748 KEPENTINGAN PEMEGANG SAHAM PUBLIK PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk TERKAIT PENGALIHAN SAHAM MILIK NEGARA DI PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk KE PT PERTAMINA (PERSERO) Arya Radhitya
KEPENTINGAN PEMEGANG SAHAM PUBLIK PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk TERKAIT PENGALIHAN SAHAM MILIK NEGARA DI PT
PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk KE PT PERTAMINA (PERSERO)
Oleh:
Arya Radhitya Universitas Indonesia
E-mail:
ABSTRACT
This study aims to determine whether there is an influence on the interests of Public Shareholders in PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) regarding the transfer of state-owned shares in PGN to PT Pertamina (Persero) (Pertamina). Where as it is known if the series B shares owned by the government were transferred entirely to Pertamina, so that Pertamina became the holding of PGN, and PGN became Subholding Gas where PT Pertamina Gas became a subsidiary of PGN. This legal research is descriptive qualitative, using normative juridical research methods. PGN runs its business based on the Company's Articles of Association and in the Company's Articles of Association the rights of Series B shareholders and the rights of Series A Dwiwarna shareholders are explained. However, there is a difference between the authority of Series B shareholders and dwiwarna Series A shareholders as stated in PGN's Articles of Association before and after the restructuring
Keywords: Series B Shareholders, Articles of Association, Restructuring, Holding, Sub Holding Gas
ABSTRAK
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh terhadap kepentingan Pemegang Saham Publik di PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) terkait pengalihan saham milik negara di PGN ke PT Pertamina (Persero) (Pertamina). Dimana sebagaimana diketahui jika saham seri B milik pemerintah dialihkan seluruhnya ke Pertamina, sehingga Pertamina menjadi holding dari PGN, dan PGN menjadi Subholding Gas dimana PT Pertamina Gas menjadi anak usaha PGN. Penelitian hukum ini bersifat deskriptif kualitatif, menggunakan metode penelitian secara yuridis normatif. PGN menjalankan usahanya berdasarkan Anggaran Dasar Perseroan dan di dalam Anggaran Dasar Perseroan dijelaskan hak-hak dari pemegang saham Seri B dan hak- hak dari pemegang saham Seri A Dwiwarna. Namun terdapat perbedaan antara kewenangan pemegang saham Seri B dan pemegang saham Seri A dwiwarna sebagaimana tercantum di dalam Anggaran Dasar Perseroan PGN sebelum dan setelah restrukturisasi.
Keywords: Pemegang Saham Seri B, Anggaran Dasar Perseroan, Restrukturisasi, Holding, Sub Holding Gas
1. PENDAHULUAN
Sebagaimana kita ketahui, Paragraf IV
Pembukaan UUD 1945 (selanjutnya disebut "UUD 1945"), telah menjelaskan
749
JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 3, (2022) Desember : 748 - 764
bahwasanya Negara Indonesia dibentuk dengan tujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban. dunia yang berdasarkan kebebasan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai tujuannya, perekonomian nasional beroperasi berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 , meliputi:
1) Ekonomi dirancang menjadi upaya bersama berdasar atas asas kekeluargaan;
2) Cabang-cabang produksi yang krusial untuk Bangsa serta yang menguasai kebutuhan kehidupan individu yang banyak dikuasai bangsa;
3) Bumi serta air dan kekayaan alam yang ada padanya dikuasai Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kesejahteraan khalayak; serta
4) Ekonomi nasional dilaksaakan menurut demokrasi melalui pedoman kebersamaan efisiensi adil, berlanjut, memiliki wawasan lingkungan, mandiri dan melalui penjagaan keselarasan kemajuan serta kesatuan perekonomian nasional”.
Suatu bangsa menguasai sumber daya alam, namun tidaklah bisa
mengeksploitasinya dengan langsung guna mendapatkan keuntungan. Sebagai solusinya, Bangsa membentuk BUMN dalam rangka mendayagunakan sdanya guna sebesar-besarnya kesejahteraan khalayak. Dalam UU Nomor 19 Tahun 2003 terkait BUMN, tujuan didirikannya BUMN antara lain:
1) Menyumbang untuk pertumbuhan ekonomi nasional dalam umumnya serta penerimaan bangsa terkhusus;
2) Memberikan keuntungan;
3) Memanfaatkan umum berbentuk menyediakan barang serta/ataupun pelayanan yang berkualitas tinggi serta mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup individu;
4) Sebagai perintis aktivitas usaha yang belumlah bisa dilakukan melalui swasta serta koperasi;
5) Ikut aktif memberi pembimbing serta pertolongan pada pengusaha bergolongan lemah, koperasi, dan masyarakat.
Menjadi sda strategis yang ada pada daerah hukum tambang Indonesia, Minyak serta Gas Bumi adalah kekayaan bangsa.
Di sektor migas memberikan kontribusi penting bagi penerimaan negara.
Komoditas ini juga memiliki peran krusial untuk ekonomi bangsa, hingga tata kelola
750 KEPENTINGAN PEMEGANG SAHAM PUBLIK PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk TERKAIT PENGALIHAN SAHAM MILIK NEGARA DI PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk KE PT PERTAMINA (PERSERO) Arya Radhitya
nya bisa dimanfaatkan dengan optimal guna kesejahteraan khalayak.
Sehingga, penguasaan yang dilakukan oleh Negara dilakukan oleh pemerintah dengan mendirikan BUMN pada sektor Minyak serta Gas Bumi. Aktivitas usaha pada sektor minyak serta gas bumi dilaksanakan PT Pertamina serta PT Perusahaan Gas Negara Tbk yang membidangi pengelolaan minyak serta gas bumi.
