• Tidak ada hasil yang ditemukan

keterampilan bertelepon dengan menggunakan

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "keterampilan bertelepon dengan menggunakan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KETERAMPILAN BERTELEPON DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VII

SMP NEGERI 13 PADANG

JURNAL ILMIAH

DEDI GUSMANTO NPM 10080310

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2014

(2)
(3)
(4)

KETERAMPILAN BERTELEPON DENGAN MENGGUNAKAN

TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 13 PADANG

Dedi Gusmanto1, Indriani Nisja2, Adrias3

1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat

2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

Abstract

This research is backgrounded by the application of the learning technique that is not appropriate in learning of the telephone which causes of the timeless in telephoning practice, so that the students are less interesting in learning of the telephone. This research is purposed to describe the telephones skill by using modelling technique of the students 7th grade at Junior High School number 13 of Padang. The kind of this research is quantitative research by using descriptive methode. The population in this research are the students of the 7th grade at Junior High School number 13 of Padang in year of study 2013/2014. The quantity of of the students 7th grade at Junior High School number 13 of Padang in school year 2013/2014 are 225 students that spread in 7 class.the sample of this research is taken by using sampling technique randomly (proporsional random sampling), means that 10%

from population, so that the sample are 22 students. The result of this research can be concluded that (1) indicator accuracy of speech are more classified is quite good with an average of 83, (2) indicator effectiveness sentence are more classified is quite very good with an average of 88, (3) indicator politeness are more classified is quite perfect with an average of 100, and (4) indicator smoothness of speech are more classified is very good with an average 98. So, it can be concluded that the telephone skill by using modelling technique of the students 7th grade at Junior High School number 13 of Padang for the fourth indicator are more classified is very good with an average of 92

Key word: the skill, the telephone, modeling of technique

(5)

KETERAMPILAN BERTELEPON DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VII

SMP NEGERI 13 PADANG Dedi Gusmanto1, Indriani Nisja2, Adrias3

3) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat

4) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penerapan teknik pembelajaran yang tidak tepat dalam pembelajaran bertelepon yang mengakibatkan waktu praktik bertelepon lebih sedikit, sehingga siswa kurang berminat dalam pembelajaran bertelepon. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan bertelepon dengan menggunakan teknik pemodelan siswa kelas VII SMP Negeri 13 Padang. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif.

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 13 Padang tahun pelajaran 2013/2014.

Jumlah siswa kelas VII SMP Negeri 13 Padang tahun pelajaran 2013/2014 adalah 225 orang yang tersebar dalam tujuh kelas. Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik penyampelan secara acak (proposional random sampling), yaitu 10% dari populasi, sehingga sampel berjumlah 22 orang siswa. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) indikator ketepatan ucapan tergolong baik (B), dengan rata-rata 83, (2) indikator keefektifan kalimat tergolong baik sekali (BS), dengan rata-rata 88, (3) indikator kesantunan berbahasa tergolong sempurna (S), dengan rata-rata 100, dan (4) indikator kelancaran berbicara tergolong baik (B), dengan rata-rata 98. Jadi, dapat disimpulkan bahwa keterampilan bertelepon dengan menggunakan teknik pemodelan siswa kelas VII SMP Negeri 13 Padang untuk keempat indikator tergolong baik sekali (BS), dengan rata-rata 92.

Kata kunci: keterampilan, bertelepon, teknik pemodelan

(6)

PENDAHULUAN

Pembelajaran bertelepon tercantum dalam standar isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP/MTs kelas VII semester 2. Standar Kompetensi (SK) 10, yaitu mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman melalui kegiatan menanggapi cerita dan bertelepon. Kompetensi Dasar (KD) 10.2, yaitu bertelepon dengan kalimat yang efektif dan bahasa yang santun. Berlandaskan isi dari kurikulum tersebut, maka keterampilan bertelepon harus diajarkan kepada siswa.

