• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesimpulannya pada penelitian ini pemberian aromaterapi lavender melalui inhalasi dan massage salah satu cara alternatif nonfarmakologis dalam mengurangi nyeri dismenorea

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Kesimpulannya pada penelitian ini pemberian aromaterapi lavender melalui inhalasi dan massage salah satu cara alternatif nonfarmakologis dalam mengurangi nyeri dismenorea"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER MELALUI INHALASI DENGAN INHALASI DAN MASSAGE TERHADAP TINGKAT NYERI DISMENOREA

PADA SISWI DI SMK PASUNDAN 3 KOTA CIMAHI Rapika Fitriani,E1 , Hayati Sri2, Puspita Ningrum,T3

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas BSI Bandung Email: Eliyarapika10@gmail.com

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas aromaterapi lavender melalui inhalasi dengan inhalasi dan massage untuk mengurangi dismenorea pada remaja. Desain penelitian ini adalah “Quasy experiment” oleh “pre-test dan post-test designs with two dengan dua perawatan perbandingan”. Penelitian ini dilakukan pada remaja putri di SMK Pasundan 3 Cimahi. Total sampel 60 orang diambil dengan teknik purposive sampling dengan memperhatikan kriteria. Instrumen pengukuran menggunakan penilaian numerik skala untuk mengukur intensitas nyeri. Analisis penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon dan uji Mann- Whitney. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata peringkat setelah perawatan pada kelompok inhalasi dan kelompok inhalasi dan massage dengan nilai p 0,000 <𝛼(0,05). Perbandingan peringkat rata-rata yang diperoleh antara perubahan dalam intensitas nyeri pada kelompok inhalasi dan massage lebih besar yaitu 26,54 sedangkan kelompok inhalasi 26,46, ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara inhalasi dengan inhalasi dan massage. Menilai dari besarnya perubahan intensitas nyeri disimpulkan bahwa inhalasi dan massage lebih efektif daripada inhalasi saja untuk menurunkan nyeri dismenorea. Kesimpulannya pada penelitian ini pemberian aromaterapi lavender melalui inhalasi dan massage salah satu cara alternatif nonfarmakologis dalam mengurangi nyeri dismenorea.

Kata kunci : Dismenorea, aromaterapi lavender , inhalasi , massage

PENDAHULUAN

Remaja merupakan dimulainya masa pubertas yang disertai juga dengan munculnya tanda-tanda seks sekunder dan berfungsinya organ reproduksi (Nagas & Aimol, 2010). Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. Perubahan paling awal muncul yaitu perkembangan secara biologis. Salah satu tanda keremajaan secara biologi yaitu mulainya remaja mengalami menstruasi.

Menstruasi adalah perdarahan periodik dari rahim yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus (Bobak, 2004). Menstruasi biasanya dimulai antara usia 10 sampai 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Walaupun begitu, pada kenyataannya banyak wanita yang mengalami masalah menstruasi, diantaranya nyeri haid / dismenorea (Puji, 2010 dalam Lestari 2013).

Dismenorea merupakan rasa nyeri yang muncul saat haid, terjadi sekitar waktu haid

biasanya pada hari pertama atau kedua dan mencapai puncaknya pada 24 jam pertama yang kemudian mereda dan setelah hari kedua sampai hari ketiga haid (Agustina, 2012). Pada dismenorea atau kram haid terjadi produksi prostaglandin yang berlebih yang menyebabkan kontraksi uterus yang kuat sehingga menimbulkan rasa nyeri yang dialami sebagian wanita (Sherwood, 2014).

Dismenorea yang sering mucul pada remaja biasanya dismenorea primer yang pada umumnya terjadi sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi pertama dan mencapai klimaksnya saat wanita berusia 15- 25 tahun (Simanjuntak, 2008).

Dismenorea terbagi menjadi dua klasifikasi yaitu : (1) Dismenorea primer adalah nyeri yang muncul dengan anatomi pelvis normal, disebabkan karena peningkatan kadar prostaglandin. Beberapa gejala yang menyertai dismenorea primer adalah mual/muntah, pusing, nyeri kaki bagian belakang, diare, konstipasi, dan bahkan pingsan. (2) Dismenorea sekunder terjadi akibat proses patologis, seperti endometriosis, adenomiosis, penyakit radang panggul, stenosis servikal, mioma atau polip uteri (Anisa, 2015).

