Tesis ini merupakan hasil penelitian normatif yang berjudul “Kewenangan Pengujian Undang-Undang Mahkamah Konstitusi Terhadap Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU) Dalam Perspektif Fiqh Siyâsah”. Tesis ini ditulis untuk menjawab pertanyaan yang dituangkan dalam dua rumusan masalah, yaitu: apa kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam melakukan uji materi peraturan pemerintah selain undang-undang (PERPU). Berdasarkan penafsiran sosiologis dan teleologis, besar kemungkinan isi Perpu melanggar UUD NRI Tahun 1945 atau melanggar hak-hak rakyat, tanpa bisa diuji sebelum dibahas DPR. Sebaiknya Mahkamah Konstitusi melakukan uji materi terhadap Perpu tersebut.
Uji materi Perpu oleh Mahkamah Konstitusi juga dimaksudkan untuk menegakkan prinsip negara hukum Indonesia dan supremasi Konstitusi. Dalam kajian fiqh siyasash terdapat lembaga peradilan yang dikenal dengan nama Wilâyah Al-Maâlim yang khusus menangani ketidakadilan penguasa terhadap rakyat, termasuk dalam pengambilan kebijakan atau undang-undang. Lembaga peradilan Wilâyah Al-Maâlim serupa dengan Mahkamah Konstitusi dalam hal melindungi hak-hak masyarakat yang mungkin dilanggar oleh kebijakan atau peraturan perundang-undangan.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, sebaiknya lembaga pembentuk undang-undang, dalam hal ini DPR dan Presiden, segera mengisi kekosongan hukum terkait uji materi Perpu oleh Mahkamah Konstitusi. Menyatakan bahwa naskah disertasi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/. Karya saya sendiri, terlepas dari bagian yang dijadikan acuan sumber, dan bebas dari plagiarisme.
Kata Sandang Alif dan Lam
Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat Ditulis menurut penulisnya
Huruf Kapital
Nama peribadi didahului dengan perkataan sandang, jadi yang dikapitalkan ialah huruf pertama nama peribadi, bukan huruf pertama kata sandang.
Pengecualian
الله الرحمن الرحيم مسب
Telaah Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan kajian terhadap hasil-hasil penelitian yang membahas topik yang sama, misalnya tesis, disertasi, atau karya akademik lain yang merupakan hasil penelitian. Yang pertama adalah tesis dengan judul “’Eksistensi Mahkamah Konstitusi dalam Mengajukan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Kajian Kritis Pasal 24 C Ayat 1 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945)’’14 yang ditulis oleh Bolmer Suryadi Hutasoit dari Fakultas Hukum Universitas Nergri Semarang pada tahun 2013 Jika diserahkan kepada DPR yang merupakan lembaga kuat yang mempunyai kewenangan membentuk undang-undang, maka akan memakan waktu yang lama.
DPR tetap menjadi lembaga yang mengawasi penetapan PERPU dan pada akhirnya akan dibahas oleh DPR pada rapat berikutnya. 14Bolmer Suryadi Hutasoit “Eksistensi Mahkamah Konstitusi dalam Mengusulkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang. Kajian Kritis Alinea Pertama Pasal 24.C UUD 1945”. 13. Untuk mengatasi hal-hal yang bersifat mendesak, PERPU diubah menjadi undang-undang dengan proses yang sama seperti pembuatan undang-undang.
Dalam UUD kami tegaskan bahwa hak mengadili Perpu tidak melalui mekanisme judicial review, melainkan melalui judicial review. Yang kedua adalah teks berjudul “’Tinjauan Hukum Kewenangan Mahkamah Konstitusi Mengajukan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang’’15 yang ditulis oleh Andi Adiyat Mirdin dari Fakultas Hukum Universitas Hasanuddi Makassar pada tahun 2014. 15 Andi Adiyat Mirdin, “Hukum Tinjauan Kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam Disertasi “Menguji Peraturan Pemerintah Daripada Undang-Undang” Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makasar (2014).