Berdasarkan wawancara secara informal dengan salah seorang guru bidang studi Bahasa Indonesia kelas VII dan tiga orang siswa SMP Negeri 13 Padang pada tanggal 30 Desember 2013, diperoleh informasi bahwa pada umumnya siswa kurang terampil berbicara, khususnya bertelepon karena tidak percaya diri saat tampil di depan kelas. Kalimat yang disampaikan siswa saat bertelepon tidak berurutan atau tidak koheren. Selain itu, siswa kurang berminat dalam pembelajaran bertelepon karena guru menerapkan teknik inkuiri dalam pembelajaran yang mengakibatkan waktu praktik bertelepon lebih sedikit. Guru menganggap bertelepon merupakan kegiatan yang sering dilakukan siswa karena setiap siswa sudah memiliki telepon seluler untuk bertelepon. Bertelepon merupakan sebagai kegiatan yang sudah dipahami siswa sebelumnya, sehingga guru tidak mengajarkan lagi pembelajaran bertelepon secara spesifik kepada siswa. Guru lebih fokus mengevaluasi hasil percakapan bertelepon yang ditulis siswa dibandingkan dengan praktik bertelepon siswa secara langsung. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil belajar siswa yang lebih kurang hanya 80% mencapai KKM yang ditetapkan SMP Negeri 13 Padang untuk bidang studi Bahasa Indonesia yakni 75.

Persentase hasil belajar tersebut diperoleh berdasarkan nilai percakapan bertelepon yang ditulis siswa, bukan dari praktik bertelepon yang dilakukan secara langsung.

Suhendar dan Sapinah (1997:16) mengemukakan bahwa berbicara merupakan suatu peristiwa penyampaian maksud (ide, pikiran, perasaan) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan (ujaran), sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain. Sehubungan dengan pendapat tersebut, menurut Tarigan (2008:16), berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi- bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah keterampilan seseorang mengekspresikan pikiran dan perasaannya melalui rangkaian huruf demi huruf menjadi sebuah rangkaian kata yang kemudian disempurnakan dalam bentuk kalimat-kalimat melalui bahasa lisan dan bertujuan untuk menyampaikan pesan, gagasan, atau perasaannya kepada orang lain.

Menurut Tarigan (2008:16), tujuan utama dari berbicara adalah berkomunikasi. Tarigan (2008:16) menambahkan bahwa sebagai alat sosial, alat perusahaan, atau pun sebagai profesional, pada dasarnya berbicara memiliki tiga maksud umum, yakni: (1) memberitahukan dan melaporkan (to inform), (2) menjamu dan menghibur (to entertain), dan (3) membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade).

Dalam hal ini, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh pembicara untuk keefektifan berbicara, yaitu faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan. Menurut Arsjad dan Mukti (1991:17−19), beberapa faktor kebahasaan yang dapat menunjang keefektifan berbicara adalah sebagai berikut: (1) ketepatan ucapan, (2) penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, (3) pilihan kata (diksi), (4) ketepatan sasaran pembicaraan, (5) penekanan, (6) variasi, (7) paralelisme, dan (8) penalaran atau logika. Selanjutnya, Arsjad dan Mukti (1991:20−22) menambahkan bahwa ada beberapa faktor nonkebahasaan yang dapat menunjang keefektifan berbicara adalah sebagai berikut:

(1) sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku, (2) pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara, (3) kesediaan menghargai pendapat orang lain, (4) gerak-gerik dan mimik yang tepat, (5) kenyaringan suara, (6) kelancaran, (7) relevansi atau penalaran, dan (8) penguasaan topik.