Menurut International Association for the Study of Pain (IASP) definisi nyeri sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

(2)

menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial yang dijelaskan dalam hal kerusakan tersebut. Menurut Potter dan Perry (2010) dalam menentukan nyeri haid digunakan skala numeral dari 0 –10. Angka 0 berarti “no pain” dan 10 berarti “severe pain” (nyeri hebat).

Dismenorea banyak dialami oleh para wanita, prevalensi dismenorea di seluruh dunia adalah pada 90% remaja dan lebih dari 50% wanita yang sedang menstruasi, 10–20% di antara mereka mengalami rasa sakit yang berat dan sangat mengganggu (Zivanna, 2017). Menurut data dari WHO didapatkan kejadian sebesar 1.769.425 jiwa (90%) wanita yang mengalami dismenorea berat.

Di Indonesia angka kejadian dismenorea sebesar 107.673 jiwa (64,25%), yang terdiri dari 59.671 jiwa (54,89%) mengalami dismenorea primer dan 9.496 jiwa (9,36%) mengalami dismenorea sekunder (Liusnino, 2013 dalam Herawati, 2017).

Penanganan nyeri haid (dismenorea) dapat terbagi dalam 2 kategori yaitu penanganan secara farmakologis dan non farmakologis. Penanganan secara farmakologis seperti mengkonsumsi obat- obat anti inflamasi nonsteroid NSAID yang dapat menghambat cyclooxygenase, sehingga dapat mengurangi produksi protaglandin yang mana dapat mengurangi kram. Secara teori penanganan nyeri secara non farmakologi yang dapat dilakukan untuk nyeri haid (dismenorea), yaitu : (1) Kompres dengan botol panas (hangat), (2) Mandi air hangat.

(3) Berendam dalam air hangat yang diberi tetesan aromaterapi, (4) Lakukan pijatan lembut yang terasa sakit, (5) Ambil posisi menungging, (6) Minum minuman hangat, (7) Tarik napas dalam, (8) Olahraga secara teratur, (9) Meminum minuman herbal (10) Usapan lembut pada perut (effleurage massage), akupresur, akupuntur, hingga aromaterapi. Hudson menyatakan bahwa penggunaan model terapi tanpa penggunaan obat dapat diterapkan pada dismenorea baik dari ringan, sedang, hingga berat dengan dapat melakukan salah satu model terapi atau mengkombinasikannya dengan terapi lainnya untuk mencapai tujuan yang lebih optimal.

Aromaterapi merupakan salah satu teknik Complementary Alternative Medicine yang menggunakan minyak esensial berasal dari tumbuhan yang dapat diperoleh khasiatnya melalui aplikasi topikal atau secara inhalasi (Han, Hur, Buckle, Choi, & Lee, 2006). Penanganan dismenorea dilakukan dengan cara memberikan aromaterapi secara inhalasi (Hutosit, 2012). Aroma minyak yang terhirup akan bereaksi pada saraf penciuman yang akan dihantarkan hingga saraf pusat dan mempengaruhi pikiran untuk mencapai relaksasi, sementara aplikasi pada kulit memungkinkan minyak akan terserap dari pori-pori

menuju pembuluh darah dan memberikan efek relaksasi otot (Hur, Song, & Lee, 2014).

Salah satu jenis aromaterapi yang sering digunakan dalam keperawatan yaitu lavender karena aromaterapi lavender memiliki kelebihan yaitu sederhana, mudah digunakan, dapat disimpan dan dapat digunakan kembali jika mengalami dismenorea. Pada aromaterapi lavender terdapat kandungan utamanya yaitu linalyl asetat dan linalool, dimana linalyl asetat berfungsi untuk mengendorkan dan melemaskan sistem kerja saraf dan otot yang mengalami ketegangan sedangkan linalool berperan sebagai relaksasi dan sedatif sehingga dapat menurunkan dismenorea (Dewi, 2013).

