• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kenyataannya bahwa bentuk perlindungan hukum bagi nasabah kreditur simpanan terhadap klausula eksonerasi yang ada pada formulir pembukaan rekening simpanan pada bank umum diatur dalam KUHPerdata, UUPK dan POJK

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Kenyataannya bahwa bentuk perlindungan hukum bagi nasabah kreditur simpanan terhadap klausula eksonerasi yang ada pada formulir pembukaan rekening simpanan pada bank umum diatur dalam KUHPerdata, UUPK dan POJK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN KLAUSULA EKSENORASI PADA PERJANJIAN FORMULIR PEMBUKAAN REKENING NASABAH PADA BANK

KONVENSIONAL DI BANDAR LAMPUNG

APPLICATION OF THE EXONERATION CLAUSULA IN THE CUSTOMER OPENING ACCOUNT FORM AGREEMENT IN CONVENTIONAL BANKS IN BANDAR

LAMPUNG

Chairy Naima Amalia Bank Lampung

chairynaimaamalia@gmail.com

Submitted: January 2, 2020; Reviewed: Janury 24, 2020; Accepted: February 14, 2020 DOI: 10.25041/iplr.v1i1.2043

Abstrak

Penerapan klausula eksenorasi pada perjanjian perbankan seperti formulir pembukaan rekening dan formulir penyaluran kredit, menyebabkan kedudukan konsumen dalam hal ini nasabah kreditur bank menjadi melemah. Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini terkait bagaimana penerapan klausula eksenorasi pada bank konvensional? Bagaimana pengaturan hukum terkait klausula eksonerasi? Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif. Penelitian menunjukkan bahwa perjanjian pembukaan rekening nasabah berdasarkan sample tiga bank konvensional yang ada di Provinsi Lampung bahwa perjanjian tersebut memenuhi unsur suatu perjanjian sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) dan perjanjian ini merupakan bentuk perjanjian eksonerasi. Hal ini terlihat dari bentuk atau model perjanjian pembukaan rekening tabungan pada bank umumnya yang telah dibuat secara baku berupa formulir yang berisi berbagai hal-hal yang harus diisi oleh para calon nasabah kreditur. Kenyataannya bahwa bentuk perlindungan hukum bagi nasabah kreditur simpanan terhadap klausula eksonerasi yang ada pada formulir pembukaan rekening simpanan pada bank umum diatur dalam KUHPerdata, UUPK dan POJK.

Kata Kunci: Klausul Eksonerasi, Perjanjian Pembukaan Rekening Nasabah Bank.

Abstract

The application of the deposit clause in banking agreements such as account opening forms and credit distribution forms, causes the position of consumers in this case the bank's creditors' customers become weaker. The problem will be discussed in this study are how the application of the exploration clause in conventional banks? What are the legal arrangements regarding the exoneration clause? The research method used is an normative legal approach.

Research shows that the agreement for opening a customer account is based on a sample of 3 conventional banks in Lampung Province that the agreement fulfills the elements of an agreement in accordance with the Financial Services Authority Regulation (POJK) and this agreement is a form of an exoneration agreement. This can be seen from the form or model of an agreement for opening a savings account at a bank that has generally been made in the form of a standard form containing various things that must be filled out by prospective

Fakultas Hukum, Universitas Lampung, Bandar Lampung, Indonesia.

P-ISSN: 2723-259X E-ISSN: 2745-9284 https://jurnal.fh.unila.ac.id/index.php/iplr

(2)

creditors. The fact is that the form of legal protection for depositors' creditors against the exoneration clause in the form of opening a savings account at a commercial bank is regulated in the Civil Code, the UUPK and POJK.

Keywords: Exoneration Clause, Opening Account Agreement, Bank Customers.

