoesofagus
• Tipe B – dengan fistula trakeoesofagus proksimal
• Tipe C - dengan fistula trakeoesofagus distal
• Tipe D - dengan fistula trakeoesofagus proksimal dan distal
• Tipe E – fistula trakeoesofagus tanpa atresia
Pemeriksaan Penunjang
Rontgen Thorax•
NGT tidak dapat masuk >10 cm, bahkan terpuntir (coiled NGT)
→ diagnosis definitive•
Radiolusensi pada daerah leher baah
→dilatasi esophagus
•
Udara sub-diafragma jika fistula (+)
X-Foto Thorax
Coiled NGT pada atresia esofagus
Atresia esophagus tanpa fistula
Panah → dilatasi esophagus
Atresia esophagus dengan fistula
Panah → dilatasi esophagus Bintang → udara subdiafragma
Atresia Duodenum dan Jejunum
Gejala Klinis
• Beberapa jam setelah dilahirkan bayi akan muntah proyektil dan berwarna hijau (bercampur dengan bilirubin).
• Abdomen kembung terbatas pada bagian epigastrium.
• Pasase mekoneum dapat normal.
• Kehamilan dengan penyulit
polihidramnion dan sindrom down harus dicurigai ada atresia duodeni.
• Gambaran double bubble sign, triple
bubble sign
ATRESIA GI Tract : KATA KUNCI UKMPPD
Atresia Esofagus Hipertofi Pilorus Atresia duodenum Atresia jejunum- illeum
Gejala khas Muntah proyektil, minum-batuk
(pada TEF)
Muntah beberapa
saat setelah makan (1- 3 jam)
Billous vomiting (hijau)
Billous vomiting (hijau)
PF (-) Olive shaped mass Distensi abdomen Distensi abdomen
Gambaran X-ray Gassless abdomen • Polos : single
bubble, caterpillar sign.
• OMD : string sign, mushroom sign.
• USG : olive shaped mass
Double bubble Triple bubble
• Tidak adanya lead point (lesi/variasi dari usus yang terjebak ole peristaltis usus dan ditarik ke segmen distal)
• Lead point ditemukan pada : diverticulum meckel, limfoma, hyperplasia limfoid, hematoma usus halus
Intususepsi
•
Masuknya (invaginasi) sebagian usus ke bagian yang lebi distal
•
Kegawatdaruratan abdomen tersering pada anak usia <2 tahun
•
Segmen proksimal
→intussusceptum
•
Segmen distal
→Intussuscipiens
•
Lokasi terbanyak
→ileokolik
EtiologiIdiopatik
Infeksi (enteric, adenovirus)
Post-operatif (open laparotomy)
• Nyeri abdomen intermiten
• Massa seperti sosis (sausage sign) pada sisi kanan abdomen
• BAB berdarah (currant jelly stool) Trias Klasik
• Menangis tidak bisa ditenangkan
• Muntah (non bilier → bilier)
• Dance’s sign (caecum teraba kosong)
• Rectal touche : tonus sfingter ani lemah, massa seperti portio (portio like appearance) Manifestasi Klinis lain
Pemeriksaan awal untuk eksklusi perforasi
Pemeriksaan Penunjang Xray abdomen
USG Abdomen → pemeriksaan terbaik
Target sign/bull;s eye/doughnut sign
• Reduksi non-operatif → USG/fluoroscopy guided; dengan Pneumatic enema
• Operatif → pada kasus hemodinamik tidak stabil, perforasi, kegagalan reduksi non-operatif, pertimbangan reseksi lead point
Tatalaksana
Volvulus
• Malrotasi segmen gastrointestinal yang menyebabkan obstruksi usus
• Jika malrotasi 180-360o → gangguan obstruksi
• Jika malrotasi >360o → gangguan perfusi usus, gangrene dan perforasi Manifestasi klinis
• Nyeri perut progresif bersifat kolik
• Distensi abdomen
• Muntah bilier (warna hijau)
• Gejala obstruktif (konstipasi, tidak bisa flatus)
Jenis Volvulus