Untuk menjalankan aktivitas usahanya, Pertamina melakukannya secara mandiri dan bertujuan serta dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Namun seiring berjalannya waktu, Pertamina tidak lagi berperan besar dalam industri gas bumi, dominasi Pertamina semakin berkurang seiring dengan berkembangnya PGN sebagai perusahaan pendistribusian gas bumi terkenal pada Indonesia. Bersama PGN, Pertamina membangun penyaluran gas bumi pada pelanggan dengan jaringan pipa gas.
Dalam perdagangan bebas dimana tiap Bangsa diharuskan mempunyai daya bersaing perekonomian sehingga bisa unggul untuk keperluan dunia. Dalam restruksi BUMN dengan merger, konsolidasi, akuisisi serta spin off dijadikan menjadi teknik guna
membesarkan BUMN. Kemudian disebutkan sebelumnya, dengan membentuk Holding Company BUMN tetapi ini tidak sama dengan merger atau konsolidasi, tetapi teknik tersebut relatif pas disebut dengan pengakuisisian perusahaan, yang mana alam tahapan terakhir ada induk perusahaan serta anaknya. Pemerintahan menjadi induk perusahaan BUMN memiliki kewenangan untuk menetapkan siapa yang kemudian menjadi induk perusahaan.
Realita bisnis perusahaan group tersebut memberikan indikasi, dengan bergabungnya anak perusahaan dalam Holding Company adalah siasat suatu perusahaan guna bersinergi dengan aktivitas usaha anak-anak perusahaan.
Pendirian Holding BUMN Bidang Migas (selanjutnya disebut “Holding BUMN Migas”) sebagai upaya mendongkrak kinerja BUMN, guna mensinergikan BUMN sejenis melalui integrasi tersebut, guna menciptakan harga gas yang relatif dijangkau pelanggan, memberikan peningkatan kapasitas serta volume tata kelola gas bumi dan memberikan peningkatan finansial Holding BUMN Migas.
Holding BUMN berperan untuk menguatkan fasilitas Migas dengan
751
JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 3, (2022) Desember : 748 - 764
melakukan penghematan pembiayaan penginvestasiann agar tidaklah ada penduplikasian membangun fasilitas antar Pertagas serta PGN.
Pemerintah perlu melakukan menambahkan penyertaan modal RI untuk modal perusahaan Pertamina untuk menguatkan struktur modal serta memberikan peningkatan kapasitas usaha Perusahaan Perseroan (untuk selanjutnya disebut “Persero”), dimana permodalan ini bermasalah melalui pengalihan semua persahaman Seri 8 kepunyaan RI pada PGN, serta menurut pengalihan persahaman Seri 8, Bangsa bisa melaksanakan pengontrolan pada PG dengan kepemilikan Persahaman Seri A dwi warna melalui hak yang dijelaskan pada penganggaran dasar Persero yang mana Pertaminan sebagai Pemilik Persahaman PGN, Hingga pertaminan menjadi Holding BUMN Migas melakukan pengarahan PGN sebagai Sub Holding melakukan pengelolaan bisnis gas dengan terintegrasikan pada Indonesia serta PT Pertamina Gas dilakukan integrasi menjadi anak usaha PGN untuk Holding BUMN Migas yang diputuskan pada Aturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2018.
Dalam proses pemindahtanganan (inbreng) persahaman menyebabkan
mengurangi serta menambah permodalan bangsa untuk membentuk Holding BUMN yang akibatnya dengan proses APBN serta mendapat persetujuan melalui DPR.
Berdasarkan peraturan perundang- undangan yang sah, pendirian Holding BUMN diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2016 dimana perubahan terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Kepesertaan dan Penatausahaan Modal Negara di BUMN. Pasal 2 A ayat (1) PP No. 72 Tahun 2016 menyatakan:
“Penyertaan Modal Negara yang berasal dari kekayaan Negara berupa saham milik Negara pada BUMN atau Perseroan Terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf d kepada BUMN atau Perseroan Terbatas lain, dilakukan oleh Pemerintah Pusat tanpa melalui mekanisme Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.”
Terdapat perbedaan konseptual antara penyertaan modal negara pada BUMN berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (selanjutnya disebut “UU Keuangan Negara”) dengan penyertaan modal negara pada anak perusahaan BUMN sebagaimana diatur dalam PP Nomor 72 Tahun 2016.
752 KEPENTINGAN PEMEGANG SAHAM PUBLIK PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk TERKAIT PENGALIHAN SAHAM MILIK NEGARA DI PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk KE PT PERTAMINA (PERSERO) Arya Radhitya
Menyertakan permodalan bangsa dalam BUMN adalah penyertaan langsung yang dilaksanakan langsung melalui pemerintahan yang permodalannya berdasarkan melalui APBN. Adapun penyertaan permodalan bangsa dalam anak perusahaan BUMN seperti tertuang pada PP Nomor 2 Tahun 2016. Penyertaan permodalan bangsa dalam BUMN ataupun perseroan terbataskan pada BUMN ataupun perseoran terbataskan lain tidaklah dengan mekanisme pembahasan pada DPR.
Dimana pemerintahan memasukkan permodalan pada BUMN sebagai persahaman dengan mekanisme APB, hingga keadaannya berubah sebagai „milik negara yang dipisahkan‟ Pada keterangan Pasal 4 UU BUMN dijelaskan bahwasanya kekayaan bangsa yang dipisahkan tidaklah untuk mengikuti aturan APBN.
Atas dasar itu, kekayaan bangsa yaang dipisahkan diubah sebagai pertahanan bangsa yang dilakukan pengelolaan dengan korporasi yang sehat. Artinya perubahan bentuk kepengurusan tidaklah pada lingkungan hukum umum namun sebagai hukum khusus. Bangsa memiliki peran menjadi pemegang saham pada hukum khusus seperti dimaksudkan pada Pasal 4 ayat (1) UU BUMN. Sehingga, proses membentuk Holding BUMN adalah
tindakan korporasi terkait pengelolaan operasional perusahaan. Tindakan korporasi hanya dapat dilakukan dengan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham sesuai dengan Pasal 19 Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan perubahan anggaran dasar. persekutuan juga diputuskan dengan RUPS.