A. Pendahuluan

Berperan sebagai lembaga yang melakukan penghimpunan terhadap dana masyarakat merupakan salah satu fungsi bank salah satunya yaitu adalah sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Kemudian dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan bentuk lainnya dari simpanan.1 Masyarakat yang dananya terlibat dengan bank atau yang disebut dengan nasabah, harus terikat dalam suatu hubungan hukum dengan bank yang dilandasi oleh kepercayaan.2 Hubungan hukum antara nasabah kreditur bank dengan bank terjadi setelah kedua belah pihak menandatangani suatu formulir pembukaan rekening sebagai bukti bahwa nasabah kreditur tersebut telah menyetujui dan bersedia memenuhi syarat dan ketentuan yang diajukan oleh pihak bank. 3 Persyaratan dan ketentuan tersebut ditetapkan secara sepihak oleh bank tersebut yang didalamnya sering memuat klausula eksenorasi (exoneratie klausule, exemption klausule).4 Klausula eksonerasi (klausula pengalihan tanggung jawab)5 terkandung dalam formulir pembukaan rekening simpanan yang dapat dilihat pada halaman terakhir. Hal ini terjadi adanya kesepakatan bahwa nasabah kreditur setuju terhadap segala keputusan sepihak yang diambil oleh bank untuk melakukan hal tersebut.

Menurut salah satu nasabah bank konvensional di Bandar Lampung yaitu Hadi Rachman6 sebagai kreditur Bank Lampung, menyatakan pada formulir pembukaan rekening tabungan Bank Lampung terdapat kalimat Bank Lampung memiliki hak untuk menerima atau menolak, membatalkan permohonan dan/atau suatu saat menutup hubungan usaha dengan anda tanpa menyebutkan alasan-alasannya. Menurut Hadi Bank harus tetap menyebutkan alasan jika sewaktu-waktu akan memutuskan hubungan dengan nasabah krediturnya. Hal ini terkait hak dari nasabah kreditur pemilik dana untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan dana yang disimpannya. Adanya klausula eksonerasi pada formulir pembukaan tabungan ini bertentangan dengan peraturan yang sudah ada, namun jika dilihat dari sisi bank adanya klausula eksonerasi pada formulir pembukaan rekening tabungan pada bank umum ini dimaksudkan untuk keamanan bank.

Tujuan nasabah bank yang melakukan penyimpanan di bank yaitu untuk mendapatkan kenyamanan, keuntungan, dan keamanan terhadap produk-produk bank karena hal tersebut harus adanya perlindungan yang diberikan bank kepada nasabah kreditur penabung.7 Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

1 Joey Allen Fure, “FUNGSI BANK SEBAGAI LEMBAGA KEUANGAN DI INDONESIA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERBANKAN”, Lex Crimen 5, no. 4 (2016): 116-122, 116.

2 Chalim Fatimah, “HUBUNGAN HUKUM ANTARA BANK DAN NASABAH PENYIMPAN DANA MENURUT UNDANG-UNDANG PERBANKAN”, Lex Et Societatis 5, no. 9 (2017): 120-127, 121.

3 Joey Allen Fure, Loc.Cit.

4 I Made Sarjana, “PEMBATASAN KLAUSULA EKSONERASI”, Jurnal Notariil 1, no. 1 (2016): 109-127, 109, DOI:

10.22225/jn.1.1.410.109-127.

5 Zakiyah, “KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN KONSUMEN”, Al’Adl 9, no. 3 (2017): 435-451, 436, DOI: 10.31602/al-adl.v9i3.1052.

6 Wawancara dengan Hadi Rachman Nasabah Bank Lampung pada Tanggal 02 Oktober 2016

7 Nina Indah Febriana, “ANALISIS KUALITAS PELAYANAN BANK TERHADAP KEPUASAN NASABAH PADA BANK MUAMALAT INDONESIA KANTOR CABANG PEMBANTU TULUNGAGUNG”, AN-NISBAH 3, no. 01 (2016):

145-168, 153. DOI: 10.21274/an.2016.3.1.145-168.

(3)

Konsumen dan pada Sektor Perbankan (Undang-Undang Perlindungan Konsumen).8 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga menerbitkan Peraturan OJK Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.9 Peraturan tersebut merupakan pasal yang berisi kewenangan OJK terkait larangan untuk bank dalam menerapkan perjanjian baku sehingga dapat memberatkan nasabah. Sehingga dalam perjanjian dengan konsumen, bank harus menetapkan kewajaran, keseimbangan, dan keadilan.

Mengingat lemahnya kedudukan konsumen pada umumnya dalam hal ini adalah perbandingan nasabah kreditur penabung pada bank dengan kedudukan produsen, yaitu bank yang lebih potensial dalam banyak hal, maka pembahasan perlindungan konsumen penting untuk diteliti. Bagaimana penerapan klausula eksenorasi pada bank konvensional? Bagaimana pengaturan hukum terkait klausula eksonerasi? Penelitian ini menggunakan metode hukum normative.