Seiring berjalannya waktu, muncul praktik bahwa Mahkamah Konstitusi menguji konstitusionalitas Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU), padahal tidak ada satu pun peraturan hukum yang mengatur bahwa Mahkamah Konstitusi berwenang menguji PERPU berdasarkan UUD 1945. Hal ini juga terdapat dalam UUD 1945. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis terhadap teori-teori hukum tersebut. Terakhir, diketahui bahwa tidak tepat bila dikatakan bahwa Mahkamah Konstitusi mempunyai kewenangan terhadap Perpu hanya dengan dasar Perpu ditempatkan pada urutan VII. bab Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tentang DPR. Perpu tercantum sebagai bahan substantif undang-undang, bukan bahan substantif PP pelaksanaan undang-undang sebagaimana diatur dalam ayat 2 Pasal V UUD 1945. Dapat kita simpulkan bahwa sudah banyak penelitian yang dilakukan. dilakukan mengenai kompetensi Mahkamah Konstitusi dalam melaksanakan uji materiil PERPU, sedangkan pada skripsi Dalam tesis ini penulis akan menulis dan meneliti sumber-sumber hukum yang akan menguatkan apakah mahkamah konstitusi berwenang melakukan uji materi PERPU. bertentangan dengan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Menariknya, penulis juga akan membahas tentang kewenangan pengujian Perpu dalam menilai fikih siyasah.
Kerangka Teori
Jadi – s merupakan kekuasaan kehakiman yang khusus menangani masalah akhlak dan kewenangannya lebih luas dari Wilâyah Al-Qa a’. Wilâyah Al-Maâlim merupakan lembaga peradilan yang khusus menangani ketidakadilan penguasa dan keluarganya terhadap hak-hak rakyat. Kata Wilâyah Al-Ma âlim merupakan gabungan dari dua kata yaitu dan Wilâyah Al-Ma âlim. Kata Wilâyah secara harafiah berarti kekuasaan tertinggi, pemerintahan dan pemerintahan.
Sedangkan kata Al-Ma âlim merupakan bentuk jamak dari Ma âlim yang secara harafiah berarti kejahatan, ketidakadilan, kesenjangan dan kekejaman. Secara terminologis, hal ini berarti Wilâyah Al-Maâlim merupakan kewenangan pengadilan yang lebih tinggi dari kewenangan hakim dan muhtasib yang bertugas mengusut perkara-perkara yang menyangkut penganiayaan yang dilakukan penguasa terhadap masyarakat biasa. Wilâyah Al-Maâlim bertugas mengadili pejabat-pejabat negara, termasuk khalifah, gubernur, dan pejabat-pejabat lain yang berbuat kezaliman terhadap rakyat.18.
Dari situ terlihat bahwa Wilâyah Al-Maâlim berwenang memutus setiap perkara ketidakadilan, baik yang menyangkut pejabat negara, penyimpangan khalifah dari hukum syariat, maupun makna salah satu undang-undang. nash sesuai dengan tabanni (pengangkatan) penguasa, maka memberi keputusan dalam hal itu berarti memberikan keputusan yang bertentangan dengan perintah penguasa. Artinya perkara itu harus dikembalikan kepada Wilâyah Al-Maâlim atau keputusan Allah dan Rasul-Nya. Penelitian normatif adalah penelitian yang pokok bahasannya meliputi norma atau aturan dasar, asas hukum, ketentuan hukum, perbandingan hukum, doktrin dan yurisprudensi. 21 Yang penting dalam penelitian normatif adalah upaya menemukan hukum-hukum konkrit yang layak diterapkan. masalah hukum.
Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan, dokumen resmi atau berita acara peraturan perundang-undangan dan keputusan hakim. Studi kepustakaan merupakan suatu metode berupa pengumpulan bahan-bahan hukum yang diperoleh dari buku-buku perpustakaan atau bahan bacaan lain yang berkaitan dengan pokok bahasan, kerangka dan ruang lingkup permasalahan. Data yang terkumpul, baik data primer maupun sekunder, akan disusun dengan menggunakan analisis kualitatif dan kemudian disajikan dalam bentuk deskriptif.
Analisis kualitatif, yaitu analisis yang menguraikan data yang diperoleh berupa uraian kalimat logis, kemudian diberikan interpretasi dan kesimpulan.
Sistematika Pembahasan
Bab ketiga berisi tentang uraian temuan penelitian dan pembahasan temuan penelitian mengenai kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk melakukan uji materi peraturan negara pengganti undang-undang (perpu). Dasar kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam memutus perkara pengujian Perpu terhadap UUD 1945 adalah sebagaimana tertuang dalam pertimbangan hukum Mahkamah dalam putusan Nomor 138/PUU-VII/2009. Selain itu, terdapat juga beberapa pendapat dan hipotesis ahli mengenai konsekuensi yang mungkin terjadi untuk dijadikan perbandingan kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam mengadili perpu.