Selanjutnya Mahkamah Konstitusi telah memberikan putusannya atas Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 77/PUU- IX/2011 yang menjelaskan bahwa BUMN ialah lembaga usaha yang mempunyai kekayaan tersendiri melalui kekayaan bangsa, hingga hak pengelolaan kekayaan, usaha, meliputi pelunasan piutang BUMN yang dijelaskan pada UU perseroan terbatas .
Kemudian mengenai status anak perusahaan BUMN, menurut Pasal 1 angka (1) UU BUMN , anak perusahaan BUMN bukanlah BUMN. Selanjutnya dijelaskan dalam pasal tersebut bahwasanya BUMN ialah lembaga usaha yang semua ataupun nyaris semua permodalannya dipunyai Bangsa dengan penyertaan langsung yang berasalkan melalui kekayaan Bangsa yang terpisahkan. Tetapi pada Pasal 2A ayat (2) PP Nomor 72 Tahun 2016 diterangkan bahwasanya pada perihal kekayaan Bangsa
753
JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 3, (2022) Desember : 748 - 764
adalah persahaman kepunyaan Bangsa dalam BUMN seperti dimaksudkan pada pasal 2 ayat (2) digunakan sebagai penyertaan permodalan bangsa melalui BUMN lainnya, serta nyaris semua sahamnya dipunyai BUMN. Jika tidak, BUMN sebagao anak perusahaan BUMN melalui ketetapan Bangsa harus mempunyai persahaman dengan wewenang khusus seperti dijelaskan pada anggaran asas. Serta dengan adanya Pasal ini pun menjadi asas hukum membentuk Holding BUMN.
Menambahkan penyertaan permodalan pada permodalan saham Pertamina dengan PP Nomor 6 Tahun 2018 menyebabkan keadaan PGN berubah sebagai PT yang taat kepada UUPT yang artinya PGN kemudian sebagai anak usaha Pertamina melalui status perusahaan swasta. Perihal itu memunculkan persoalan, apakah kewenangan pemegang saham publik di PGN berubah seiring status PGN menjadi Sub Holding Gas Pertamina.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Guna memberikan jawaban masalah pada pengkajian ini wajib diberikan definisi beberapa teori. Perihal tersebut dilaksanakan sehingga ada persamaan anggapan untuk mengeri perencanaan
pengkajian ini serta dengan operasional didapatkan perolehan pengkajian selaras pada maksud yang sudah diputuskan ialah:
a. Restrukturisasi didefinisikan menjadi menata ulang struktur lembaga hingga kualitas kerjanya itu bisa relatif baik.
Kata efisien kerap dianalogikan menjadi menghemat, ialah upaya-upaya guna memberikan peningkatan perolehan kerjanya hingga pemakaian sumber daya sekecilnya memperoleh hasil yang besar. (R.T Sutantya R, Sumantoro dan Hadhikusuma, 1991)
b. Holding Company ialah sebuah perusahaan yang memiliki tujuan guna mempunyai persahaman pada satu atau lebih perusahaan lain serta/ataupun menjelaskan satu ataupun lebih perusahaan lainnya itu. (Munir Fuady, 2002),
c. Badan Usaha Milik Negara ialah lembaga usaha yang semua atau nyaris seluruhnya permodalannya dipunyai Bagsa dengan penyertaan lagnsung yang berasalkan melalui kekayaan Bangsa yang terpisahkan.
d. Perseroan Terbatas atau dinamakan Perseroan, ialah lembaga hukum yang menjadi persekutuan permodalan, dibangun menurut kesepakatan, melaksanakan aktivitas usaha melalui
754 KEPENTINGAN PEMEGANG SAHAM PUBLIK PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk TERKAIT PENGALIHAN SAHAM MILIK NEGARA DI PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk KE PT PERTAMINA (PERSERO) Arya Radhitya
permodalan asas yang semuanya terbagikan pada persahaman serta mencukupi syarat yang diputuskan pada UUPT dan aturan penjelasannya
e. Perusahaan Perseroan (Persero) ialah BUMN yang memiliki bentuk PT yang permodalannya terbagikan pada persahaman yang semua ataupun paling tidak 51% persahamannya dipuyai RI yang maksud intinya mendapatkan profit f. Induk perusahaan adalah pembangunan Perseroan yang terkhusus dipersiapkan memegang persahaman Perseroan lainnya guna bertujuan investasi baik dengan ataupun melalui “pengontrolan”
yang jelas. (Yahya Harahap, 2015).
g. Anak Perusahaan ialah Perseroan yang dikontrolkan Induk Perusahaan. (Yahya Harahap, 2015)
h. Menambahkan penyertaan permodalan Bangsa ialah menyertakan permodalan Bangsa yang berasalkan melalui kekayaan Bangsa adalah persahaman milik Bangsa dalam BUMN ataupun PT pada BUMN ataupun PT lainnya.
Penyertaan tersebut dilaksanakan Pemerintahan Pusat tanpa dengan aturarn APBN. Pada perihal kekayaan Bangsa berbentuk persahaman milik Bangsa dalam BUMN menjadi penyertaan permodalan bangsa dalam
BUMN lainnya, hingga sebagian besar persahaman dipuyai BUMN lainnya, sehingga BUMN itu sebagai anak perusahaan BUMN melalui ketetapan Bangsa harus mempunyai persahama melalui hak istimewa yang dijelaskan pada annggaran asas.
i. Inbreng merupakan transaksi untuk memasukkan aset non tunai yang berupa tanah atau lainnya dari pemegang saham untuk digunakan sebagai modal perusahaan. Hal ini diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang PT.