Hasil penelitian yang dlakukan oleh (Fukui et al, 2011 dalam Sanjiwani 2017), menyatakan bahwa stimulasi selama 20 menit pada saraf olfaktorius dinyatakan dapat menurunkan kadar kortisol dan meningkatkan 17 β estradiol yang memicu penurunan ansietas. Mengetahui efek tersebut berarti aromaterapi lavender dapat memberikan respon terhadap psikologis saat menjelang maupun ketika menstruasi dan dismenorea berlangsung. Proses tersebut dapat berlangsung karena aroma lavender juga memodulasi aktivasi cyclic adenosine monophosphate (cAMP) yang memberikan efek sedasi. Sebelumnya aroma lavender yang di inhalasi dan kemudian ditangkap oleh saraf olfaktorius tersebut akan diteruskan ke sistem saraf pusat dan sistem limbik, pusat dari fungsi autonomi akan emosi. Sehingga manfaatnya diharapkan berguna baik untuk fisik maupun pikiran bagi perempuan khususnya dalam menjalani periode menstruasi (Matzumoto, et.all. 2013).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Han, et.all. (2006), menyatakan bahwa pemberian pijatan lembut pada perut bawah selama 20 menit dan dipadukan menggunakan minyak esensial dinyatakan dapat meningkatkan sirkulasi oksigen pada jaringan serta meningkatkan produksi endorphin lebih baik. Hal tersebut didukung oleh penelitian selanjutnya yang kembali membuktikan bahwa pijatan yang dilakukan walau hanya dilakukan sebagai placebo ternyata juga memberikan peningkatan kenyamanan dari nyeri haid meskipun nilai peningkatan rasa nyaman lebih rendah dari pada pijatan yang dikombinasikan dengan aromaterapi lavender (Bakhtshrinin, Abedi, Yusefijoy, & Razmjoee, 2015). Hal ini membuktikan bahwa kombinasi dua teknik non farmakologi tersebut akan lebih baik digunakan pada kasus dismenorea dibandingkan dilakukan secara terpisah (Eryilmaz & O zdemir, 2009 dalam Sanjiwani, 2017).

(3)

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Menurut Widyaningrum (2015) menyatakan bahwa ketika seseorang menghirup aromaterapi lavender selama 15-30 menit akan mengendorkan otot-otot yang mengalami ketegangan dan kemudian dapat membuka aliran darah yang sempit sehingga dapat menurunkan dismenorea. Menurut Koensoemardiyah (2009), menyatakan bahwa pada saat seseorang menghirup aromaterapi lavender, molekul yang mudah menguap (volatile) dari minyak tersebut dibawa ke sel-sel reseptor di hidung. Ketika molekul-molekul tersebut menempel pada rambut-rambut halus di hidung, maka terjadilah suatu pesan elektrokimia yang akan ditransmisikan melalui saluran olfactory ke otak kemudian ke sistem limbik. Teori lainnya yang mendukung yaitu Mangoenprasodjo dalam Pustikawaty (2016) yang menyatakan bahwa pesan elektrokimia tersebut akan merangsang hipotalamus untuk melepaskan hormon serotinin dan hormon endorphin, yang mana fungsi hormon serotinin yaitu dapat memperbaiki suasana hati sedangkan hormon endorphin sebagai penghilang rasa sakit alami serta menghasilkan perasaan rileks, tenang dan gembira.

Tidak hanya melalui tehnik inhalasi saja terjadi penurunan intensitas nyeri, tetapi dari hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya penurunan nyeri yang signifikan dengan menggunakan tehnik massage. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian Purwati (2015) yang melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian aromaterapi lavender yerhadap tingkat nyeri dismenorea. Hasil akhir menunjukkan Z hitung -3,640 dan p = 0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada penurunan intensitas nyeri pada dismenorea dengan pemberian massage menggunakan aromaterapi lavender.

Pemberian aromaterapi lavender melalui inhalasi atau massage merupakan terapi non farmakologis yang efektif dan mudah dilakukan.

Namun hingga kini masih banyak wanita yang belum menggunakanpenanganan tersebut dalam mengurangi nyeri terutama dismenorea. Nyeri saat menstruasi ini sering diderita pada remaja berumur 15 tahun. Usia ini pada jenjang pendidikan berada pada Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK). Salah satunya SMK Pasundan 3 Cimahi.

Berdasarkan studi pendahuluan dilakukan pada bulan April 2019 di SMK Pasundan 3 Cimahi dengan cara wawancara langsung kepada 20 siswi didapatkan hasil bahwa sebagian besar siswi mengalami nyeri haid. Siswi mengatakan walaupun nyeri haid tetap masuk sekolah, namun 9 dari 20 siswi kurang konsentrasi mengikuti pelajaran, 1 siswi mengatakan harus ijin istirahat di UKS apabila menstruasi dan dismenorea terjadi di sekolah. Penanganan yang bisa dilakukan oleh

siswi yaitu 7 siswi mengompres dengan air hangat, 5 siswi mengusap bagian yang nyeri saat haid, 5 siswi mengatakan hanya membiarkan dismenorea yang datang sampai sembuh sendiri dan 3 diantaranya mengatakan harus minum obat nyeri haid, dari 20 siswi yang mengeluh nyeri haid tidak ada yang menggunakan aromaterapi untuk meringankan nyeri haid tersebut. Selain itu, siswi mengeluh stress dan kelelahan saat sedang belajar karena jam pelajaran penuh 9 jam perhari kecuali hari libur, sehingga banyak siswi yang mengalami dismenorea saat sedang menstruasi.

