• Tidak ada hasil yang ditemukan

kepadatan populasi dan karakter morfometrik remis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "kepadatan populasi dan karakter morfometrik remis"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KEPADATAN POPULASI DAN KARAKTER MORFOMETRIK REMIS (Donax compressus L.) DI PANTAI AIR BANGIS KECAMATAN

SUNGAI BEREMAS KABUPATEN PASAMAN BARAT

ARTIKEL ILMIAH

SHINTA OKTA YONE NIM. 11010120

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2015

(2)
(3)

KEPADATAN POPULASI DAN KARAKTER MORFOMETRIK REMIS (Donax compressus L.) DI PANTAI AIR BANGIS KECAMATAN SUNGAI

BEREMAS KABUPATEN PASAMAN BARAT

Shinta Okta Yone, Armein Lusi dan Elza Safitri Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

email : Shintaokta_yone@yahoo.com ABSTRACT

Mussels are one of the bivalves which includes Family Donacidae that inhabits muddy or sandy bottom waters. These mussels are consumed by the public, because it is one of the types of foods that contain high protein. Residents around West Sumatra familiar with the term Rimih shells.

Remis is one of the economic value of fishery products, commonly consumed and easily obtainable. This study aims to determine the population density of mussels, clams shell size distribution and chemical physics factor in Air Bangis beach Sungai Beremas West Pasaman. This study was conducted in August 2015 in Air Bangis beach Sungai Beremas West Pasaman. Type a descriptive survey research, sampling techniques carried out by systematic sampling. The number of stations set at three stations, station determination is based on the utilization of the area around the beach. Station I was in the estuary area, the station II residential area, and the third station area attractions. Each station is determined 3 sampling point that is on the edge, center and edge. Each sampling point mounted frame size of 1x1 m squared of 10 frames. The results showed that the population density of mussels (Donax compressus L.) were found in the River District Water Beach Air Bangis Sungai Beremas West Pasaman, namely 1.57 ind / m2. Morphological characters measured mussels covers the length, height and width of the shell. D. compressus shell size distribution were found in Air Bangis beach dominated by adult mussels. Physical conditions of water chemistry still within the normal range and tolerant of life mussels (Donax compressus L.) whereas the organic content of substrate classified as a category is very low.

Key word: Mussels (Donax compressus L.), Air Bangis beach

PENDAHULUAN

Pelecypoda disebut juga dengan Bivalvia atau Lamellibranchiata. Contoh dari hewan Pelecypoda ini yaitu remis, tiram, dan kijing (Kastawi dkk, 2001).

Pelecypoda kebanyakan hidup di laut terutama di daerah litoral, beberapa di daerah pasang surut dan air tawar.

Umumnya terdapat di dasar perairan yang berlumpur atau berpasir, beberapa hidup pada substrat yang lebih keras seperti lempung, kayu atau batu (Suwignyo dkk, 2005).

Kerang merupakan sumber daya laut yang memiliki nilai ekonomis dan bermanfaat dalam kehidupan manusia.

Dagingnya dapat dikonsumsi oleh masyarakat karena mengandung protein yang tinggi. Sedangkan cangkangnya dapat dimanfaatkan sebagai hiasan (Nurdin dan Izmiarti, 2011).

Kerang diperkirakan terdapat sekitar 1.000 jenis spesies yang hidup di perairan Indonesia. Kerang merupakan fauna yang daerah penyebarannya adalah daerah intertidal salah satunya adalah Pantai Air Bangis. Di pantai ini banyak ditemukan jenis kerang, salah satu jenis kerang yang sering ditemukan di pantai ini adalah D.

compressus (Nontji, 1993).

Jenis kerang yang bermanfaat yang dapat dimakan dan bernilai ekonomis yang sering dikonsumsi oleh masyarakat dan dijual diantaranya yaitu remis jenis (Donax compressus L.). Remis ini memiliki peranan penting dalam jaring-jaring makanan di ekosistem pantai sebagai makanan bagi burung, ikan dan kepiting (Carstensen, 2009, dalam Arma, 2011). Remis dimanfaatkan sebagai pembersih lingkungan perairan yang tercemar oleh logam berat. Mekanisme sifat penyerapan logam pencemar oleh kerang

(4)

ditunjang oleh sifat kantung mantel yang dimiliki (Nurdin dan Izmiarti, 2011).