Sigmoid Caecum
Pemeriksaan Penunjang
Coffee bean shape/bent inner tube BNO
Volvulus Caecum Volvulus Sigmoid Obstruksi usus halus
(multiple air fluid level)
Obstruksi usus besar (1 air fluid level)
Pemeriksaan penunjang terbaik
• Whirlpool pattern
• Tidak ada gas pada rektum CT Scan
Perbedaan Volvulus Sigmoid dan Caecum
Volvulus sigmoid Volvulus Caecum
Permulaan Kuadran kiri bawah Kuadran kanan bawah Ekstensi Kuadran kanan atas Kuadran kiri atas
Haustra Hasutra tidak terlihat Hasutra terlihat
Distensi Kolon Usus halus, kolon distal kolaps
Air-fluid level Maksimal 1 Biasanya >1 Tatalaksana
• Stabilisasi ABC
• Dekompresi distensi (dapat menggunakan NGT)
• Reseksi bila terdapat jaringan usus nekrotik
• Tatalaksana definitive tergantung jenis volvulus
Omphalocele dan Gastroschisis
OMPHALOCELE
GASTROSKISIS
OMPHALOCELE GASTROSKISIS Organ terbungkus membrane
tipis
Organ tidak tertutup membran Lokasi pada umbilikus Lokasi disebelah kanan
umbilicus
Tidak urgent Urgent untuk dilakukan operasi
Wet treatment Dry treatment
Dry
Wet
Hirschsprung Disease
• Nama lain : Congenital Aganglionic Megacolon
• Penyakit obstruksi usus besar yang disebabkan kelainan perkembangan saraf pleksus Meissner (submukosa) dan Auerbach (myenteric)
• Pleksus Meissner dan Auerbach berperan dalam relaksasi dinding usus → kelainan relaksasi menyebabkan gejala obstruksi
• Penyakit dimulai dari anus – memanjang hingga rektosigmoid
Patofisiologi
• Mekonium terlambat keluar (>24 jam)
• Tanda obstruksi (distensi abdomen, BAB sedikit, muntah kehijauan, muntah menyemprot
Manifestasi Klinis
FROG-BELLY SHAPED APPEARANCE
Pemeriksaan penunjang awal, menunjukkan dilatasi usus proksimal Pemeriksaan Penunjang
Rontgen Abdomen Fluoroskopi dengan Barium Enema
Full thickness biopsy
Menunjukkan
zona transisi
dansaw tooth appearance
Pemeriksaan gold standard untuk membuktikan tidak ada sel ganglion
Rontgen Abdomen Zona transisi Saw tooth appearance
TATALAKSANA
• Dekompresi saluran cerna dengan selang nasogastrik (NGT), dengan tujuan untuk dekompresi.
• Rehidrasi : hindari pemberian cairan dengan kecepatan tinggi.
• Pemasangan kateter dan pemberian profilaksis antibiotik.
• Pemasangan rectal tube : (1/3 gelatin dan 2/3 nacl fisiologis dengan spuit 20ml
• Tatalaksana definitif : Operasi
(kolostomi dan pull through operation)
KLASIFIKASI
1. Total colon aganglionosis (TCA, 3-8% kasus) 2. Total intestinal Hirschsprung’s disease dimana
seluruh usus besar terlibat
3. Ultra short segment Hirschsprung’s disease
MALFORMASI ANOREKTAL
• Anus Imperforata : Anus tidak terbentuk sama sekali atau terbentuk anus namun tidak sempurna.
• Kloaka persisten : pemisahan antara traktus urinarius, traktus genitalia dan traktus digestivus.
Menurut Berdon
Atresia ani letak tinggi
• Bagian distal rektum berakhir di atas m. levator ani (>1,5 cm dengan kulit luar)
Atresia ani letak rendah
• Distal rectum melewati levator ani ( jarak <1,5 cm dari kulit luar)
Menurut Stephen
Atresia ani letak tinggi
• Bagian distal rectum terletak di atas garis pubococcygeal.
Atresia ani letak rendah
• Bila bagian distal rectum terletak dibawah garis pubococcygeal.
