• Tidak ada hasil yang ditemukan

keragaman dan kelimpahan serangga pada budidaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "keragaman dan kelimpahan serangga pada budidaya"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

Penelitian dilakukan di Kebun Jamur Sumatera di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang pada bulan Mei – Juni 2018. Kendala dalam budidaya jamur tiram putih adalah tingginya serangan hama yang merusak media substrat sebelum miselium tumbuh untuk produksi. Penelitian dilaksanakan di Kebun Jamur Sumatera, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang pada bulan Mei – Juni 2018.

Parameter pengamatan terdiri dari keanekaragaman serangga, kelimpahan serangga, indeks keanekaragaman, kelimpahan relatif, frekuensi, tingkat kerusakan, jumlah kantong panen dan kantong jamur gagal panen, serta produksi jamur laut dan jamur gagal panen. Kata kunci : jamur tiram putih, serangga hama, perangkap berwarna, perangkap sumur, perangkap metil eugenol. Keanekaragaman dan Kelimpahan Serangga pada Budidaya Jamur Laut Putih (Pleurotus ostreatus) di Desa Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang” yang menjadi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Medan Zona.

Kepada kakak perempuanku Ariani Juwita dan adik perempuanku Ayyuni Juriya Tina yang selalu memberikan motivasi, semangat dan bimbingan hingga skripsi ini selesai. Kepada teman-teman yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan hingga skripsi ini selesai, khususnya Mhd.

28. Gambar Bradisia ocellaris ..............................................................
28. Gambar Bradisia ocellaris ..............................................................

Kelimpahan Populasi Serangga yang Terperangkap pada Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Menggunakan

Budidaya tiram putih menggunakan pengamatan perangkap warna (kuning, hijau dan merah), metileeugenol dan pengamatan langsung. Penyebabnya adalah serangga yang tertangkap pada budidaya tiram putih dengan mengamati perangkap berwarna (kuning, hijau dan merah). Serangga yang ditangkap pada budidaya tiram putih dengan mengamati warna perangkap (kuning, hijau dan merah), metil eugenol dan.

Penangkapan jamur tiram putih yang sedang tumbuh menggunakan pengamatan perangkap warna (kuning, hijau dan merah), metil eugenol dan pengamatan langsung.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang

  • Rumusan Masalah
  • Tujuan Penelitian
  • Hipotesis
  • Manfaat Penelitian

Sedangkan faktor biotik yang mempengaruhi pertumbuhan jamur tiram adalah serangan hama dan patogen (Djarijah dan Djarijah, 2001; Piryadi, 2013). Staunton, (1999) dan Panjaitan, (2001) menjelaskan bahwa OPT yang mengganggu budidaya jamur tiram putih merupakan serangga hama yang diketahui. Tinggi rendahnya populasi serangga hama sangat menentukan tinggi rendahnya tingkat kerusakan pada budidaya jamur tiram.

Di Sri Lanka, kumbang ini merupakan hama yang berpotensi menjadi hama destruktif pada budidaya jamur tiram (Gnaneswaran dalam Mahendra, 2003). Teknik pengendalian yang umum dan aman untuk menekan populasi serangga hama pada budidaya jamur putih adalah penggunaan perangkap tempel. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah inventarisasi serangga yang terkait dengan budidaya jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) mulai dari tahap vegetatif hingga tahap generatif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis serangga yang berasosiasi dengannya dan pengaruhnya terhadap budidaya Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Tersedianya informasi mengenai jenis serangga yang berasosiasi dengannya dan pengaruhnya terhadap budidaya Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus).

TINJAUAN PUSTAKA

  • Botani dan Klasifikasi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)
  • Syarat Tumbuh Jamur Tiram
  • Serangga Hama yang Berasosiasi Pada Jamur Tiram Putih
  • Metode Pengendalian Hama Pertanaman Jamur Tiram Putih a. Metode Perangkap (Sumuran/ pit fall trap)
  • Pengendalian Serangga dengan Menggunakan Perangkap Warna

Kondisi pertumbuhan jamur tiram putih terdiri dari keasaman (pH), suhu udara, cahaya dan kelembaban. Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan miselium jamur tiram berada pada kisaran 23 – 28 ºC dengan suhu optimum 25 ºC. Saat ini miselia jamur tiram juga mampu tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah dengan suhu diatas 28 ºC, dan tubuh buah jamur tiram dapat tumbuh pada suhu 30 ºC (Effendi, 2010).

Beberapa yang terkait dan sering menimbulkan kerugian pada budidaya jamur tiram terdiri dari beberapa kelompok antara lain dari ordo Diptera, Coleoptera dan Nematoda. Jenis-jenis serangga dari ordo Diptera yang berasosiasi dengan jamur tiram putih antara lain: Larva serangga tersebut dapat menyerang meselium pada media bag block dan dapat menurunkan produksi tubuh buah jamur (Rostaman et al., 2004).