B. Pembahasan

1. Penerapan Klausula Eksonerasi Pada Bank Konvensional

Perjanjian diatur dalam KUHPerdata Pasal 1338 yang menyatakan bahwa suatu perjanjian sah berlaku sebagai undang-undang bagi pihak yang beranji.10 Sedangkan dalam bentuk atau model perjanjian pembukaan rekening tabungan pada bank umumnya telah dibuat secara tercetak berupa formulir yang berisi berbagai ketentuan tentang identitas calon nasabah kreditur dan syarat-syarat menjadi nasabah kreditur disebuah Bank. Formulir pembukaan rekening tabungan diperlukan untuk bukti bahwa nasabah kreditur akan menabung di suatu bank.11

Formulir pembukaan rekening tabungan pada bank konvensional memuat klausula eksonerasi, yang menyatakan bahwa para pihak setuju untuk melaksanakan formulir pembukaan rekening tabungan ini serta tunduk dan patuh kepada syarat-syarat umum formulir pembukaan rekening yang dibuat oleh bank, persoalannya klausula eksonerasi itu terdapat dalam syarat-syarat umum formulir pembukaan rekening tabungan. Implikasi klausula ini tidak sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 22 ayat (3) POJK Nomor: 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, yang mengatur bahwa pelaku usaha jasa keuangan tidak diperbolehkan membuat suatu pernyataan yang mengharuskan konsumen untuk terikat pada peraturan baru yang dibuat sepihak oleh pelaku jasa keuangan.12 POJK sudah jelas melarang penerapan klausula tersebut, namun dalam prakteknya bank masih menggunakan klausula tersebut. Praktek penerapan klausula eksonerasi pada 3 (tiga) bank konvensional sebagai berikut:13

a. Bank Mandiri memiliki hak untuk merubah SUPR. Bank Mandiri menetapkan perubahan pada SUPR dapat mengikat pemilik rekening melalui sebuah pemberitahuan berdasarkan pada cara yang ditetapkan oleh Bank Mandiri sendiri. Adapun terkait berlakunya

8 Aad Rusyad Nurdin, “KAJIAN PERATURAN PERLINDUNGAN KONSUMEN DI SEKTOR PERBANKAN”, Jurnal Hukum & Pembangunan 48, no. 2 (2018): 299-322, 299, DOI: 10.21143/jhp.vol48.no2.1665.

9 Rati Maryani Palilati, “PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN PERBANKAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN BIDDING CONSUMER LEGAL PROTECTION BY THE AUTHORITY OF FINANCIAL SERVICES, Jurnal Ius 4, no. 3 (2016): 50-67, 50,DOI: 10.29303/ius.v5i1.414.

10 Ucok Parulianth Simamora, “RESTRUKTURISASI PERJANJIAN KREDIT DALAM PERHATIAN KHUSUS (STUDI KASUS PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA, TBK CABANG BANDAR JAYA UNIT HADUYANG RATU)”, Cepalo 1, no. 1 (2017): 1-7, 2, DOI: 10.25041/cepalo.v1no1.1750.

11 Nizla Rohaya, “PELARANGAN PENGGUNAAN KLAUSULA BAKU YANG MENGANDUNG KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERLINDUNGAN KONSUMEN”,. Jurnal Hukum Replik 6, no. 1 (2018): 23-42, 23, DOI: 10.31000/jhr.v6i1.1116.

12 Ahmad Jahri, “PERLINDUNGAN NASABAH DEBITUR TERHADAP PERJANJIAN BAKU YANG MENGANDUNG KLAUSULA EKSONERASI PADA BANK UMUM DI BANDARLAMPUNG”, Fiat Justisia: Jurnal Ilmu Hukum 10, no. 1 (2016): 125-148, 132, DOI: 10.25041/fiatjustisia.v10no1.651.

13 Sumber Data sekunder yang diolah pada tanggal 28 Oktober 2016

(4)

ketentuan SUPR memiliki pengecualian yaitu SUPR hanya berlaku dengan persetujuan dari bank secara tertulis.

b. Bank BNI juga memiliki hak dalam mengubah persyaratan dan ketentuan umum dalam pembukaan rekening. Termasuk pula terkait syarat dan ketentuan fasilitas/produk/jasa dari Bank Lampung, sehingga menjadi satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari syarat dan ketentuan dalam pembukaan rekening.

c. Bank Lampung berhak menolak, menerima, membatalkan permohonan dan/atau menutup hubungan usaha dengan tanpa menyebutkan alasan-alasannya.