Salah satu bentuk kegiatan berbicara secara tidak langsung adalah bertelepon. Dominguez (2007:1) menjelaskan bahwa telepon adalah alat komunikasi termudah dan vital dalam aktivitas perusahaan. Menurut Soenarno (2008:2), telepon adalah suatu alat untuk bicara dan mendengar yang

(7)

menghubungkan dua orang yang berjauhan untuk dapat saling berkomunikasi melalui alat bantu pesawat telepon yang disambungkan dengan kabel ataupun satelit. Bertelepon merupakan kegiatan komunikasi atau penyampaian pesan secara tidak langsung yang dilakukan penelepon dengan penerima telepon dengan bantuan telepon sebagai media komunikasi.

Salah satu teknik pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengarahkan siswa untuk lebih aktif dan praktik langsung pada keterampilan berbicara melalui kegiatan bertelepon adalah teknik pemodelan. Berdasarkan Depdiknas (2002:16), salah satu teknik pembelajaran keterampilan berbahasa adalah teknik pemodelan. Teknik pemodelan dalam pembelajaran adalah dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olahraga, contoh karya tulis, dan cara melafalkan sesuatu. Dengan demikian, guru memberi model tentang “bagaimana cara belajar”. Selanjutnya, menurut Sanjaya (2008:267−268), pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa teknik pemodelan adalah teknik yang bertujuan agar siswa dapat mengetahui, melihat, meniru, dan bisa melakukan suatu keterampilan dengan baik, sehingga siswa tidak menjadi susah untuk melakukan tugas yang diberikan guru.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif.

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 13 Padang tahun pelajaran 2013/2014.

Jumlah siswa kelas VII SMP Negeri 13 Padang tahun pelajaran 2013/2014 adalah 225 orang yang tersebar dalam tujuh kelas. Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik penyampelan secara acak (proposional random sampling), yaitu 10% dari populasi, sehingga sampel berjumlah 22 orang siswa.

Pada penelitian ini terdapat satu variabel, yaitu keterampilan bertelepon dengan menggunakan teknik pemodelan siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Padang yang dibatasi pada: (1) aspek kebahasaan, meliputi: ketepatan ucapan, keefektifan kalimat, kesantunan berbahasa, dan (2) aspek nonkebahasaan, meliputi: kelancaran. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes unjuk kerja tentang keterampilan bertelepon. Instrumen penunjang yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kamera digital dan format penilaian.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: (1) guru menjelaskan materi tentang bertelepon dan menyampaikan tujuan pembelajaran, (2) guru dibantu rekan kerjanya memodelkan cara bertelepon dengan kalimat yang efektif dan bahasa yang santun, (3) siswa dibagi menjadi kelompok kecil (sepasang dalam satu kelompok) dan membuat dialog bertelepon yang sesuai dengan konteks pembicara (siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan orang tua), sehingga siswa dapat berlatih terlebih dahulu dengan bantuan dialog bertelepon yang telah ditulis. Adapun tema percakapan bertelepon yang ditentukan guru, antara lain: minta izin, minta tolong, menanyakan tugas, minta maaf, menanyakan hal penting (sesuatu), mengajak orang lain, dan memberitahukan informasi, (4) masing-masing kelompok menampilkan cara bertelepon tanpa bantuan dialog bertelepon yang telah dipersiapkan di depan kelas dengan waktu maksimal 10 menit (penampilan siswa akan dinilai berdasarkan alat ukur kebahasaan dan nonkebahasaan), (5) kegiatan bertelepon siswa direkam dengan menggunakan kamera digital, dan (6) pengambilan skor dan nilai kegiatan bertelepon siswa dilakukan dengan dua cara, yaitu: (a) mengamati dan menilai setiap tampilan siswa berdasarkan lembar pengamatan yang sudah disediakan, (b) melihat hasil rekaman video bertelepon siswa dari aspek kebahasaan dan nonkebahasaan. Setelah itu, peneliti mendeskripsikan hasil tampilan siswa sebelum dianalisis sesuai teknik analisis data.