Perseroan merupakan sesuatu yang mengacu pada permodalan yang berupa saham atau kepemilikan sedangkan terbatas lebih bermakna pada kewajiban pemilik saham yang nilainya ditentukan jumlah persahaman yang dimilikinya.
j. Wewenang menguasai Bangsa ialah sebuah wewenang formal yang terdapat dalam bangsa guna bertingkah baik dengan aktif ataupun pasif pada sektor pemerintah Bangsa, sehingga wewenang Bangsa tidaklah sekedar berhubungan pada hak pemerintah saja. Namun diantaranya hak untuk menjalankan kewajibannya. (Aminuddin Ilmar, 2012) k. Negara Kesejahteraan yang dengan singkat diartikan menjadi sebuah Bangsa yang mana pemerintah Bangsa
755
JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 3, (2022) Desember : 748 - 764
dianggap memiliki tanggung jawab untuk memberikan jaminan tolak ukur kemakmuran hidup minim untuk tiap warganya. (Darmawan Triwibowo dan Sugeng Bahagijo, 2006),
l. Menyertakan permodalan Bangsa ialah kepunyaan kekayaan Bangsa melalui APBN ataupun menetapkan cadangan perusahaan maupun sumber lainnya guna menjadi permodalan BUMN serta/
ataupun PT lain, serta dilakukan pengelolaan dengan korporasi
Penelitian Sebelumnya
Pengkajian ini dilaksanakan melalui perhitungan bahwasanya menurut informasi serta menulis pustaka, pengkajian berjudul
“Kepentingan Pemegang Saham Publik PT Perusahaan Gas Negara Tbk Terkait Pengalihan Saham Milik Negara di PT Perusahaan Gas Negara Tbk ke PT Pertamina (Persero)” belumlah dilaksanakan hingga pengkajian ini dipertanggungjawabkan kevalidannya dengan ilmiah. Jika nyatanya terdapat Penulisan yang serupa, sehingga pengkaji memiliki tanggung jawab seutuhnya.
Menurut perolehan observasi yang sudah dilaksanakan, terdapat bermacam tesis yang mempunyai topik serupa, tetapi pada perihal masalah serta pengkajiannya yang
gamblang berbeda pada kandungan tesis dibawah:
1. Juliana BR Hutasoit (147011010), Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara berjudul “Tinjauan Yuridis Atas Pembentukan Holding Company BUMN (Studi PT.
Perkebunan Nusantara III)”.
2. Mohammad Ichsan, Magister Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2018 berjudul “Mewujudkan Kemandirian Energi Nasional melalui Pembentukan Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Migas ditinjau berdasarkan Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan”.
3. Adnan Fauzi Siregar, Magister Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2014 dengan judul "Kedudukan Hukum Holding BUMN Melalui Strategic Holding(Studi Kasus Pada Pt Semen Indonesia (Persero) Tbk)".
Pengkaji memiliki anggapan bahwasanya pengkajian ini mempunyai perbedaan dengan pengkajian serta penulisan hukum yang sudah terdapat.
Mungkin ada kemiripan teman yang dijelaskan tetapi menurut pelaku ataupun target yang menjadi pengkajian dan penganalisisan yang dilaksanakan tidaklah sama pada pengkajian ataupun penulisan
756 KEPENTINGAN PEMEGANG SAHAM PUBLIK PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk TERKAIT PENGALIHAN SAHAM MILIK NEGARA DI PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk KE PT PERTAMINA (PERSERO) Arya Radhitya
hukum yang sudah terdapat. Menurut perolehan itu, penulisan hukum ini pengkaji anggap asli serta layak guna dikaji. Jika ada kemiripan, sehingga pengkajian ini dikehendaki sebagai pelengkap pengkajian yang sudah terdapat.
3. METODE PENEITIAN
Pengalihan Saham Milik Negara di PGN ke Pertamina
Melalui adanya usaha dalam pelaksanaan pembentukan holding BUMN, Pemerintahan mengeluarkan peraturan terkait, yaitu Aturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 terkait Teknik Penyertaan serta Tata Usaha Permodalan Bangsa dalam BUMN serta PT yang sudah diubah melalui Aturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2016 terkait Perubahan terhadap Aturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 terkait Teknik Menyertakan serta Tata Usaha Modal Negara dalam BUMN serta PT. Dalam Periode 2016 Kementerian BUMN sudah merancang roadmap BUMN, diantaranya berisikan rancangan membentuk holding BUMN dalam ranah bank serta layanan finansial.
Tambang, minyak serta gas. Perumahan konstruksi serta pangan. Sehingga, rancangan Holding dilaksanakan melalui peralihan persahaman seri B kepunyaan pemerintahan yang sudah terdapat dalam sebuah BUM
guna menjadi sumber penambahan penyertaan Bangsa dalam BUMN lainnya.
Wewenang mengawasi BUMN ada pada genggaman pemerintahan, ialah menteri yang membawahi Kementerian BUMN.
Ketika tanggal 25 Januari 2016, Kementerian BUMN mengeluarkan suatu ketetapan berbentuk Putusan menteri BUMN Nomor SK-16/MBU/01/2016 terkait rancangan strategis Kementerian BUMN Periode 2015-2019 yang dalam intinya menciptakan BUMN relatif baik serta tidaklah dibebani melalui perihal yang tidak profesional. Terhadap perihal itu Kementerian BUMN melakukan Rapat Terbatas membentuk perusahaan induk BUMN ketika 29 Februari 2016, diteruskan Rapat Terbatas terkait Kelanjutan Pembahasan Holdingisasi BUMN yang menetapkan guna menggabungkan BUMN ini diajukan guna menguatkan peranan BUMNN pada kompetitif terlebih pada kompetitif global. Melalui hal itu, terbitlah kebijaksanaan pemerintahan terkait aturan penyertaan permodalan bangsa dalam BUMN, ialah tertuang pada Aturan Pemerintahan Nomor 72 Tahun 2016 terkait perubahan terhadap Aturan Pemerintah nomor 44 Tahun 2005 terkait Teknik Menyertakan serta Tata Usaha Permodalan Bangsa dalam BUMN serta PT.