Hasil dari sampel 3 (tiga) bank yang menjadi sampel penelitian diketahui bahwa dalam formulir pembukaan rekening tabungan merupakan sebuah perjanjian baku.14 Hal ini terlihat dari bentuk atau model perjanjian pembukaan rekening tabungan pada bank umumnya yang telah dibuat secara tercetak berupa formulir yang berisi berbagai ketentuan tentang identitas calon nasabah kreditur dan syarat-syarat menjadi nasabah kreditur disebuah bank. Adapun ciri-ciri perjanjian baku menurut Mariam Darus Badrulzaman ialah:15

a. Isi dari perjanjian ditetapkan sepihak oleh pihak yang memiliki posisi ekonomi kuat;

b. Debitur tidak memiliki andil dalam menetapkan isi perjanjian;

c. Dikarenakan kebutuhannya, debitur terpaksa menerima perjanjian tersebut;

d. Memiliki bentuk tertulis;

e. Pembentukkanya disiapkan secara massal atau kolektif.

Namun disatu sisi, bersarkan POJK Nomor:1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, sudah jelas bahwa penggunaan klausula tersebut dilarang, namun pihak bank tetap memberlakukannya. Menurut Mahdi Yusuf,16 formulir pembukaan rekening tabungan ini dibuat baku dimaksudkan untuk pemertaan dan keseragaman pada seluruh Kantor Operasional. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan service yang baik dan cepat bagi para nasabah kreditur yang akan menyimpan dananya pada Bank Lampung. Jika dibuatkan perjanjian menggunakan kesepakatan para pihak akan memakan waktu yang lama bagi nasabah kreditur pada saat pembukaan rekening tabungan.

Menurut Nurhadi,17 bahwa formulir pembukaan rekening simpanan yang berlaku di Bank Negara Indonesia (BNI) dibuat oleh kantor pusat, sebagai pemimpin unit hanya melaksanakan sesuai dengan yang dibuat oleh kantor pusat. Lebih lanjut disebutkan bahwa formulir pembukaan rekening simpanan dirancang oleh divisi yang sesuai dengan bidang tersebut.

Larangan dalam formulir pembukaan rekening tabungan selain isi pasal-pasal juga bentuk tulisan harus jelas dan mudah dibaca, namun pada syarat-syarat umum formulir pembukaan rekening tabungan pada Bank BNI yang juga merupakan lampiran yang tidak terpisahkan dari formulir pembukaan rekening simpanan dibuat dengan huruf relatif kecil dan isi yang terlalu luas yang tidak memungkinkan nasabah kreditur untuk membaca dan memahaminya satu per satu. Menurut Agus Indra Praja,18 dirinya tidak membaca seluruh formulir pembukaan rekening simpanan karena sudah mempercayai Bank yang dipilihnya dan berpendapat bahwa menaruh dana di bank merupakan pilihan yang tepat untuk mengamankan dana yang

14 Perjanjian baku merupakan perjanjian yang digunakan oleh pelaku usaha dalam memberikan pelayanan konsumen dalam jumlah besar dengan transaksi barang dan/atau jasa sejenis. Muhammad Marafwansyah, Sanusi Bintang, Darmawan,

“PERJANJIAN BAKU DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DI KOTA BANDA ACEH”, Kanun Jurnal Ilmu Hukum 20, no. 2, (2018): 219-236, 220, DOI: /10.24815/kanun.v20i2.10684.

15 Elis Herlina dan Sri Santi, “MODEL PERJANJIAN BAKU PADA KONTRAK BERLANGGANAN SAMBUNGAN TELEKOMUNIKASI TELEPON SELULAR PASCA BAYAR”, Jurnal Hukum Ius Quia Iustum 23, no. 3 (2016): 415-438, 420, DOI: 10.20885/iustum.vol23.iss3.art4.

16 Wawancara dengan Mahdi Yusuf selaku Group Head Perencanaan dan Pengembangan Bank Lampung, tanggal 12 September 2016.

17 Wawancara dengan Nurhadi Kepala BNI Unit Bumi Waras pada tanggal 07 Oktober 2016.

18 Wawancara dengan Agus Indra Praja Nasabah Bank Mandiri (Persero) Tbk pada tanggal 06 Oktober 2016.

(5)

dimilikinya sehingga menurutnya tidak perlu membaca secara detail ketentuan yang ditulis pada formulir yang telah ditetapkan oleh Bank.

