• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR "

Copied!
99
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Keaslian Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teori

  • Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif
  • Pengetahuan
  • Manfaat Pengetahuan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif

Proses laktasi atau menyusui merupakan proses produksi ASI yang melibatkan hormon prolaktin dan hormon oksitosin. Hormon prolaktin saat hamil akan meningkat, namun ASI tidak akan keluar karena masih terhalang oleh tingginya hormon estrogen. Dan pada saat kelahiran, hormon estrogen dan progesteron akan menurun dan hormon prolaktin akan lebih dominan sehingga mengakibatkan keluarnya ASI (Astutik, 2014).

Proses pembentukan ASI dimulai dari awal kehamilan, ASI (air susu ibu) diproduksi karena pengaruh faktor hormonal, proses pembentukan ASI dimulai dari proses pembentukan laktogen dan hormon-hormon yang mempengaruhi pembentukan payudara. ASI, proses pembentukan laktogen dan hormon-hormon produksi ASI adalah sebagai berikut (Astotik Laktogenesis I. Pada saat lahir dan keluarnya plasenta menyebabkan turunnya hormon progesteron, estrogen dan laktogen plasenta manusia (HPL) secara tiba-tiba. ).namun kadar hormon prolaktin tetap tinggi sehingga menyebabkan produksi ASI berlebih dan tahap ini disebut laktogenesis tahap II Kadar prolaktin dalam ASI akan semakin tinggi jika produksi ASI lebih banyak masing-masing dari Jam 2 pagi sampai jam 6 pagi, namun kadar prolaktin akan menurun jika payudara terasa penuh. Selain hormon prolaktin, hormon lain seperti insulin, tiroksin, dan kortisol juga terdapat dalam proses produksi ASI, namun peranan hormon ini tidak terlalu dominan.

Oleh karena itu, proses laktogenesis II menunjukkan bahwa ASI tidak diproduksi segera setelah lahir. Faktor yang merangsang keluarnya prolaktin akan merangsang kelenjar hipofisis sehingga prolaktin dapat dikeluarkan, dan hormon prolaktin dapat merangsang sel-sel alveoli yang tugasnya memproduksi susu. Produksi ASI setelah 10 hari lahir sampai anak berumur tiga bulan atau disebut dengan ASI matur, ASI dapat menghasilkan sekitar 300-800 ml/hari, dan ASI akan terus meningkat pada hari atau minggu berikutnya ( Astutik, 2014).

Biasanya setelah beberapa saat tidak menyusui, produksi ASI akan menurun dan bayi enggan menyusu dari ibunya. Beberapa kendala yang sering menyebabkan ibu kesulitan dalam menyusui adalah karena produksi ASI yang tidak mencukupi, ibu yang kurang memahami pemberian ASI yang benar, ibu yang ingin menyusui kembali setelah bayi mendapat susu formula (reaksi), bayi sudah mendapat makanan prelacteal (gula). /air dekstrosa, susu formula) pada hari-hari pertama kelahiran), kelainan-kelainan yang terjadi pada ibu, seperti puting lecet, puting nyeri, payudara bengkak, banjir, mastitis dan abses, ibu hamil lagi saat masih menyusui, ibu bersalin, kelainan terjadi pada bayi seperti bayi sakit, bayi abnormal (Hegar, 2018). Masalah terkait menyusui terjadi ketika ASI tidak langsung keluar dan produksi ASI rendah.

Peningkatan produksi ASI dapat dilakukan dengan cara menyusui bayi sedini mungkin setelah lahir, menyusui sesering mungkin, karena semakin sering bayi menyusu pada puting susu maka akan semakin banyak pula ASI yang keluar dengan cara menyusui yang benar (Baskoro, 2018). Pemberian ASI yang dipengaruhi oleh emosi dan kasih sayang ibu terhadap anak akan meningkatkan hormon khususnya oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI (Depkes RI, 2018). Bakteri tersebut menjaga keasaman flora usus anak dan berguna dalam menghambat pertumbuhan bakteri berbahaya a) Kepercayaan ibu dalam menyusui : bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang cukup untuk anak.