Berdasarkan fenomena diatas, peneliti ingin membandingkan penanganan dismenorea yang lebih efektif dan efisien dari aromaterapi lavender melalui inhalasi dengan inhlasi dan massage. Hasil penelitian ini dapatdiaplikasikan untuk intervensi dismenorea. Jadi peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Perbandingan Efektivitas Pemberian Aromaterapi Lavender melalui Inhalasi dengan Inhalasi dan Massage Terhadap Tingkat Nyeri Dismenorea”

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan umum untuk mengetahui perbandingan efektivitas aromaterapi lavender melalui inhalasi dengan inhalasi dan massage terhadap penurunan dismenorea pada remaja putri.

Adapun tujuan khususnya untuk mengetahui karakteristik responden, mengetahui skala nyeri sebelum perlakuan pada kelompok inhalasi dan kelompok inhalasi dan massage, mengetahui skala nyeri sesudah perlakuan pada kelompok inhalsi dan kelompok inhalsi dan massage serta mengetahui perbandingan keefektifitasan inhalasi dengan inhalasi dan massage terhadap penurunan dismenorea.

MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang manfaat aromaterapi lavender tehnik inhalasi dan tehnik inhalais dan massage terhadap penurunan dismenorea. Sedangkan Bagi remaja puteri yang mengalami

dismenorea, hasil penelitian ini digunakan sebagai satu bentuk terapi alternatif atau pengobatan non farmakologis yang dapat digunakan untuk menurunkan nyeri dismenorea.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain penelitian “Quasy eksperiment” yang dibagi atas kelompok inhalasi dan kelompok inhalasi dan massage. Penelitian dilakukan pada remaja putri di kelas X, XI dan XII di SMK Pasundan 3 Cimahi.

Jumlah sampel sebanyak 52 orang yang terdiri atas 26 orang kelompok inhalasi dan 26 orang

(4)

kelompok inhalasi dan massage dengan menggunakan teknik purposive sampling sesuai dengan kriteria inklusi yaitu: pada masa remaja pertengahan (15-17 tahun), siswi yang mengalami dismenorea primer, dan siswi yang belum pernah menggunakan tehnik nonfarmakologis menggunakan aromaterapi lavender melalui inhalasi dengan inhalasi dan massage saat dismenorea. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui perubahan nyeri pada kedua kelompok adalah Numeric Rating Scale. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat.

HASIL PENELITIAN

Penelitian yang telah dilakukan mulai bulan Juni 2019 sampai Juli 2019 didapatkan hasil sebagai berikut:

A. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untukmendapatkan data mengenai karakteristik responden, meliputi umur.

Tabel 1

Distribusi responden berdasarkan umur

Karakteristik Kelompok Kelompok Jumlah Inhalasi Inhalasi

dan massage (n=26) (n=26)

n % N % n % Umur

responden:

15 tahun 10 35,8 11 42,3 31 40,4 16 tahun 7 26,9 9 34,6 16 30,8 17 tahun 9 34,6 6 23,1 17 28,8 Total 26 100 26 100 52 100

Berdasarkan tabel 1 umur dapat dilihat sebagian besar responden yang mengalami dismenorea adalah umur 15 tahun yaitu pada kelompok inhalasi 10 orang (38,5%) dan kelompok inhalasi dan massage 11 orang (42,3%).

B. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk melihat perbandingan intensitas nyeri sebelum dan sesudah pada kelompok inhalasi dan kelompok inhalasi dan massage terhadap penurunan dismenorea. dengan menggunakan uji wilcoxon. Selain itu juga untuk melihat perbandingan intensitas nyeri sesudah pada kelompok inhalasi dan kelompok inhalasi dan massage dengan

menggunakan uji Mann Whitney.

Tabel 2

Perbandingan mean intensitas nyeri pretest dan posttest pada kelompok inhalasi dan kelompok inhalasi dan massage

Kelompok N Nyeri Mean p-value Inhalasi 26 Pretest 6,00 0,000 Postest 2,03 0,000

Inhalasi dan Massage 26 Pretest 5,84 0,000

Postest 1,88 0,000 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa baik pada kelompok inhalasi dengan kelompok inhalasi dan massage didapatkan nilai p < (0,05).

Ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan intensitas nyeri dismenorea sebelum dan setelah diberikan intervensi pada kelompok inhalasi dengan inhalasi dan massage.

Tabel 3

Perbandingan mean intensitas nyeri posttest pada kelompok pada kelompok inhalasi dan kelompok inhalasi dan massage

Kelompok N Postest Mean p-value Mean SD Rank

Inhalasi 26 2,03 4,482 26,46 0,000 Inhalasi 26 1,88 4,476 26,54 0,000

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui rata- rata intensitas nyeri setelah perlakuan pada kelompok inhalasi adalah 13,50 sedangkan pada kelompok inhalasi dan massage adalah 13,50 dengan p-value 0,000 < (0,05) sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara inhalasi dengan inhalasi dan massage terhadap penurunan dismenorea.

Mean rank perubahan intensitas nyeri untuk kelompok inhalasi dan massage lebih besar, artinya inhalasi dan massage lebih efektif terhadap penurunan dismenorea dibandingkan dengan kelompok inhalasi saja dimana selisih intensitas nyeri sebelum dan setelah terapi pada kelompok inhalasi dan massage 26,54 sedangkan kelompok inhalasi 26,46.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswi di SMK Pasundan 3 Kota Cimahi didapatkan responden terbanyak adalah umur 15 tahun yaitu pada kelompok inhalasi 10 orang (38,5%) dan kelompok inhalasi dan massage 11 orang (42,3%), Menurut Mugiati (2016) usia ini merupakan kategori remaja pertengahan (usia 15- 17) dimana pada masa tersebut remaja mengalami perubahan pada dirinya. Salah satu perubahan yang

(5)

terjadi pada remaja putri adalah mengalami menstruasi yaitu proses pengeluaran darah dari vagina akibat luruhnya dinding rahim bagian dalam. Menurut Simanjuntak (2008), dismenorea yang sering mucul pada remaja biasanya dismenorea primer yang pada umumnya terjadi sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi pertama dan mencapai klimaksnya saat wanita berusia 15-25 tahun.

Perbandingan Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah pada kelompok inhalasi dan kelompok inhalasi dan massage

Analisis perbedaan sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi lavender melalui inhalasi dengan inhalasi dan massage pada siswi remaja usia 15-17 tahun yang sedang mengalami nyeri haid di SMK Pasundan 3 Kota Cimahi dengan tujuan untuk melihat perbandingan efektivitas pemberian aromaterapi lavender dengan melakukan prosedur inhalasi dengan inhalasi dan massage selama 20 menit.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 26 orang responden sebagai kelompok inhalasi dan 26 responden sebagai kelompok inhalasi dan massage, didapatkan bahwa nilai rata-rata intensitas nyeri sebelum diberikan intervensi pada kelompok inhalasi adalah 6,00 dan sesudah diberikan intervensi 2,03. Sedangkan rata-rata intensitas nyeri sebelum diberikan intervensi inhalasi dan massage adalah 5,84 dan sesudah diberikan intervesi 1,88.

Rata-rata intensitas nyeri pada kelompok inhalasi mengalami penurunan sebanyak 3,97 poin, sedangkan rata-rata intensitas nyeri pada kelompok inhalasi dan massage juga mengalami penurunan sebanyak 3,96 poin.

Hasil penelitian rata-rata intensitas nyeri pada kelompok inhalasi mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan penelitian Tiara (2018) tentang pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap intensitas dismenorea. Hasil akhir menunjukkan adanya penurunan nyeri setelah pemberian aromaterapi lavender melalui inhalasi dengan (p- value = 0,000). Hal ini diperkuat oleh (Fukui et al, 2011 dalam Sanjiwani 2017) menyatakan bahwa stimulasi selama 20 menit pada saraf olfaktorius dinyatakan dapat menurunkan kadar kortisol dan meningkatkan 17 β estradiol yang memicu penurunan ansietas.

Tidak hanya kelompok inhalasi saja, tetapi kelompok inhalasi dan massage juga mengalami penurunan yang sangat signifikan. Hasil ini diperkuat oleh Han, et.all. (2006), menyatakan bahwa pemberian pijatan lembut pada perut bawah selama 20 menit dan dipadukan menggunakan minyak esensial dinyatakan dapat meningkatkan sirkulasi oksigen pada jaringan serta meningkatkan produksi endorphin lebih baik. Oleh karena itu,

nyeri yang dirasakan akan berkurang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Purwati (2015), tentang pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap tingkat nyeri dismenorea. Hasil penelitian didapatkan Z hitung -3,640 dan p = 0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada penurunan intensitas nyeri pada dismenorea dengan pemberian massage menggunakan aromaterapi lavender.

