• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPADATAN POPULASI KUTU DAUN (Myzus persicae Sulz.) PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) DI KENAGARIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KEPADATAN POPULASI KUTU DAUN (Myzus persicae Sulz.) PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) DI KENAGARIAN "

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KEPADATAN POPULASI KUTU DAUN (Myzus persicae Sulz.) PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) DI KENAGARIAN

DURIAN TINGGI KECAMATAN KAPUR IX KABUPATEN 50 KOTA

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1)

SYILVIA AYU PUTRI NIM. 09010273

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

2016

(2)

KEPADATAN POPULASI KUTU DAUN (Myzus persicae Sulz.) PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) DI KENAGARIAN

DURIAN TINGGI KECAMATAN KAPUR IX KABUPATEN 50 KOTA

Syilvia Ayu Putri, Ismed Wahidi, dan Vivi Fitriani

Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat

syilviaayuputri91@gmail.com ABSTRACT

Chili is one of important vegetables that comercially planted in the tropical zone. In addition, chili also one of horticultural comodities that has a lot number of pest attacks and diseases which pest aphids was one of them. This kind of pest attack could lower the production of chili it self. Based on this case, the research had been conducted on August 2016 about the population density of pest aphids (Myzus persicae Sulz.) of Chili in Kenagarian Durian Tinggi Kecamatan Kapur IX Kabupaten 50 Kota by using descriptive survey method. The sample was taken once for 2 months and 10 days old chili. Furthermore, because of pest attacks happened in chili evenly, the sample was taken randomly. It was using chemical knock down technique by using inseticide Decis 2.5 EC. The density of Aphids population (Myzus persicae Sulz) in the chili was 118,29 aphid/plant and The physics environmental factors was 270C, the humidity was 67%

and the wind speed 0,3 m/s.

Key words: Density, Myzus persicae Sulz., Capsicum annum L.

PENDAHULUAN

Cabai merupakan salah satu jenis sayuran penting yang dibudidayakan secara komersial di daerah tropis. Kegunaannya sebagian besar untuk konsumsi rumah tangga dan sebagian lagi diekspor ke negara- negara beriklim dingin dalam bentuk kering.

Cabai menduduki areal paling luas diantara sayuran yang dibudidayakan di Indonesia (Hamid dan Munir, 2012).

Untuk pertumbuhan yang optimal tanaman cabai membutuhkan intensitas cahaya matahari sekurang-kurangnya selama 10-12 jam. Suhu yang paling ideal untuk perkecambahan benih cabai adalah 25o- 30oC,sedangkan untuk pertumbuhannya adalah 24o-28oC (Bernardinus dan Wahyu, 2003).

Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki serangan hama dan penyakit yang cukup banyak, salah satunya ialah hama kutu daun.

Serangan hama dan penyakit ini berpotensi menurunkan produksi cabai. Bahkan pada beberapa kasus, serangan hama dan penyakit

mampu menyebabkan gagal panen (Hamid dan Munir, 2012).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Kapur IX pada tahun 2014-2015, produksi tanaman cabai pada tahun 2014 adalah 85,35 ton dengan luas lahan 18 Ha dan luas panennya 15 Ha (produktivitas rata-rata 5,69 ton/Ha) sedangkan produksi tanaman cabai tahun 2015 mengalami penurunan yaitu 66,17 ton dengan luas lahan 18 Ha dan hasil panennya 13 Ha (produktivitas rata-rata 5,09 ton/Ha).

Kepala BP3K Kecamatan Kapur IX mengatakan bahwa kendala yang dihadapi oleh petani cabai di Kenagarian Durian Tinggi salah satunya adalah hama dan yang sering ditemukan pada tanaman cabai yaitu hama kutu daun. Hama ini dapat mempengaruhi hasil produksi tanaman cabai.

Berdasarkan wawancara dengan petani dan survey yang telah dilakukan, bahwa hama kutu daun ini termasuk hama yang sering ditemui pada tanaman cabai.

kutu daun ini terdapat dibawah permukaan

(3)

daun dan dapat menyebabkan daun tanaman cabai mengerut, menggulung, menguning bahkan dapat menyebabkan daun tanaman rontok serta dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman.

Kutu daun (Myzus persicae Sulz.) ini memakan segala jenis tanaman (Polifag).

Kutu daun ini menyerang tanaman cabai dengan cara menghisap cairan daunnya.

Akibat serangan ini, daun tanaman menjadi berkeriput, berwarna kekuningan dan menggulung. Serangan pada daun akan menyebabkan proses fotosintesis atau pembuatan makanan menjadi terganggu.