Pemberian ASI dipengaruhi oleh emosi dan kasih sayang ibu terhadap bayinya, sehingga akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.

Kerangka Teori

Kerangka Konsep

Hipotesis

METODE PENELITIAN

  • Jenis dan Desain Penelitian
  • Waktu dan Tempat Penelitian
  • Populasi dan Sampel
  • Variabel Penelitian
  • Definisi Operasional
  • Instrumen Penelitian
  • Analisis Penelitian
  • Jalannya Penelitian
    • Etika Penelitian

Dari tabel 4.4 terlihat bahwa dari 28 orang yang pengetahuannya tentang ASI eksklusif benar, proporsi responden tertinggi yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 19 orang (20,7%), namun terdapat 9 orang yang tidak memberikan ASI eksklusif. . susu (9,8%). Dari 64 orang yang pengetahuannya tentang ASI Eksklusif salah, proporsi responden yang tidak memberikan ASI eksklusif terbanyak sebanyak 42 orang (45,7%), namun yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 22 orang (23,9%). Semakin baik pengetahuan seorang ibu mengenai manfaat ASI Eksklusif, maka akan semakin banyak pula seorang ibu yang akan memberikan ASI Eksklusif pada anaknya.

Sebaliknya, semakin rendah pengetahuan ibu mengenai manfaat ASI eksklusif, maka semakin sedikit pula kesempatan ibu untuk memberikan ASI eksklusif (Suharyono, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang ASI cenderung memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengetahuan kurang tentang ASI. Temuan penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamdiah (2015) mengenai status pengetahuan tentang ASI, faktor risiko yang berhubungan dengan ASI eksklusif.

Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa diantara 28 orang yang memiliki pengetahuan benar tentang ASI Eksklusif, persentase tertinggi responden yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 19 orang (20,7%), namun terdapat 9 orang yang tidak melakukan praktik eksklusif. menyusui. ASI (9,8%). Penelitian Widiyanto (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan pengetahuan dan sikap terhadap ASI eksklusif. Berdasarkan penjelasan di atas, maka ibu yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang ASI eksklusif akan lebih memperhatikan pentingnya ASI eksklusif bagi bayinya dan dirinya sendiri.

Dengan demikian, ibu yang memiliki pengetahuan yang baik akan cenderung memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Sekalipun hanya dengan satu ukuran saja, belum dapat menggambarkan secara utuh faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif. Edukasi tentang pentingnya ASI Eksklusif perlu diberikan kepada masyarakat di wilayah operasi Puskesmas Muara Badak, karena banyak responden yang belum mengetahui pentingnya ASI Eksklusif.

Pengaruh Karakteristik (Pendidikan, Pekerjaan), Pengetahuan dan Sikap Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Tuban. Perbedaan tingkat konsumsi dan status gizi antara bayi yang diberi ASI eksklusif dan tidak diberi ASI eksklusif.

Tabel 3.1. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional
Tabel 3.1. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Jadi, responden pada penelitian ini rata-rata memiliki pengetahuan yang buruk tentang ASI eksklusif. Jadi responden pada penelitian ini masih belum memberikan ASI eksklusif kepada anaknya, hal ini terjadi karena ibu sudah memberikan makanan dan minuman tambahan kepada anaknya padahal usianya belum genap 6 bulan. Hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Muara Badak.

Hasil analisis bivariat mengenai hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Muara Badak disajikan pada tabel berikut. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value : 0,006 < α : 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yaitu ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Muara Badak.

Tabel  4.2.  Pengetahuan  ibu  tentang  air  susu  ibu  eksklusif  di  wilayah  kerja  Puskesmas Muara Badak
Tabel 4.2. Pengetahuan ibu tentang air susu ibu eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Muara Badak

Pembahasan

Pendidikan ibu yang mempunyai anak usia 7-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Muara Badak dinilai memadai karena penduduknya berpendidikan SMA. Pemberian ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan bayi karena ASI mengandung nutrisi penting untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau sangat sedikit pada susu sapi, termasuk taurin yaitu salah satu bentuk putih telur yang hanya terdapat pada ASI. Dari hasil penelitian, ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas Muara Badak rata-rata lulusan SMA yang tidak memberikan ASI Eksklusif, hal tersebut terjadi.