Hal yang sama diungkapkan oleh Sofyan Saputera19 yang merupakan nasabah kreditur Bank BNI dan juga Bank Lampung, bahwa walau mengetahui formulir pembukaan rekening tabungan tersebut banyak mengatur kewajiban nasabah kreditur dari pada bank, namun mereka tetap menandatangani karena sudah mempercayai Bank merupakan tempat paling aman untuk menyimpan dana.

Pendapat lain yaitu dari Hadi Rachman20 sebagai nasabah kreditur Bank Lampung, menurutnya bank harus menjelaskan segala sesuatu yang berkaitan dengan dana yang disimpannya. Pada formulir pembukaan rekening tabungan Bank Lampung terdapat kalimat Bank Lampung memiliki hak untuk menerima atau menolak, membatalkan permohonan dan/atau suatu saat menutup hubungan usaha dengan anda tanpa menyebutkan alasan- alasannya. Menurut Hadi Bank harus tetap menyebutkan alasan jika sewaktu-waktu akan memutuskan hubungan dengan nasabah krediturnya. Hal ini terkait hak dari nasabah kreditur pemilik dana untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan dana yang disimpannya.

2. Penerapan Klausula Eksonerasi Menurut Hukum Indonesia

Dari hasil penelitian, melihat adanya klausula eksonerasi pada formulir pembukaan tabungan ini bertentangan dengan peraturan yang sudah ada, namun jika dilihat dari sisi bank adanya klausula eksonerasi pada formulir pembukaan rekening tabungan pada bank umum ini dimaksudkan untuk keamanan bank.

Penjelasan tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa bank mencantumkan klausula tersebut untuk mencegah timbulnya masalah, salah satunya adalah pencegahan terkait adanya tindakan pencucian uang. Sebagai solusi dari hal ini bank demi meningkatkan keamananya sudah menggunakan Program Anti Pencucian Uang Dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU- PTT) dengan memberikan formulir tambahan jika dana yang ditabung lebih dari Rp.100.000.000,- .

Formulir tersebut terkait sumber dan tujuan dari dana nasabah kreditur tersebut. Hal ini diperkuat oleh Yuanita Anggraini21 yang menjelaskan bahwa agar fungsi bank sebagai sarana pencucian uang dan pendanaan kepada terorisme dapat diminimalisir, maka hal ini perlu peran bank yang lebih optimal, yaitu pihak bank menerapkan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme yang optimal dan efektif. Implementasi tersebut penting untuk pemberantasan money laundry,22 dan juga untuk mendukung terealisasinya prudential banking yang dapat melindungi bank dari berbagai risiko yang timbul, oleh sebab itu untuk mendorong dan mensupport program tersebut salah satunya dengan adanya klausul eksonerasi tersebut.

Seiring dengan program keamanan tersebut tidak serta merta Bank dapat membuka data nasabah kreditur hal ini terkait dengan data nasabah kreditur yang merupakan rahasia Bank.

Bank berkewajiban untuk menjaga kerahasiaan data penyimpan dan simpanannya. Rahasia bank merupakan salah satu cara bank dalam menjamin dana nasabah kreditur. Dana nasabah kreditur yang kini dijamin menurut undang-undang hanya khusus nasabah kreditur penyimpan dan simpanannya. Oleh karena itu diharapkan pada bank untuk menjaga kepercayaan nasabah kreditur. Pihak-pihak yang dimaksud yaitu pegawai bank, anggota dewan komisaris bank, direksi bank, atau setiap pihak pada bank yang bersangkutan. Pihak yang dimaksud

19 Wawancara dengan Sofyan Saputera, nasabah Bank Lampung dan Bank BNI pada tanggal 2 Oktober 2016.

20 Wawancara dengan Hadi Rachman Nasabah Bank Lampung pada Tanggal 02 Oktober 2016

21 Wawancara dengan Yuanita Anggraini Group APU-PPT Bank Lampung pada Tanggal 18 September 2016

22 Edi Waluyo, “UPAYA MEMERANGI TINDAKAN PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDRING) DI INDONESIA”, Jurnal Dinamika Hukum 9, no. 3 (2009): 237-246, 241.

(6)

diharapkan dapat menjaga nama baik lembaga bank yang berkedudukan sebagai lembaga kepercayaan.