757
JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 3, (2022) Desember : 748 - 764
Dengan diterbitkannya Keputusan Menteri BUMN Nomor SK-16/MBU/01/2016 terkait Rancangan Strategis Kementerian BUMN Tahun 2015-2019, diantara rancangan strategis dari pemerintahan adalah menciptakan sebuah Holding sektor minyak serta gas pada keputusannya, Kementerian BUMN menetapkan guna mengalihkan saham pemerintahan sejumlah 57.3% yang ada pada PGN dialihkan pada Pertamina.
Pengalihan saham tersebut adalah tahapan [pertama membentuk holding BUMN Migas.
Langkah pertama yang dilaksanakan pemeritahan untuk membentuk holding migas ini dimulai menyelenggarakan RUPSLB ketika 25 Januari 2018 untuk minta persetujuan pemilik persahaman soal pengalihan 57,03% persahaman pemerintahan pada Pertamina. Lalu dari hasil tersebut pemerintahan menerbitkan Aturan Pemerintahan Nomor 6 Tahun 2018 yang memutuskan adanya penambahan permodalan dalam kepemilikan bangsa terhadap persahama melalui PT Pertamina yang berasalkan melalui aktivitas Pemerintahan berkaitan pengalihan semua persahaman seri B pada PGN. Perihal tersebut adalah bentuk mencukupi persyaratan Pasal 3 ayat (1) Aturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005. Aturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2016 terkait
Perubahan Terhadap Aturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 terkait Teknik Menyertakan serta Tata Usaha Permodalan Bangsa dalam BUMN serta PT.
Selanjutnya, PGN dan Pertamina telah setuju guna melaksanakan pengalihan perdagangan melalui bergabung sebagai Holding, dijelaskan melalui ketetapan pada RUPS PT Pertamina ketika 20 April 2018, jika, Pertama Pemilik perusahaan Pertamina menyetujui penerimaan mengalihkan persahaman Seri B Bangsa pada PGN, perubahan Penganggaran Dasar Pertamina berkaitan menambahkan permodalan pada Permainan, persetujuan integrasi PGN serta Pertagas, serta kedua menandatangani Kesepakatan Mengalihkan wewenang terhadap Semua Persahamans Seri B Negara di PGN ke Pertamina.
Adapun PGN sudah sepakat pada RUPS Tahunan Perseronya ketika 26 April 2018 menjadi tindakan melalui Surat
Menteri BUMN Nomor S-
269/MBU/D3/2018 tanggal 16 Maret 2018 jika pemilik persahaman PGN setuju terhadap berubahnya Anggaran Dasar Perseroan serta integrasi PGN dan Pertagas.
Selanjutnya tanggal 29 Juni 2018 dilakukan Penandatanganan Perjanjian Jual Beli Saham berbentuk CSPA.
758 KEPENTINGAN PEMEGANG SAHAM PUBLIK PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk TERKAIT PENGALIHAN SAHAM MILIK NEGARA DI PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk KE PT PERTAMINA (PERSERO) Arya Radhitya
Pengaruh Terhadap Kepentingan Pemegang Saham Publik Atas Pengalihan Saham Milik Negara di PGN kepada Pertamina
Dalam pelaksanaannya, pada proses pengalihan saham negara di PGN kepada Pertamina, tentunya merubah status PGN, dimana status Persero di PGN menjadi hilang, dan PGN menjadi Badan Usaha Milik
Negara.
Untuk melihat perbedaan kewenangan Pemegang Saham di PGN sebelum dan sesudah restrukturisasi, dapat dilihat dari Anggaran Dasar Perseroan sebelum dan sesudah restrukturisasi. Oleh karena itu, maka saya akan membandingkan, Anggaran Dasar PGN sebelum dan sesudah restrukturisasi
Tabel 1. Perandingan Anggaran Dasar Perseroan Anggaran Dasar PGN No. 102
tanggal 24 Mei 2017
Anggaran Dasar PGN No. 48 tanggal 29 Juni 2018
Tidak membahas terkait Pemegang Saham seri B terbanyak dan tidak ada pengaturan terkait pemberian kuasa dari Pemilik Persahaman Seri A Dwiwarna pada Pemilik Persahaman Seri B Paling Banyak.