Invertogram
Pemeriksaan fisik umum
VACTERL → Vertebra defect, Anal atresia, Cardiac defect, Trakeoesophagal fistel, Esophagus atresia, Renal dysplasia, Limb defect
Bedah Onkologi
Perbandingan Neoplasma Jinak dan Ganas
Prinsip Tatalaksana Kanker
Terapi kanker memiliki tujuan
• Kuratif → menyembuhkan dan memperpanjang survival
• Paliatif → memperbaiki kualitas hidup dengan menghilangkan gejala yang mengganggu
• Suportif → memperbaiki kekurangan, memberikan dukungan Pembedahan
Bedah Diagnostik
• Biopsi insisional → emngambil sebagian kecil jaringan untuk diperiksa secara histo PA (untuk tumor ukuran besar)
• Biopsi eksisional → mengangkat seluruh massa tumor (untuk ukuran <3 cm), bertujuan untuk diagnosis sekaligus terapi
• Biopsi nodus sentinel → mengangkat nodus limfe pertama yang menerima aliran limfe dair tumor ganas
Bedah Definitif
• Terapi lokoregional
• Dapat sembuh bila kanker masih terbatas pada organ tempat tumbuhnya tumor primer dan kelenjar limfe regional
Bedah Paliatif
• Meringankan/menghilangkan keluhan
• Mengeluarkan tumor yang menganggu (tumor yang menekan saraf)
Bedah Profilaktik
Untuk mengangkat kelainan yang diperkirakan merupakan lesi prakanker (polip kolon)
Bedah Rekonstruktif
• Untuk membangun kembali suatu struktur pasca reseksi tumor
• Dilakukan setelah pembedahan radikal
Radioterapi Penyinaran yang menyebabkan ionisasi pada sasaran sehingga merusak DNA sel yang berada dalam salah satu fase pembiakan sel dan menimbulkan apoptosis sel Pasca Bedah Bertujuan memperkuat efek pembedahan dan terutama ditujukan pada sel
kanker yang tersisa (karsinoma payudara)
Pra Bedah Bertujuan mengecilkan tumor dan mensterilkan bagian perifer tumor Kemoterapi Tatalaksana kanker secara sistemik dengan obat-obatan/bahan kimia
Neoadjuvant Sebelum operasi, untuk mengecilkan tumor
Adjuvant Sesudah operasi → untuk mencegah tumbuhnya sel-sel kanker yang tidak terambil
Concurrent Chemo-Radiotherapy Dilakukan bersamaan dengan radioterapi
Tumor Jinak Payudara
Fibroadenoma Phylloides Fibrokista Ukuran Biasanya 2-3 cm Biasanya >15 cm Dapat membesar
hingga 5-6 cm
Wujud Padat Padat Kistik
Nyeri Tidak nyeri Tidak nyeri Menjelang haid Discharge Tidak ada
discharge
Tidak ada discharge
Serosa/kehijauan
Histologi Memiliki kapsul Kapsul yang robek, proyeksi seperti
jari
Tidak memiliki
kapsul
Karsinoma Payudara
Faktor Resiko
Wanita, usia > 50 tahun, riwayat keluarga, riwayat penyakit payudara sebelumnya, riwayat menstruasi dini (<12 tahun) atau menopause lambat (>55 tahun), riwayat reproduksi (tidak memiliki anak dan tidak menyusui, faktor hormonal, obesitas, konsumsi alcohol, riwayat radiasi dinding dada
Anamnesis
• Keluhan utama → benjolan payudara yang padat keras (lokasi, kecepatan tumbuh, rasa nyeri)
• Perubahan bentuk putting → retraksi putting, putting mengeluarkan nanah, eksema di sekitar putting, krusta pada areola
• Perubahan kulit → lesung pada kulit, berkerut seperti kulit jeruk, adanya ulserasi, edema eritema, nodul satelit
• Benjolan di aksila
Pemeriksaan Fisik
• Status generalis
• Status lokalis
o Massa tumor → lokasi, ukuran, konsistensi, bentuk dan batas tumor, terfiksasi atau tidak ke kulit, m. pectoralis dan dinding dada
o Perubahan kulit → kemerahan, dimpling, edema, nodul satelit, peau d’prange, ulserasi
o Perubahan puting/nipple → tertarik, erosi, krusta, discharge
• Status kelenjar getah bening → aksila, infraclavicula, supraclavicular