Remis (D. compressus) merupakan jenis kerang yang dikenal oleh masyarakat Sumatera Barat dengan nama rimih, yang tergolong ke dalam famili Donacidae dan hidup pada perairan pantai yang berpasir. Di Pantai Air Bangis banyak didapatkan remis yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sayuran dan makanan cemilan. Keberadaan remis di Pantai Air Bangis merupakan anugerah bagi masyarakat sekitarnya, dimana dengan keberadaan remis secara tidak langsung dapat menunjang perekonomian penduduk sekitar pantai.

Penelitian tentang D. compressus pernah dilakukan oleh Rahmadila (2013) tentang kepadatan populasi Remis (D.

compressus) yang ditemukan di zona intertidal Pantai Pariaman. Arma (2011) meneliti tentang ekologi dan reproduksi kerang Remis (D. compressus) (Bivalvia:

Donacidae) di Pantai Tiku Kabupaten Agam.

Berdasarkan hasil survey yang sudah dilakukan di Pantai Air Bangis bahwa, pantai ini terletak di sebelah utara Kabupaten Pasaman Barat. Pantai Air Bangis memiliki substrat berpasir. Daerah ini merupakan daerah pantai yang dikelola menjadi tempat wisata, pemukiman penduduk, dan berbagai aktivitas nelayan.

Di sepanjang pesisir pantai banyak ditemui sampah yang berserakan. Berbagai aktivitas tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung diduga akan berdampak terhadap keseimbangan dan kelestarian ekosistem dan dapat mempengaruhi keberadaan biota laut seperti kerang yang ada di pantai ini.

Berdasarkan hal tersebut dan mengingat manfaat dari remis bagi kehidupan manusia, dan informasi mengenai kepadatan populasi remis di Pantai Air Bangis belum pernah didapatkan, maka penulis telah melakukan penelitian tentang

“Kepadatan Populasi dan Karakter Morfometrik Remis (Donax compressusL.) di Pantai Air Bangis Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 di Pantai Air

Bangis Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat. Penelitian ini merupakan survey deskriptif dengan pengamatan langsung ke lapangan. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara systematic sampling. Penelitian ini dilakukan pada 3 stasiun.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dalam tiap stasiun dengan bingkai kuadrat. Pada tiap stasiun terdapat 3 zona, yaitu zona rataan tepi, rataan tengah dan rataan tubir. Rataan tepi diambil dari posisi air pasang tertinggi dan rataan tubir diambil dari posisi air surut terendah, sedangkan rataan tengah posisinya antara rataan tepi dan rataan tubir. Setiap rataan dipasang bingkai kuadrat sebanyak 10 bingkai kuadrat, total bingkai kuadrat yang digunakan pada 3 stasiun yaitu 90 bingkai kuadrat.

Pengukuran faktor fisika kimia perairan dilakukan bersamaan dengan pengambilan sampel Remis. Faktor fisika kimia perairan meliputi suhu air diukur dengan menggunakan termometer Hg dan pH diukur dengan menggunakan kertas indikator pH. Oksigen terlarut dan salinitas diukur di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Sumatera Barat, dan kadar organik substrat diukur di Laboratorium Fisika Kimia Tanah Pertanian UNAND.

Pengukuran karakter morfometrik dilakukan di Laboratorium Zoologi STKIP PGRI Sumatera Barat dengan menggunakan digital caliper. Data yang diperoleh dianalisa dengan menghitung kepadatan populasi Remis (Donax compressus L.) ditentukan dengan rumus :

Kepadatan(K) =

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Pantai Air Bangis Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat ditemukan 94 individu dengan kepadatan populasi 1,57 ind/m2 yang diperlihatkan pada Tabel 1.

(5)

Tabel 1. Data hasil pengambilan sampel remis (Donax compressus L.) yang ditemukan di Pantai Air Bangis Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat.

Stasiun Jumlah Individu/Rataan

Total Kepadatan (ind/m2)

Tepi Tengah Tubir

I 0 0 0 0 0

II 52 9 0 61 3,05

III 22 11 0 33 1,65

Total 74 20 0 94 4,7

Rata-rata 24,7 6,7 0 31,3 1,57

Tabel 2. Parameter fisika kimia perairan di Pantai Air Bangis Kecamatan Sungai Beremas kabupaten Pasaman Barat.