Rahasia bank sendiri merupakan salah satu kewajiban yang wajib dipenuhi karena kerahasiaan bank merupakan bagian dari hak asasi manusia. 23 Kewajiban menjaga kerahasiaan tersebut tidak bersifat absolut. Karena ada pengecualian untuk Bank membuka kerahasiaan Bank tersebut. Harus ada alasan-alasan khusus yang menjadi syarat utama dalam membuka kerahasiaan bank tersebut. Hal ini disesuaikan dengan perintah undang-undang untuk merahasiakan dan membuka kerahasiaan bank sesuai dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang muatannya cukup konkrit.24

Berkaitan dengan kewajiban bank menjaga dalam menjaga kerahasiaan, maka segala keterangan tentang nasabah kreditur yang berkaitan dengan simpanan bank wajib dirahasiakan, dengan pengecualian yang diatur dalam Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42A, Pasal 43, Pasal 44 dan Pasal 44A.25 Pasal-pasal tersebut menjelaskan tentang unsur pembukaan kerahasiaan bank diperuntukkan bagi beberapa kepetingan seperti kepentingan perpajakan, kepentingan penyelesaian piutang bank, kepentingan pengadilan saat terjadinya perkara pidana dan perdata antara pihak bank dan nasabahnya, serta kepentingan pertukaran informasi antar bank.

Pasal-Pasal ini juga menerangkan tentang keharusan memenuhi persyaratan birokrasi yang harus dipenuhi agar bank dapat memberikan keterangan dan bukti-bukti tertulis berkenaan dengan simpanan nasabah tersebut di bank yang dimaksud tersebut. Unsur lain yang diatur adalah keharusan memenuhi aspek legitimasi dari pihak yang berkepentingan dengan data kerahasiaan tersebut dengan keharusan mencantumkan identitas pejabat yang memiliki kewenangan atas hal tersebut. Menurut analisis penulis unsur ini merupakan bentuk perlindungan terhadap nasabah dan institusi bank itu sendiri, agar data nasabah tidak disalahugunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Melalui penegasan Pasal Pasal 40 ayat (1) Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. dapat diketahui bahwa, saat ini Undang-Undang perbankan hanya melindungi nasabah kreditur penyimpan dan simpanannya, untuk pengecualian mengenai pembukaan rahasia bank mengalami penambahan perubahan yaitu berupa untuk penyelesaian piutang lelang negara, permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah kreditur penyimpan dan berkaitan dengan waris.

Undang-Undang Perbankan tidak secara mutlak menutup segala akses informasi tanpa pengecualian apapun. Melalui uraian ketentuan diatas diketahui bahwa peraturan tersebut dikecualikan untuk beberapa alasan serta tujuan tertentu. Berdasarkan undang-undang ini,26 pembukaan rahasia bank dapat dibuka apabila berkaitan dengan pajak, peradilan, perkara perdata antara bank dan nasabah krediturnya dan dalam rangka tukar menukar informasi bank.27 Sepanjang tidak disebutkan dalam pengecualian maka informasi tidak dapat dibuka dengan alasan apapun.28

23 Miftah Idris, “KERAHASIAAN BANK SUATU TINJAUAN DALAM ATURAN HUKUM PERBANKAN SYARIAH DI INDOESIA”, Al-Amwal: Journal of Islamic Economic Law 1, no. 1 (2016): 1-29,1

24 Andreas Andrie Djatmiko, “PENCEGAHAN FRAUD DI LINGKUP PERBANKAN SESUAI PRINSIP KEPERCAYAAN (FIDUCIARY RELATION PRINCIPLE) UNDANG-UNDANG PERBANKANNOMOR 10 TAHUN 1998 PASAL 29 AYAT (4)”, JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan 1, no. 2, (2017): 1-29, 27, DOI: https://doi.org/10.24256/alw.v1i1.624.

25 Bambang Catur SP, “MEKANISME DAN PROSEDUR PEMBUKAAN RAHASIA BANK”, Salam; Jurnal Filsafat dan Budaya Hukum 1, no. 1 (2014): 71-82, 76.

26 Ibid.

27 Vikky O. Tulenan, “PEMBUKAAN RAHASIA BANK DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI”, Lex Crimen 5, no. 5 (2016): 93-100, 93.