Teknik menganalisis data dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut: (1) menentukan skor keterampilan bertelepon dengan menggunakan format yang telah disusun, (2) mengubah skor mentah keterampilan bertelepon siswa menjadi nilai, (3) nilai tersebut dimasukkan dalam format distribusi frekuensi keterampilan bertelepon siswa, (4) mencari nilai rata-rata (M) keterampilan bertelepon, (5) mengklasifikasikan nilai keterampilan bertelepon berdasarkan konvensi skala 10, (6) pembuatan

(8)

diagram keterampilan bertelepon siswa kelas VII SMP Negeri 13 Padang, dan (7) membuat simpulan analisis data.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) keterampilan bertelepon dengan menggunakan teknik pemodelan siswa kelas VII SMP Negeri 13 Padang untuk indikator ketepatan ucapan tergolong baik (B), dengan rata-rata 83, yang terdapat pada rentangan tingkat penguasaan 76−85%, (2) keterampilan bertelepon dengan menggunakan teknik pemodelan siswa kelas VII SMP Negeri 13 Padang untuk indikator keefektifan kalimat tergolong baik (BS), dengan rata-rata 88, yang terdapat pada rentangan tingkat penguasaan 86−95%, (3) keterampilan bertelepon dengan menggunakan teknik pemodelan siswa kelas VII SMP Negeri 13 Padang untuk indikator kesantunan berbahasa tergolong sempurna (S), dengan rata-rata 100, yang terdapat pada rentangan tingkat penguasaan 96−100%, (4) keterampilan bertelepon dengan menggunakan teknik pemodelan siswa kelas VII SMP Negeri 13 Padang untuk indikator kelancaran berbicara tergolong baik (B), dengan rata-rata 98, yang terdapat pada rentangan tingkat penguasaan 96−100%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa keterampilan bertelepon dengan menggunakan teknik pemodelan siswa kelas VII SMP Negeri 13 Padang untuk keempat indikator tergolong baik (BS), dengan rata-rata 92, yang terdapat pada rentangan tingkat penguasaan 86−95%.

PEMBAHASAN

Hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat penguasaan keterampilan bertelepon dengan menggunakan teknik pemodelan siswa kelas VII SMP Negeri 13 Padang untuk indikator ketepatan ucapan tergolong baik (B) dengan rata-rata 83,335 dibulatkan menjadi 83, yang terdapat pada rentangan tingkat penguasaan 76−85%. Gambaran tingkat penguasaan keterampilan bertelepon dengan menggunakan teknik pemodelan siswa kelas VII SMP Negeri 13 Padang untuk indikator ketepatan ucapan secara lengkap yang dapat dikelompokkan atas 2 kelompok, yaitu sebagai berikut. Pertama, sempurna (S) sebanyak 11 orang (50%). Kedua, lebih dari cukup (LDC) sebanyak 11 orang (50%).

Hal ini menunjukkan bahwa secara umum siswa kelas VII SMP Negeri 13 Padang terampil bertelepon untuk indikator ketepatan ucapan dengan baik.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat penguasaan keterampilan bertelepon dengan menggunakan teknik pemodelan siswa kelas VII SMP Negeri 13 Padang untuk indikator keefektifan kalimat tergolong baik (BS) dengan rata-rata 87,88 dibulatkan menjadi 88, yang terdapat pada rentangan tingkat penguasaan 86−95%. Gambaran tingkat penguasaan keterampilan bertelepon dengan menggunakan teknik pemodelan siswa kelas VII SMP Negeri 13 Padang untuk indikator keefektifan kalimat secara lengkap yang dapat dikelompokkan atas 2 kelompok, yaitu sebagai berikut. Pertama, sempurna (S) sebanyak 14 orang (63,64%). Kedua, lebih dari cukup (LDC) sebanyak 8 orang (36,36%). Hal ini menunjukkan bahwa secara umum siswa kelas VII SMP Negeri 13 Padang terampil bertelepon untuk indikator keefektifan kalimat dengan baik sekali.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat penguasaan keterampilan bertelepon dengan menggunakan teknik pemodelan siswa kelas VII SMP Negeri 13 Padang untuk indikator kesantunan berbahasa tergolong sempurna (S) dengan rata-rata 100, yang terdapat pada rentangan tingkat penguasaan 96−100%. Gambaran tingkat penguasaan keterampilan bertelepon dengan menggunakan teknik pemodelan siswa kelas VII SMP Negeri 13 Padang untuk indikator kesantunan berbahasa secara lengkap yang dapat dikelompokkan atas atas satu kelompok, yaitu kelompok sempurna (S) sebanyak 22 orang (100%). Hal ini menunjukkan bahwa secara umum siswa kelas VII SMP Negeri 13 Padang terampil bertelepon untuk indikator kesantunan berbahasa dengan tingkat penguasaan sempurna.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat penguasaan keterampilan bertelepon dengan menggunakan teknik pemodelan siswa kelas VII SMP Negeri 13 Padang untuk indikator kelancaran tergolong sempurna (S) dengan rata-rata 98,485 dibulatkan menjadi 98 yang terdapat pada rentangan