Data penelitian ibu yang tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang ASI, namun memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Hal ini dikarenakan ada faktor lain yang mempengaruhi hal tersebut seperti sikap positif responden terhadap pemberian ASI, namun tidak dipengaruhi oleh promosi pemberian susu botol, justru sebaliknya. Bagi ibu yang memiliki pengetahuan yang baik tentang ASI, namun masih belum memberikan ASI eksklusif pada bayinya, hal ini mungkin terjadi karena sikap ibu yang negatif terhadap ASI dan dampak dari promosi pemberian susu botol. Hal ini terlihat dari banyaknya responden yang memiliki pengetahuan sedikit tentang menyusui dan responden yang memiliki pengetahuan baik tentang menyusui. Selain pengetahuan, faktor lain yang mendorong ibu menyusui adalah sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap kesehatan serta ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan.

Kemudian untuk menambah pengetahuan tentang ASI perlu juga diberikan penyuluhan dan pembinaan mengenai manfaat ASI dan cara memberikan ASI yang benar, sehingga para ibu dapat memahami dan menghayati. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rachmaniah (2014) yang menunjukkan bahwa sebagian besar ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada anaknya (56 orang (77,8%)), sedangkan 16 orang ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada anaknya (22,2%) . %). Ibu menyusui eksklusif didukung oleh usia, yang menurut Notoatmodjo (2015) adalah usia individu yang dihitung sejak lahir sampai dengan hari ulang tahunnya.

Menurut Lusiana (2016), sebagian besar ibu yang memberikan ASI eksklusif adalah ibu rumah tangga karena tidak mempunyai aktivitas di luar rumah sehingga tidak perlu meninggalkan bayinya dalam jangka waktu yang lama. Menurut Roesli (2018), yang dimaksud dengan ASI eksklusif adalah bayi yang hanya diberikan ASI saja tanpa ada suplemen lain seperti cairan lain seperti susu. Penyebab ibu gagal dalam memberikan ASI Eksklusif bermacam-macam, seperti kebiasaan memberi makanan sebelum menyusui, memberikan susu formula karena ASI tidak keluar, berhenti menyusui karena ibu atau bayinya sakit, ibu sibuk bekerja. sehingga tidak sempat menyusui bayinya dan ibu ingin mencoba susu formula (Wahyuningsih dkk, 2013).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rachmania (2014) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa pengetahuan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap terbentuknya praktik pemberian ASI eksklusif.Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam pembentukan kinerja seseorang.

Keterbatasan Penelitian

Pengetahuan kurang tentang ASI eksklusif sebanyak 64 orang (69,6%) dan pengetahuan baik tentang ASI eksklusif sebanyak 28 orang (30,4%). Sehingga responden pada penelitian ini memiliki pengetahuan yang kurang baik mengenai ASI Eksklusif. Ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 51 orang (55,4%) dan ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 41 orang (44,6%).

Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Muara Badak, dengan p-value : 0,006 < α : 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dari kesimpulan mengenai hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Muara Badak, maka dapat disarankan sebagai berikut. Sebaiknya tenaga kesehatan memberikan informasi atau gambaran tentang manfaat ASI eksklusif bagi ibu dan bayinya agar tidak timbul kesalahpahaman yang dapat mengubah sikap ibu ke arah yang lebih positif, seperti memberikan brosur dan memasang spanduk tentang pentingnya ASI.

Hubungan ASI Eksklusif dengan kejadian diare akut pada bayi usia 0-1 tahun di Puskesmas Kuranji Kota Padang. HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF (ASI) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Gambar

Tabel 3.1  Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ................................
Gambar 2.2 Kerangka Konsep    ........................................................................
Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu menyusui terhadap ASI Eksklusif di Puskesmas Jeulingke pada tabel 4 mempunyai kategori baik yaitu sebanyak 32