Akibatnya tanaman bisa menjadi kerdil dan tidak berbuah (Hamid dan Munir,2012).

Penelitian Myzus persicae Sulz.

sudah pernah dilakukan oleh Dafrinal (2013) tentang Kepadatan Populasi Kutu Daun (Myzus persicae) dan predatornya (Monoshillus sexmaculata) Pada Tanaman Cabe (Capsicum annum) Di Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh Kabupaten Solok Selatan. Penelitian tentang Myzus persicae Sulz. di Kenagarian Durian Tinggi Kecamatan Kapur IX Kabupaten 50 Kota belum pernah dilakukan. Berdasarkan permasalahan diatas, maka telah melakukan penelitian tentang Kepadatan Populasi Kutu Daun (Myzus persicae Sulz.) Pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) di Kenagarian Durian Tinggi Kecamatan Kapur IX Kabupaten 50 Kota.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2016, pada tanaman cabai milik petani di Kenagarian Durian Tinggi Kecamatan Kapur IX Kabupaten 50 Kota.

Alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah botol koleksi, kertas label, meteran, thermometer, higrometer, anemometer, kain kasa, plastik putih, kamera, pancang kayu, lup, lidi dan alat-alat tulis. Bahan yang digunakan adalah formalin 4%, insektisida (Decis) 2.5 EC, kutu daun (Myzus persicae Sulz.) yang tertangkap dan tanaman cabai.

Penelitian ini dilaksanakan di Kenagarian Durian Tinggi. Tanaman cabai yang akan dijadikan sampel berumur 2 bulan 10 hari dengan luas 0,5 ha. Tanaman ini ditanam berbentuk bedengan, jarak tanam

tanaman dalam bedengan adalah 50 cm, jarak bedeng ke bedeng yang lain adalah 80 cm, jumlah bedengan 30 bedegan yang tidak sama panjang, dan jumlah tanaman cabai dalam satu bedengan 40 batang tanaman dengan memakai mulsa plastik.

Penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif yaitu dengan cara koleksi langsung dengan tangan menggunakan lidi.

Pengambilan sampel di lapangan dilakukan pada tanaman cabai yang berumur 2 bulan 10 hari dan dilakukan 1 kali pengambilan.

Pengambilan sampel dilakukan secara acak, karena serangan yang terjadi pada tanaman cabai merata. Jumlah sampel tanaman sebanyak 45 batang (15 batang tanaman perbedeng). Penelitian ini dengan menggunakan teknik Chemical Knock Down dengan insektisida Decis 2.5 EC.

Dalam penelitian ini dilakukan analisis data dengan menggunakan modifikasi rumus:

K=

(Suin, 2012).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian tentang kepadatan populasi kutu daun (Myzus persicae Sulz.) pada tanaman cabai (Capsicum annum L.) di Kenagarian Durian Tinggi Kecamatan Kapur IX Kabupaten 50 Kota dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kepadatan populasi kutu daun (Myzus persicae Sulz.) pada tanaman cabai (Capsicum annum L.).

60

40 30 20 10 50 70

0 Nimfa Imago

Kepadatan Myzus persicaeSulz. (∑ individu / ∑tanaman)

73,02

45,27

(4)

Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa jumlah kepadatan populasi kutu daun (Myzus persicae Sulz.) adalah 118,29 individu/tanaman dengan nimfa sebanyak 73,02 individu/tanaman dan imago sebanyak 45,27 individu /tanaman.

Tabel 1. Pengukuran Fisika Lingkungan (Suhu, Kelembaban Udara, Kecepatan Angin)

No. Faktor Fisika Lingkungan

Pengukuran

1. Suhu 270C

2. Kelembaban Udara

67%

3. Kecepatan Angin

0,3 m/s Kepadatan populasi Myzus persicae Sulz. pada tanaman cabai umur 2 bulan 10 hari adalah sebanyak 118,29 individu/tanaman. Kepadatan hama kutu daun ini sudah diambang batas pengendalian, ini terlihat dari jumlah nimfa dan imago yang didapat dilapangan.

Menurut Pracaya (2008) menyatakan bahwa tingginya populasi (ambang batas) kutu daun yaitu lebih dari 50 individu setiap tanaman.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dilapangan, jumlah Myzus persicae Sulz. ini banyak ditemukan pada tanaman cabai yang diteliti, karena kutu daun ini termasuk hama utama pada tanaman cabai. Myzus persicae Sulz. ini hidup secara bergerombol dibawah permukaan daun tanaman. Menurut Setiadi (2002) menyatakan bahwa penanaman yang tidak serentak dan jarak tanam antar tanaman yang dekat juga dapat mempengaruhi kepadatan populasi dari hama.