• Pemeriksaan pada daerah yang dicurigai metastasis
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan laboratorium → darah rutin, kimia darah, tumor marker
• Pemeriksaan radiologi → mamografi, USG payudara, MRI payudara
• Pemeriksaan patologi → pemeriksaan sitology (FNAB, imprint, analisa cairan putting susu)
Gold standard → Pemeriksaan histopatologi
Stadium
Pengelompokkan Stadium
Tatalaksana
Breast Conserving Therapy • Meliputi Breast conserving surgery (BCS) dan radioterapi
• Tujuan utama → eradikasi tumor secara onkologi dengan mempertahankan bentuk payudara dan fungsi sensasi
Breast conserving surgery (BCS)
• Pembedahan tumor payudara dengan mempertahankan bentuk payudara
• Tindakan → lumpektomi/kuadrantektomi + diseksi KGB aksila level 1 dan 2
Indikasi
• Stadium I dan II
• Stadium III dengan respon parsial setelah terapi neoadjuvan
Kontraindikasi
• Kanker payudara yang multisentris
• Kehamilan
• Penyakit vaskuler dan kolagen
• Kuadran sentral
Mastektomi Simpel
• Pengangkatan seluruh payudara beserta kompleks putting areolar, tanpa diseksi KGB aksila
• Indikasi → tumor filoides besar, Paget, keganasan payudara stadium lanjut (paliatif)
Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
• Pengangkatan seluruh payudara beserta kompleks putting areolar, disertai diseksi KGB aksila level I sampai II secara en bloc
• Indikasi → kanker payudara stadium I, II, IIIA dan B Mastektomi Radikal Klasik
Pengangkatan payudara, kompleks putting-areolar, otot pektoralis mayor dan minor, KGB aksila level I, II,
III secara en bloc Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
Mastektomi Simpel
Terapi Radiasi Indikasi
• Kanker payudara dengan tumor besar atau lanjut lokal (diameter >5 cm)
• Adanya invasi ekstrakapsul pada KGB aksila
• Jumlah metastasis KGB >3
• Bagian dari terapi BCT
• Terapi neoadjuvan kanker lanjut lokal
Terapi Kemoterapi Indikasi
• Sebagai terapi primer kanker payudara stadium IV dengan reseptor hormonal negative
• Sebagai terapi neoadjuvan maupun adjuvan
Terapi Hormonal
Terapi sistemik yang ditujukan pada sel kanker yang memiliki reseptor hormone positif (ER dan/atau PR >1%)
Terapi Target
• Obat yang memblokade pertumbuhan sel kanker secara spesifik sesuai karakteristik tumor
• Contoh → HER-2 (Traztuzumab), Lapatinib
Follow up Pasca Pengobatan Definitif
Screening Kanker Payudara SADARI
• Pemeriksaan payudara sendiri untuk menemukan kemungkinan kanker payudara
• Pemeriksaan dilakukan mulai usia 20 tahun, setiap bulan pada hari ke 7-10 setelah hari pertama haid; atau pada tanggal yang sama setiap bulan pada wanita yang sudah menopause
• Usia 20-30 tahun → pemeriksaan payudara ke dokter setiap 3 tahun; Usia 40 tahun → setiap 1 tahun
• Usia >40 tahun → pemeriksaan mamografi/USG 1 x/tahun
Tumor Ganas Kulit
Sel Basal Sel Skuamous Melanoma Maligna
Datar, bisa menonjol Keras, reddish bump Asimetris, tepi ireguler, bisa menonjol
Mudah berdarah, lesi
sembuh dan bisa berulang
Scaly appearance, kronik, lesi sembuh dan bisa berulang
Tumbuh atipikal, bercak kehitaman
Warna bervariasi pink,
merah, coklat, putih, kuning
Kemerahan Warna bervariasi (coklat, hitam, merah, putih)
Permukaan kering Luka terbuka yang mudah berdarah, itchy
Diameter lebih dari 6 mm, tumbuh cepat
Pembuluh darah ireguler dapat muncul disekitar lesi
tepi lesi menonjol Keras, bengkak, itchy Dapat muncul dimanapun
