Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dengan menggunakan diskusi kelompok terarah pada 3 kelompok perempuan di masyarakat yaitu: kelompok ibu rumah tangga, migran bisnis dan migran sosial. Keterbelakangan dan keterbatasan perempuan dalam mengakses perkembangan teknologi komunikasi dan informasi (TIK) dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain adanya dikotomi peran antara laki-laki dan perempuan yang berkembang di masyarakat. Perempuan yang secara sosial dibebani dengan fungsi di ranah domestik sebagai ibu, pengasuh, kepala rumah tangga, menanggung beban ganda ketika mereka juga berperan, bekerja di ranah publik.
Kebutuhan informasi perempuan yang relatif kompleks menjadi aspek penting yang menjadi perhatian Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (KPPA). Sasaran penelitian dilakukan pada tiga kelompok perempuan yaitu: kelompok ibu rumah tangga, kelompok perempuan wirausaha dan kelompok perempuan aktifis sosial. Peserta diskusi terdiri dari 3 kelompok perempuan yang termasuk dalam kategori ibu rumah tangga, perempuan pengusaha dan perempuan aktivis sosial.
Kota Bandung
Waktu dan Lama Pelaksanaan
Teknis Pelaksanaan a. Perkenalan
Fasilitator meminta peserta untuk menuliskan pada metaplan minimal 3 jenis informasi yang diperlukan sesuai dengan perannya sebagai IRT, aktivis sosial dan pelaku ekonomi. Makalah metaplan ini diharapkan dapat mendorong peserta untuk mengungkapkan pendapat mereka yang berbeda tentang jenis kebutuhan informasi yang mereka butuhkan sehari-hari. Focus Group Discussion (FGD) yang dilaksanakan selama 3 hari dengan 3 kelompok perempuan yang berbeda, yaitu perempuan ibu rumah tangga, perempuan aktif dalam kegiatan wirausaha dan perempuan aktivis sosial, berhasil menjawab kebutuhan informasi perempuan yang beragam terkait dengan aktivitas kesehariannya.
Dalam hal ini kebutuhan informasi yang dirasakan perempuan lebih mengarah pada kebutuhan yang lebih bersifat pribadi seperti informasi tentang pendalaman agama, persiapan bekal akhirat, tata cara ibadah, peningkatan iman dan taqwa, cara dan kegiatan mengisi waktu luang, dan informasi terkait tempat wisata yang dapat dikunjungi. Berbeda dengan ibu yang anaknya masih duduk di bangku prasekolah, maupun di sekolah dasar (SD), kebutuhan informasi perempuan sangat dipengaruhi oleh keinginan untuk bisa mendampingi anak dalam belajar, menambah pengetahuan terkait proses tumbuh kembang anak. baik secara fisik maupun psikis, serta keinginan untuk menjaga keharmonisan hubungan dengan suami dan anak. Untuk mengetahui secara detail identifikasi kebutuhan informasi yang dirasakan peserta FGD, kendala dan harapan yang dikemukakan peserta berdasarkan pengelompokan ke dalam tiga wilayah tersebut, berikut uraian lengkapnya.
Identifikasi Kebutuhan Informasi Kelompok Perempuan Ibu Rumah Tangga
Secara keseluruhan, karakteristik peserta FGD ibu rumah tangga (IRT) cukup beragam dari segi usia, mulai dari ibu muda hingga ibu yang sudah memiliki cucu. Kelompok IRT Jakarta terbagi menjadi beberapa isu utama yaitu pendidikan, kesehatan, psikologi anak, ekonomi, agama, rumah tangga (KDRT/kekerasan keluarga), umum dan hak sipil. Sedangkan kebutuhan informasi yang dibutuhkan kelompok ibu rumah tangga di Kendal hampir sama dengan kebutuhan ibu rumah tangga di daerah lain, namun lebih terfokus pada kebutuhan informasi yang berkaitan dengan anak dan keluarga seperti yang berkaitan dengan pengasuhan anak, psikologi anak, kesehatan anak dan juga usaha untuk meningkatkan pendapatan keluarga melalui usaha kecil.
Ada kebutuhan informasi yang tidak disebutkan di wilayah Jakarta dan Kendal, seperti kebutuhan informasi. Saya seorang ibu rumah tangga, anak saya masih kecil, setelah itu saya mengajar di sekolah, otomatis saya capek kan, urus anak di sekolah, anak di rumah, jadi hiburan apa yang efektif dan efisien untuk ibu rumah tangga. ” (FGD IRT, Bandung). Dapat disimpulkan prioritas informasi ibu rumah tangga di Jakarta adalah pendidikan, kesehatan, pengetahuan umum dan ekonomi.