Larva dan kumbang dewasa (kumbang) dapat membawa miselium pada media simpanan, batang dan tubuh buah jamur tiram. Metil eugenol menunjukkan pengaruh yang sangat besar terhadap lalat buah sebagai senyawa atraktan, namun metil eugenol umumnya hanya menarik lalat buah jantan saja. Senyawa inilah yang menjadi makanan yang perlu dikonsumsi oleh lalat buah jantan dan berguna dalam proses perkawinan.

Jari-jari aroma metil eugenol dapat mencapai 20 hingga 100 m. Lalat buah jantan mencerna metil eugenol dan setelah diolah di dalam tubuhnya menghasilkan feromon seksual yang dapat menarik perhatian lalat betina (Kardinan et al., 2009). Metil eugenol dapat digunakan untuk mengendalikan hama lalat buah dengan 3 cara yaitu: (a) mendeteksi atau memantau populasi lalat buah, (b) menarik perhatian lalat buah kemudian membunuhnya dengan perangkap dan (c) mengganggu lalat buah dalam kawin, berkumpul atau berkumpul. perilaku makan (Metcal, 1991). Penggunaan bahan kimia yang bersifat atraktan seperti methyleugenol sangat membantu dalam mempelajari perilaku lalat buah seperti perilaku kawin dan perilaku oviposisi.

Setiap lalat buah dari genus Bactrocerra hanya akan tertarik pada senyawa Methyl eugenol, Trimedlure dan Cuelure dan akan menunjukkan respon normal hanya terhadap serangga jantan (Lengkong dkk, 2011). Jumlah lalat buah dewasa yang ditangkap dengan perangkap (Methyl eugenol) yang ditempatkan pada bedengan areal tanam cabai sejak penempatan awal Agustus hingga Desember menarik rata-rata 119,4 ekor per bulan sehingga mengurangi kehilangan hasil dan meningkatkan produksi cabai (David). , 2008). Perangkap hanya dapat digunakan pada siang hari karena hama lalat buah ini aktif pada siang hari.

Gambar 2. Lalat Rumah (Herry, 2007)  b. Lalat Bradysia ocellaris Comstock (Diptera : Sriaridae)
Gambar 2. Lalat Rumah (Herry, 2007) b. Lalat Bradysia ocellaris Comstock (Diptera : Sriaridae)

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat

Bahan dan Alat

Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode random sampling dengan menggunakan dadu dengan sampel sebanyak 20% dari seluruh rak tas pada setiap kumbung. Penelitian ini dilaksanakan di daerah budidaya jamur dengan subjek penelitian jamur baglog dan objek yang diamati adalah serangga hama serta efektivitas warna dan dosis metil eugenol pada perangkap. Untuk mengamati keanekaragaman jenis dan kelimpahan serangga hama digunakan perangkap warna, perangkap lubang dan perangkap metil eugenol.

Penggunaan perangkap berwarna didasarkan pada pendapat (Kurniawati, 2017) yang menyatakan bahwa salah satu cara pengendalian hama adalah dengan menggunakan perangkap berwarna, sedangkan pemilihan jenis perangkap berwarna didasarkan pada hasil suatu penelitian. oleh Bangun (2009) yang menyatakan bahwa serangga lebih tertarik pada spektrum kuning-hijau (nm). Penggunaan metil eugenol pada perangkap didasarkan pada hasil penelitian (Sudarmadji, dan Sutoyo 2015) bahwa perlakuan kombinasi botol atraktan berwarna kuning dengan dosis 1,5 ml paling efektif dibandingkan perlakuan lainnya untuk menangkap serangga. Botol air mineral dipotong menjadi 2 bagian, kemudian ujung botol yang berlubang dimasukkan ke bagian botol lainnya secara terbalik.

Metil eugenol dimasukkan ke dalam perangkap sebanyak 1,5 ml dengan cara menyuntikkan metil eugenol ke dalam kapas kemudian dimasukkan ke dalam perangkap yang digantung pada tali/kawat. Pada kedua ujung bubu dibuat tali penyangga agar dapat menopang berat bubu apabila digantung pada rak bagasi.untuk jamur, bubu dipasang pada ketinggian 1,7 m. Pengaplikasian kembali metil eugenol dilakukan setiap tiga hari sekali. dilakukan dengan memasang 1 perangkap metil eugenol per petak uji. Pengamatan terhadap serangga yang ditangkap dilakukan dua hari setelah pemasangan perangkap, dan pengamatan dilakukan dengan selang waktu dua hari.

Pengamatan dilakukan pada pukul 16.00 dan serangga yang tertangkap akan disimpan dalam plastik klip yang diberi label hari dan jenis. Perangkap warna kemudian diolesi dengan lem perekat pada salah satu bagiannya dan perangkap warna dipasang pada masing-masing balok yang ada di rak baglog jamur dimana setiap balok terdiri dari 6 balok dan pada tiap balok dipasang tiga buah perangkap warna yaitu merah, kuning dan hijau dimana Setiap blok dibagi menjadi tiga bagian yaitu atas, tengah dan bawah dan untuk menempatkan perangkap dilakukan pengacakan pada setiap blok. Pengamatan terhadap serangga yang ditangkap dilakukan satu hari setelah pemasangan perangkap, dan pengamatan dilakukan dengan interval 2 hari sekali.