Adanya penambahan pada Pasal 5 ayat c.5 tentang Saham, yaitu Wewenang guna memutuskan kebijaksanaan sehingga kerap sejalan serta selaras pada kebijaksanaan serta aturan yang terdapat dalam pemilik persahaman Seri B melalui kepemilikan sebagian besar persahaman Perseroan Perseroan;
1. Kebijakan perencanaan bisnis gas Perseroan yang terdiri dari pengelolaan infrastruktur Value Chain Gas, pengelolaan dan pengembangan kegiatan Gas Sourcing dan Trading Domestic dan Global Venture;
2. Kebijakan investasi Perseroan yang dirumuskan oleh Direksi;
3. Kebijakan keuangan Perseroan yang terdiri dari kebijakan Cash Management (Treasury Center, National Pooling, kebijakan pendanaan (jangka pendek/menengah/panjang) dan Tax Planning untuk mencapai Effective Tax Rate (ETR);
4. Kebijakan pengelolaan SDM meliputi penyusunan strategi SDM, pengelolaan organisasi, pengelolaan sistem remunerasi, pembinaan dan perkembangan SDM dan korelasi industrial;
5. Kebijakan-kebijakan lainnya untuk mensinergikan Perseroan dengan Pemegang Saham Seri B terbanyak yang merupakan hasil dari kajian Perseroan dan arahan Pemegang saham Seri B Terbanyak; dan
6. Merumuskan kebijaksanaan strategis lainnya sehingga kerap sejalan serta selaras pada Pemilik Persahaman Seri B Paling banyak
759
JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 3, (2022) Desember : 748 - 764
Adanya penambahan pada Pasal 5 ayat e, yaitu:
Melaksanakan pada wewenang istimewa Pemilik Persahaman Seri A Dwiwarna seperti huruf c ayat tersebut bisa dikuasakan pada pemilik persahamans Seri B Terbanyak, kecuali hak istimewa:
Kesepakatan Perubahan struktural pemilik persahaman Kesepakatan berkaitan menggabungkan, meleburkan, memisahkan serta membubarkan dan mengambil alih Perseroan melalui perusahaan lainnya;
Pasal 14 ayat 12 tentang dewan komisaris
Seluruh keanggotaan Dewa Komisaris diangkatkan serta dilakukan pemberhentian melalui RUPS yang mana pada pemilik persahaman Seri A Dwiwarna serta Ketetapan Rapat itu wajib disetujui melalui pemilik persahaman Seri A Dwiwarna.
Seluruh keanggotaan Dewan Komisaris diangkatkan melalui RUPS melalui calon yang diajukan melalui pemilik persahama seri A Dwiwarna, mencalonkan yang mengikat untuk RUPS.
Pasal 14 ayat 12 tentang dewan komisaris
Seluruh keanggotaan Dewan Komisaris diangkatkan serta diberhentikan melalui RUPS, melalui meninjau ketetapan pada Anggaran Asas tersebut, yang mana pada RUPS itu diikuti pemilik persahaman Seri A Dwiwarna serta ketetapan rapat itu wajib disepakati pemilik persahaman seri A Dwiwarna. Ketetapan tersebut berlaku guna RUPS yang dilaksanakan untuk mencabut ataupun menguatkan ketetapan memberhentikan sementara keanggotaan Direksi melalui Dewan Komisaris.
Pasal 14 ayat 29 huruf a tentang Dewan Komisaris
Anggota Dewan komisaris tidak dibolehkan memiliki jabatan rangkap menjadi:
a. Anggota Direksi dalam BUMN, BUMD, BUMS.
Pasal 14 ayat 29 huruf a tentang Dewan Komisaris
Keanggotaan Dewan Komisaris tidak dibolehkan memiliki jabatan rangkap menjadi:
Keanggotaan Direksi dalam BUMN, BUMD, BUMS, terkecuali keanggotaan Direksi dalam BUMN menjadi Pemilik Persahaman seri B Paling Banyak Perseroan.
Pasal 26 ayat 5
Selain penggunaan laba bersih Selain pemakaian keuntungan bersih seperti dimaksudkan dalam ayat (2), RUPS bisa memutuskan pemakaian keuntungan bersih guna membagikan lainnya semisal tantiem guna direksi, Dewan Komisaris serta bonus guna tenaga kerja.
Pasal 26 ayat 5
Selain penggunaan laba bersih sebagaimana dimaksud pada Kemudian pemakaian keuntungan bersih seperti dimaksudkan dalam ayat (2), RUPS bisa memutuskan pemakaian keuntungan bersih guna membagikan lainnya semisal tantiem guna direksi, Dewan Komisaris serta bonus guna tenaga kerja, dan ketetapan bahwasanya Direksi Harus melakukan konsultasi Bersama Pemilik Persahaman Seri B Paling banyak sebelum meminta kesepakatan RUPS terkait pemakaian keuntungan bersih guna membagikan lainnya itu.
760 KEPENTINGAN PEMEGANG SAHAM PUBLIK PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk TERKAIT PENGALIHAN SAHAM MILIK NEGARA DI PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk KE PT PERTAMINA (PERSERO) Arya Radhitya
4. HASI DAN PEMBAHASAN
Seperti disebutkan diatas, dapat dilihat adanya beberapa perbedaan yang diatur dalam Anggaran Dasar Perseroan PGN setelah di bawah Pertamina, antara lain:
a. Dalam menentukan kebijakan perusahaan, PGN harus selalu menyelaraskan dan sesuai dengan kebijakan dan peraturan Pertamina seperti, kebijakan perencanaan bisnis, kebijakan investasi, kebijakan keuangan Perseroan, kebijakan pengelolaan Sumber Daya Manusia, kebijakan-kebijakan lainnya untuk mensinergikan Perseroan dengan Pertamina, dan Menetapkan kebijakan strategis lainnya dengan Pertamina
b. Terkait hak istimewa Pemilik Persahaman Seri A Dwiwarna seperti dijelaskan pada Anggaran Dasar Perseroan, dapat dikuasakan kepada Pertamina, kecuali beberapa hak istimewa, antara lain:
1) Kesepakatan Perubahan struktural kepunyaan persahaman; serta
2) Kesepakatan berkaitan menggabungkan, meleburkan, memisahkan serta membubarkan dan mengambil alih Perseroan melalui perusahaan lainnya;
c. Mengangkat serta penghentian anggota Dewan Komisaris sesuai melalui Anggaran dasar dan dihadiri dan
disepakati pemilik perusahaan Seri A Dwiwarna. Ketetapan tersebut berlaku guna RUPS yang dilaksanakan untuk melakukan pencabutan ataupun melakukan penguatan ketetapan memberhentikan sementara keanggotaan Direksi melalui Dewan Komisaris.
d. Keanggotaan Dewan komisaris tidak diperbolehkan memiliki jabatan rangkap menjadi keanggotaan Direksi dalam BUMN, BUMD, BUMS, terkecuali keanggotaan Direksi dalam BUMN menjadi pemilik persahaman Seri B Paling Banyak Perseroan.
e. Dalam hal penggunaan Laba Bersih Perseroan, semisal tantiem guna direksi, Dewan Komisaris serta bonus guna tenaga kerja, PGN Wajib berkonsultasi dengan Pertamina sebelum meminta persetujuan RUPS.