Parameter Stasiun

I II III

Suhu (oC) 28,5 28 29

pH 6 7 7

Salinitas (o/oo) 26,68 22,32 26,91 DO (mg/L) 4,59 4,95 4,95 Kadar Organik

Substrat (%) 0,25 0,2 0,3

Distribusi ukuran panjang cangkang D. compressus yang terdapat di Pantai Air Bangis Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat berkisar antara 13,62-35,03 mm. Ukuran tinggi cangkang D.

compressus yang terdapat di Pantai Air Bangis Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat berkisar antara 10,91-24,75 mm. Lebar cangkang D.

compressus yang terdapat di Pantai Air Bangis Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat berkisar antara 5,70-12,40 mm.

(6)

a 1 a 2

b 1 b 2

c 1 c 2

Gambar: Sebaran ukuran cangkang D.compressus L. di Pantai Air Bangis KecamatanSungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat (a : panjang, b : tinggi, c : lebar ; 1 : stasiun II, 2 : stasiun III).

5 6

19 22

2 5 1 1 0

5 10 15 20 25

A B C D E F G H

Jumlah Individu (ind.)

Kisaran Panjang Cangkang Stasiun II

3 2 15

9

1 1 2 0 0

5 10 15 20

A B C D E F G H

Jumlah Individu (ind.)

Kisaran Panjang Cangkang Stasiun III

6 9

18 20

1 4

2 1 0

5 10 15 20 25

A B C D E F G H

Jumlah Individu (ind.)

Kisaran Tinggi Cangkang Stasiun II

3 5 16

6

1 1 1 0 0

5 10 15 20

A B C D E F G H

Jumlah Individu (ind.)

Kisaran Tinggi Cangkang Stasiun III

4 10

22 16

1 4 3 1 0

5 10 15 20 25

A B C D E F G H

Jumlah Individu (ind.)

Kisaran Lebar Cangkang Stasiun II

3 7

16

4

1 1 1 0 0

5 10 15 20

A B C D E F G H

Jumlah Individu (ind.)

Kisaran Lebar Cangkang Stasiun III

n = 61

n = 61

n = 33

n = 33 n = 61

n = 33

(7)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan kepadatan populasi D. compressus di Pantai Air Bangis Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat seperti pada Tabel I.

Kepadatan populasi D. compressus adalah 1,57 ind/m2

,

dengan kepadatan populasi berkisar 0-3,05 ind/m2. Kepadatan populasi yang diperoleh di Pantai Air Bangis lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Rahmadila (2013) di Pantai Pariaman dengan kepadatan tertinggi yaitu 7,2 ind/m2. Sedangkan dari penelitian Arma (2011) di Pantai Tiku dengan kepadatan tertinggi yaitu 24,37 ind/m2. Hal ini disebabkan karena pada penelitian ini didapatkan remis dalam fase memijah. Rendahnya kepadatan populasi D. compressus di Pantai Air Bangis Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat disebabkan karena banyak aktifitas masyarakat yang ditemukan di pesisir pantai seperti aktifitas nelayan, objek wisata, dan pemukiman penduduk yang padat. Akibat dari aktifitas masyarakat tersebut diduga akan menimbulkan masalah pencemaran ekosistem perairan yaitu menurunnya kualitas perairan yang dapat memberikan ancaman bagi keberadaan remis.

Kepadatan populasi D. compressus tertinggi didapatkan pada stasiun II yaitu 3,05 ind/m2. Tingginya kepadatan populasi pada stasiun II ini diduga karena adanya faktor internal dan eksternal yang terjadi.

Faktor internal yang menyebabkan adanya peningkatan populasi adalah natalitas.

Sedangkan faktor eksternalnya disebut faktor lingkungan, seperti faktor fisika kimia air yang didapatkan juga mendukung untuk kehidupan D. compressus. Banyaknya makanan alami atau kepadatan plankton yang tinggi juga diduga akan menyebabkan kepadatan yang tinggi pada stasiun ini. Tipe substrat pada stasiun II yaitu berpasir. Hal ini sesuai dengan pendapat Suwignyo dkk (2011) yang menyatakan bahwa jenis Bivalvia merupakan jenis yang umumnya terdapat pada substrat berpasir atau berlumpur. Menurut Mlay et. al. (1998) substrat merupakan faktor yang sangat penting dalam distribusi fauna dan kepadatannya disemua area geografis.

Kepadatan populasi pada stasiun III lebih rendah daripada stasiun II dengan kepadatan 1,65 ind/m2. Rendahnya

kepadatan populasi pada stasiun III karena banyaknya aktifitas masyarakat dalam pemanfaatan laut seperti pembuangan sampah dan objek wisata. Tipe substrat pada stasiun III yaitu berpasir. Menurut Sastrawijaya (2009) dalam Rahmadila (2013) bahwa banyaknya sampah yang masuk ke dalam perairan akan menyebabkan makin tinggi jumlah partikel terlarut. Pesisir Pantai Air Bangis masih dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat MCK terutamanya sebagai tempat jamban.