yang terpapar sinar UV
Dapat muncul dimanapun yang terpapar sinar UV
Umumnya pada area yang terkena matahari
Karsinoma Sel Basal
UKK
• Lesi nodul pearly, mudah berdarah, berlangsung singkat kemudian sembuh sempurna
• Sering berulang
• Ulserasi (+) rolled border (ulkus roden), telangiektasis (+)
• Kanker kulit non melanoma paling sering terjadi
• Berkaitan dengan pajanan sinar matahari
• Jarang terjadi metastasis
Gambaran PA
• Lesi nodul pearly, mudah berdarah, berlangsung singkat kemudian sembuh sempurna
• Sering berulang
• Ulserasi (+) rolled border (ulkus roden), telangiektasis (+)
Karsinoma Sel Skuamosa Melanoma Maligna
Tatalaksana
• Bedah eksisi
• Micrographic surgery
• Kauter dan kuret
• Cryosurgery
• Carbondioxide laser ablation
Karsinoma Tiroid
Anamnesis • Risiko malignansi → nodul tiroid pada usia <20 tahun dan >50 tahun
• Riwayat radiasi pada leher, riwayat keluarga
• Kecepatan tumbuh tumor
• Riwayat ganggua mekanik di leher (menelan, sesak nafas, suara serak, nyeri tenggorokan)
Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi
o Lokasi → lobus kanan/kiri, atau isthmus o Ukuran → besar /kecil, permukaan
rata/berbenjol-benjol
o Jumlah → uni/multinodosa o Bentuk → difus/noduler
• Palpasi
o Menilai ukuran, batas, konsistensi, temperature, permukaan, ada tidaknya nyeri tekan, ikut gerakan menelan/tidak, pembesaran KGB
o Tiroid tidak bergerak saat menelan pada → karsinoma tiroid, struma retrosternal, struma riedel
Palpasi Tiroid Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium → human thyroglobulin, ft4 dan TSH
• Radiologi → x-ray thorax, tulang
• USG → mendeteksi nodul kecil, membedakan nodul padat dan kistik, penuntun dalam biopsy aspirasi jarum halus (FNAB)
• Pemeriksaan sidik tiroid, FNAB, histo PA
Perlu dicurigai keganasan bila
• Usia <20 tahun dan >50 tahun
• Riwayat radiasi daerah leher saat anak anak
• Disfagia, sesak nafas, perubahan suara
• Nodul soliter, pertumbuhan cepat, konsistensi keras
• Adanya pembesaran KGB
• Adanya tanda metastasis jauh
Tipe Karsinoma Tiroid
Stadium Karsinoma Tiroid
Pengelompokkan stadium Karsinoma Tiroid
Algoritma Tatalaksana
Skenario Kasus
Kasus 1
• Anamnesis: Bayi usia 3 hari dibawa ke IGD dengan keluhan muntah sejak 2 hari yang lalu. Muntah berwarna kehijauan dan terjadi setelah menyusu. Ibu pasien mengeluhkan perut pasien memang cenderung membesar sejak lahir dan belum BAB sejak lahir.
• Pemeriksaan tanda vital didapatkan HR 115x, RR 45x, suhu 36,8 C.
• Pemeriksaan fisik ditemukan distensi abdomen.
• Pada pemeriksaan RT didapatkan feses menyemprot.
Diskusi Kasus
a. Hubungan anamnesis dan pemeriksaan fisik thd kemungkinan kasus pasien
b. Pemeriksaan Penunjang?
c. Diagnosis dan Diagnosis banding
d. Tatalaksana
Kasus 2
• Anamnesis: Seorang pria 37 tahun dibawa ke UGD karena mengalami kecelakaan lalu lintas 30 menit yang lalu. Sesaat setelah kecelakaan pasien ditemukan tidak sadar, namun saat di perjalanan menuju UGD pasien sadar kembali. Setelahnya pasien kembali jatuh pingsan saat tiba di UGD.
• TTV:
• TD: 110/80, HR:100x/menit, RR:20x/menit, T:36,9
oC GCS E2M1V2.
• Pada pemeriksaan kaku kuduk (-), ditemukan jejas hematoma di
bagian temporal sinistra, krepitasi (+).
Diskusi Kasus
a. Hubungan anamnesis dan pemeriksaan fisik thd kemungkinan kasus pasien
b. Pemeriksaan Penunjang? Apa yang diharapkan?
c. Diagnosis dan Diagnosis banding