Dari hal-hal tersebut diatas, penulis menyimpulkan, bahwa dengan pengalihan saham milik pemerintah dari PGN ke Pertamina, banyak merubah ketentuan yang berlaku di PGN, dimana Pertamina memegang kendali atas tindakan yang akan diambil oleh PGN.
Hal lain yang dapat dilihat, bahwa Dewan Komisaris PGN dapat rangkap jabatan menjadi Direksi di Pertamina, sehingga dapat menimbulkan conflict of interest di
761 KEPENTINGAN PEMEGANG SAHAM PUBLIK PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk TERKAIT PENGALIHAN SAHAM MILIK NEGARA DI PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk KE PT PERTAMINA (PERSERO) Arya Radhitya
dalam perusahaan. Hal ini dimungkinkan dapat terjadi, dikarenakan Dewan Komisaris dalam menjalankan fungsinya sebagai pengawas, dan turut menjabat sebagai Direksi di Pertamina, dapat memanfaatkan jabatannya guna kepentingan pribadinya.
Seperti memberikan arahan kepada dewan direksi PGN, guna mencapai maksud dan tujuan dirinya sebagai direksi Pertamina.
Hal lain yang menjadi concern, terkait kebijaksanaan harga gas sejumlah USD 6 per MMBTU yang dijelaskan pada Perpres Nomor 40 Tahun 2016 terkait Menetapkan Harga Gas Bumi. Perpres itu setelah itu diturunkan pada Permen ESDM Nomor 8 Tahun 2020 terkait Teknik Menetapkan Pemakai serta Tarif Gas Bumi Terkhusus pada Sektor Perindustrian. Diantara aturan teknis dijelaskan pada Kepmen ESDM Nomor 89 K/10/MEM/2020 terkait Pemakaian serta Tarif Gas Bumi Terkhusus pada Sektor Perindustrian .
Pada Kepmen 89 ESDM tersebut dijelaskan tujuh perindustrian yang mendapatkan gas melalui tarif terkhusus USD6 per MMBTU. Ialah perindustrian pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, kaca serta sarung tangan karet. Menurut aturan itu, skema raif ini berjalan dari 2020 hingga 2024. Pengamat memintai sehingga Kemenperin, Kementrian ESDM, BUMN
serta Kemenu duduk bersamaan serta mengevaluasi pada regulasi tarif gas perindustrian ini. Apakah akibat yang dikehendaki telah selaras ataupun tidak.
Dalam hal ini, pemerintah memberikan penugasan kepada Pertamina melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 90 k/10/MEM/2020 tentang Penugasan kepada PT Pertamina (Persero) dalam Penyaluran Gas Bumi Kepada Pengguna Gas Bumi di Bidang Industri (untuk selanjutnya disebut
“Kepmen ESDM No. 90”) dimana dalam Kepmen ESDM No. 90 disebutkan Menugaskan PT Pertamina (Persero) melalui anak perusahaan dan/atau afiliasinya untuk melaksanakan penyaluran Gas Bumi kepada pengguna Gas Bumi di bidang industri yang selanjutnya disebut Penugasan Penyaluran Gas Bumi Industri dan Pertamina menunjuk PGN untuk melaksanakan kebijakan harga gas sebesar USD 6 per MMBTU.
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Republik Indonesia Nomor
42/POJK.04/2020 tentang Transaksi Afiliasi dan Transaksi Bendungan Kepentingan (untuk selanjutnya disebut “POJK 42”) diatur dalam Pasal 4 ayat 1 huruf a yaitu Perusahaan Terbuka yang melakukan Transaksi Afiliasi wajib Menggunakan
762
JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 3, (2022) Desember : 748 - 764
Penilai untuk menentukan nilai wajar dari objek Transaksi Afiliasi dan/atau kewajaran transaksi dimaksud. Dan huruf d poin 2
menjelaskan terlebih dahulu memperoleh persetujuan Pemegang Saham Independen dalam RUPS, dalam hal transaksi Afiliasi yang dapat mengakibatkan terganggunya kelangsungan usaha Perusahaan Terbuka.
Tetapi dalam Pasal 6 ayat 1 huruf a menyebutkan jika Perusahaan Terbuka tidaklah harus melaksanakan prosedur seperti dijelaskan pada Pasal 3 dan tidaklah harus mencukupi ketetapan seperti dimaksudkan pada Pasal 4 ayat (1) apabila melaksanakan Transaksi Afiliasi seperti dibawah: transaksi yang dilaksanakan menjadi penjalanan aturan UU ataupun keputusan peradilan. Namun dalam Kepmen ESDM No. 90 tidak menyebutkan PGN melainkan Pertamina melalui anak perusahaan dan/atau afiliasinya, sehingga dalam pelaksanaannya, tetap memerlukan persetujuan Pemegang Saham Independen dalam RUPS.
Dalam salah satu artikel menyebutkan dalam penunjukannya dimana harga jual lebih rendah dibandingkan harga keekonomian dan berpotensi membuat perusahaan merugi, maka PGN berupaya melakukan diskusi dengan pemerintah untuk meminta kompensasi dari penugasan penjualan gas dengan harga yang dipatok tersebut. Sehingga seharusnya dalam
penugasannya, PGN perlu mengadakan RUPS untuk memperoleh persetujuan Pemegang Saham Independen. Namun hal ini tidak dilakukan, pelaksanaannya hanya berdasarkan surat penunjukan dari Pertamina selaku Holding perusahaan.