Perbandingan Intensitas Nyeri Sesudah pada Kelompok Inhalasi dan Kelompok Inhalasi dan Massage

Berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon signed rank untuk intensitas nyeri dan kelompok inhlasi dan massage menunjukkan nilai p-value sebesar 0,000 atau nilai p-value < (0,005), artinya ada perbedaan yang signifikan rata-rata intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lavender melalui inhalasi dengan inhalasi dan massage.

Sedangkan hasil uji statistik Mann whitney untuk perbandingan intensitas nyeri sesudah antara kelompok inhalasi dengan kelompok inhalasi dan massage yang diberi perlakuan menunjukkan p- value 0,000 nilai p-value < (0,005), artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok inhalasi dengan kelompok inhalasi dan massage terhadap penurunan nyeri dismenorea.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Menurut Widyaningrum (2015) menyatakan bahwa ketika seseorang menghirup aromaterapi lavender selama 15-30 menit akan mengendorkan otot-otot yang mengalami ketegangan dan kemudian dapat membuka aliran darah yang sempit sehingga dapat menurunkan dismenorea. Menurut Koensoemardiyah (2009), menyatakan bahwa pada saat seseorang menghirup aromaterapi lavender, molekul yang mudah menguap (volatile) dari minyak tersebut dibawa ke sel-sel reseptor di hidung. Ketika molekul-molekul tersebut menempel pada rambut-rambut halus di hidung, maka terjadilah suatu pesan elektrokimia yang akan ditransmisikan melalui saluran olfactory ke otak kemudian ke sistem limbik. Teori lainnya yang mendukung yaitu Mangoenprasodjo dalam Pustikawaty (2016) yang menyatakan bahwa pesan elektrokimia tersebut akan merangsang hipotalamus untuk melepaskan hormon serotinin dan hormon endorphin, yang mana fungsi hormon serotinin yaitu dapat memperbaiki suasana hati sedangkan hormon endorphin sebagai penghilang rasa sakit alami serta menghasilkan perasaan rileks, tenang dan gembira.

Tidak hanya melalui tehnik inhalasi saja terjadi penurunan intensitas nyeri, tetapi dari hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya penurunan

(6)

nyeri yang signifikan dengan menggunakan tehnik massage. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian Purwati (2015) yang melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian aromaterapi lavender yerhadap tingkat nyeri dismenorea. Hasil akhir menunjukkan Z hitung -3,640 dan p = 0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada penurunan intensitas nyeri pada dismenorea dengan pemberian massage menggunakan aromaterapi lavender.

Aromaterapi yang digunakan dengan tehnik massage merupakan cara sangat digemari untuk menghilangkan rasa lelah pada tubuh, memperbaiki sirkulasi darah dan merangsang tubuh untuk mengeluarkan racun serta meningkatkan kesehatan pikiran. Menurut Jumarani (2009) Minyak esensial ini ketika dioleskan pada kulit akan diserap melalui pori-pori untuk masuk ke dalam pembuluh darah yang kemudian di hantarkan ke seluruh tubuh.

Proses penyerapan ini akan berlangsung sekitar 20 menit.

Berdasarkan hasil penelitian ini juga dapat dilihat perbandingan keefektifitasan dari kedua perlakuan terhadap intensitas nyeri pada penderita dismenorea. Uji statistik untuk mengetahui perbandingan tersebut menggunakan uji Mann- Whitney. Berdasarkan hasil uji tersebut diketahui ada perbandingan perubahan rata-rata intensitas nyeri antara inhalasi dengan inhalasi dan massage.

Rata-rata perubahan intensitas nyeri pada kelompok inhalasi sebesar 26,46 sedangkan kelompok inhalasi dan massage sebesar 26,54, dapat dilihat perubahan rata-rata intensitas nyeri pada kelompok inhalasi dan massage lebih efektif menurunkan dismenorea.