28 Marcel Seran dan Anna Maria Wahyu Setiowati. “PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN DAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN”, Jurnal Hukum Pro Justitia 24, no. 2 (2006): 159-170, 159.

(7)

Kembali ke permasalahan terkait adanya klausula eksonerasi, SEOJK yang mengatur tentang Perjanjian Baku dan POJK tentang Perlindungan Konsumen.29 Kedua pengaturan ini mengatur hal-hal yang dilarang dalam perjanjian baku seperti larangan perjanjian yang memuat tentang pemberian kuasa dari konsumen kepada PUJK, baik secara langsung maupun tidak langsung. Serta larangan untuk melakukan tindakan sepihak atas barang yang diagunkan oleh konsumen, kecuali dalam melakukan tindakan tersebut berdasarkan pada aturan dan ketentuan hokum yang berlaku.

Berdasarkan data di atas, maka terhadap permasalahan pertama bahwa formulir pembukaan rekening simpanan nasabah kreditur pada bank umum merupakan bentuk perjanjian. Formulir pembukaan rekening tabungan ini merupakan jenis perjanjian baku dan mengandung klausula eksonerasi, meskipun sudah diatur, namun apabila dikaji lebih jauh bahwa formulir pembukaan rekening pada masing-masing bank konvensional di Bandar Lampung tetap menjadi perjanjian yang dapat mengikat diantara pihak nasabah kreditur dengan pihak bank, hal ini sejalan dengan terpenuhinya ketentuan dalam Pasal 1320 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa syarat sahnya perjanjian adalah:30

a. Kesepakatan antara para pihak;

b. Cakap dalam perjanjian;

c. Tujuan; dan

d. Alasan dibuatnya perjanjian.

C. Kesimpulan

Formulir pembukaan rekening tabungan yang terdapat pada tiga bank konvensional yang telah ditelaah penulis, adalah sebuah perjanjian yang memenuhi unsur suatu perjanjian sesuai dengan POJK dan sebagai bentuk perjanjian eksonerasi, hal ini terlihat dari bentuk atau model perjanjian pembukaan rekening tabungan pada bank umumnya yang telah dibuat secara baku berupa formulir yang berisi berbagai hal-hal yang harus diisi oleh para calon nasabah kreditur yaitu ketentuan tentang identitas calon nasabah dan syarat-syarat menjadi nasabah di sebuah bank. Kenyataannya bahwa bentuk perlindungan hukum bagi nasabah kreditur simpanan terhadap klausula eksonerasi yang ada pada formulir pembukaan rekening simpanan pada bank umum diatur dalam KUHPerdata, UUPK dan POJK.

29 Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

30 Novi Ratna Sari, “KOMPARASI SYARAT SAH NYA PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN HUKUM ISLAM”, Jurnal Repertorium 4, no. 2 (2017): 79-86, 81.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

A. Jurnal

Chalim, Fatimah. “HUBUNGAN HUKUM ANTARA BANK DAN NASABAH PENYIMPAN DANA MENURUT UNDANG-UNDANG PERBANKAN”. Lex Et Societatis 5, no. 9, 2017: 120-127.

Djatmiko, Andreas Andrie. “PENCEGAHAN FRAUD DI LINGKUP PERBANKAN

SESUAI PRINSIP KEPERCAYAAN (FIDUCIARY RELATION

PRINCIPLE) UNDANG-UNDANG PERBANKAN NOMOR 10 TAHUN 1998 PASAL 29 AYAT (4)”. JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan 1, No. 2, 2017:

1-29, DOI : 10.24269/v2.n1.2017.44-58.

Febriana, Nina Indah. “ANALISIS KUALITAS PELAYANAN BANK TERHADAP KEPUASAN NASABAH PADA BANK MUAMALAT INDONESIA KANTOR CABANG PEMBANTU TULUNGAGUNG”. AN-NISBAH 3, no. 01, 2016: 145-168, DOI: 10.21274/an.2016.3.1.145-168.

Fure, Joey Allen. “FUNGSI BANK SEBAGAI LEMBAGA KEUANGAN DI INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERBANKAN”. Lex Crimen 5, no. 4, 2016: 116-122.

Herlina, Elis., Santi, Sri. “MODEL PERJANJIAN BAKU PADA KONTRAK BERLANGGANAN SAMBUNGAN TELEKOMUNIKASI TELEPON SELULAR PASCA BAYAR”. Jurnal Hukum Ius Quia Iustum 23, no. 3, 2016: DOI: 415-438, DOI:

10.20885/iustum.vol23.iss3.art4.