5. SIMPULAN
Pada dasarnya niat pemerintah menyatukan Pertamina dan PGN adalah guna merampingkan bagan BUMN yang ada di Indonesia, sehingga PGN menjadi Subholding Gas Pertamina melalui diterbitkannya Keputusan Menteri BUMN Nomor SK-16/MBU/01/2016 tentang Rencana Strategis Kementerian BUMN Tahun 2015-2019. Dalam keputusannya, Kementerian BUMN mengalihkan saham pemerintah sebesar 57,3% dari PGN ke Pertamina.
Dalam pelaksanaannya tentunya ada beberapa perubahan yang terjadi di PGN, diantaranya, status Persero nya hilang, adanya perubahan Anggaran Dasar, Perbedaan nilai kepemilikan saham.
Dalam perubahan Anggaran Dasar PGN sesudah restrukturisasi, ada beberapa poin yang menjadi poin utama, yaitu dalam pengalihan saham milik pemerintah dari PGN ke Pertamina, banyak merubah
763 KEPENTINGAN PEMEGANG SAHAM PUBLIK PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk TERKAIT PENGALIHAN SAHAM MILIK NEGARA DI PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk KE PT PERTAMINA (PERSERO) Arya Radhitya
ketentuan yang berlaku di PGN, dimana Pertamina memegang kendali atas tindakan yang akan diambil oleh PGN.
Isu yang menjadi concern, yaitu tentang kebijaksanaan tarif gas sejumlah USD 6 per MMBTU yang dijelaskan pada Perpres Nomor 40 Tahun 2016 terkait Menetapkan Tarif Gas Bumi. Perpres itu setelah itu diturunkan pada Permen ESDM Nomor 8 Tahun 2020 terkait Teknik Menetapkan Pemakai serta Tarif Gas Bumi Terkhusus pada Sektor Perindustrian.
Penetapan ini ditugaskan oleh pemerintah kepada Pertamina melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 90 k/10/MEM/2020 tentang Penugasan kepada PT Pertamina (Persero) dalam Penyaluran Gas Bumi Kepada Pengguna Gas Bumi di Bidang Industri dan Pertamina menunjuk PGN untuk melaksanakan penugasan tersebut tanpa melalui Persetujuan Pemegang Saham Independen dalam Rapat Umum Pemegang saham, sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat 1 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 42/POJK.04/2020 tentang Transaksi Afiliasi dan Transaksi Bentungan Kepentingan dikarenakan dalam penentuan harga jual Gas ke beberapa industri lebih rendah dibandingkan harga keekonomian
dan hal tersebut berpotensi membuat perusahaan merugi.
6. DAFTAR PUSTAKA
Bakhri, Syaiful. Hukum Migas: Telaah Penggunaan Hukum Pidana dalam Perundang-undangan, Jakarta: Kreasi Total Media, 2012.
Fuady, Munir. Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis, Jakarta: Citra Aditya Bakti, 2002.
Marzuki, Peter Mahmud. Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Prenada Media Group, 2008.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda, 2006.
Nurdin, Andriani. Kepailitan BUMN Persero berdasarkan Asas Kepastian Hukum, Bandung: PT Alumni, 2012.
Serfiyani, Cita Yustisia, R. Serfianto D.
Purnomo dan Iswi Hariyani.
Restrukturisasi Perusahaan – dalam Perspektif Hukum Bisnis pada Berbagai Jenis Badan Usaha, Yogyakarta: Andi, 2017.
Soekanto, Soejono. Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.
Sulistiowat. Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia,
764
JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 3, (2022) Desember : 748 - 764
Jakarta: Erlangga, 2010.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2018
Tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pertamina.
Keputusan Menteri BUMN Nomor SK- 16/MBU/01/2016 tentang Rencana Strategis Kementerian BUMN Tahun 2015-2019.
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 90k/10/MEM/2020 tentang Penugasan kepada PT Pertamina (Persero) dalam Penyaluran Gas Bumi Kepada Pengguna Gas Bumi di Bidang Industri.
POJK Nomor 42 Tahun 2020 tentang Transaksi Afiliasi dan Transaksi Bentungan Kepentingan.
C. Internet
https://www.pertamina.com/id/news- room/news-release/pertamina- menyatukan-pgndan-pertagas-untuk- peningkatan-bisnis-gas-nasional,
(diakses pada tanggal 5 Desember 2021 pukul 15.47 WIB)
http://jdih.bumn.go.id/berita/menjawab-isu-
isu-di-seputar-terbitnya-Peraturan
Pemerintah72-tahun-2016 (diakses pada tanggal 10 Desember 2021 pukul 19.30 WIB).
Redaksi Indonesia.go.id Äkan Dibentuk Super Holding”, Indonesia.go.id - Akan Dibentuk Super Holding, (diakses pada tanggal 20 September 2022 pukul 08:29 WIB).
Rivi Satrianegara, “Begini Tahap Pembentukan Holding BUMN Migas”, Begini Tahap Pembentukan Holding BUMN Migas (cnbcindonesia.com) (diakses pada tanggal 2 Agustus 2022 pukul 08:38 WIB)
Gustidha Budiartie, “RUPS PGN Bakal Rombak Direksi dan Komisaris Utama”, RUPS PGN Bakal Rombak Direksi dan Komisaris Utama (cnbcindonesia.com) (diakses pada tanggal 02 Agustus 2022 pukul 20:45 WIB)
Pengamat: Harga Gas USD 6 per MMBTU
perlu dievaluasi”,
<https://www.liputan6.com/bisnis/read/
4435067/pengamat-harga-gas-usd-6- per-mmbtu-perlu-dievaluasi> (diakses pada tanggal 20 September 2022 pukul 14:09 WIB)