(9)

secara lengkap yang dapat dikelompokkan atas 2 kelompok, yaitu sebagai berikut. Pertama, sempurna (S) sebanyak 21 orang (95,45%). Kedua, lebih dari cukup (LDC) sebanyak 1 orang (4,55%). Hal ini menunjukkan bahwa secara umum siswa kelas VII SMP Negeri 13 Padang terampil bertelepon untuk indikator kelancaran dengan sempurna.

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) indikator ketepatan ucapan tergolong baik (B), dengan rata-rata 83, (2) indikator keefektifan kalimat tergolong baik (BS), dengan rata-rata 88, (3) indikator kesantunan berbahasa tergolong sempurna (S), dengan rata-rata 100, dan (4) indikator kelancaran berbicara tergolong baik (B), dengan rata-rata 98. Jadi, dapat disimpulkan bahwa keterampilan bertelepon dengan menggunakan teknik pemodelan siswa kelas VII SMP Negeri 13 Padang untuk keempat indikator tergolong baik (BS), dengan rata-rata 92.

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka peneliti mengemukakan beberapa saran, antara lain: (1) siswa kelas VII SMP Negeri 13 Padang diharapkan sering berlatih berbicara, khususnya pembelajaran bertelepon, sehingga siswa menjadi percaya diri dalam mengungkapkan gagasan atau ide kepada orang lain, (2) guru bidang studi Bahasa Indonesia SMP Negeri 13 Padang diharapkan dapat memperkaya wawasan mengenai pembelajaran bertelepon. Guru tidak hanya sebatas menyampaikan materi keterampilan berbicara, tetapi guru dapat menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang efektif, sehingga siswa dapat lebih antusias dan tidak jenuh dalam mengikuti pembelajaran bertelepon, (3) peneliti lain diharapkan dapat menjadikan penelitian ini sebagai penelitian relevan dan dapat melanjutkan peneliti yang berkaitan dengan penelitian ini dari sudut pandang yang berbeda, dan (4) peneliti sendiri diharapkan dapat menambah wawasan, bekal pengetahuan lapangan, dan dasar dalam melakukan penelitian ilmiah agar dapat melanjutkan penelitian pada tingkat berikutnya.

(10)

KEPUSTAKAAN

Arsjad, Maidar G dan Mukti U. S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia.

Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Dominguez, Susanti. 2007. Teknik Bertelepon 3 Bahasa. Jakarta: Salemba Humanika.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Soenarno, Adi. 2008. Telephone Courtesy. Jakarta: Bumi Aksara.

Suhendar dan Sapinah. 1997. Pengajaran dan Ujian Keterampilan Menyimak dan Berbicara.

Bandung: Pimin Jaya.

Tarigan, Hendry Guntur. 2008. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: PT Angkasa.

Referensi

Dokumen terkait

The study also recommended that the current women empowerment policy be reviewed to reflect the actual situation and that government should also establish a