Idris, Miftah. “KERAHASIAAN BANK SUATU TINJAUAN DALAM ATURAN HUKUM PERBANKAN SYARIAH DI INDOESIA”. Al-Amwal: Journal of Islamic Economic Law 1, no. 1, 2016: 1-29, DOI: 10.24256/alw.v1i1.624

Jahri, Ahmad. “PERLINDUNGAN NASABAH DEBITUR TERHADAP PERJANJIAN BAKU YANG MENGANDUNG KLAUSULA EKSONERASI PADA BANK UMUM DI BANDARLAMPUNG”. Fiat Justisia: Jurnal Ilmu Hukum 10, no. 1, 2016: 125-148, DOI: 10.25041/fiatjustisia.v10no1.651.

Marafwansyah, Muhammad., Bintang, Sanusi., Darmawan. “PERJANJIAN BAKU DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DI KOTA BANDA ACEH”. Kanun Jurnal Ilmu Hukum 20, no. 2, 2018: 219-236, DOI: 10.24815/kanun.v20i2.10684

Nurdin, Aad Rusyad. “KAJIAN PERATURAN PERLINDUNGAN KONSUMEN DI SEKTOR PERBANKAN”. Jurnal Hukum & Pembangunan 48, no. 2, 2018: 299-322, DOI: 10.21143/jhp.vol48.no2.1665.

Palilati, Rati Maryani. “PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN PERBANKAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN BIDDING CONSUMER LEGAL PROTECTION BY THE AUTHORITY OF FINANCIAL SERVICES”. Jurnal Ius 4, no. 3, 2016: 50-67, DOI: 10.29303/ius.v5i1.414.

Rohaya, Nizla. “PELARANGAN PENGGUNAAN KLAUSULA BAKU YANG MENGANDUNG KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERLINDUNGAN KONSUMEN”. Jurnal Hukum Replik 6, no. 1, 2018: 23-42, DOI:

10.31000/jhr.v6i1.1116

Sari, Novi Ratna. “KOMPARASI SYARAT SAH NYA PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN HUKUM ISLAM”. Jurnal Repertorium 4, no. 2, 2017: 79-86

Sarjana, I Made. “PEMBATASAN KLAUSULA EKSONERASI”. Jurnal Notariil 1, no. 1, 2016: 109-127, DOI: 10.22225/jn.1.1

(9)

Seran, Marcel., Setiowati, Anna Maria Wahyu. “PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN DAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN”. Jurnal Hukum Pro Justitia 24, no. 2, 2006: 159-170.

Simamora, Ucok Parulianth. “RESTRUKTURISASI PERJANJIAN KREDIT DALAM PERHATIAN KHUSUS (STUDI KASUS PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA, TBK CABANG BANDAR JAYA UNIT HADUYANG RATU)”. Cepalo 1, no. 1, 2017: 1-7. DOI: 10.25041/cepalo.v1no1.1750.

SP, Bambang Catur. “MEKANISME DAN PROSEDUR PEMBUKAAN RAHASIA BANK”. Salam: Jurnal Filsafat dan Budaya Hukum 1, No. 1. 2014: 71-82.

Tulenan, Vikky O. “PEMBUKAAN RAHASIA BANK DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI”. Lex Crimen 5, no 5. 2016: 93-100.

Waluyo, Edi. “UPAYA MEMERANGI TINDAKAN PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDRING) DI INDONESIA”. Jurnal Dinamika Hukum 9, no. 3, 2009: 237- 246.

Zakiyah. “KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN KONSUMEN”. Al’Adl 9, no. 3, 2017: 435-451, DOI: 10.31602/al-adl.v9i3.1052.

B. Buku

Miru, Ahmadi. Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia. Jakarta:

Raja Grafindo, 2011.

Muhammad, Abdulkadir. Hukum Perikatan. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006.

Sasongko, Wahyu. Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen. Bandar Lampung: Universitas Lampung, 2007.

C. Peraturan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

POJK (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan) No:1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan

POJK (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan) No:1/POJK.07/2014 tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di sektor Jasa Keuangan.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan Pasal 48 ini dalam tindak pidana perbankan dapat dikatagorikan sebagai perbuatan kesalahan dengan unsur sesalahan sebagai keinsyapan dan kesalahan sebagai