Pengamatan dilakukan pada pukul 16.00 dan serangga yang terperangkap disimpan dalam plastik klip yang diberi tanda.

Gambar 11. Perangkap Metil Eugenol  2. Perangkap Warna
Gambar 11. Perangkap Metil Eugenol 2. Perangkap Warna

Perangkap Sumur

  • Parameter Pengamatan
    • Keragaman Serangga
    • Kelimpahan Populasi Serangga
    • Indeks Keanekaragaman (H’)
    • Frekuensi (F)
    • Tingkat Kerusakan (%)
    • Jumlah Baglog Panen dan Baglog Jamur Gagal Panen (%)
    • Produksi Jamur Tiram dan Jamur Gagal Panen (gram)

Jenis serangga yang ditangkap pada budidaya jamur tiram putih menggunakan perangkap warna (kuning, hijau dan merah) pada pengamatan ke-1 sampai pengamatan ke-5 WAP. Jenis serangga yang ditangkap pada budidaya jamur tiram putih menggunakan perangkap warna (kuning, hijau dan merah) pada pengamatan ke 6 sampai pengamatan ke 10. Jenis serangga yang tertangkap pada budidaya jamur tiram putih menggunakan perangkap metileeugenol pada pengamatan ke-1 sampai ke-5.

Jenis serangga yang ditangkap pada budidaya jamur tiram putih menggunakan perangkap Methyl Eugenol pada pengamatan ke 6 sampai ke 10. Jenis serangga yang ditangkap pada budidaya jamur tiram putih menggunakan pengamatan langsung pada pengamatan ke-1 sampai pengamatan ke-5. Jenis serangga yang ditangkap pada budidaya jamur tiram putih menggunakan pengamatan langsung pada pengamatan ke-6 sampai pengamatan ke-10.

Jenis serangga yang terperangkap pada budidaya jamur tiram putih menggunakan pengamatan langsung pada pengamatan ke 11 sampai pengamatan ke 15. Jenis serangga yang terperangkap pada budidaya jamur tiram putih menggunakan pengamatan langsung pada pengamatan ke 16 sampai ke 20. Jenis serangga yang terperangkap pada budidaya jamur mutiara putih menggunakan pengamatan langsung pada pengamatan ke 21 sampai ke 25.

Jenis serangga yang ditangkap pada budidaya jamur tiram putih menggunakan pengamatan langsung pada pengamatan ke-26 sampai dengan pengamatan ke-30. Kelimpahan populasi serangga ditangkap pada saat budidaya jamur tiram putih menggunakan perangkap warna (merah, kuning, dan hijau) pada pengamatan pertama sampai pengamatan kelima. Kelimpahan populasi serangga yang ditangkap pada budidaya jamur tiram putih menggunakan perangkap metil eugenol pada pengamatan pertama hingga pengamatan kelima.

Kelimpahan populasi serangga yang terperangkap pada budidaya jamur mutiara putih menggunakan pengamatan langsung pada pengamatan ke-1 sampai ke-5. Kelimpahan populasi serangga yang terperangkap pada budidaya jamur mutiara putih menggunakan pengamatan langsung pada pengamatan ke 6 sampai pengamatan ke 10. Kelimpahan populasi serangga yang terperangkap pada budidaya jamur mutiara putih menggunakan pengamatan langsung pada pengamatan ke 11 sampai pengamatan ke 15.

Kelimpahan populasi serangga yang ditangkap pada budidaya jamur tiram putih menggunakan pengamatan langsung pada pengamatan ke-16 hingga pengamatan ke-20. Kelimpahan populasi serangga yang ditangkap pada budidaya jamur tiram putih menggunakan pengamatan langsung pada pengamatan ke-21 hingga ke-25.

Gambar 18. M egaselia tamilnaduensis
Gambar 18. M egaselia tamilnaduensis

Gambar

28. Gambar Bradisia ocellaris ..............................................................
Gambar 1. Jamur Tiram Putih  (Dokumentasi Pribadi)
Gambar 2. Lalat Rumah (Herry, 2007)  b. Lalat Bradysia ocellaris Comstock (Diptera : Sriaridae)
Gambar 3. Bradysia ocellaris Comstock (Rostaman, 2004)  c. Lalat Libnotes immaculipennis Senior-White (Diptera : Limoniidae)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Call for Papers Invitation to contribute to BioMolecular Concepts Newly launched in 2010, the journal BioMolecular Concepts provides its readers with expert summaries and up-to-date

Biomolecular concepts eXecutiVe eDitor-in-cHieF Pierre Jolles, Paris, France eDitor-in-cHieF Isabelle Mansuy, Zurich, Switzerland eDitorial BoarD Jesús Avila, Madrid, Spain Valentina