• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keramba Jaring Apung (KJA)

N/A
N/A
20-2002 Aulia Putri Amhar

Academic year: 2023

Membagikan "Keramba Jaring Apung (KJA)"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Keramba Jaring Apung (KJA) merupakan salah satu sistem budidaya ikan air tawar yang berkembang di kawasan Danau Toba Provinsi Sumatera Utara. Sistem budidaya KJA pertama kali dipraktikkan di Indonesia sekitar tahun 1980-an, yaitu di Jatilihur, Jawa Barat. KJA merupakan bentuk upaya untuk meningkatkan produksi perikanan dengan memanfaatkan potensi perairan danau, sungai dan lainnya. Keberadaan KJA di Danau Toba dianggap mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. Dengan produksi yang meningkat dari tahun ke tahun ditambah daya dukung perairan Danua Toba, semakin banyak masyarakat menjadi pembudidaya ikan air tawar di sekitar Danau Toba untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga. Salah satu daerah di Danau Toba yang mempunyai pembudidaya KJA terbanyak adalah Kecamatan Haranggaol Horison di Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara (Sitompul et al., 2018).

Keramba jaring apung adalah suatu wadah pemeliharaan ikan berupa kantong jaring yang letaknya terapung di permukaan air. Pemeliharaan ikan dalam keramba jaring apung tersebut merupakan kegiatan ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya alam, tenaga kerja dan teknologi yang tersedia. Masyarakat tidak hanya berupaya memproduksi atau menghasilkan ikan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga saja, akan tetapi juga untuk memenuhi permintaan pasar. Selain itu tentunya juga dengan usaha tersebut diharapkan akan membuka lapangan kerja baru dan kesempatan berusaha bagi masyarakat (Mulia, 2011).

Danau Toba dimanfaatkan sebagai sumber pencaharian masyarakat setempat maupun perusahaan asing salah satunya yaitu membudidayakan keramba jaring apung (KJA). Kawasan Danau Toba juga dimanfaatkan masyarakat sebagai sarana air bersih yang dapat digunakan untuk minum, mandi, mencuci, dan lain-lain. Adanya budidaya keramba jaring apung (KJA) yang dikembangkan oleh masyarakat maupun perusahaan terkait dengan bekerjasama dengan pemerintah sangat berpengaruh dalam meningkatkan perekonomian. Akan tetapi dengan adanya (KJA) jenis ikan di perairan Danau Toba semakin berkurang bahkan hamper punah (Barus, 2004).

Keramba jaring apung (KJA) ini bagaikan dua sisi mata uang logam, memiliki dampak positif dan juga dampak negative. Akan tetapi, dalam penulisan ini, dampak negatif dari adanya keramba jaring apung (KJA) akan lebih dibahas mendalam mengingat dampak negatif ini sangat merugikan dan membahayakan kehidupan masyarakat kawasan Danau Toba maupun kehidupan berbagai jenis ikan yang hidup di danau tersebut. Adanya dampak negatif

(2)

dari budidaya keramba jaring apung ini (KJA) menjadi hal yang mendasar dalam melakukan penulisan jurnal ini yang diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi terkait dampak apa saja yang ditimbulkan maupun strategi dalam meminimalisir dampak-dampak dari adanya budidaya keramba jaring apung (KJA). Untuk meminimalisir dampak negatif tersebut perlu dirancang dan diterapkan strategi yang dapat mengurangi bahkan menghilangkan dampak negatif tersebut (Manik et al., 2019).

Dalam perkembangannya, pemanfaatan Danau Toba oleh masyarakat sekitar telah membawa Danau Toba pada berbagai permasalahan lingkungan. Isu pengelolaan lingkungan di Kabupaten Samosir yang menjadi permasalahan antara lain adanya keramba jaring apung (KJA) penghasil sisa pakan ikan (pelet) dan populasi eceng gondok di perairan Danau Toba yang disebabkan oleh sedimentasi polutan dari limbah domestik, ternak yang menghasilkan limbah, dan sisa makanan, sehingga kualitas air danau menurun. 2 Dampak pencemaran lingkungan juga telah menyebabkan pada awal tahun 2016 lebih dari 1.500 ton ikan di Danau Toba mati mendadak, hal ini disebabkan air Danau Toba diketahui mengandung bahan organik dan sedimen yang berlebihan, sehingga menciptakan zona mati dengan kadar oksigen yang rendah (Aulia et al., 2018).

Adanya KJA di Danau Toba merupakan hal yang menguntungkan bagi masyarakat, namun akibat aktivitas KJA yang telah melebihi batas dan setiap harinya pembudidaya memberikan makanan ikan berton-ton yang dibuang di Danau Toba untuk pakan ikan. Pakan ikan tersebut tentunya tidak semua termakan ikan yang menyebabkan sisa sisa pakan menurunkan kualitas air danau. Di dalam ketentuan tersebut diantur bahwa budidaya perikanan di Danau Toba maksimal sebanyak 10.000 ton per tahun. (Iqbal, 2022).

Salah satu aktivitas yang dapat menurunkan kualitas perairan Danau Toba adalah industri budidaya ikan dengan sistem dan teknologi KJA yang menggunakan pakan sebanyak lebih dari 200 ton setiap hari tanpa ada upaya pengelolaaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan.

Dengan demikian para pemangku amanah ekosistem kawasan Danau Toba selalu mempertanyakan apakah aktivitas industri budidaya ikan nila dengan sistem dan teknologi KJA telah menurunkan kualitas ekosistem perairan Danau Toba atau belum. Kondisi teknis seperti parameter fisik, kimia dan biologi serta kondisi non teknis seperti pangsa pasar, keamanan dan sumber daya manusia adalah aspek yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan atau penentuan lokasi budidaya ikan dengan sistem dan teknologi KJA (Manik, 2019).

(3)

DAFTAR PUSTAKA

Aulia Adam. 2018. https://tirto.id/mengembalikan-danau-toba-mengerem-perusahaanbesar- keramba-cSp5

Barus, Ternala Alexander. "Faktor-faktor lingkungan abiotik dan keanekaragaman plankton sebagai indikator kualitas perairan danau toba (Environmental abiotic factors and the diversity of plankton as water quality indicators in lake toba, North Sumatera, Indonesia)." Jurnal Manusia dan Lingkungan 11.2 (2004): 64-72.

Iqbal. (2022). Kerusakan Lingkungan Akibat Aktivitas Keramba Jaring Apung di Wilayah Perairan Danau Toba (Analisis Ekofenomenologi). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, 7(1), 1–25.

Manik, Junjung Sahala. "Ancaman Keberlanjutan Pariwisata Danau Toba (Evaluasi Kebijakan Keramba Jaring Apung)."Conference on Public Administration and Society. Vol. 1. No.

01. 2019.

Mulia, B,.2011. Analisis Finansial Usaha Budidaya Ikan Nila Dalam Keramba Jaring Apung Di Waduk PLTA Koto Panjang Desa Merangin Kecamatan Bangkinang Barat Provinsi Riau.Skripsi.FaperikaUnri. Pekanbaru.

Sitompul, F., Ramli, M., dan Bathara, L. (2014). Analisis Usaha Keadaan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung (KJA) di Danau Toba (Kasus Desa Unte Mungkur Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara). Jurnal of Magister Universitas Riau, 2(1), 1-10.

Referensi

Dokumen terkait