Kandungan bahan organik yang tinggi akan menyebabkan kelimpahan populasi menjadi rendah, hal ini diduga bahan organik yang tinggi menyebabkan oksigen yang terlarut menjadi rendah. Sisa-sisa bahan organik seperti sampah, kotoran hewan, kotoran manusia, proses pembusukan bahan organik seperti ini dilakukan dengan menggunakan oksigen yang larut dalam air. Makin banyak bahan organik yang mengalami pembusukan, makin banyak pula oksigen yang terpakai dalam proses tersebut. Karena itu kadar oksigen dalam air akan menurun dan merugikan organime yang untuk hidupnya memerlukan banyak oksigen.

Pada stasiun I D. compressus tidak ada ditemukan, hal ini diduga karena beberapa faktor diantaranya ketersediaan makanan yang terbatas, kemampuan beradaptasi, dan adanya predator. Menurut Nybakken (1988) bahwa ketersediaan makanan, pemangsaan dan kemampuan beradaptasi merupakan faktor biologi yang mempengaruhi keberadaan suatu spesies.

Apabila disuatu kawasan pasang surut tidak terdapat predator, maka spesies-spesies yang ada di kawasan tersebut akan berkembang dengan pesat.

Berdasarkan Gambar 5 di atas dapat dilihat bahwa, pada stasiun II sebaran ukuran panjang cangkang D. compressus yang paling banyak ditemukan berada pada kisaran 22,62-25,61 mm. Sebaran ukuran panjang cangkang yang paling banyak ditemukan pada stasiun III berkisar antara 19,62-22,61 mm. Kisaran pada stasiun II dan III ini menunjukkan banyaknya kerang dewasa yang ditemukan. Pada Gambar 6 sebaran ukuran tinggi cangkang D.

compressus yang paling banyak ditemukan pada stasiun II berkisar antara 16,91-18,90 mm dan di stasiun III berkisar antara 14,92- 16,90 mm. Kisaran ini menunjukkan bahwa

(8)

D. compressus yang paling banyak ditemukan pada stasiun II dan III yaitu kerang yang dewasa. Sedangkan Gambar 7 menunjukkan sebaran ukuran lebar cangkang D. compressus pada stasiun II dan III berkisar antara 7,70-8,69 mm.

Penyebaran kerang D. compressus di sepanjang intertidal pantai ada dua tipe yaitu secara vertikal dan secara horizontal.

Penyebaran secara vertikal berhubungan dengan kedalaman kerang menggali substrat.

Kerang yang memiliki ukuran lebih besar biasanya akan menggali substrat lebih dalam. Hal ini dilakukan untuk perlindungan dari serangan predator (Hines and Comtois, 1985 dalam Arma, 2011).

Secara horizontal, penyebaran D.

compressus berhubungan dengan sebaran ukuran cangkang. Kerang yang memiliki ukuran cangkang lebih besar biasa ditemukan pada rataan tubir intertidal sedangkan kerang dengan ukuran cangkang sedang dan kecil tersebar di rataan tengah dan tepi (Murray-Jones and Jonhson, 2003 dalam Arma, 2011). Menurut Philip (1970) dalam Arma (2011) penyebaran D.

compressus dipengaruhi oleh ukuran partikel substrat, aktifitas pasang surut, dan jauh dekatnya dari gelombang air laut.

Parameter lingkungan perairan sangat menentukan untuk perkembangan, pertumbuhan serta keberadaan kerang serta memperlihatkan kondisi baik buruknya suatu perairan. Suhu air laut rata-rata pada saat penelitian di Pantai Air Bangis Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat yaitu berkisar antara 28-29oC. Kisaran suhu tersebut masih dalam kisaran ditolerir. Kordi (2011) menyatakan bahwa kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan kerang berkisar antara 25-32oC.

Derajat keasaman (pH) perairan menyatakan intensitas keasaman suatu perairan. Dari hasil penelitian di lapangan pH di Pantai Air Bangis berkisar antara 6-7.

Menurut Riniatsih dan Widianingsih (2007) nilai pH > 5 dan < 9 merupakan kondisi optimal bagi kelangsungan hidup kerang. pH Pantai Air Bangis termasuk kisaran yang baik untuk kehidupan remis.