Sedangkan kebutuhan informasi prioritas ibu rumah tangga di Kendal adalah kesehatan, pendidikan, ekonomi dan internet (cara memanfaatkannya dengan benar). Terakhir, kebutuhan informasi prioritas ibu rumah tangga di Bandung adalah pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Dalam upaya memenuhi kebutuhan informasi yang teridentifikasi pada sesi diskusi awal, ibu-ibu di tiga wilayah tempat dilakukannya FGD memilih berbagai media yang tersedia di masyarakat, antara lain:
Selain itu, kesibukan ibu dalam kegiatan rumah tangga seperti mengurus anak juga menjadi kendala. Komnas Perempuan juga masuk..Masalahnya kalau ada masalah KDRT…” (FGD IRT, Jakarta). Para perempuan yang mengikuti diskusi di ketiga wilayah tersebut mengakui bahwa tidak semua kebutuhan informasi yang mereka rasakan dapat dipenuhi dengan baik oleh media yang tersedia di masyarakat.
Selain itu, ada pula kelompok ibu rumah tangga asal Bandung yang mengungkapkan bahwa salah satu kendala yang mereka hadapi adalah kurangnya waktu untuk mendapatkan informasi karena waktu yang sedikit untuk melakukan pekerjaan rumah tangga. Harapan umum bagi kelompok ibu rumah tangga di wilayah Jakarta adalah jika nanti ada kebijakan terkait informasi untuk perempuan melalui internet, ada pelatihan IT yang “ramah” kepada perempuan, sehingga pelatihan tidak terlalu banyak. waktu, sekitar 2-3 jam sehari, frekuensinya tidak sering, hanya 2 kali seminggu. Selain itu, ruang pelatihan mudah diakses dan ibu dengan anak di bawah usia lima tahun diperbolehkan membawa anaknya ke pelatihan. Hal menarik lainnya terungkap dalam wawancara dengan salah satu peserta FGD yaitu seorang ibu rumah tangga yang memiliki anak yang hidup mandiri dari orang tuanya.
Identifikasi Kebutuhan Informasi Kelompok Perempuan Penggiat Sosial
Adapun pengalaman menjadi aktivis sosial rata-rata lebih dari 8 tahun, bahkan ada peserta dari daerah Bandung yang memiliki pengalaman sebagai aktivis sosial lebih dari 30 tahun. Lembaga/wadah atau organisasi tempat peserta menjadi aktivis sosial adalah PKK, guru PAUD/TPQ, Posyandu, anggota Aisyiah/Muslimat NU, pengurus masjid, pengurus partai, anggota LSM dan anggota Majelis Taklim. Secara umum pada kelompok perempuan aktivis sosial terdapat beberapa permasalahan yang muncul hampir sama dengan yang disebutkan oleh kelompok IRT yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan kebutuhan pribadinya sebagai perempuan atau ibu, seperti pertanyaan mengenai anak. pendidikan, kesehatan diri dan anak, psikologi (lebih umum bukan hanya psikologi anak), ekonomi, agama, rumah tangga, hak-hak sipil.
Di Jakarta, masalah bagaimana merekrut staf sangat penting dan menjadi prioritas bagi mereka, selain fakta bahwa para pegiat sosial di Jakarta membutuhkan informasi terkait iptek yang akan mendukung peran mereka sebagai pegiat sosial, misalnya bagaimana cara membuat laporan (seperti misalnya laporan posyandu atau PKK) yang mudah melalui komputer. Sedangkan kebutuhan informasi kelompok aktivis sosial perempuan di Bandung hampir sama, namun ada hal yang ingin mereka perdalam terkait kesehatan yaitu informasi terkait pengobatan alternatif (herbal), tanaman obat keluarga, penyakit usia dan makanan sehat. . Alasan diperlukannya informasi ini penting karena masyarakat sering menanyakan informasi tersebut terkait dengan perannya sebagai aktivis sosial yang sering menjadi rujukan informasi.