Pada inhalasi dan massage, pengalihan persepsi nyeri lebih dominan bahwa pijatan yang dilakukan walau hanya dilakukan sebagai placebo ternyata juga memberikan peningkatan kenyamanan dari nyeri haid meskipun nilai peningkatan rasa nyaman lebih rendah dari pada pijatan yang dikombinasikan dengan aromaterapi lavender (Bakhtshrinin, Abedi, Yusefijoy, &

Razmjoee, 2015). Hal ini membuktikan bahwa kombinasi dua teknik non farmakologi tersebut akan lebih baik digunakan pada kasus dismenorea dibandingkan dilakukan secara terpisah (Eryilmaz

& O zdemir, 2009 dalam Sanjiwani, 2017).

Sedangkan pada inhalasi tidak mempunyai efek yang sama dengan kombinasi antara inhalasi dan massage, aroma minyak yang terhirup akan bereaksi pada saraf penciuman yang akan dihantarkan hingga saraf pusat dan mempengaruhi pikiran untuk mencapai relaksasi, sementara aplikasi pada kulit memungkinkan minyak akan terserap dari pori-pori menuju pembuluh darah dan memberikan efek relaksasi otot (Hur, Song, & Lee, 2014).

Adapun pendapat dari Atarha, Vakilian, Ruzbehani, & Bekhradi, (2009). Pemberian aplikasi minyak pada permukaan kulit dinyatakan dapat meningkatkan relaksasi otot, suplai darah menuju jaringan disekitarnya dan meningkatkan elastisitasnya. Oleh karena itu berdasarkan atas teori dan fakta yang ada, dapat disimpulkan bahwa pemberian aromaterapi lavender secara kombinasi inhalasi dan massage lebih efektif dalam menurunkan persepsi nyeri dan meningkatkan kenyamanan daripada inhalasi saja.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada 52 responden tentang

“Perbandingan Efektivitas Pemberian Aromaterapi Lavender melalui Inhalasi dengan Inhalasi dan Massage terhadap Tingkat Nyeri Dismenorea pada Siswi SMK Pasundan 3 Kota Cimahi” didapatkan kesimpulan Pada karakteristik individu responden, usia terbanyak yang mengalami dismenorea adalah 15 tahun (40,4%). Rata-rata intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberi perlakuan pada kedua kelompok mengalami perubahan yaitu pada kelompok inhalasi 3,97 poin dan kelompok inhalasi dan massage 3,96 poin dengan p-value 0,000 <

(0,05) pada kedua kelompok sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan sebelum diberi perlakuan pada kelompok inhalasi dengan kelompok inhalasi dan massage.

Perbandingan sesudah antara kelompok inhalasi dengan kelompok inhalasi dan massage p- value 0,000 < (0,05) sehingga dapat disimpilkan H0 ditolak. Hal ini berarti disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok inhlasi dengan kelompok inhalasi dan massage terhadap penurunan dismneorea. Perbandingan Mean rank yang didapat antara perubahan intensitas nyeri pada kelompok inhalasi dan massage lebih besar yaitu 26,54 sedangkan kelompok inhalasi yaitu 26,46.

Oleh karena itu tehnik inhalasi dan massage lebih efektif dibandingkan dengan inhalasi saja.

SARAN

Bagi pelayanan kesehatan disarankan untuk dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai salah satu intervensi keperawatan pada penderita dismenorea. Bagi perkembangan Ilmu Keperawatan khususnya tenaga pengajar dan pelajar disarankan untuk dapat memakai hasil penelitian ini sebagai salah satu sumber informasi mengenai keefektivitasan aromaterapi lavender melalui inhalasi dibanding inhalasi dan massage terhadap penurunan dismenorea sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu terapi alternatif.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai metode pengenalan bagi para remaja siswi dalam menurunkan tingkat nyeri terutama dalam mengatasi nyeri haid sehingga dapat menjadi

52

(7)

program upaya penanganan nyeri haid secara non farmakologis dengan menggunakan aromaterapi lavender melalui inhalasi dan massage dengan salah satunya disediakan sarana yang mendukung dalam mengadakan penyuluhan tentang dismenorea.

Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini dengan jumlah sampel yang lebih besar dengan harapan data yang didapatkan dapat berdistribusi secara normal dengan karakteristik responden yang lebih homogen, karena semakin homogen data hasil penelitian akan semakin baik. Penelitian selanjutnya juga dapat melakukan penelitian tentang berahannya efek aromaterapi lavender atau aroamterapi lainnya pada penurunan dismenorea.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih yang tak terhingga atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam

penyelesaian laporan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, T. wahyu. (2012). Pengaruh Pemberian Effleurage Massage Aromatherapy Jasmine Terhadap Tingkat Dismenore Pada

Mahasiswi Keperawatan Semester Iv Di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Skripsi, 10(3), 1–3.

