Program keluarga berencana lebih melakukan upaya promotif dan preventif untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi. Jadi kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan karena bertemunya sel telur yang matang dengan sel sperma (Cunningham dalam Suratun, 2008). Metode kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat (MAL, Coitus Interuptus, metode kalender, metode lendir serviks, metode suhu basal tubuh dan simtomatologi) dan metode kontrasepsi dengan alat (kondom, diafragma, serviks cup dan spermisida). .
Kontrasepsi hormonal adalah suatu alat atau obat yang bertujuan untuk mencegah terjadinya pembuahan akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sperma dengan menggunakan alat atau obat yang bahan bakunya mengandung sediaan estrogen dan progesteron (Marmi, 2016). Metode kontrasepsi jangka panjang merupakan metode kontrasepsi jangka panjang yang penggunanya mempunyai khasiat yang tinggi dan penggunaan yang terus menerus dengan tingkat kegagalan yang rendah. Alat kontrasepsi jangka panjang antara lain: IUD, implan, bedah medis untuk pria, dan bedah medis untuk wanita.
Itu tidak mempengaruhi kualitas dan kuantitas ASI. i) Dapat ditanamkan segera setelah melahirkan atau setelah aborsi (jika tidak ada infeksi). j) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir). k) Tidak ada interaksi obat 4) Efek samping IUD. Implan adalah metode kontrasepsi yang hanya mengandung progestin jangka panjang, dosis rendah, dan reversibel untuk wanita. Tubektomi adalah tindakan medis berupa penutupan saluran tuba dengan tujuan khusus agar Anda tidak mempunyai anak seumur hidup dalam jangka panjang.
Kontrasepsi stabil pria atau vasektomi merupakan salah satu metode kontrasepsi bedah minor untuk pria yang sangat aman, mudah dan sangat efektif, membutuhkan waktu yang sangat singkat dan tidak memerlukan anestesi umum (Marmi, 2016).
Faktor Determinan Terhadap Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) .1. Faktor predisposisi
Faktor pemungkin a. Sosial budaya
Kebudayaan merupakan sesuatu yang mempengaruhi tingkat pengetahuan dan mencakup sistem gagasan atau pemikiran yang terkandung dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan bersifat abstrak. Sedangkan yang dimaksud dengan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan manusia sebagai makhluk kebudayaan, berupa tingkah laku dan benda-benda yang bersifat nyata, seperti pola tingkah laku, bahasa, perlengkapan hidup, organisasi kemasyarakatan, agama, seni, dan sebagainya, semuanya yang seharusnya membantu masyarakat dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat. Aritonang (2010) juga menyatakan bahwa manusia sebagai makhluk sosial hidup tidak dapat dipisahkan dari budaya bahkan budaya yang dijalaninya dapat mempengaruhi dirinya.
Penggunaan alat kontrasepsi juga dipengaruhi oleh faktor budaya, mengingat penggunanya hidup dalam lingkungan budaya. Penggunaan alat kontrasepsi erat kaitannya dengan budaya, karena alat kontrasepsi berkaitan dengan cara pemasangan dan kebiasaan menggunakan alat kontrasepsi khususnya MKJP. Agama adalah kumpulan kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan dunia terorganisir yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah hidup.
Banyak agama mempunyai cerita sakral, simbol dan cerita yang bertujuan untuk menjelaskan makna kehidupan dan/atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Pandangan agama berbeda-beda mengenai KB, yaitu yang pertama agama Islam yang melarang jenis alat kontrasepsi vasektomi dan tubektomi karena bersifat permanen, namun ada juga agama Islam yang membolehkan penggunaan alat kontrasepsi lainnya. Agama Katolik hanya memperbolehkan KB alami atau pantang berkala, sehingga tidak diperbolehkan menggunakan kontrasepsi jenis lain.
Agama Kristen Protestan memandang kesejahteraan keluarga terletak dan diwujudkan dalam pengertian yang nyata sesuai dengan kehendak Tuhan dan tidak melarang pemeluknya untuk menggunakan keluarga berencana. Menurut agama Hindu, keluarga berencana diperbolehkan karena keluarga berencana dapat membatasi jumlah anak dengan tujuan untuk menjamin kesejahteraan (Ari, 2017). Program keluarga berencana diperbolehkan berdasarkan pertimbangan tujuannya yaitu menjaga kesehatan keluarga, menyeimbangkan kebutuhan dan kemampuan, serta menjaga keamanan agama, dimana aspek-aspek tersebut harus diperhatikan untuk mencapai keluarga sejahtera.
Agama memegang peranan penting dalam penggunaan KB MKJP, dimana agama memberikan anjuran mengenai apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Faktor Penguat a. Paritas
Jumlah anak merupakan salah satu faktor paling mendasar yang mempengaruhi perilaku pasangan usia subur atau keluarga dalam penggunaan metode kontrasepsi. Semakin besar jumlah anak yang masih hidup, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya pembatasan kelahiran (Indahwati, dkk. 2017). Dukungan merupakan suatu keadaan yang bermanfaat bagi seorang individu dan diperoleh dari orang lain yang dapat dipercayanya, sehingga orang tersebut mengetahui bahwa ada orang lain yang memperhatikannya, menghargainya dan mencintainya.
Seperti diketahui di Indonesia, keputusan suami memperbolehkan istri menjadi pedoman penting bagi istri dalam menggunakan alat kontrasepsi. Dukungan suami sangat mempengaruhi keputusan menggunakan atau tidak dan metode mana yang digunakan. Syamsiah (2011) dalam jurnal Kurniawan, dkk. juga berpendapat bahwa dukungan suami sangat diperlukan dalam pelaksanaan keluarga berencana.
Seperti diketahui, keputusan pria mengizinkan istrinya menjadi pedoman penting bagi wanita dalam menggunakan alat kontrasepsi. Jika pihak laki-laki tidak mengizinkan atau mendukung, hanya sebagian perempuan yang berani terus memasang alat kontrasepsi tersebut. Dukungan terhadap tenaga kesehatan dalam hal ini sangat penting yaitu komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang KB yang dilakukan oleh petugas kesehatan termasuk dalam pelaksanaan konseling secara umum.
Tujuan pendidikan kesehatan dalam keluarga berencana adalah agar masyarakat dapat menjadikan keluarga berencana sebagai pola hidup, artinya masyarakat mengetahui, memahami dan memahami pentingnya keluarga berencana sehingga bersedia melaksanakannya demi kesehatan dan kesejahteraan keluarga. keluarga. , komunitas dan negara. Setiap penggunaan alat kontrasepsi harus memperhatikan hak reproduksi individu dan pasangannya, sehingga harus diawali dengan pemberian informasi yang lengkap. Informasi yang diberikan kepada klien hendaknya disampaikan selengkap, sejujur dan seakurat mungkin mengenai metode kontrasepsi yang akan digunakan (Marmi, 2016).
Kerangka Konsep
Hipotesis