Dalam kelompok-kelompok aktivis sosial dimanapun, informasi tentang kebutuhan individu tidak hanya penting bagi diri mereka sendiri, tetapi juga penting bagi masyarakat yang mereka bantu, karena pertanyaan-pertanyaan umum tersebut sering ditanyakan oleh masyarakat kepada mereka sebagai aktivis sosial. Dapat disimpulkan bahwa informasi prioritas yang dibutuhkan sebagai aktivis sosial di Jakarta adalah informasi tentang pelatihan kader dan informasi tentang teknologi dalam pembuatan laporan. Di kelompok pegiat sosial di Kendal, prioritas diberikan pada kebutuhan informasi terkait kewirausahaan, pendidikan dan kesehatan anak.
Sedangkan pada kelompok aktivis sosial di Bandung, informasi yang diprioritaskan adalah informasi tentang pembinaan kader dan informasi tentang kesehatan. Sementara itu, informasi terkait harga kebutuhan pokok, peluang usaha, cara mendapatkan modal juga dirasa sangat penting oleh para peserta. Media informasi yang paling sering disebut perempuan di setiap lokasi sebagai penyedia informasi adalah televisi.
Dalam kelompok pegiat sosial, konkritnya dalam upaya pemenuhan informasi dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga, organisasi atau lembaga tempat mereka aktif sebagaimana tersebut di atas. Bagi kelompok penggiat sosial, kendala terbesar yang dirasakan adalah kondisi kesehatan mata yang juga membuat sulit membaca dan juga mengurangi kemampuan memahami teknologi baru, terutama bagi penggiat sosial yang berusia di atas 50 tahun, seperti sosial aktivis di Bandung. Menarik juga disebutkan oleh peserta aktivis sosial di Bandung bahwa salah satu kendalanya adalah kurangnya dukungan dari suami.
Identifikasi Kebutuhan Informasi Kelompok Perempuan Wirausaha
- Simpulan
- Rekomendasi
Informasi yang tergolong spesifik berkaitan dengan kegiatan wirausaha yang dilakukan oleh perempuan di wilayah Kendal. Informasi yang sangat dibutuhkan adalah informasi bahan baku yang berkualitas dan murah, informasi cara dan strategi pemasaran produk batik, informasi keselamatan kerja, informasi desain, motif yang diminati konsumen batik, cara pengemasan produk yang menarik, dan informasi tentang kegiatan. Pada kelompok wirausaha Jakarta, informasi yang diprioritaskan adalah permodalan, pemasaran, sumber daya manusia dan bahan baku.
Sedangkan pada kelompok wirausaha di Kendal, informasi yang diprioritaskan adalah kewirausahaan (khususnya terkait permodalan), pendidikan dan kesehatan. Selanjutnya pada kelompok wirausaha di Bandung kebutuhan informasi yang diprioritaskan adalah modal, pemasaran, sumber daya manusia dan bahan baku. Jenis media informasi yang digunakan oleh peserta pada setiap kelompok di wilayah Jakarta sangat berbeda dengan peserta kelompok ibu di wilayah lain.
Partisipan menyatakan bahwa mereka mendapatkan beberapa informasi dari penyuluhan yang diadakan oleh produsen produk tertentu. Upaya untuk memenuhi informasi yang sulit diakses perempuan, seperti informasi yang diperoleh melalui media online, ditanggapi peserta dengan mencari bantuan dari keluarga, seperti anak dan suami. Secara umum, harapan para peserta di ketiga bidang tersebut dalam rangka pemenuhan kebutuhan perempuan akan informasi adalah penyelenggaraan pelatihan komputer dan internet.
Karakteristik demografi perempuan di tiga lokasi menunjukkan perubahan kondisi geografis, sosial dan ekonomi yang pada akhirnya secara tidak langsung mempengaruhi tingkat keterpaparan dan akses terhadap teknologi informasi yang ada. Media informasi apa yang sering digunakan para ibu ketika ingin mencari informasi yang dibutuhkan. Pertanyaan ini bertujuan untuk menggali konsep dasar IT diantara mereka. Bagaimana kondisi ketersediaan media berita ibu-ibu selama ini baik, mudah dijangkau atau tidak, murah/mahal dan berkualitas (sesuai harapan).
Mengapa memilih orang-orang yang tercantum di atas untuk membantu para ibu mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Menurut Anda, apakah pemerintah daerah mampu menyediakan media teknologi informasi yang sesuai dengan kebutuhan informasi Anda? Apakah ada kebijakan atau program tertentu yang Anda harapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan informasi yang berguna untuk pembangunan?
Daftar Rujukan