Anisa, M. V. (2015). The Effect of Exerciseson Primary Dysmenorrhea J MAJORITY

│Volume 4 Nomor 2 │Januari 2015 │60 THE EFFECT OF EXERCISES ON

PRIMARY DYSMENORRHEA. J Majority, 4(2), 60–65.

Atarha M, Vakilian K, Ruzbehani N, Bekhradi R.

(2009). Effect of preneal massage with lavender essential on episiotomy and preneal rupture. J Arak Univ Med Sci 2009;11:26-8.

Avissia Zivanna, D. M. W. (2017). Dismenorea Primer Pada Mahasiswi Fakultas. 6(5), 1.

Bobak, I.M. 2004. Keperawatan Maternitas. Alih Bahasa Maria A. Wijaya Rini.Edisi 4.Jakarta : EGC.

Dewi, I.P. (2013). Aromaterapi Lavender Sebagai Media Relaksasi. Semarang: Bagian Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Hudson, T. (2007). Using Nutrition to Relieve Primary Dysmenorrhea. Alternative and Complementary Therapies, 13, 125–128.

Hur, M.H., Myeong S. L., Ka-Yeon S., & Mi- Kyoung L, 2012. Aromatherapy Massage on the Abdomen for Alleviating Menstrual Pain in High School Girls: A Preliminary Controlled Clinical Study. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine.

Vol. 10 No.12.

Hur, M.H., Song, J.A., Lee, J., & Lee, M. S.

(2014). Aromatherapy For Stress Reduction In Healthy Adults: A Systematic Review And Meta-Analysis Of Randomized Clinical Trials. Maturitas, 79(4), 362–369.

International Association for the Study of Pain (IASP) (2002). What causes cancer pain?

Retrieved April 15, 2019, from

http://www.iasppain. org/PCU02-2.html Jumarani L. 2009. The Essence of Indonesian Spa.

Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. hlm.44-51.

Koensoemardiyah. (2009). Aromaterapi Untuk Kesehatan, Kebugaran, dan Kecantikan.

Yogyakarta : Lily Publisher.

Lestari, N. (2013). Pengaruh dismenorea pada remaja. Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III. 323-329

Matsumoto, T., Asakura, H., & Hayashi, T. (2013).

Does Lavender Aromatherapy Alleviate Premenstrual Emotional Symptoms?: A Randomized Crossover Trial.

BioPsychoSocial Medicine, 7(1), 12.

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4 Volume 1. Jakarta : EGC.

Purwati, Y., & Sarwinanti, S. (2015). Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender terhadap Tingkat Nyeri Dismenore pada siswi SMA Kasihan Bantul Yogyakarta (Doctoral dissertation, Library)

Purwati, Y. (2018). The Effectiveness of Effeurage Massage Using Lavender Aromatherapy for Menstrual Pain Relief. 49(2014), 104–109.

Pustikawaty, R. (2016). Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Skala Nyeri Haid Siswi Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya.

Naskah Publikasi. Pontianak : Fakultas Kedokteran. Universitas Tanjungpura Pontianak. Primadiati, Rachmi. 2002.

Aromaterapi, Perawatan Alami untuk Sehat dan Cantik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Sanjiwani, I A, (2017). LITERATURE REVIEW DISMENORE PRIMER DAN

PENATALAKSANAAN NON PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Simanjuntak, Pandapotan. (2008). Gangguan Haid dan Siklusnya. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sherwood L. (2014). Fisiologi Manusia (Sistem Reproduksi) . Edisi ke-8. Jakarta :

EGC. hlm. 815.

Tiara, S. (2018). Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender terhadap Intensitas Dismenorea pada Mahasisiwi DIII Kebidanan Semester II di Universitas Aisyiyah Yogyakarta.

(Doctoral dissertation, Library)

(8)

Widyaningrum, Desy. (2015). Perbedaan Tingkat Nyeri Menstruasi Sebelum dan Sesudah Diberikan Aromaterapi Lavender Pada Mahasiswi AKBID NGUDI WALUYO.

Naskah Publikasi. Semarang : Program Studi D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dilakukan untuk membandingkan kadar leukosit dalam darah sebelum dan sesudah perlakuan pada 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok perlakuan

Poangka-angkataka (glorifying among others) and yinda-yindamo arataa solana karo (kinship) are contained in the philosophy of sasambiri loe. The left hand is human