Jumlah populasi hama kutu daun ini masih belum bisa ditekan oleh predatornya. Ini disebabkan kurang hadirnya predator pada tanaman cabai yang dapat menghambat populasi hama kutu daun ini.

Predator merupakan salah satu komponen biologi yang memiliki peranan penting karena berperan sebagai pengendalian hayati.

Myzus persicae Sulz. termasuk hama yang sulit dikendalikan pada tanaman cabai, karena hama kutu daun ini mampu berkembangbiak tanpa kawin dan perkembangannya sangat cepat sehingga jumlah populasi hama kutu ini meningkat.

Tingginya populasi hama ini juga dapat disebabkan karena jarangnya dilakukan

pemberantasan hama (penyemprotan) pada tanaman cabai oleh petani.

Meningkatnya kepadatan hama kutu daun (Myzus persicae Sulz.) ini kemungkinan juga disebabkan adanya ketersediaan makanan yang cukup banyak.

Menurut Jumar (2000) menyatakan bahwa makanan merupakan sumber gizi yang dipergunakan serangga untuk hidup dan berkembang. Jika makanan tersedia dengan kualitas yang cocok dan kuantitas yang cukup, maka populasi serangga akan naik dengan cepat. Meningkatnya hama ini juga dipengaruhi oleh tingkat perkembangan tanaman inang yang tumbuh disekitar tanaman.

Kepadatan jumlah kutu daun Myzus persicae Sulz. ini juga dipengaruhi oleh faktor fisika lingkungan diantaranya adalah faktor suhu, kelembaban udara dan kecepatan angin. Suhu pada lahan tanaman cabai milik petani di Kenagarian Durian Tinggi adalah 270C. Suhu ini mendukung perkembangan hama kutu daun (Myzus persicae Sulz.). Pada umumnya Myzus persicae Sulz. memiliki kisaran suhu optimum 26-28oC (Kalshoven, 1981). Pada suhu tinggi jumlah populasi kutu daun ini akan meningkat dan akan berkurang bila curah hujan tinggi. Jika temperatur 28,50C maka reproduksi aphis ini terhenti (Pracaya, 2010).

Berdasarkan pengamatan dilapangan, kelembaban udara yang didapat pada lahan tanaman cabai adalah 67%.

Jumar (2000) menyatakan bahwa kelembaban udara merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi distribusi, kegiatan, dan perkembangan serangga.

Dalam kelembaban yang sesuai serangga dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik dan biasanya lebih tahan terhadap suhu ekstrem.

Hasil pengukuran kecepatan angin yang telah dilakukan pada lahan tanaman cabai adalah 0,3 m/s. Angin merupakan salah satu faktor yang penting dalam membantu penyebaran serangga, terutama bagi serangga yang berukuran kecil, karena penyebarannya dari suatu tanaman ke tanaman yang lain berlangsung sangat cepat dengan bantuan angin (Jumar, 2000).

(5)

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Kepadatan populasi kutu daun (Myzus persicae Sulz.) pada tanaman cabai (Capsicum annum L.) di Kenagarian Durian Tinggi Kecamatan Kapur IX Kabupaten 50 Kota adalah 118,29 individu/tanaman.

Kondisi faktor fisika lingkungan pada lahan tanaman cabai adalah suhu 270C, kelembaban udara 67%, dan kecepatan angin 0,3 m/s.

Disarankan pada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti tentang kepadatan populasi Myzus persicae Sulz.

pada tanaman yang berbeda dan cara pengendalian hama menggunakan biopestisida alami.

DAFTAR PUSTAKA

Bernardinus dan Wahyu Wiryanta. 2003.

Bertanam Cabai pada Musim Hujan. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Dafrinal. 2013. Kepadatan Populasi Kutu Daun (Myzus persicae) dan Predatornya (Menoshillus sexmaculata) pada Tanaman Cabe (Capsicum annum) di Kecamatan Koto Parik Gadang di Ateh Kabupaten Solok Selatan. Skripsi:

STKIP PGRI Sumatera Barat.

Hamid, Abdul dan Munir Haryanto. 2012.

Untung Besar dari Bertanam Cabai Hibrida. Jakarta:

AgroMedia Pustaka.

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta:

Rineka Cipta.

Kalshoven, L.G.E. 1981. Pets Of Crops In Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru.

Pracaya. 2008. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman secara Organik. Yogyakarta: Kanisius.

. 2010. Hama Penyakit Tanaman.

Jakarta: Penebar Swadaya.

Setiadi. 2002. Bertanam Cabai. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Suin, Nurdin Muhammad. 2012. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta: Bumi Aksara.

Referensi