Oleh karena itu, Mahkamah Konstitusi, secara teoretis dan praktis, berwenang menilai isi PERPU. Berdasarkan penilaian tersebut, seharusnya Mahkamah Konstitusi mempunyai kewenangan menguji Perpu berdasarkan fiqh siyâsah. Dengan penekanan pada pelestarian hak-hak masyarakat yang sangat mungkin dilanggar dengan diberlakukannya Perpu yang merupakan produk penguasa dalam hal ini Presiden.
Hal ini sesuai dengan tugas Mahkamah Konstitusi sebagai pelindung hak konstitusional warga negara (pelindung hak konstitusional rakyat). Mengingat apabila Mahkamah Konstitusi tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan pengujian undang-undang terhadap Perpu tersebut, maka tidak menutup kemungkinan akan diterbitkan Perpu yang bertentangan dengan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, hak konstitusional warga negara, atau hak asasi manusia tanpa hak asasi manusia. dapat diarahkan melalui judicial review. Oleh karena itu, demi kemaslahatan yang sebesar-besarnya sesuai dengan tujuan hukum Islam dan tujuan siyasah fiqh itu sendiri, sudah selayaknya Mahkamah Konstitusi mempunyai kewenangan untuk melakukan uji materi terhadap Perpu tersebut dalam rangka melindungi hak konstitusional warga negara, hak asasi manusia, dan hak asasi manusia. hak asasi manusia, serta untuk melindungi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. .
Saran
Terkait penolakan Perpu, perlu diketahui bahwa ketika Perpu ditolak dalam putusan PRB, maka Perpu tersebut tidak sah secara hukum. Pasal ini juga harus memuat pembahasan perpu setelah diuji oleh mahkamah konstitusi, sehingga perpu yang dibahas DPR dianggap diuji oleh mahkamah konstitusi apabila ada permohonan uji materi dan mahkamah konstitusi mengabulkannya. Permintaan . Kemudian, apabila seluruh materi yang terkandung dalam Perpu dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka Perpu tersebut dinyatakan tidak berlaku dan DPR tidak membahas Perpu tersebut.
Dengan demikian, terdapat pengukuhan normatif terhadap kewenangan pengujian Perpu oleh Mahkamah Konstitusi, dan tidak terjadi perampasan kewenangan atas hak konstitusional DPR. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 138/Puu-Vii/2009 Tentang Revisi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi terhadap UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Indonesia. Keluhan dan Pertanyaan Konstitusional, Jurnal yang disampaikan pada acara Dialog Akademik Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, 8 November 2010.
Majalah : Hasan, Mustofa Penerapan teori politik Islam Perspektif kaidah fiqh no. 1, jilid, (2014). Bolmer Suryadi Hutasoit, “Eksistensi Mahkamah Konstitusi dalam Mengusulkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Kajian Kritis Pasal 24 C Ayat 1 UUD 1945)” Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang.
Makalah disampaikan pada kuliah umum Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, Kamis 2 September 2004. Salinan kuliah umum diunduh dalam bentuk makalah pada website Www.Jimly.Com Diakses pada 7 April 2020 Yusril Ihza Mahendra, Soal Perpu, Kewenangan DPR Tidak Bisa Dibatasi Putusan MK Sumber: Http:/Www.Rmol.Co/Read Soal Perpu, Kewenangan DPR Tidak Bisa Dibatasi Putusan MK Diakses 7 April 2020. Mahkamah Konstitusi dan Politik Surat Perundang-undangan di Indonesia diunduh dari website Www.Mahfudmd.Com pada 10 April 2020 Http://Nasional.Kompas.Com/Baca Perpu-Ormas- Sudah-jadi-UU-MKSegera-Putus-Gugatan-Uji-Materi, Diakses 10 November 2019.
Http://Www.Mahkamahkontansi.Go.Id/Index.Php?Page=Web.Berita&Id=1496, Diakses pada Minggu, 10 November 2019 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 138/PUUVLL/2009 Tentang Pengujian Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.