Menurut Kordi (2011), kerang tergolong biota euryhalin dan toleran terhadap perubahan salinitas antara 5-40 ‰.

Kadar salinitas di Pantai Air Bangis berkisar antara 22,32-26,91‰, artinya kondisi

lingkungan Pantai Air Bangis masih mendukung untuk kelangsungan hidup D.

compressus. Nontji (1993) menyatakan bahwa perairan pantai di Indonesia umumnya berada pada kondisi yang masih mentolerir kehidupan kerang laut walaupun salinitas laut pada umumnya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti siklus air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai yang mengalir ke laut. Salinitas di Pantai Air Bangis termasuk masih dalam batas toleransi.

Oksigen terlarut (DO) adalah faktor yang penting terhadap kehidupan organisme perairan. Dari hasil penelitian di lapangan DO Pantai Air Bangis berkisar antara 4,59- 4,95 mg/L. Menurut Kordi (2011), pertumbuhan biota laut terjadi pada lingkungan perairan dengan kandungan oksigen 4 mg/L atau 4 ppm. Sedangkan kandungan optimumnya adalah antara 5-6 mg/L, dan kerang memiliki toleransi kebutuhan oksigen 3-6 mg/L. Berarti kisaran DO di Pantai Air Bangis termasuk kisaran yang baik untuk kehidupan D.

compressus.

Material organik substrat sangat menentukan kepadatan populasi D.

compressus, karena D. compressus mengambil partkel-partikel organik tersebut sebagai makanan. Kadar C organik substrat di Pantai Air Bangis berkisar antara 0,2- 0,3%, artinya kadar organik substrat Pantai Air Bangis dikategorikan sangat rendah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Pantai Air Bangis Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat dapat disimpulkan bahwa:

1.

Kepadatan populasi D. compressus yang ditemukan di Pantai Air Bangis adalah 1,57 ind/m2.

2.

Sebaran ukuran cangkang D.

compressus yang ditemukan di Pantai Air Bangis didominasi oleh kerang dewasa.

3.

Parameter fisika kimia di Pantai Air Bangis masih berada pada kisaran toleransi untuk kehidupan remis sedangkan kadar organik substrat tergolong sangat rendah.

(9)

Saran

Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar meneliti tentang jenis-jenis makanan remis (Donax compressus L.) dalam upaya pelestarian remis tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Arma, S. P. 2011. Ekologi dan Reproduksi Kerang Remis (Donax compressus L.) (Bivalvia: Donacidae) di Pantai Tiku Kabupaten Agam. Tesis.

Universitas Andalas. Padang.

Kastawi, Y., S. E. Indriati, Ibrohim, Masjhudi, dan S. E. Rahayu. 2001.

Zoologi Avertebrata. Malang:

Universitas Negeri Malang.

Kordi, M. G. H. 2011. Budi Daya 22 Komoditas Laut untuk Konsumsi Lokal dan Ekspor. Yogyakarta:

Andi Offset.

Mlay, A. P., dan G. M. Wagner. 1998. A Comparative Study Of The Ecology Of Four Sandy/Muddy Shores In The Dar Es Salaam Area.

Department Of Zoology And Marine Biology. University Of Dar Es Salaam. Tanzania.

Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Jakarta:

Djambatan.

Nurdin, J. Dan Izmiarti. 2011. Perbandingan Kepadatan Populasi Dan Sebaran Ukuran Cangkang Kerang Donax

faba Gmelin, 1792

(Lamellibbranchiata: Donacidae) Berdasarkan Kedalaman Substrat Di Perairan Pantai Bungus Teluk Kabung, Kota Padang. Jurnal.

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas Padang.

Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta:

Gramedia.

Rahmadila. 2013. Kepadatan Populasi Remis (Donax compressus L.) Yang Ditemukan Di Zona Intertidal

Pantai Pariaman. Skripsi. STKIP PGRI Sumatera Barat. Padang.

Riniatsih, I. Dan Widianingsih. 2007.

Kelimpahan Dan Pola Sebaran Kerang-Kerangan (Bivalvia) Di Ekosistem Padang Lamun Perairan Jepara. Ilmu Kelautan. Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang. Volume 12 Nomor 1. Hlm 53-58.

Suwignyo, S., B. Widigdo, Y. Wardiatno, dan M. Krisanti. 2005. Avertebrata Air. Jakarta: Penebar Swadaya.

Referensi

Dokumen terkait

Average score for all student feedback applications per department The number of feedback applications registered for each department is illustrated in Table 3, as it is noticed that